Laporan RX
Laporan RX
TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi, temperatur,
dan katalisator terhadap kecepatan reaksi.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Kecepatan reaksi merupakan waktu yang diperlukan suatu zat dalam bereaksi dan
terjadi perubahan konsentrasi pereaksinya. Jika keadaannya seimbang dan tercapai
dalam waktu yang isngkat maka reaksipun berjalan cepat. Dalam reaksi yang
berlangsung, kecepatan reaksi akan terus mengalami perubahan dimana akan relatif
besar saat awal dan mengecil saat mendekati keadaan seimbang (Tupamahu, 1992).
Pada reaksi kimia akan terjadi perubahan jumlah zat yang bereaksi (reaktan) dan zat
yang dihasilkan (produk). Zat yang bereaksi dapat mengalami penurunan dan
penambahan, hal ini disebut laju reaksi. Perubahan ini terjadi dalam bentuk konsentrasi
molar.
Apabila konsentrasi zat yang bereaksi makin besar maka reaksi kimia yang
berlangsung juga akan semakin cepat. Bila konsentrasi larutan semakin pekat
maka jumlah partikel yang terkandung dalam larutan juga semakin banyak.
Kecepatan reaksi bergantung pada banyaknya tumbukan antar molekul yang
terjadi dan efektifitas tumbukan tersebut (Solomon, 1983). Jadi, kecepatan
reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi larutan yang bereaksi.
Reaksi akan semakin cepat bila luas permukaan zatnya semakin halus.
Konsentrasi dan luas permukaan akan memperbesar timbulnya tumbukan
sehingga banyak zat baru yang akan timbul dan ini berarti reaksinya akan
semakin cepat (Hein, 1992).
1
2
c. Macam zat
Macam zat ikut mempengaruhi kecepatan suatu reaksi dimana zat yang dalam
bentuk serbuk reaksinya akan semakin cepat. Serbuk memiliki luas permukaan
yang lebih besar dari zat padat (Hein, 1992).
Grafik 1
e. Energi Aktivasi
Cara lain untuk mempercepat laju reaksi adalah dengan memperkecil energi
aktivasinya. Cara ini dilakukan dengan menambahkan katalisator ke dalam zat
yang akan direaksikan. Katalisator merupakan zat yang ketika ditambahkan
pada larutan dapat meningkatkan kecepatan reaksi, tetapi tidak mengalami
perubahan ketika reaksi telah selesai. Hal ini dikarenakan katalisator tidak ikut
bereaksi. Peristiwa ini ditunjukkan dengan gambar di bawah.
3
Grafik 1
Katalis tidak dapat mengawali suatu reaksi dan berupa molekul atau ion pada
larutan yang disebut katalis homogen atau otokatalisator (Conley, 1987).
Sedangkan katalis heterogen terjadi bila katalisator berbeda fase dengan fase
zat yang dikatalis. Pada katalis heterogen pereaksi berfase gas atau larutan akan
diadsorbsi ke permukaan katalis. Dalam katalis heterogen tercakup adsorbsi,
difusi reaksi sepanjang permukaan, reaksi pada sisi aktif membentuk hasil yang
teradsorbsi, dan lepasnya hasil reaksi. Sedangkan autokatalis terjadi jika hasil
reaksi akan mengkatalis reaksi selanjutnya. Autokatalis ditandai reaksi awal
berjalan lambat, tetapi semakin lama semakin cepat (Day & Underwood,
1992).
4
Katalis Oksidator
Katalis oksidator bekerja pada reaksi oksidasi dan berfungsi memindahkan
atom oksigen.
Biokatalis
Biokatalis bekerja pada makhluk hidup yang lebih sering dikenal dengan
nama enzim ( Ebbing , 1987 ).
3. MATERI METODE
3.1. Materi
3.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet
ukur, pompa Pilleus, timer, bunsen, kaki tiga, kasa asbes, termometer, gelas piala 400ml
dan pipet tetes
3.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Na2S2O3 0,1 N, HCl 0,5 N,
aquadestilata, (COOH)2 0,1 N, H2SO4 6 N, MnSO4 1 N, dan KMnO4 0,1 N.
