Anda di halaman 1dari 16

BAB II

PEMBAHASAN

A. Atresia Ani

1. Pengertian Atresia Ani

Atresia ani adalah kelainan congenital anus dimana anus tidak mempunyai lubang
untuk mengeluarkan feces karena terjadi gangguan pemisahan kloaka yang terjadi
saat kehamilan

Bentuk-bentuk atresia ani:

a. Lubang anus sempit atau salah letak di depan tempat semestinya.


b. Terdapat selaput pada saat pembukaan anus sehingga mengganggu proses
pengeluaran feces.
c. Rektum (saluran akhir usus besar) tidak terhubung dengan lubang anus.
d. Rektum terhubung dengan saluran kemih (kencing) atau sistem reproduksi
melalui fistula (lubang), dan tidak terdapat pembukaan anus.

Tipe atresia ani yakni:

a. Translevator : atresia jenis rendah


b. Supralevator : atresia jenis tinggi

2. Etiologi Atresia Ani


Ada beberapa penyebab dari atresia ani, antara lain:
a. Gangguan pertumbuhan, fusi dan pembentukan anus dari tonjolan embrionik.
b. Orang tua dengan gen carier, punya peluang sekitar 25% untuk diturunkan.
c. 30% beresiko pada anak dengan sindrom genetik, kelainan kromosom atau
kelainan congenital lain.
d. Gangguan pemisahan kloaka menjadi rektum dan sinus urogenital biasanya
disertai dengan gangguan perkembangan septum urorektal yang
memisahkannya.
3. Patofisiologis Atresia Ani
a. Tidak lengkapnya migrasi & perkembangan struktur kolon antara 7- 10
minggu dalam perkembangan fetal.
b. Kegagalan migrasi dapat karena kegagalan dalam agenesis sacral &
abnormalitas pada uretra dan vagina.
c. Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar anus menyebabkan fecal tidak
dapat dikeluarkan sehingga intenstinal mengalami obstruksi.

4. Faktor Predisposisi Atresia Ani


a. Sindrom vactrel (sindrom dimana terjadi abdominalis pada vertebral, anal,
jantung, trachea, esophagus, ginjal dan kelenjar limfe)
b. Kelainan system pencernaan.
c. Kelinan system perkemihan.
d. Kelainan tulang belakang.

5. Klasifikasi Atresia Ani

Klasifikasi Atresia ani menurut wingspread:

a. Golongan 1

Laki-laki

1) Fistel urin
2) Atresia rectum
3) Perineum datar
4) Fistel tidak ada

Perempuan

1) Kelainan kloaka
2) Fistel vagina
3) Fistel rektovestibular
4) Atresia rectum
5) Fistel tidak ada
b. Golongan II

Laki laki

1) Kelainan fistel perineum


2) Membran anal
3) Stenosis anus
4) Fistel tidak ada

Perempuan

1) Kelainan fistel perineum


2) Stenosis anus
3) Fistel tidak ada

6. Manifestasi Klinik Atresia Ani


a. Tidak ada anus yang terbuka.
b. Termometer oleh jari kecil dapat masuk ke dalam rectum.
c. Tidak ada mekonium.
d. Tidak ada fistula, urin kehijauan.
e. Distensi abdomen.
f. Muntah-muntah setelah 24-48 jam pertama.
g. Pada bayi perempuan biasanya disertai fistula recta vagina, jarang disertai
fistula rekta anal.
h. Pada bayi laki-laki sering disertai fistula recta urinary dalam urin ada
meconium.

7. Gejala Klinik Atresia Ani


a. Tampak anus merah, pada jenis rendah, anus lebih hitam, dan keriput.
b. Kadang-kadang dengan tanda ileus obstruktif.
c. Muntah mulai umur 24-48 jam.
d. Dapat terjadi fistel, pada anak perempuan sering fistel rekto vaginal sedang
pada anak laki-laki sering fistel rekto urinal.

