DEMAM BERDARAH
Johanna Sihombing
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan judul Demam
Berdarah.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu Penyakit
Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing,
dr. Suryadi Panjaitan, Sp.PD dan juga dr. M. Fahmi Hidayat yang telah meluangkan
waktunya dan memberikan banyak masukan dalam penyusunan laporan kasus ini sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan,
baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca sebagai koreksi dalam penulisan laporan kasus selanjutnya. Semoga makalah
laporan kasus ini bermanfaat, akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1.Latar Belakang
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
Dengue dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae dan ditularkan melalui nyamuk. Nyamuk
yang dapat menularkan penyakit demam berdarah dengue adalah nyamuk Aedes aegypti dan
Aedes albopictus. Virus demam berdarah dengue terdiri dari 4 serotipe yaitu virus DEN-1,
DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Penyakit ini merupakan penyakit yang timbul di negara-negara
tropis termasuk di Indonesia.1,2
Di Indonesia DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat selama 46 tahun terakhir.
Sejak tahun 1968 telah terjadi peningkatan persebaran jumlah provinsi dan kabupaten/kota
yang endemis DBD, dari 2 provinsi dan 2 kota menjadi 32 provinsi dan 382 kabupaten/kota
pada tahun 2009. Selain itu terjadi juga peningkatan jumlah kasus DBD, pada tahun 1968
hanya 58 kasus menjadi 158.912 kasus pada tahun 2009. Peningkatan dan penyebaran kasus
DBD tersebut kemungkinan disebabkan oleh mobilitas penduduk yang tinggi, perkembangan
wilayah perkotaan, perubahan iklim, perubahan kepadatan dan distribusi penduduk serta
faktor epidemiologi lainnya yang masih memerlukan penelitian lebih lanjut.2
Di Indonesia, jumlah kasus demam berdarah cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Meningkatnya angka demam berdarah di berbagai kota di Indonesia disebabkan oleh sulitnya
pengendalian penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti.4 Secara universal belum
ditemukan adanya vaksin sebagai alat pencegahan penyakit demam dengue maupun demam
berdarah dengue.5,6
Dewasa ini telah ditemukan metode deteksi dini kasus demam berdarah dengan cara
deteksi
keberadaan virus, fraksi protein virus dengue atau antigen captured yang bisa mendeteksi
hingga satu hari sebelum demam. Teknik tersebut dikenal dengan deteksi NS1 atau deteksi
protein non structural yang merupakan sisa-sisa virus Dengue 1,2,3,4 ketika bereplikasi.5,7,8
Pengendalian penyakit menular akan berjalan efektif jika penyakit tersebut memiliki
metode deteksi dini untuk diagnostik. Lazim dikenal sebagai alat early diagnostic. Alat
deteksi dini akan sangat efektif apabila diikuti dengan pengobatan (prompt treatment) secara
dini.9
3
1.2.Defenisi
1.3.Epidemiologi
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik Barat, dan Karibia.
Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air. Sejak
tahun 2004, Indonesia merupakan Negara dengan laporan kasus infeksi virus dengue
terbanyak. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2007, prevalensi kasus DBD tersebar di
Indonesia dengan nilai 0,6%. Prevalensi tertinggi diperoleh pada kelompok umur dewasa
muda (25-34 tahun) sebanyak 0,7% dan terendah pada bayi (0,2%).10,11
Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vector nyamukgenus Aedes (terutama A.
aegypti dan A. albopictus). Peningkatan kasus setiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi
lingkungan dengan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana yang
berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas, dan tempat penampungan air lainnya).10
Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi biakan virus dengue
yaitu: 1) vektor: perkembangbiakan vektor, kebiasaan menggigit, kepadatan vektor di
lingkungan, transportasi vektor dari satu tempat ke tempat lain; 2) pejamu: terdapatnya
penderita di lingkungan/keluarga, mobilisasi dan paparan terhadap nyamuk, usia, dan jenis
kelamin; 3) lingkungan: curah hujan, suhu, sanitasi, dan kepadatan penduduk.10
2.PATOFISIOLOGI
Respon imun yang berperan dalam DBD: (1) respon humoral: antibodi yang
terbentuk terhadap virus dengue membantu mempercepatkan replikasi virus pada monosit
dan makrofag (anti-body dependent enhancement); (2) peran limfosit T baik sel T-helper dan
sel T-sitotoksik dalam respon antibodi terhadap virus dengue; (3) monosit dan makrofag yang
berperan dalam memfagositosis virus dengue. Tetapi proses tersebut meningkatkan replikasi
virus dan sekresi sitokin oleh makrofag; (4) Aktivasi komplemen oleh kompleks imun akan
menghasilkan C3a dan C5a yang berperan dalam terjadinya kebocoran plasma
(Suhendro,2009).
