Anda di halaman 1dari 13

HUKUM ISLAM DAN PERBEDAAN MAZHAB

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pendidikan Agama Islam
Yang dibina oleh Bapak Moch. Wahib Dariyadi, M.Pd

Oleh kelompok 4
1. Annysa Vero Styaningrum (160342606295)
2. Avryan Sandryawan (170621634578)
3. Galih Hadi Prayoga (170621634541)
4. Ingeldy Vyola (170621634559)
5. Moh Izzudin Arrozi (170621634510)
6. Rusmawan Ari Sandy (170621634524)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
JURUSAN ILMU KEOLAHRAGAAN
September 2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam merupakan agama terakhir yang diturunkan Allah SWT kepada seluruh umat
manusia.Sebagai agama terakhir, islam memberikan bimbingan dan tuntunan kepada pemeluknya
berupa seperangkat aturan agar kehidupan mereka dapat berjalan dengan baik sehingga pada
gilirannya bisa melahirkan kesejahteraan, kedamaian, dan kebahagiaan dunia akherat.
Islam pada masa Rassulullah SAW ketika ada permasalahan dan kekuarangan paham
dalam masalah hukum islam para sahabat langsung menanyakan pada Rasulullah SAW sehingga
cepat terselesaikan. Sehingga pada perkembangan hukum islam setelah wafatnya Rassulullah
SAW berkembang sangat pesat ini para sahabat masih tetap menggunakan pengalaman yang sama.
Dengan seiring berjalannya waktu dan perkembangan sehingga para ulama harus bekerja keras
untuk mengetahui hukum-hukum syariat untuk diseimbangkan dengan kebutuhan peradaban yang
terus berkembang. Dengan adanya Al Quran dan hadis itu saja tidak lebih dari cukup, sehingga
adanya hukum islam lain seperti Syariah dan fikih.
Didalam kamus fikih menyatakan bahwa mazhab adalah metode tertentu dalam menggali
hukum syariah yang bersifat praktis dari dalil dalilnya yang bersifat kasuistik. Oleh karena
banyaknya para ulama dan fiqih, yang menyebabkan penggalian hukum yang berbeda beda
pemikiran yang kemudian tidak mengherankan muncul beragam mazhab fikih. Hal ini karena
ulama-ulama sejak masa para sahabat berijtihad. Namun dari setiap mazhab yang ada tersebut
hanya sedikit yang mampu bertahan dan masih dijadikan panduan hingga saat ini.
Dalam makalah yang dibuat ini bermaksud menjelaskan ragam pendekatan hukum islam,
sumber-sumber hukum islam, dan perbedaan mazhab dan penyikapannya bagaimana.
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian hukum islam beserta ragam pendekatnnya?
b. Apa saja landasan dari sumber-sumber hukum islam?
c. Bagaimana perbedaan dari macam macam mazhab dan penyikapannya?
d. Bagaimana akomodasi kearifan local dalam hukum islam?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian hukum islam beserta ragam pendekatannya
b. Untuk mengetahui landasan dari sumber-sumber hukum islam.
c. Untuk mengetahuiperbedaan dari macam macam mazhab dan penyikapannya.
d. Untuk mengetahuiakomodasi kearifan local dalam hukum islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. pengertian hukum islam dan ragam pendekatannya
1. Pengertian Hukum Islam

Islam merupakan agama terakhir yang diturunkan Allah swt kepada seluruh umat
manusia.sebagai agama terakhir,islam memberikan bimbingan dan tuntutan kepada pemeluknya
berupa seperangkat aturan agar kehidupan mereka dapat berjalan dengan baik sehingga pada
gilirannya bisa melahirkan kesejahteraan,kedamaian dan kebahagiaan di dunia dan akherat,dilihat
dari perspektif sejarah,istilah hukum islam disinyalir datang paling belakangan bila dibanding
dengan istilah syariah dan fikih.