8. Komplikasi Klinik Atresia Ani


a. Asidosis hiperkioremia.
b. Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan.
c. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).
d. Komplikasi jangka panjang.
e. Kesalahan atau kelambatan yang berhubungan dengan toiler training.
f. Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi)
g. Prolaps mukosa anorektal.
h. Fistula kambuan (karena ketegangan diare pembedahan dan infeksi)
(ngustiyah, 1997:248)

9. Pemeriksaan Penunjang Atresia Ani


a. Foto abdomen tegak: dibuat setelah 12 jam anak lahir supaya udara sampai di
rectum akan tampak udara dalam pelvic.
b. Foto posisi wangensteen dan rice untuk mengukur bayangan udara tertinggi
dalam usus, bayi dijungkirkan.

10. Penatalaksanaan Atresia Ani

Operasi

a. Eksisi anal membran


b. Kolostomi sementara, kemudian setelah 3 bulan dilakukan perbaikan total.

B. Obstruksi Biliaris

Antara hati dan usus halus terdapat saluran yang berfungsi sebagai tempat

mengalirnya empedu yang diproduksi hati menuju usus. Jika saluran ini tersumbat,

maka hal ini disebut sebagai obstruksi biliaris (Sarjadi, 2000).

1. Etiologi Obstruksi Biliaris

Penyebab obstruksi biliaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga

empedu tidak dapat mengalir ke dalam usus untuk dikeluarkan (sebagai

strekobilin) di dalam feses (Ngastiyah, 2005).


Obstruksi duktus biliaris ini sering ditemukan, kemungkinan disebabkan:

a. Batu empedu.

b. Karsinoma duktus biliaris.

c. Karsinoma kaput pankreas.

d. Radang duktus biliaris komunis yang menyebabkan striktura.

e. Ligasi yang tidak sengaja pada duktus biliaris komunis (Sarjadi, 2000).

Penyebab obstruksi biliaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga cairan

empedu tidak dapat mengalir kedalam usus untuk dikeluarkan ( sebagai

strekobilin ) didalam feses. (Ngastiyah, 2005)

Kemungkinan penyebab saluran empedu tersumbat meliputi:

a. Kista dari saluran empedu.

b. Lympe node diperbesar dalam porta hepatis.

c. Batu empedu.

d. Peradangan dari saluran-saluran empedu.

e. Trauma cedera termasuk dari operasi kandung empedu.

f. Tumor dari saluran-saluran empedu atau pancreas.

g. Tumor yang telah menyebar ke sistem empedu (Zieve David,2009).

Penderita tampak ikterik, akan sangat berat apabila obstruksi tidak dapat diatasi,

bilirubin serum yang terkonjugasi meningkat, feses pucat dan urine berwarna

gelap (pekat). Biasanya terdapat juga peningkatan kadar alkalin fosfate serum

terutama transaminase (Sarjadi, 2000).


Apabila terjadi obstruksi biliaris persisten, empedu yang terbendung dapat

mengalami infeksi, menimbulkan kolangitis dan abses hepar. Kekurangan

empedu dalam usus halus mempengaruhi absorpsi lemak dan zat yang terlarut

dalam lemak (misalnya beberapa jenis vitamin) (Sarjadi,2000).

2. Patofisiologi Obstruksi Biliaris

Sumbatan saluran empedu dapat terjadi karena kelainan pada dinding misalnya

ada tumor, atau penyempitan karena trauma (iatrogenik). Batu empedu dan cacing

askariasis sering dijumpai sebagai penyebab sumbatan didalam lumen saluran.

Pankreatitis, tumor caput pankreas, tumor kandung empedu atau anak sebar tumor

ganas di daerah ligamentum hepato duodenale dapat menekan saluran empedu

dari luar menimbulkan gangguan aliran empedu. (Reskoprodjo, 1995)

Beberapa keadaan yang jarang dijumpai sebagai penyebab sumbatan antara lain

kista koledokus, abses amuba pada lokasi tertentu, di ventrikel duodenum dan

striktur sfingter papila vater. (Reskoprojo,1995)

Kurangnya bilirubin dalam saluran usus bertanggung jawab atas feses pucat

biasanya dikaitkan dengan obstruksi empedu. Penyebab gatal (pruritus) yang

berhubungan dengan obstruksi empedu tidak jelas. Sebagian percaya mungkin

berhubungan dengan akumulasi asam empedu di kulit atau mungkin berkaitan

dengan pelepasan opioid endogen (Judarwanto,2009).