Kurane dan Ennis (1994) mengatakan bahwa infeksi dari virus akan menyebabkan
makrofag untuk teraktivasi dan memfagositosis kompleks virus-antibodi yang terbentuk
sehingga nanti virus akan bereplikasi di dalam makrofag tersebut. Infeksi terhadap makrofag
akan menyebabkan sel T untuk berdeferensiasi dan menghasilkan limfokin dan interferon
4
gamma (IFN). IFN akan mengaktivasi monosit sehingga banyak mediator inflamasi
disekresikan seperti TNF-, IL-1, PAF (platelet activating factor), IL-6 dan histamin yang
akhirnya akan menyebabkan terjadinya disfungsi endotel dan terjadinya kebocoran plasma.
Pembentukan C3a dan C5a oleh komplemen juga mengakibatkan terjadinya kebocoran
plasma.
Trombositopenia sering ditemukan pada pasien DBD. Hal ini bisa terjadi kerana: (1)
terjadinya supresi sumsum tulang; (2) virus dengue yang berlengketan terhadap platelet
menyebabkan terjadinya destruksi platelet (immune mediated); (3) terbentuknya antibodi
terhadap platelet (Dinesh dan Patil, 2006).
MANIFESTASI KLINIS
Virus dengue dapat bersifat asimptomatik, demam dengue, demam berdarah dengue,
ataupun sindrom syok dengue (SSD). Pasien pada mulanya akan mengalami fase demam
selama 2-7 hari, diikuti fase kritis selama 2-3 hari. Pada fase kritis, demam sudah tidak terjadi
lagi tetapi berisiko untuk terjadi SSD jika tidak mendapatkan terapi yang adekuat.
DIAGNOSIS
Demam dengue dapat ditegakkan bila ada demam aku selamat 2-7 hari dan ditandai
dengan dua atau lebih manifestasi klinis dibawah:
1. Nyeri kepala.
2. Nyeri retro-orbital.
3. Mialgia/artralgia.
4. Ruam kulit.
5. Manifestasi perdarahan.
6. Leukopenia.
1. Demam atau riwayat demam akut (2-7 hari) yang selalunya bersifat bifasik.
2. Minimal salah satu manifestasi perdarahan: (a) uji bendung positif; (b) petekie,
ekimosis, purpura; (c) perdarahan mukosa atau perdarahan di tempat lain; (d)
hematemesis atau melena.
3. Trombositopenia (trombosit < 100000/ L).
4. Minimal satu tanda kebocoran plasma: (a) peningkatan hematokrit >20%; (b)
penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan; (c) tanda-tanda
kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites, hipoproteinemia.
DIAGNOSIS BANDING
Demam berdarah: Ditandai dengan demam akut selama 2-7 hari tetapi tidak
ditemukan kebocoran plasma.
Sindrom syok dengue (SSD): seluruh kriteria DBD disertai dengan kegagalan
sirkulasi dengan manifestasi nadi yang cepat dan lemah, tekanan darah yang menurun
( 20 mmHg), hipotensi tidak sesuai standar umur, kulit dingin, lembab dan gelisah.
PENATALAKSANAAN
Tidak ada terapi yang spesifik untuk demam dengue, prinsip utama adalah terapi
suportif. Dengan terapi suportif yang adekuat, angka kematiam dapat diturunkan hingga
kurang dari 1%. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi merupakan tindakan yang paling
penting dalam penangan kasus DBD.