3.2. Metode
3.2.1.1. Percobaan I
Larutan asam klorida dan natrium tio sulfat dicampurkan kemudian isi tabung ke 6
dituang ke dalam tabung ke 1 lalu dituang kembali ke tabung 6. Isi tabung ke 5 dituang
ke dalam tabung ke 2 lalu dituang kembali ke tabung ke 5. Isi tabung ke 4 dituang ke
dalam tabung ke 3 lalu dituang kembali ke tabung 4. Kemudian diamati perubahan yang
terjadi dan dicatat lama waktu reaksi yang terjadi pada masing-masing tabung.
3.2.1.2. Percobaan II
Pada percobaan II, konsentrasi asam klorida (HCl) dibuat variabel, sedangkan
konsentrasi natrium tiosulfat (Na2S2O3) dibuat konstan. Enam buah tabung reaksi
5
6
disiapkan. 3 buah tabung tersebut masing-masing diisi dengan 5 ml larutan HCl 0,5 N.
Kemudian tabung ke 4 diisi dengan 6 ml Na2S2O3 0,1 N. Tabung ke 5 diisi dengan 1 ml
larutan tabung ke 4 kemudian ditambah 5 ml aquadestilata. Tabung ke 6 diisi 1 ml
larutan tabung ke 5 ditambah dengan 4 ml aquadestilata.
Larutan asam klorida diencerkan dan natrium tio sulfat konsentrasinya dibuat sama
kemudian isi tabung ke 6 dituang ke dalam tabung ke 1 lalu dituang kembali ke tabung
6. Isi tabung ke 5 dituang ke dalam tabung ke 2 lalu dituang kembali ke tabung ke 5. Isi
tabung ke 4 dituang ke dalam tabung ke 3 lalu dituang kembali ke tabung 4. Kemudian
diamati perubahan yang terjadi dan dicatat lama waktu reaksi yang terjadi pada masing-
masing tabung. Setelah itu dilakukan perbandingan dengan percobaan I.
Enam buah tabung reaksi disiapkan dengan tiga tabung pertama diisi masing-masing
5ml asam klorida 0,5 N (tabung 1,2,3) sedangkan tiga tabung berikutnya diisi masing-
masing dengan 5ml natrium tio sulfat 0,1 N (tabung 4,5,6). Isi pada tabung 1 dan 4
dicampurkan tanpa pemanasan kemudian waktu kecepatan reaksinya dicacat sampai
mengalami kekeruhan.
Gelas piala diisi dengan air setinggi 6-7 cm dan dipanaskan sampai temperaturnya
mencapai 50C. Tabung reaksi 2 dan 5 dimasukkan ke dalam gelas piala yang sudah
dipanaskan tadi, sambil dikocok-kocok supaya temperatur isi tabung 2 dan 5
dicampurkan. Waktu kecepatan reaksi sampai mengalami kekeruhan dicatat.
Kemudian air dalam gelas piala dipanaskan hingga temperaturnya mencapai 80C
(mendidih). Tabung reaksi 3 dan 6 dimasukkan ke dalam gelas piala yang sudah
dipanaskan tersebut. Setelah temperatur larutan di dalam tabung mencapai 80C, isi
tabung 3 dan 6 dicampurkan. Hitung dan catat waktu kecepatan reaksi sampai
mengalami kekeruhan. Taruh ketiga tabung yang sudah direaksikan tersebut di rak
tabung reaksi, amati kekeruhannya atau endapan yang timbul, kemudian bandingkan
kekeruhan satu tabung dengan yang lain.
7
Tiga buah tabung reaksi disiapkan dengan tabung 1 diisi dengan 6 ml (COOH) 2 0,1 N,
kemudian ditambahkan dengan 2 ml H2SO4 6 N, lalu ditambahkan lagi dengan 4 ml
MnSO4 1 N. Tabung 2 diisi dengan 6 ml (COOH) 2 0,1 N, kemudian ditambahkan
dengan 2 ml H2SO4 6 N, lalu ditambahkan lagi dengan 1 ml MnSO 4 1 N serta 3 ml H 2O.
Tabung 3 diisi dengan 6 ml (COOH)2 0,1 N, kemudian ditambahkan dengan 2 ml H2SO4
6 N, lalu ditambahkan lagi dengan 4 ml H2O.
Masing-masing dari ke tiga tabung tersebut ditetesi dengan 3 tetes KMnO 4, waku
kecepatan reaksi dicatat dan diamati perubahan warna yang terjadi. Hitung dan catat
waktu kecepatan reaki dan diamati perubahan warna yang terjadi.