3. Gejala Obstruksi Biliaris

a. Gambaran klinis gejala mulai terlihat pada akhir minggu pertama yakni bayi

ikterus

b. Kemudian feses bayi berwarna putih agak keabu-abuan dan liat seperti dempul

c. Urine menjadi lebih tua karena mengandung urobilinogen

d. Perut sakit di sisi kanan atas

e. Demam

f. Mual dan muntah (Zieve David,2009)

4. Diagnosis Obstruksi Biliaris

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik, adanya tanda

ikterus atau kuning pada kulit, pada mata dan di bawah lidah. Pada pemeriksaan

perut, hati teraba membesar kadang juga disertai limfa yang membesar.

Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan darah (terdapat peningkatan kadar bilirubin)

Pemeriksaan darah dilakukan untuk pemeriksaan fungsi hati khususnya terdapat

peningkatan kadar bilirubin direk. Disamping itu dilakukan pemeriksaan albumin,

SGOT, SGPT, alkali fosfatase, GGT dan faktor pembekuan darah.

1) Rontgen perut (tampak hati membesar)

2) Kolangiogram atau kolangiografi intraoperatif

Yaitu dengan memasukkan cairan tertentu ke jaringan empedu untuk

mengetahui kondisi saluran empedu. Pemeriksaan kolangiogram intraoperatif

dilakukan dengan visualisasi langsung untuk mengetahui patensi saluran bilier

sebelum dilakukan operasi Kasai.


3) Breath test

Dilakukan untuk mengukur kemampuan hati dalam memetabolisir sejumlah

obat. Obat-obat tersebut ditandai dengan perunut radioaktif, diberikan per-

oral (ditelan) maupun intravena (melalui pembuluh darah).

Banyaknya radioaktivitas dalam pernafasan penderita menunjukkan

banyaknya obat yang dimetabolisir oleh hati.

4) USG

Menggunakan gelombang suara untuk menggambarkan hati, kandung empedu

dan saluran empedu. Pemeriksaan ini bagus untuk mengetahui kelainan

struktural, seperti tumor. USG merupakan pemeriksaan paling murah, paling

aman dan paling peka untuk memberikan gambaran dari kandung empedu dan

saluran empedu. Dengan USG, dokter dengan mudah bisa mengetahui adanya

batu empedu di dalam kandung empedu. USG dengan mudah membedakan

sakit kuning (jaundice) yang disebabkan oleh penyumbatan saluran empedu

dari sakit kuning yang disebabkan oleh kelainan fungsi sel hati. USG Doppler

bisa digunakan untuk menunjukkan aliran darah dalam pembuluh darah di hati.

USG juga bisa digunakan sebagai penuntun pada saat memasukkan jarum

untuk mendapatkan contoh jaringan biopsi.

5) Imaging radionuklida (radioisotop)

Menggunakan bahan yang mengandung perunut radioaktif, yang disuntikkan

ke dalam tubuh dan diikat oleh organ tertentu. Radioaktivitas dilihat dengan

kamera sinar gamma yang dipasangkan pada sebuah komputer.

6) Scaning hati

Merupakan penggambaran radionuklida yang menggunakan substansi

radioaktif, yang diikat oleh sel-sel hati.


7) Koleskintigrafi

Menggunakan zat radioaktif yang akan dibuang oleh hati ke dalam saluran

empedu. Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui peradangan akut dari

kandung empedu (kolesistitis).