Perhimpunan Dokter Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) bersama dengan Divisi
Penyakit Tropik dan Infeksi dan Divisi Hematologi dan Onkologi Medik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia telah menyusun protokol penatalaksanaan DBD, yang
dibagi menjadi lima protokol
7
1. Hb, Ht, trombosit normal atau trombosit antara 100.000-150.000, pasien dapat
dipulangkan dengan anjuran kontrol ke polklinik dalam waktu 24 jam berikutnyadimana
dilakukan pemeriksaan Hb, Ht dan Leukosit, trombosit tiap 24 jam, atauapabila keadaan
pendrita memburuk, segera kembali ke IGD
3. Hb, ht meningkat dan trombosit normal dan atau turun juga dianjurkan untuk dirawat
Pasien tersangka demam berdarah dengue tanpaperdarahan spontan dan masif dan tanpa
syok, diberikan cairan infuse kristaloid dengan jumlah seperti rumus :
Bila Hb, Ht meningkat 10-20 % dan trombosit < 100.000, jumlah pemberian cairan tetap
sesuai rumus diatas dengan pemantauan Hb,Ht trombosit tiap 12 jam
Bila Hb, Ht meningkat >20% dan trombosit < 100.000, maka pemberian cairan sesuai
dengan protokol III
Peningkatan Ht > 20 % berarti tubuh mengalami deficit cairan sebanyak 5 %. Terapi awal
pemberian cairan adalah infuse cairan kristaloid 6-7 ml/kgBB/jam.
2. Bila tidak terdapat perbaikan setelah pemantauan 3-4 jam, dengan tanda-tanda ht
dan frekuensi nadi meningkat, tekanan darah turun , < 20 mmHg, produksi menurun,
maka naikkan jumlah cairan cairan infuse menjadi 10 ml/KgBB/jam. Bila keadaan
membaik setelah pemantauan 2 jam, maka cairan infuse dikurangi menjadi 5
ml/KgBB/jam, tetapi bila keadaan tidak membaik maka naikkan jumlah cairan infuse
15 ml/KgBB/jam dan bila perkembangan menjadi buruk dengan tanda-tanda syok,
tangani pasien sesuai dengan protocol V. Bila syok teratasi maka pemberian cairan
dimulai lagi seperti pemberian terapi awal.
Perdarahan spontan dan masif pada penderita DBD dewasa adalah epistaksisyang
tidak terkendali walaupun telah diberikan tampon hidung, perdarahan saluran cerna
(hematemesis dan melena atau hematoskezia), hematuria,perdarahan otak atau
perdarahan tersembunyi dengan jumlah perdarahan 4-5 cc/ KgBB/jam. Pemeriksaan
Hb, Ht, trombosit sebaiknya diulang setiap 4-6 jam. Pemberian heparin diberikan
apabila secara klinis didapatkan tanda-tanda koagulsi intravaskular
diseminata/KID(protrombin time), PTT (partial protrombin time), fibrinogen, D-
Dimer atau CT (clotting time), BT (blooding time), tes parakoagulasi dengan ethanol
gelation test. Tranfusi komponen darah sesuai indikasi, seperti FFP (fresh frozen
plasma) jika terdapat defisiensi faktor pembekuan dengan PT dan APTT yang
memanjang, PRC (packed red cell) bila Hb < 10 gr% dan tranfuse trombosit jika
terdapat perdarahan spontan dan masif dengan jumlah trombosit < 100.000/ l disertai
atau tanpa KID.
Pemberian cairan koloid mula-mula diberikan dengan tetsan cepat 10-20 ml/kg BB,
evaluasi setelah 10-30 menit. Bila keadaan belum teratasi, pasang katetervena sentral
untuk memantau kecukupan cairan dan cairan koloid dinaikkan hingga jumlah
9
maksimum 30 ml/kgBB (maksimal 1-1,5 l/hari) dengan sasaran tekanan vena sentral
15-18 cmH2O. Bila keadaan belum teratasi, periksa dan koreksi gangguan asam basa,
elektrolit, hipoglikemi, anemia, KID, infeksi sekunder.Bila keadaan belum teratasi,
berikan obat inotropik atau vasopresor.
Pencegahan
Prognosis
Mortalitas demam dengue relatif rendah . Namun, pada SSD mortalitas cukup
tinggi. Pada usia dewasa, prognosis dan perjalanan penyakit umumnya lebih ringan
dibandingkan anak-anak.