Memang kata hukm yang berarti hukum banyak sekali terdapat dalam ayat-ayat al-Quran tetapi
tidak satupun kata hukm yang disandingkan dengan kata islam.berbeda dengan penamaan
hukum islam, penggunaan istilah syariah dan fiqih banyak dijumpai dalam al-Quran dan hadis
nabi salah satunya bisa dilihat pada Q.S al-jatsiyah:18 dan hadisbyang disampaikan oleh Ibnu
Abbas:

Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu),
maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak
mengetahui

Secara garis besar syariat islam dapat dibagi dalam tiga cakupan:

A. Meliputi petunjuk dan bimbingan untuk memproleh pengenalan (marifat) yang benar
tentang Allah swt dan alam gaib, yang disebut ahkam syariyyah:

B. Meliputi petunjuk dan bimbingan untuk pengembangan potensi kebaikan yang ada dalam
diri manusia, supaya ia menjadi makluk terhormat, yang disebut ahkam syariyyah
khuluqiyyah

C. Meliputi berbagaiketentuan dan seperangkat peraturan hukum untuk menata hal-hal praktis
dalam melakukan ibadah (pengabdian) kepada Allah dan terwujudnya ketentraman dalam
pergaulan manusia yang disebut ahkam syariyyah amaliyyah
Merujuk kepada penjelasan diatas, dapat difahami bahwa syariah dan fiqih adalah dua hal yang
berbeda tetapi mempunyai hubungan yang sangat erat.

2. Ragam pendekatan hukum islam

Sebagaimana di jelaskan sebelumnya bahwa syariah merupakan rumusan yang masih


bersifat global, oleh karenanya agar lebih spesifik perlu difahami dan di tafsirkan menjadi kaidah-
kaidah yang lebih rinci. Dalam rangka memahami syariah itulah, terdapat banyak ragam
pendekatan yang di kembangkan oleh para ulama,dimana tujuannya adalah agar dapat
menemukan pemahaman yang paling dekat dengan makna sebenarnya yang terkandung dalam al-
Quran dan Hadis.

Pendekatan Teologis Normatif

Pendekatan teologis normatif dalam memahami agama secara harfiah dapat diartikan
sebagai upaya memahami agama dengan menggunakan kerangka Ilmu Ketuhanan yang bertolak
dari suatu keyakinan bahwa wujud empirik dari suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling
benar dibandingkan dengan lainnya. Pendekatan normatif lebih melihat studi Islam dari apa yang
tertera dalam teks Alquran dan Hadits.

Pendekatan Sosiologis

Pada prinsipnya, Sosiologi merupakan sebuah kajian ilmu yang berkaitan denganaspek
hubungan sosial manusia antara yang satu dengan yang lain, atau antara kelompok yang satu
dengan yang lain. Pendekatan Sosiologi merupakan sebuah pendekatan dalam memahami Islam
dari kerangka ilmu sosial, atau yang berkaitan dengan aspek hubungan sosial manusia antara yang
satu dengan yang lain

Pendekatan Kontekstual

Pemahaman ragam ini belakangan dikembangkan oleh banyak ulama,para penganut ragam
ini berusaha menggali substansi teks al-Quran dan Hadis kemudian mengkontekskannya sesuai
dengan perkembangan situasi dan kondisi.dengan cara ini pesan luhur dalam suatu teks tidak
hilang begitu saja,namun formulasi penerapannya dalam kehidupan disesuaikan dengan
perkembangan sosio kemasyarakatan.
Pendekatan Tekstualis Atau Transkripturalis

Ragam pemahaman ini mencoba memahami teks-teks al-Quran dan hadis secara tersurat
(apa adanya). Ragam ini juga berusaha menjadikan hasil penafsiran para ulamagenerasi awal
(Fikih klasik) menjadikan rujukan ideal untuk dilaksanakan pada jaman sekarang ini.

B. Sumber Hukum Islam

Sumber hukum islam secara keseluruhan ada tiga yaitu Al- Quran, hadist dan ijtihad.Al-
Quran dan hadis adalah sumber hukum Islam yang mengatur secara umum prinsip-prinsip yang
terkait dengan ibadah, namun dalam hal di luar ibadah,seperti muamalah keduanya tidak secara
tegas mengaturnya.Keberadaan Al-Quran dan hadis yang bersifat global menyebabkan umat
Islam harus melakukan penafsiran terhadap keduanya ke dalam kaidah-kaidah yang lebihh
konkret,aplikatif,dan selanjutnya dilaksanakan. Proses penafsiran terhadap Al- Quran dan hadis
yang demikian kemudian dinamakan dengan ijtihad.