8) CT scan

Bisa memberikan gambaran hati yang sempurna dan terutama digunakan untuk

mencari tumor. Pemeriksaan ini bisa menemukan kelainan yang difus

(tersebar), seperti perlemakan hati (fatty liver) dan jaringan hati yang menebal

secara abnormal (hemokromatosis). Tetapi karena menggunakan sinar X dan

biayanya mahal, pemeriksaan ini tidak banyak digunakan.

9) MRI

Memberikan gambaran yang sempurna, mirip dengan CT scan. Pemeriksaan

ini lebih mahal dari CT scan, membutuhkan waktu lebih lama dan penderita

harus berbaring dalam ruangan yang sempit, menyebabkan beberapa penderita

mengalami klaustrofobia (takut akan tempat sempit).

10)Kolangiopankreatografi endoskopik retrograd

Merupakan suatu pemeriksaan dimana suatu endoskopi dimasukkan ke dalam

mulut, melewati lambung dan usus dua belas jari, menuju ke saluran empedu.

Suatu zat radiopak kemudian disuntikkan ke dalam saluran empedu dan

diambil foto rontgen dari saluran empedu. Pemeriksaan ini menyebabkan

peradangan pada pankreas (pankreatitis) pada 3-5% penderita.

11)Kolangiografi transhepatik perkutaneus

Menggunakan jarum panjang yang dimasukkan melalui kulit ke dalam hati,

kemudian disuntikkan zat radiopak ke dalam salah satu dari saluran empedu.
Bisa digunakan USG untuk menuntun masuknya jarum. Rontgen secara jelas

menunjukkan saluran empedu, terutama penyumbatan di dalam hati.

12) Kolangiografi operatif

Menggunakan zat radiopak yang bisa dilihat pada rontgen. Selama suatu

pembedahan, zat tersebut disuntikkan secara langsung kedalam saluran

empedu. Foto rontgen akan menunjukkan gambaran yang jelas dari saluran

empedu.

13) Foto rontgen sederhana

Sering bisa menunjukkan suatu batu empedu yang berkapur.

14) Pemeriksaan Biopsi hati

Untuk melihat struktur organ hati apakah terdapat sirosis hati atau kompilkasi

lainnya. Laparotomi biasanya dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan.

15) Laparotomi (biasanya dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan).

5. Pencegahan Obstruksi Biliaris

Dapat mengetahui setiap faktor risiko yang dimiliki, sehingga bisa mendapatkan

diagnosis dan pengobatan jika saluran empedu tersumbat. Penyumbatan itu sendiri

tidak dapat dicegah. (Attasaranya S, Fogel EL, 2008).

Dalam hal ini bidan dapat memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua untuk

mengantisipasi setiap faktor resiko terjadinya obstruksi biliaris (penyumbatan

saluran empedu), dengan keadaan fisik yang menunjukan anak tampak ikterik,

feses pucat dan urine berwarna gelap (pekat). (Sarjadi, 2000).


6. Penatalaksanaan Obstruksi Biliaris

Pada dasarnya penatalaksanaan pasien dengan obstruksi biliaris bertujuan untuk

menghilangkan penyebab sumbatan atau mengalihkan aliran empedu. Tindakan

tersebut dapat berupa tindakan pembedahan misalnya pengangkatan batu atau

reseksi tumor. Dapat pula upaya untuk menghilangkan sumbatan dengan tindakan

endoskopi baik melalui papila vater atau dengan laparoskopi. (Reksoprodjo,

1995).

Bila tindakan pembedahan tidak mungkin dilakukan untuk menghilangkan

penyebab sumbatan, dilakukan tindakan drenase yang bertujuan agar empedu

yang terhambat dapat dialirkan. Drenase dapat dilakukan keluar tubuh misalnya

dengan pemasangan pipa naso bilier, pipa T pada duktus koledokus, atau

kolesistostomi. Drenase interna dapat dilakukan dengan membuat pintasan bilio

digestif. Drenase interna ini dapat berupa kelesisto-jejunostomi, koledoko-

duodenostomi, koledoko-jejunustomi atau hepatiko-jejunustomi. (Reksoprodjo,

1995)