10
BAB 2
STATUS ORANG SAKIT
ANAMNESIS
Autoanamnese Alloanamnese
ANAMNESIS PENYAKIT
Keluhan utama : Demam tinggi
Deskripsi : Demam dirasakan OS 3 hari ini, demam bersifat tinggi, terjadi
secara mendadak, turun dengan pemberian obat demam, menggigil (-),
keringat malam (-), kejang (-). Riwayat berpergian ke daerah endemis
malaria (-). OS juga mengeluhkan nyeri kepala 2 hari ini, nyeri juga
dirasakan di daerah belakang mata, OS juga mengeluhkan nyeri pada
sendi, otot, dan tulang pada tangan dan kaki.
Nyeri ulu hati (-), mual (+), muntah (-), penurunan nafsu makan
(+), gusi berdarah (-), mimisan (-), bintik-bintik merah di kulit (-).
BAK (+) normal, BAB (+) normal. Riwayat BAB hitam (-).
Menurut keterangan OS, terdapat teman satu asrama OS yang dirawat
di RS lain karena DBD.
RPT :-
RPO : Parasetamol
11
ANAMNESIS FAMILI : -
12
TB-100 BB : 42 kg
BW = 84%
KEPALA :
Mata : konjunctiva palp. inf. pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra(-/-), pupil isokor,
ki=ka, reflex cahaya direk (+)/indirek(+), kesan = normal
LEHER :
Struma tidak membesar, pembesaran kelenjar limfa (-)
Posisi trakea : medial, TVJ : R-2 cm H2O
Kaku kuduk (-), lain-lain: (-)
13
THORAX DEPAN
Inspeksi
Bentuk : Simetris fusiformis
Pergerakan : Simetris, tidak ada ketinggalan bernapas
Palpasi
Nyeri tekan :-
Fremitus suara : suara fremitus kanan = kiri, kesan: normal
Iktus : Iktus kordis tidak terlihat, teraba (+) di ICS V
Perkusi
Paru
Batas paru-hati R/A : R: ICR V; A: ICR VI
Peranjakan : 1 cm
Jantung
Batas atas jantung : ICR III
Batas kiri jantung : 1 cm medial Linea Mid Clavicularis Sinistra
Batas kanan jantung : Linea Parasternalis Dextra
Auskultasi
Paru
Suara Pernapasan : Vesikuler pada kedua lapangan paru
Suara tambahan :-
Jantung
M1 > M2, P2 > P1, T1 > T2, A2 >A1, desah sistolis (-), desah diastolis (-)
HR : 68 x/i, reguler, intensitas cukup
THORAX BELAKANG
Inspeksi : Simetris fusiformis, tidak ada ketinggalan bernapas
Palpasi : Suara fremitus kanan = kiri, kesan: normal
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara pernapasan : Vesikuler
Suara tambahan : -
ABDOMEN
Inspeksi
14
Palpasi
Dinding Abdomen : soepel
HATI
Pembesaran : (-), tidak teraba
Permukaan : tidak teraba
Pinggir : tidak teraba
Nyeri tekan : (-)
LIMFA
Pembesaran : (-), Schuffner : (-), Haecket : (-)
GINJAL
Ballotement : (-), Kiri/Kanan, lain-lain : (-)
UTERUS/OVARIUM : (-)
TUMOR : (-)
Perkusi
Pekak hati : (+)
Pekak beralih :
Auskultasi
Peristaltik usus : (+), normoperistaltik
Lain-lain : perkusi usus: tymphani
PINGGANG
Nyeri ketuk sudut kosto vertebra (-), Kiri/kanan (-)
15
INGUINAL : tdp
GENITALIA LUAR : tdp
PEMERIKSAAN COLOK DUBUR
(RT)
Perineum : tdp
ANGGOTA GERAK BAWAH
Spincter Ani : tdp
Kiri Kanan
Lumen : tdp
Edema : - -
Mukosa : tdp
Arteri Femoralis : - -
Sarung tangan : tdp
Arteri Tibialis Posterior : - -
Arteri Dorsalis Pedis : - -
ANGGOTA GERAK ATAS Refleks KPR : + +
Deformitas Sendi :- Refleks APR : + +
Lokasi :- Refleks Fisiologis : + +
Jari tabuh :- Refleks Patologis : - -
Tremor Ujung Jari :- Lain-lain : - -
Telapak Tangan Sembab :-
Sianosis :-
Eritema palmaris :-
Tour
Lain-lain :-
16
RESUME
( Diisi dengan hal positif )
Keadaan Umum : Demam tinggi
Telaah : Sudah dialami OS 3 hari, bersifat tinggi dan
terjadi secara mendadak, dan turun dengan obat
penurun panas. OS juga merasakan nyeri pada sendi
ANAMNESIS
tangan dan kaki.
Nausea (+), penurunan nafsu makan (+).
Teman satu asrama OS juga dirawat di RS lain karena
DBD.
Keadaan Umum : sedang
STATUS PRESENS Keadaan Penyakit : sedang
Keadaan Gizi : normal
PEMERIKSAAN FISIK
Rumple Leed: (-)
Darah : Kemih :
Leukosit: 2680 /mm3 Warna : kuning jernih
Trombosit: 135.000 /mm3 Protein : (-)
Kesan: leukopenia + Reduksi : (-)
trombositopenia Bilirubin : (-)
LABORATORIUM
Urobilinogen : (+)
RUTIN
Sedimen
Eritrosit : 0-1 /lpb
Leukosit : 3-5 /lpb
Silinder : (-)
Epitel : 15-18 /lpb
1. Demam dengue dd DHF grade I
2. Demam tifoid
DIAGNOSA BANDING 3. Demam malaria
4. Demam chikungunya
5. Leptospirosis
DIAGNOSA
SEMENTARA Demam dengue dd DHF grade I
18
RENCANA AWAL
No. RM : 6 4 1 3 5 3
Tanggal S O A P
Terapi Diagnostik
05/05/2015 Demam hari ke 3 Sens CM - Demam Dengue - Tirah Baring - cek Darah Rutin /
Demam (+), lemas TD 110/70 HR 68 dd DHF grade I - Diet MB hari
(+), BAB hitam (-), RR 20 T 39 - IVFD RL di cor di IGD 500cc - Cek IgG, IgM
mimisan (-), gusi PD : selanjutnya 30 gtt/i makro Dengue
berdarah (-), Mata: anemis (+/+) ikterus (-/-) Rumus protocol 1: - Awasi tanda-
rumple leed test (-) H/T/M : dbn tanda
Leher : TVJ R-2cmH2O, pem 1500+ (20 x (BB (dlm kg-20) pendarahan
KGB (-) 1500 + 20 x 22 seperti mimisan,
Thorax: sp: vesikuler St: (-) 1500 + 440 : 1940cc = gusi berdarah,
Abdomen: soepel, Bu (+) N 2000cc = 4 flash BAB hitam
Eks : petekie (-/-) oedem (-/-)
Lab : - PCT 3 x 500 mg
Hb : 13,40 g %
Eritrosit : 4.82 x 106/mm3
Leukosit : 2.68 x 103/mm3
Trombosit : 135x 103/mm3
Ht : 38,0 %
Kesan: leukopenia +
trombositopenia
AST/SGOT: 43 U/L
KGD sewaktu : 89.0 mg/dL
Ur/ Cr : 13.2/ 0.59
Na/K/Cl : 133/ 2.9/ 99 mEq/L
21
06/05/2015 Demam hari ke 4 Sens CM - Demam Dengue - Tirah Baring - cek Darah Rutin /
Demam (-), lemas TD 110/70 HR 88 dd DHF grade I - Diet : Makanan biasa, kalori : hari
(+), BAB hitam (-), RR 28 T 36,1 2100 kal, P: 66,5 gram, L: 56 - Awasi tanda-
mimisan (-), gusi PD : gram, KH: 308 gram tanda
berdarah (-), Mata: anemis (+/+) ikterus (-/-) - IVFD RL 30 gtt/i makro pendarahan
rumple leed test (-) H/T/M : dbn Rumus protocol 1: seperti mimisan,
Leher : TVJ R-2cmH2O, pem gusi berdarah,
KGB (-) 1500+ (20 x (BB (dlm kg-20) BAB hitam
Thorax: sp: vesikuler St: (-) 1500 + 20 x 22 - Bleeding Time
Abdomen: soepel, Bu (+) N 1500 + 440 : 1940cc =
Eks : petekie (-/-) oedem (-/-) 2000cc = 4 flash
BT : 1 menit 30 detik
Lab : - PCT 3 x 500 mg (k/p)
Hb : 12.30 g %
Eritrosit : 4.34 x 106/mm3
Leukosit : 1.48 x 103/mm3
Trombosit : 90 x 103/mm3
Ht : 34.10 %
Kesan: leukopenia +
trombositopenia
Anti DHF IgM : (-)
Anti DHF IgG : (-)
Urinalisa
Warna: kuning jernih
Glukosa: -
Protein: -
Bilirubin: -
22
Urobilinogen: +
Sedimen
Eritrosit: 0-1 LPB
Leukosit: 3-5 LPB
Epitel: 5-18 LPB
07/05/2015 Demam hari ke 5 Sens CM - Demam Dengue - Tirah Baring - Cek Darah rutin/
Demam (-), lemas TD 110/80 HR 80 dd DHF grade I - Diet : Makanan biasa, kalori : hari
(+), BAB hitam (-), RR 24 T 36C 2100 kal, P: 66,5 gram, L: 56 - Awasi tanda-
mimisan (-), gusi PD : gram, KH: 308 gram tanda
berdarah (-), Mata: anemis (-/-) ikterus (-/-) - IVFD RL 30 gtt/i makro pendarahan
rumple leed test (-) H/T/M : dbn - IVFD RL 30 gtt/i makro seperti mimisan,
Leher : TVJ R-2cmH2O, pem Rumus protocol 1: gusi berdarah,
KGB (-) BAB hitam
Thorax: sp: vesikuler St: (-) 1500+ (20 x (BB (dlm kg-20) - Bleeding Time
Abdomen: soepel, Bu (+) N 1500 + 20 x 22
Eks : petekie (-/-) 1500 + 440 : 1940cc =
BT: 2 menit 2000cc = 4 flash
Lab :
Hb : 13.30 g % - PCT 3 x 500 mg (k/p)
Eritrosit : 4.72 x 106/mm3
Leukosit : 2.22 x 103/mm3
Trombosit : 60 x 103/mm3
Ht : 37.40 %
Kesan: leukopenia +
trombositopenia
23
08/05/2015 Demam hari ke 6 Sens CM - Demam Dengue - Tirah Baring - Cek Darah rutin/
Demam (-), lemas TD 100/70 HR 60 dd DHF grade I - Diet : Makanan biasa, kalori : hari
(+), BAB hitam (-), RR 20 T 35C 2100 kal, P: 66,5 gram, L: 56 - Awasi tanda-
mimisan (-), gusi PD : gram, KH: 308 gram tanda pendarahan
berdarah (-), Mata: anemis (-/-) ikterus (-/-) - IVFD RL 30 gtt/i makro seperti mimisan,
rumple leed test (-) H/T/M : dbn Rumus protocol 1: gusi berdarah, BAB
Leher : TVJ R-2cmH2O, pem hitam
KGB (-) 1500+ (20 x (BB (dlm kg-20) -Bleeeding Time
Thorax: sp: vesikuler St: (-) 1500 + 20 x 22
Abdomen: soepel, Bu (+) N 1500 + 440 : 1940cc =
Eks : petekie (-/-) 2000cc = 4 flash
BT : 2 menit 30 detik
09/05/2015 Demam hari ke 6 Sens CM - Demam Dengue - Tirah Baring - Cek Darah rutin/
Demam (-), lemas TD 110/80 HR 80 dd DHF grade I - Diet : Makanan biasa, kalori : hari
(+), BAB hitam (-), RR 24 T 36C 2100 kal, P: 66,5 gram, L: 56 - Awasi tanda-
mimisan (-), gusi PD : gram, KH: 308 gram tanda pendarahan
24
berdarah (-), Mata: anemis (-/-) ikterus (-/-) - IVFD RL 30 gtt/i makro seperti mimisan,
rumple leed test (-) H/T/M : dbn Rumus protocol 1: gusi berdarah, BAB
Leher : TVJ R-2cmH2O, pem hitam
KGB (-) 1500+ (20 x (BB (dlm kg-20) - Bleeding Time
Thorax: sp: vesikuler St: (-) 1500 + 20 x 22
Abdomen: soepel, Bu (+) N 1500 + 440 : 1940cc =
Eks : petekie (-/-) 2000cc = 4 flash
BT: 2 menit
Lab : - PCT 3 x 500 mg (k/p)
Hb : 12.40 g %
Eritrosit : 4.34 x 106/mm3
Leukosit : 5.61 x 103/mm3
Trombosit : 64 x 103/mm3
Ht : 34.10 %
Kesan: leukopenia +
trombositopenia
BAB 4
DISKUSI
TEORI KASUS
Anamnese
Demam akut selama 2-7 hari Demam akut sudah 3 hari SMRS.