1. Al- Quran: Sumber Pokok Hukum Islam


Al-Quran secara etimologis berdasarkan pendapat yang paling kuat sebagaimana dinyatakan
oleh Dr. Shubhi Shalih (1990:56) berarti bacaan atau yang dibaca Pengertian ini sejalan
dengan firman Allah dalam Q.S. al- Qiyamah:16-19:

) ( ) ( ) (
)(

16. Jangan engkau (Muhammad) gerakkan lidahmu (untuk membaca Al Quran) karena hendak
cepat-cepat (menguasai)nya.17 Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di
dadamu) dan membacakannya. 18.Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah
bacaannya itu. 19. Kemudian sesungguhnya Kami yang akan menjelaskannya

Adapun secara terminologis, menurut Imam Syaukani, al-Quran adalah kalam Allah yang
diturunkan kepada Rasul-Nya, Muhammad bin Abdullah dalam bahasa arab dan maknanya
yang murni,yang sampai kepada kita secara mutawatir.Mutawatir artinya proses penyampaian
al-Quran kepada kita tidak mengalami keterputusan generasi dan dilakukan oleh orang-orang.
Menurut Khalaf (1978:32-33) komposisi ayat al-Quran yang berbicara mengenai tema hokum
jauh lebih sedikit disbanding dengan tema akhlak,akidah, atau sejarah sekalipun. Oleh karena
itu, dapat dimengerti mengapa perlu dilakukan penafsiran terhadap Al-Quran yang disesuaikan
dengan konteks perkembangan jaman untuk memberikan justifikasi hukum terhadap berbagai
persoalan umat.
2. Hadis: Sumber Hukum Islam Kedua
Hadis secara etimologis berarti perkataan, cerita, atau kejadian(Munawir, 1997:242),seperti
dalam ungkapan Arab,Atahaddatsu maahu artinya Saya berkata dengannya, hadits al-
ifk artinya cerita bohong, dan hadits adhim artiny kejadian besar.
Adapun secara terminologis, menurut Manna al-Qatthan (1987) adalah:

Segala sesuatu yang datang dari Nabi Muhammad, baik berupa perkataan,perbuatan, maupun
ketetapannya

Maksud dari tarqiq(ketetapan) Nabi Muhammad SAW adalah pembenaran beliau


terhadap sikap.perilaku, atau perkataan para sahabat, baik yang mereka lakukan dihadapan
beliau atau yang disampaikann kepada beliau (qatthan, 1987:6).

Hubungan antara hadis dengan al-Quran adalah sebagai penjelas dan penafsir al-
Quran.Syeikh Maliki (1990:12-14) menjelaskan bahwa hadis mempunyai peranan sebagai
bayan (penjelas) terhadap kandungan al-Quran.Karena itu, bagi umat Islam keberadaan hadis
dalam proses penetapan hukum tidak bisa diabaikan,karena ia menjadi penjelas manakala al-
Quran belum secara tegas dan rinci memberikan landasan hukum.Namun tidak semua hadis
menjadi landasan hukum.

3. Ijtihad: Sumber Pelengkap Hukum Islam


Ijtihad secara bahasa adalah mencurahkan segala kemampuan untuk mereallisasikan
sesuatu. Pengertian ini mengandung makna bahwa ijtihad hanya dipergunakan pada sesuatu
hal dimana ada beban berat dan kesuliatan-kesulitan (Zuhaili 1988:1037).
Adapun menurut istilah, Imam Ghazali dalam kitabnya al-Mustashfa Min Ilmi al-Ushul
(jilid 2:350) mendefinisikan ijtihad sebagai berikut:
ijtihad adalah upaya seseorang mujtahid mencurahkan kemampuannya dalam memperoleh
pengetahuan tentang berbagai hukum syariah.

Definisi diatas dapat dipaami bahwa ijtihad merupkan aktifitas yang sungguh-sungguh dari
seorang ulama dalam menggali hukum yang masih bersifat global yang terdapat dalam
hukum syariah.
Imam al-Syaukani (1992:297-302) menandaskan bahwa seorang yang hendak berijtihad
dipersyaratkan:
a. Mampu memahami dengan baik al-Quran dan hadis
b. Menguasai seluruh masalah yang hukumnya telah ditunjukkan oleh ijma
(kesepakatan para sahabat nabi)
c. Menguasai bahasa Arab secara komprehensif
d. Menguasai ilmu Ushul al-Figh
e. Memiliki pengetahuan di bidang nasikh-mansukh(konsep pembatalan hukum,baik
yang menyangkut ayat al-Quran atau hadis Nabi)

C. Perbedaan mazhab dan penyikapannya


1. Ragam mazhab
1. Mazhab Maliki
Imam Maliki lahir di Madinah pada tahun 93 H / 712 M, Imam Malik adalah seorang
Huffazh (penghafal hadits) nomor satu pada zamannya.
Dasar-dasar pokok dari Mazhab Maliki yaitu berpegang pada:
1) Al Quran;
2) Sunnah Rasul SAW yang dipandang sah;
3) Ijma Ahl Madinah (kadang menolak hadits yang berlawanan atau tidak diamalkan
oleh para ulama Madinah);
4) Qias (kias / analogi / membandingkan);
5) Istislah. (istilah fikih, yaitu pendapat bahwa sesuatu adalah salih karena berfaedah,
bijak untuk, kepentingan dan keperluan umum)

2. Mazhab Syafii
Pemikiran fiqih mazhab Syafii ini diawali oleh Imam Syafii, yang hidup pada zaman
pertentangan antara aliran ahli hadits (cenderung berpegang pada teks hadits) dan ahl al-ra'y
(cenderung berpegang pada akal fikiran atau ijtihad).
Dasar-dasar atau asas-asas pokok mazhab Syafii berpegang pada:

1) Al Quran;
2) Tafsir lahiriahnya Al Quran selama tak ada dalil yang menegaskan bahwa yang
dimaksud bukan lahiriahnya
3) Sunnah Nabi SAW; Sunnah dari Rasulullah SAW kemudian digunakan jika tidak
ditemukan rujukan dari Al-Quran.
4) Ijma, hukum yang tak ada dalam Al Quran dan Hadits, keputusan diambil alim-
ulama dan atas kata sepakat (tidak diketahui ada perselisihan tentang sesuatu
5) Qias (ditolak dasar istihsan dan dasar ihtislah). Kias yang dalam Ar-Risalah disebut
sebagai ijtihad, apabila dalam ijma' tidak juga ditemukan hukumnya.
6) Istidlal, adalah suatu istilah fikih, yakni mencari atau menegakkan dalil daripada
penetapan akan dan kesimpulan-kesimpulannya atau dari seseorang yang
mengetahuinya, yang dipandang sebagai ushul fikh.

3. Mazhab Hambali
Mazhab ini banyak dianut penduduk Arabia Tengah, di Saudi Arabia (terutama kaum
Wahabi dan tokoh lainnya adalah Ibnu Taymiiah yang kemudian dijadikan sumber
doktrin dalam memberantas tradisi pengagungan (ziarah) kubur para Wali dan orang
muslim).
Dasar-dasar pokok mazhab Hambali berpegang pada:
1) Al Quran;
2) Hadits Marfu;
3) Fatwa-fatwa para sahabat dan fatwa-fatwa sahabat yang lebih dekat pada Quran dan
Sunnah, diantara fatwa-fatwa yang berlawanan;
4) Hadits Mursal dan hadits Daif, ialah hadits yang derajatnya kurang daripada sahih;
5) Qias (kias / analogi / membandingkan).

4. Mazhab Hanafi (699-767)


Mazhab Hanafi ialah salah satu mazhab fiqh dalam Islam sunni. Suatu mazhab yang
dikenal sebagai mazhab paling terbuka kepada idea modern.
Dasar-dasar pokok dari mazhab Hanafi berpegang pada:
1) Al Quran;
2) Sunnah Rasul SAW beserta peninggalan-peninggalan
sahih yang telah masyhur di antara para ulama;
3) Fatwa-fatwa para sahabat;
4) Qias;
5) Istihsan; Secara bahasa istihsan berarti menganggap baik sesuatu (hasan), adalah
salah satu cara menetapkan hukum di kalangan ahli ushul fikih. Melalui metode
istihsan.
2. Mengarifi Perbedaan Mazhab

Membekali diri dan mendasari sikap sebaik-baiknya dengan ilmu, iman, akhlaq dan amal
secara proporsional.
Memahami ikhtilaf (perbedaan) dengan benar, mengakui dan menerima sebagai bagian
dari rahmat Allah bagi umat.
Meneladani etika dan sikap para ulama salaf dalam ber-ikhtilaf.
Mengamalkan pendapat atau mazhab yang kuat untuk praktek pribadi dan dalam masalah
yang bersifat personal individual.
Mengutamakan sikap melonggarkan dan bertoleransi terhadap mazhab lain jika kita berada
dalam jamaah.
Menghindari sikap berlebih-lebihan atau ekstrem dalam masalah-masalah furu
(cabang/bukan inti).
Mendahulukan masalah-masalah ijma atas masalah-masalah khilafiyah.
Menjadikan masalah-masalah ushul dan ijma sebagai standar parameter komitmen dan
keistiqomahan umat muslim.
Menjaga agar perbedaan dalam masalah furu tetap berada dalam wacana pemikiran dan
keilmuan.
Menyikapi orang lain, kelompok atau penganut mazhab lain sesuai kaidah yang sudah
ditentukan.

7) Akomodasi kearifan local dalam hukum islam


1. Urf dalam bingkai hukum islam
Kata Urf secara etimologi berarti sesuatu yang di pandang baik dan diterima oleh
akal sehat sedangkan secara terminology, seperti yang dikemukakan oleh Abdul -
karim Zaidah, istilah Urf berarti:
Sesuastu yang tidak asing lagi bagi suatu masyarakat karena telah menjadi kebiasaan
dan menyatu dengan kehidupan mereka baik berupa perbuatan atau perkataan
Islam merupakan agama terakhir yang diturunkan Allah SWT. Di jazirah arab
melalui nabi Muhammad SAW. Sebagai agama terakhir, islam sengaja diperuntukkan bagi
semua umat manusia dan menjadi agama penyempurna bagi agama-agama yang telah
diturunkan Allah SWT sebelumnya. Inilah salah satu factor utama pembeda antara islam
dengan agama samawi lainnya. Meskipun Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa misi
keislaman adalah keturunan bangsa Arab, akan tetapi Islam tidak hanya diperuntukkan
kepada bangsa Arab.
Ketika Islam diturunkan, masyarakat Arab sebagai masyarakat awal penerima
ajaran agama kala itu telah memiliki budaya dan adat istiadat (urf) sendiri. Karena itu,
Rasul SAW bersabda:

sesungguhnya Aku diutus Allah hanya untuk menyempurnakan akhlak yang


mulia
Hadis ini secara tegas memberikan pesan bahwa kehadiran Rasul SAW dalam
masyarakat Arab tidak menghilangkan perilaku dan tradisi masyarakat Arab secara
keseluruhan, tetapi mencoba menyempurnakan yang kurang baik yang terjadi dalam diri
mereka.
Keberadaan Nabi SAW sebagai pembawa risalah Islam dan bagian dari masyarakat
Arab telah digambarkan oleh Allah dalam Q.S.al-khafi:110:


Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan
kepadaku: bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa
Sebagai manusia biasa, Nabi Muhammad SAW niscaya terikat oleh aturan budaya
dan hukum kemanusiaan dimana dan kapan dia hidup, seperti cara berpakaian, jenis
makanan yang dimakan, atau yang lain. Namun sebagai pembawa wahyu, Nabi
Muhammad SAW tentu berusaha mempengaruhi atau bila perlu merubah budaya yang
tidak sejalan dengan ajaran Islam.
Al-Adatu Muhakkamah (tradisi/budaya bisa menjadi dasar penetapan hukum)
demikian rumusan kaidah hukum tersebut. Namun harus diperhatikan bahwa kebiasaan
yang berlaku tidak boleh bertentangan dengan Islam yang tertuang dalam al-Quran dan
hadis.
2. Menyandingkan hukum islam dengan tradisi local
Fakta sejarah inilah yang mengilhami para pejuang Islam generasi awal ketika
menyebarkan Islam di Nusantara. Para Wali Songo misalnya, mereka mendakwahkan
Islam di tanah Jawa. Mereka mampu memadukan antara ajaran Islam dengan budaya dan
tradisi masyarakat Jawa yang sebelumnya sangat kental dengan pengaruh Hindu Budha.
Peninggalan mereka dalam bentuk karya seni, arsitektur tempat ibadah, atau upacara social
keagamaan adalah bukti perpaduan tersebut.
Prinsip yang selalu dipegang oleh wali songo dan penyebar agama Islam lainnya
bahwa agama Islam tidak anti terhadap budaya local apabila budaya tersebut tidak
bertentangan dengan tuntutan al-Quran dan hadis. Terkait dengan hal ini Rasul SAW
memberikan arahan:
barang siapa yang menjalankan kebiasaan baik, maka baginya pahala dan pahala orang
yang mengamalkan sesudahnya serta tidak akan berkurang sedikitpun pahala tersebut
darinya
Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Ahmad dari Abdullah bin Masud
disebutkan: apa yang dipandang baik oleh umat Islam maka disisi Allah pun baik hadis
tersebut oleh para ahli ushul fiqh dipahami bahwa tradisi masyarakat yang tidak
bertentangan dengan syariat Islam dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam menetapkan
hukum Islam(fikih).
Salah satu tokoh fikih yang menerapkan kaidah ini adalah Imam Malik. Salah satu
contohnya adalah pelaksanaan shalat tarawih. Imam Malik berpendapat bahwa rakaat
shalat tarawih adalah 36 rakaat. Angka ini mengacu kepada jumlah rakaat shalat tarawih
yang dilakukan masyarakat Madinah yang telah menjadi tradisi mereka.
Tidak jauh berbeda dngan Imam Malik, Iman SyafiI juga menjadikan kondisi
masyarakat sebagai pertimbangan hukum. Hal ini bisa dilihat dari dua kelompok pendapat
yang pernah dirumuskan oleh Imam SyafiI, yakni Qalul jadid artinya pendapat Imam
SyafiI ketika beliau berada di Iraq. Sementara Qalul qadim adalah pemikiran Imam SyafiI
ketika berada di Mesir. Keberadaan Imam SyafiI yang berbeda ini menunjukkan perlu
untuk merumuskan hukum yang berbeda.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Secara umum hukum islam berorientasi pada perlindungan terhadap agama,jiwa,akal,keturunan
dan harta. Artinya hukum islam bertujuan pada pemeliharaan agama,menjamin, menjaga dan
memelihara kehidupan dan jiwa, memelihara kemurnian akal sehat dan menjaga ketertiban
keturunan manusia serta menjaga hak milik harta kekayaan untuk kemaslahatan hidup umat
manusia.
2. Hubungan antara hadis dengan Al-Quran adalah sabegai penjelas dan penafsir Al-
Quran. Syeikh Maliki (1990:12-14) menjelaskan bahwa hadis mempunyai peranan
sebagai penjelas terhadap kandungan Al-Quran.
Ijtihad secara Bahasa adalah mencurahkan segala kemampuan untuk merealisasikan
sesuatu.
3. Ragam mazhab itu ada mazhab maliki, mazhab syafiI, mazhab hambali, dan mazhab
Hanafi.
Cara mengarifi perbedaan mazhab yaitu dengan Membekali diri dan mendasari sikap
sebaik-baiknya dengan ilmu, iman, akhlaq dan amal secara proporsional, Memahami
ikhtilaf (perbedaan) dengan benar, mengakui dan menerima sebagai bagian dari rahmat
Allah bagi umat, Meneladani etika dan sikap para ulama salaf dalam ber-ikhtilaf.
4. Jadi maksud dari akomodasi kearifan local itu adalah dimana ketika ilmu Agama
bercampur atau bersanding dengan adat. Jadi, dalam Islam tidak menentang adat istiadat
selama itu tidak melanggar hukum agama seperti Al Quran dan hadis. Sehingga dalam
akomodasi kearifan local ini adat istiadat tidak di hilangkan tetapi dibenarkan atau
diluruskan.

B. Saran
Agama Islam merupakan agama terakhir yang diturunkan Allah swt kepada seluruh umat
manusia.sebagai agama terakhir,islam memberikan bimbingan dan tuntutan kepada pemeluknya
berupa seperangkat aturan agar kehidupan mereka dapat berjalan dengan baik sehingga pada
gilirannya bisa melahirkan kesejahteraan,kedamaian dan kebahagiaan di dunia dan akherat.
DAFTAR RUJUKAN

A.W. Munawir. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Pustaka Progressif, Surabaya,


1997

Abdul Wahab Khalaf,. 1978. Ilmu Ushul al- Fiqh. Al- Qabbah Ath-Thabah wa an-Nasyar

Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19 (edisi
kelima.)Semarang: Universitas Diponegoro.

Mishba. 2015. Hukum-Hukum Dalam Agama Islam (Wajib, Sunnah, Haram, Makruh, Mubah).
(Online), (http://www.mishba7.com/2015/05/hukum-hukum-dalam-agama-
islam.html?m=1) diakses pada 20 September 2017

Purwanto, A. D. 2014. Hukum Islam dan Perbedaan Mazhab. (Online),


(http://perpustakaanum.blogspot.co.id/2014/10/hukum-islam-dan-perbedaan-mazhab.html)
diakses pada 20 september 2017

Rahmatibe. 2011. Urf : Pengertian, Dasar Hukum, macam-macam, kedudukan,


dan permasalahannya. (Online),
(https://ibelboyz.wordpress.com/2011/10/13/%E2%80%98urf-pengertian-dasar-hukum-
macam-macam-kedudukan-dan-permasalahannya/) diakses 20 September 2017

Zuhaili,Waahbah.1988.Ushul al Figh. Beirut. Dar al Fikr

Anda mungkin juga menyukai