4. HASIL PENGAMATAN
Pada Tabel 1, dapat dilihat data ketika konsentrasi HCl dibuat konstan. Pada reaksi
antara tabung 6 dan 1 larutan bereaksi dan tidak mengalami perubahan warna yang
berarti namun cenderung sedikit keruh pada menit ke 5 lebih 48 detik. Pada reaksi
antara tabung 5 dan 2 untuk menjadi keruh dibutuhkan waktu 5 menit 21 detik.
Sedangkan pada reaksi antara tabung 4 dan 3 dibutuhkan waktu 38 detik untuk menjadi
keruh.
Kemudian bila konsentrasi Na2S2O3 dibuat konstan maka pada tabung 6 dan 1
dibutuhkan waktu 1 menit 32 detik agar larutan menjadi keruh. Kemudian pada reaksi
antara tabung 5 dan 2 dibutuhkan waktu 1 menit 28 detik. Sedangkan pada reaksi antara
tabung 4 dan 3 dibutuhkan waktu 47 detik agar menjadi keruh.
8
9
Keterangan: = sekon
Pada Tabel 2, dapat dilihat bahwa jika tanpa pemanasan dibutuhkan waktu sekitar 54
detik agar larutan bereaksi dan berubah warna menjadi putih. Jika dipanaskan hingga
50oC maka dibutuhkan waktu 27 detik agar larutan bereaksi dan berubah menjadi putih.
Jika dipanaskan hingga 80oC maka dibutuhkan waktu hanya 5 detik agar larutan
bereaksi serta menjadi putih.
Hasil pengamatan tentang percobaan katalisator sebagai faktor kecepatan reaksi dapat
dilihat pada Tabel 3.
Pada Tabel 3, dapat dilihat bahwa pada tabung 1 dibutuhkan waktu 27 detik agar larutan
bereaksi dan berubah warna dari coklat menjadi bening. Pada tabung 2 dibutuhkan
waktu 53 detik agar larutan bereaksi dan berubah warna dari coklat menjadi bening.
Pada tabung 3 dibutuhkan waktu 1 menit 4 detik untuk berubah warna dari coklat
menjadi bening.
5. PEMBAHASAN
Percobaan ini dilakukan 2 kali. Pada percobaan I, konsentrasi HCl dibuat konstan dan
konsentrasi Na2S2O3 dibuat variabel. Data yang didapat menunjukkan bahwa
pencampuran larutan dari tabung 4 dan 3 membutuhkan waktu reaksi yang paling cepat,
yaitu 38 detik dan menunjukkan kekeruhan dengan tingkat yang paling tinggi.
Pencampuran larutan dari tabung 5 dan 2 membutuhkan waktu yang sedikit lebih lama,
yaitu 5 menit 21 detik dan pada pencampuran larutan dari tabung 6 dan 1 membutuhkan
waktu yang paling lama, yaitu 5 menit 48 detik, dan warnanya tidak begitu keruh
daripada pencampuran larutan dari tabung 4 dan 3 maupun 5 dan 2.
Pada percobaan II, dimana konsentrasi Na2S2O3 dibuat konstan dan konsentrasi HCl
dibuat variabel waktu reaksi yang tercepat, 47 detik yang terjadi pada pencampuran
larutan dari tabung 4 dan 3 dan warnanya juga paling keruh disertai endapan.
Sedangkan waktu reaksi pencampuran larutan dari tabung 5 dan 2 sedikit lebih cepat
dari pada waktu reaksi pencampuran larutan dari tabung 6 dan 1 yaitu 1 menit 28 detik.
Sedangkan pada tabung 6 dan 1 reaksi yang berlangsung sekitar 1 menit 32 detik. Lalu
pada tabung 6 dan 1 memiliki tingkat kekeruhan paling rendah dibanding 2 tabung
lainnya.
Dari kedua percobaan reaksi di atas (HCl konstan dan Na2S2O3 konstan) dapat dilihat
bahwa reaksi yang terjadi semakin cepat karena bertambahnya konsentrasi larutan. Hal
ini terjadi karena apabila konsentrasi suatu zat makin besar maka makin banyak pula
jumlah partikel zatnya yang mengakibatkan tumbukan antara partikel-partikel zat
tersebut semakin sering terjadi. Tumbukan tersebut akan memperbanyak zat baru yang
terbentuk sehingga reaksi dapat berlangsung semakin cepat (Hein, 1992).