a. Penatalaksanaan Keperawatan

Pertahankan kesehatan bayi (pemberian makan yang cukup gizi sesuai dengan

kebutuhan, serta menghindarkan kontak infeksi). Berikan penjelasan kepada

orang tua bahwa keadaan kuning pada bayinya berbeda dengan bayi lain yang

kuning karena hiperbilirubinemia biasa yang dapat hanya dengan terapi sinar

atau terapi lain. Pada bayi ini perlu tindakan bedah karena terdapatnya

penyumbatan. (Ngastiyah, 2005).

b. Penatalaksanaan Medisnya ialah dengan cara operasi (Ngastiyah, 2005).


BAB III

STUDI KASUS

Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir dengan Atresia Ani

A. Data Subjektif

1. Biodata Anak

Nama anak :
Umur :
Jenis kelamin :
Anak ke - :

2. Biodata Orang tua

Nama Ayah : Nama Ibu :


Umur : Umur :
Suku bangsa : Suku bangsa :
Agama : Agama :
Pendidikan : Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Alamat : Alamat :

3. Keluhan Utama
Ibu mengatakan anaknya tidak buang air besar sejak lahir dan muntah-muntah
setiap disusukan.

4. Riwayat Kehamilan

5. Riwayat kesehatan anak


.
B. Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum
2. Keadaan umum : bayi umumnya tampak sakit
3. Menangis : bayi menangis saat diperiksa
4. Pergerakan : pergerakan bayi biasanya kurang aktif
5. Warna kulit : warna kulit kemerahan.
6. TTV
a. RR : biasanya normal
b. Suhu : biasanya normal
c. Nadi : biasanya normal

7. Antropometri
a. Berat badan : normal
b. Panjang badan : normal

8. Pemeriksaan fisik

a. Anus : Anus tampak kemerahan.


b. Abdomen : Adanya distensi abdomen, terdengar suara
hiperperistaltik.
9. Assesment
Bayi . Usia . tahun dengan Obstuksi Biliaris

10. Planning
a. Penatalaksanaan di Bidan BPS :
1) Bidan mnjelaskan mengenai kelainan bawaan yang dialami oleh bayi.

b. Penatalaksanaan Bidan RS
1) Asuhan pra bedah

2) Asuhan pasca bedah


Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir dengan Obstruksi Biliaris

A. Data Subjektif

1. Biodata Anak

Nama anak :
Umur :
Jenis kelamin :
Anak ke - :

2. Biodata Orang tua

Nama Ayah : Nama Ibu :


Umur : Umur :
Suku bangsa : Suku bangsa :
Agama : Agama :
Pendidikan : Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Alamat : Alamat :

3. Keluhan Utama
Ibu mengatakan anaknya demam, muntah dan kulitnya berwarna kuning.

4. Riwayat Kehamilan

5. Riwayat kesehatan anak

C. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
2. Keadaan umum : bayi umumnya tampak sakit
3. Menangis : bayi menangis saat diperiksa
4. Pergerakan : pergerakan bayi biasanya kurang aktif
5. Warna kulit : bayi obstruksi biliaris warna kulitnya kuning.
6. TTV
a. RR : biasanya normal
b. Suhu : biasanya normal
c. Nadi : biasanya normal

7. Antropometri
a. Berat badan : normal
b. Panjang badan : normal

8. Pemeriksaan fisik
a. Mata : konjungtiva merah muda, sklera kuning, refleks pupil positif.

b. Mulut : bagian bawah lidah berwarna kuning

c. Abdomen : adanya pembesaran hati dan limfa.

d.

9. Assesment
Bayi . Usia . tahun dengan Obstuksi Biliaris

10. Planning
a. Penatalaksanaan di Bidan BPS :
1) Bidan mnjelaskan mengenai kelainan bawaan yang dialami oleh bayi.

b. Penatalaksanaan Bidan RS
1) Asuhan pra bedah :
2) Asuhan pasca bedah
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai