MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pendidikan Agama Islam
Yang dibina oleh Bapak Moch. Wahib Dariyadi, M.Pd
Oleh kelompok 4
1. Annysa Vero Styaningrum (160342606295)
2. Avryan Sandryawan (170621634578)
3. Galih Hadi Prayoga (170621634541)
4. Ingeldy Vyola (170621634559)
5. Moh Izzudin Arrozi (170621634510)
6. Rusmawan Ari Sandy (170621634524)
Islam merupakan agama terakhir yang diturunkan Allah swt kepada seluruh umat
manusia.sebagai agama terakhir,islam memberikan bimbingan dan tuntutan kepada pemeluknya
berupa seperangkat aturan agar kehidupan mereka dapat berjalan dengan baik sehingga pada
gilirannya bisa melahirkan kesejahteraan,kedamaian dan kebahagiaan di dunia dan akherat,dilihat
dari perspektif sejarah,istilah hukum islam disinyalir datang paling belakangan bila dibanding
dengan istilah syariah dan fikih.
Memang kata hukm yang berarti hukum banyak sekali terdapat dalam ayat-ayat al-Quran tetapi
tidak satupun kata hukm yang disandingkan dengan kata islam.berbeda dengan penamaan
hukum islam, penggunaan istilah syariah dan fiqih banyak dijumpai dalam al-Quran dan hadis
nabi salah satunya bisa dilihat pada Q.S al-jatsiyah:18 dan hadisbyang disampaikan oleh Ibnu
Abbas:
Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu),
maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak
mengetahui
Secara garis besar syariat islam dapat dibagi dalam tiga cakupan:
A. Meliputi petunjuk dan bimbingan untuk memproleh pengenalan (marifat) yang benar
tentang Allah swt dan alam gaib, yang disebut ahkam syariyyah:
B. Meliputi petunjuk dan bimbingan untuk pengembangan potensi kebaikan yang ada dalam
diri manusia, supaya ia menjadi makluk terhormat, yang disebut ahkam syariyyah
khuluqiyyah
C. Meliputi berbagaiketentuan dan seperangkat peraturan hukum untuk menata hal-hal praktis
dalam melakukan ibadah (pengabdian) kepada Allah dan terwujudnya ketentraman dalam
pergaulan manusia yang disebut ahkam syariyyah amaliyyah
Merujuk kepada penjelasan diatas, dapat difahami bahwa syariah dan fiqih adalah dua hal yang
berbeda tetapi mempunyai hubungan yang sangat erat.
Pendekatan teologis normatif dalam memahami agama secara harfiah dapat diartikan
sebagai upaya memahami agama dengan menggunakan kerangka Ilmu Ketuhanan yang bertolak
dari suatu keyakinan bahwa wujud empirik dari suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling
benar dibandingkan dengan lainnya. Pendekatan normatif lebih melihat studi Islam dari apa yang
tertera dalam teks Alquran dan Hadits.
Pendekatan Sosiologis
Pada prinsipnya, Sosiologi merupakan sebuah kajian ilmu yang berkaitan denganaspek
hubungan sosial manusia antara yang satu dengan yang lain, atau antara kelompok yang satu
dengan yang lain. Pendekatan Sosiologi merupakan sebuah pendekatan dalam memahami Islam
dari kerangka ilmu sosial, atau yang berkaitan dengan aspek hubungan sosial manusia antara yang
satu dengan yang lain
Pendekatan Kontekstual
Pemahaman ragam ini belakangan dikembangkan oleh banyak ulama,para penganut ragam
ini berusaha menggali substansi teks al-Quran dan Hadis kemudian mengkontekskannya sesuai
dengan perkembangan situasi dan kondisi.dengan cara ini pesan luhur dalam suatu teks tidak
hilang begitu saja,namun formulasi penerapannya dalam kehidupan disesuaikan dengan
perkembangan sosio kemasyarakatan.
Pendekatan Tekstualis Atau Transkripturalis
Ragam pemahaman ini mencoba memahami teks-teks al-Quran dan hadis secara tersurat
(apa adanya). Ragam ini juga berusaha menjadikan hasil penafsiran para ulamagenerasi awal
(Fikih klasik) menjadikan rujukan ideal untuk dilaksanakan pada jaman sekarang ini.
Sumber hukum islam secara keseluruhan ada tiga yaitu Al- Quran, hadist dan ijtihad.Al-
Quran dan hadis adalah sumber hukum Islam yang mengatur secara umum prinsip-prinsip yang
terkait dengan ibadah, namun dalam hal di luar ibadah,seperti muamalah keduanya tidak secara
tegas mengaturnya.Keberadaan Al-Quran dan hadis yang bersifat global menyebabkan umat
Islam harus melakukan penafsiran terhadap keduanya ke dalam kaidah-kaidah yang lebihh
konkret,aplikatif,dan selanjutnya dilaksanakan. Proses penafsiran terhadap Al- Quran dan hadis
yang demikian kemudian dinamakan dengan ijtihad.
) ( ) ( ) (
)(
16. Jangan engkau (Muhammad) gerakkan lidahmu (untuk membaca Al Quran) karena hendak
cepat-cepat (menguasai)nya.17 Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di
dadamu) dan membacakannya. 18.Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah
bacaannya itu. 19. Kemudian sesungguhnya Kami yang akan menjelaskannya
Adapun secara terminologis, menurut Imam Syaukani, al-Quran adalah kalam Allah yang
diturunkan kepada Rasul-Nya, Muhammad bin Abdullah dalam bahasa arab dan maknanya
yang murni,yang sampai kepada kita secara mutawatir.Mutawatir artinya proses penyampaian
al-Quran kepada kita tidak mengalami keterputusan generasi dan dilakukan oleh orang-orang.
Menurut Khalaf (1978:32-33) komposisi ayat al-Quran yang berbicara mengenai tema hokum
jauh lebih sedikit disbanding dengan tema akhlak,akidah, atau sejarah sekalipun. Oleh karena
itu, dapat dimengerti mengapa perlu dilakukan penafsiran terhadap Al-Quran yang disesuaikan
dengan konteks perkembangan jaman untuk memberikan justifikasi hukum terhadap berbagai
persoalan umat.
2. Hadis: Sumber Hukum Islam Kedua
Hadis secara etimologis berarti perkataan, cerita, atau kejadian(Munawir, 1997:242),seperti
dalam ungkapan Arab,Atahaddatsu maahu artinya Saya berkata dengannya, hadits al-
ifk artinya cerita bohong, dan hadits adhim artiny kejadian besar.
Adapun secara terminologis, menurut Manna al-Qatthan (1987) adalah:
Segala sesuatu yang datang dari Nabi Muhammad, baik berupa perkataan,perbuatan, maupun
ketetapannya
Hubungan antara hadis dengan al-Quran adalah sebagai penjelas dan penafsir al-
Quran.Syeikh Maliki (1990:12-14) menjelaskan bahwa hadis mempunyai peranan sebagai
bayan (penjelas) terhadap kandungan al-Quran.Karena itu, bagi umat Islam keberadaan hadis
dalam proses penetapan hukum tidak bisa diabaikan,karena ia menjadi penjelas manakala al-
Quran belum secara tegas dan rinci memberikan landasan hukum.Namun tidak semua hadis
menjadi landasan hukum.
Definisi diatas dapat dipaami bahwa ijtihad merupkan aktifitas yang sungguh-sungguh dari
seorang ulama dalam menggali hukum yang masih bersifat global yang terdapat dalam
hukum syariah.
Imam al-Syaukani (1992:297-302) menandaskan bahwa seorang yang hendak berijtihad
dipersyaratkan:
a. Mampu memahami dengan baik al-Quran dan hadis
b. Menguasai seluruh masalah yang hukumnya telah ditunjukkan oleh ijma
(kesepakatan para sahabat nabi)
c. Menguasai bahasa Arab secara komprehensif
d. Menguasai ilmu Ushul al-Figh
e. Memiliki pengetahuan di bidang nasikh-mansukh(konsep pembatalan hukum,baik
yang menyangkut ayat al-Quran atau hadis Nabi)
2. Mazhab Syafii
Pemikiran fiqih mazhab Syafii ini diawali oleh Imam Syafii, yang hidup pada zaman
pertentangan antara aliran ahli hadits (cenderung berpegang pada teks hadits) dan ahl al-ra'y
(cenderung berpegang pada akal fikiran atau ijtihad).
Dasar-dasar atau asas-asas pokok mazhab Syafii berpegang pada:
1) Al Quran;
2) Tafsir lahiriahnya Al Quran selama tak ada dalil yang menegaskan bahwa yang
dimaksud bukan lahiriahnya
3) Sunnah Nabi SAW; Sunnah dari Rasulullah SAW kemudian digunakan jika tidak
ditemukan rujukan dari Al-Quran.
4) Ijma, hukum yang tak ada dalam Al Quran dan Hadits, keputusan diambil alim-
ulama dan atas kata sepakat (tidak diketahui ada perselisihan tentang sesuatu
5) Qias (ditolak dasar istihsan dan dasar ihtislah). Kias yang dalam Ar-Risalah disebut
sebagai ijtihad, apabila dalam ijma' tidak juga ditemukan hukumnya.
6) Istidlal, adalah suatu istilah fikih, yakni mencari atau menegakkan dalil daripada
penetapan akan dan kesimpulan-kesimpulannya atau dari seseorang yang
mengetahuinya, yang dipandang sebagai ushul fikh.
3. Mazhab Hambali
Mazhab ini banyak dianut penduduk Arabia Tengah, di Saudi Arabia (terutama kaum
Wahabi dan tokoh lainnya adalah Ibnu Taymiiah yang kemudian dijadikan sumber
doktrin dalam memberantas tradisi pengagungan (ziarah) kubur para Wali dan orang
muslim).
Dasar-dasar pokok mazhab Hambali berpegang pada:
1) Al Quran;
2) Hadits Marfu;
3) Fatwa-fatwa para sahabat dan fatwa-fatwa sahabat yang lebih dekat pada Quran dan
Sunnah, diantara fatwa-fatwa yang berlawanan;
4) Hadits Mursal dan hadits Daif, ialah hadits yang derajatnya kurang daripada sahih;
5) Qias (kias / analogi / membandingkan).
Membekali diri dan mendasari sikap sebaik-baiknya dengan ilmu, iman, akhlaq dan amal
secara proporsional.
Memahami ikhtilaf (perbedaan) dengan benar, mengakui dan menerima sebagai bagian
dari rahmat Allah bagi umat.
Meneladani etika dan sikap para ulama salaf dalam ber-ikhtilaf.
Mengamalkan pendapat atau mazhab yang kuat untuk praktek pribadi dan dalam masalah
yang bersifat personal individual.
Mengutamakan sikap melonggarkan dan bertoleransi terhadap mazhab lain jika kita berada
dalam jamaah.
Menghindari sikap berlebih-lebihan atau ekstrem dalam masalah-masalah furu
(cabang/bukan inti).
Mendahulukan masalah-masalah ijma atas masalah-masalah khilafiyah.
Menjadikan masalah-masalah ushul dan ijma sebagai standar parameter komitmen dan
keistiqomahan umat muslim.
Menjaga agar perbedaan dalam masalah furu tetap berada dalam wacana pemikiran dan
keilmuan.
Menyikapi orang lain, kelompok atau penganut mazhab lain sesuai kaidah yang sudah
ditentukan.
B. Saran
Agama Islam merupakan agama terakhir yang diturunkan Allah swt kepada seluruh umat
manusia.sebagai agama terakhir,islam memberikan bimbingan dan tuntutan kepada pemeluknya
berupa seperangkat aturan agar kehidupan mereka dapat berjalan dengan baik sehingga pada
gilirannya bisa melahirkan kesejahteraan,kedamaian dan kebahagiaan di dunia dan akherat.
DAFTAR RUJUKAN
Abdul Wahab Khalaf,. 1978. Ilmu Ushul al- Fiqh. Al- Qabbah Ath-Thabah wa an-Nasyar
Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19 (edisi
kelima.)Semarang: Universitas Diponegoro.
Mishba. 2015. Hukum-Hukum Dalam Agama Islam (Wajib, Sunnah, Haram, Makruh, Mubah).
(Online), (http://www.mishba7.com/2015/05/hukum-hukum-dalam-agama-
islam.html?m=1) diakses pada 20 September 2017