10
11
yang berwujud padat inilah yang menyebabkannya terjadi warna putih dan kekeruhan
pada reaksi tersebut serta menghasilkan endapan (Day & Underwood, 1992).
Waktu reaksi yang diperlukan dan warna serta tingkat kekeruhan yang terjadi berbeda-
beda satu sama lain karena faktor perbedaan konsentrasi larutan. Perbedaan konsentrasi
larutan ini terjadi karena adanya proses pengenceran yang dilakukan. Semakin tinggi
tingkat konsentrasi suatu larutan maka waktu yang diperlukan untuk reaksi makin cepat
dan tingkat kekeruhan yang terjadi pun semakin tinggi. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa konsentrasi larutan sebanding dengan kecepatan reaksi serta tingkat
kekeruhan hasil reaksi.
Pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa larutan dalam tabung yang mengalami
pemanasan dengan temperatur 800C (temperatur tertingginya) membutuhkan waktu
reaksi yang paling singkat yakni hanya 5 detik. Larutan yang dicampurkan dan
dipanaskan pada temperatur 500C memerlukan waktu reaksi yang sedikit lebih lama dari
pada yang dipanaskan pada temperatur 800C dan lebih cepat bila dibandingkan dengan
yang tanpa pemanasan. Sedangkan pada larutan yang dicampurkan tanpa pemanasan
membutuhkan waktu reaksi yang paling lama. Hal ini terjadi karena temperatur yang
tinggi dapat meningkatkan kecepatan reaksi (Rogers, 1986). Kekeruhan campuran
larutan yang didapatkan pada percobaan ini adalah putih susu keruh. Jadi semakin tinggi
temperatur suatu reaksi maka waktu reaksi yang diperlukan pun makin kecil.
Dalam percobaan ini diperoleh data bahwa tabung 1 memerlukan waktu paling cepat
untuk mengalami perubahan warna dari coklat hingga menjadi bening kembali yakni
hanya 27 detik. Kemudian waktu yang diperlukan oleh tabung 2 untuk mengalami
perubahan warna dari coklat menjadi bening kembali adalah 53 detik. Sedangkan waktu
yang diperlukan oleh tabung 3 untuk mengalami perubahan warna dari coklat menjadi
bening adalah 1 menit 4 detik.
12
Reaksi pada tabung 1 dan 2 menjadi lebih cepat dibanding dengan tabung 3 karena
adanya penambahan larutan MnSO4 yang menghasilkan ion Mn+2 yang dapat beraksi
sebagai katalisator. Hasil reaksi yang beraksi untuk mengkatalis reaksi selanjutnya
disebut autokatalisator (Day & Underwood,1992).
Oleh sebab itu penambahan katalisator menyebabkan suatu reaksi akan berlangsung
lebih cepat. Selain itu perubahan warna yang terjadi pun lebih tidak bervariasi dari pada
perubahan warna larutan yang tidak mendapat katalisator. Perubahan warna larutan
yang mendapat katalisator adalah dari coklat menjadi bening. Sedangkan perubahan
warna pada larutan yang tidak mendapatkan katalisator seharusnya lebih beragam yaitu
dari bening menjadi ungu, merah, cokelat kemudian kembali bening lagi. Namun karena
beberapa faktor yang mempengaruhi saat dilakukan percobaan ketiga tabung memiliki
warna sama semua. Dengan semakin sedikitnya perubahan warna yang terjadi maka
waktu reaksi yang diperlukan pun lebih cepat.
6. KESIMPULAN
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan suatu reaksi yaitu konsentrasi
zat, jenis zat, luas permukaan zat, temperatur campuran reaksi dan adanya
katalisator positif.
Autokatalisator adalah katalisator yang berasal dari hasil reaksi itu sendiri.
- Fiera Lusida
Jessica Octavin
11.70.0119
13
7. DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A. & A.L. Underwood. (1992). Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.
Petrucci, Ralph H. & Robert K. Wismer. (1987). General Chemistry with Qualitative
Analysis Second Editon. Macmillan Publishing Company. New York.
14
15
8. LAMPIRAN