Demam bersifat bifasik yang Demam bersifat tinggi pada hari
muncul secara tiba-tiba 1-3 dan mulai menurun hingga
Mual muntah normal pada hari ke 4.
Nyeri kepala serta nyeri otot, Mual (+), Muntah (-)
sendi dan tulang. Terpusat pada Nyeri kepala serta otot , sendi dan
supraorbita dan retroorbita. tulang, terpusat pada retroorbita.
Gangguan pada mata: Gangguan pada mata: fotofobia
pembengkakan, injeksi (+)
konjungtiva, lakrimasi dan Ruam (petekie) : (-)
fotofobia. Riwayat berpergian di sangkal os.
Ruam (petekie, Hermans sign) Riwayat tinggal di asrama dengan
Riwayat ke daerah edemis 1teman os yang sedang di rawat di
dengue. RS karena demam berdarah.
Riwayat tinggal di daerah edemik Manifestasi pendarahan spontan
malaria. di sangkal os dan keluarga.
Manifestasi pendarahan spontan,
pendarahan mukosa, gusi
berdarah, mimisan, BAB hitam.
Tanda Vital
Suhu Tubuh : Demam tinggi pada Suhu:
hari 1-3 dan menurun hingga normal H-3(05/05): 39 C
pada hari ke 4- 7 H-4(06/05): 36.1 C
H-5(07/05): 36 C
H-6(08/05): 35 C
H-7(09/05): 36 C
26
Pemeriksaan Fisik
Flushed skin (Kulit Kemerahan) Kulit kemerahan (-)
Ruam (petekie) Ruam (-)
Pendarahan Mukosa Pendarahan Mukosa (-)
Tanda bahaya: akumulasi cairan Udem paru (-), Ronki basah basal (-),
Pembesaran Hepar > 2cm udem pretibial (-)
Hepar (N) tidak teraba, pembesaran
Hepar (-)
Pemeriksaan Penunjang
Leukosit : Leukositopenia (2,68 x
Leukosit: Normal atau Menurun
103/mm3)
Trombosit : umumnya
Trombosit : Trombositopenia
trombositopenia pada hari 3-8.
H-3(05/05): 135 x 103/mm3
Hematokrit: kebocoran plasma
H-4(06/05): 90 x 103/mm3
dibuktikan bila ditemukan
H-5(07/05): 60 x 103/mm3
peningkatan hematokrit 20% dari
H-6(08/05): 42 x 103/mm3
hematokrit awal, umumnya dimulai
H-7(09/05): 64 x 103/mm3
pada hari ke 3 demam.
Hematokrit
Hemostasis : pemeriksaan PT, APTT, H-3 : 38.0% H-6 : 34.7%
fibrinogen, D-dimer, atau FDP jika H-4 : 34% H-7 : 34%
dicurigai pendarahan. H-5 : 37.4%
Protein/ albumin: Bisa terjadi Hemostasis: Tidak diperiksa
hipoproteinemia akibat dari
Protein/ albumin : Tidak diperiksa
kebocoran plasma.
SGOT : 43 U/L (N: <32)
SGOT/ SGPT bisa meningkat
Elektrolit
Elektrolit: pemantauan pemberian
Na/ K/Cl : 133/2.9/99
cairan
Immunoserologi:
Immunoserologi: IgM yang mulai
Anti DHF IgM : negatif
terdeteksi mulai hari 3-5 dan IgG
Anti DHF IgG : negatif
pada hari ke-14. Antigen NS1 dapat
NS1 : tidak diperiksa
dideteksi pada hari pertama sehingga
hari ke delapan.
27
Penatalaksanaan
Pemberian cairan kristaloid Pemberian cairan kristaloid/ hari
Rumus: 1500+ (20 x (BB (dlm kg-20) Rumus: 1500+ (20 x (BB (dlm kg-20)
PCT 3x 500 mg (k/p) 1500 + 20 x 22
1500 + 440 : 1940cc = 2000cc
2000cc = 4 flash
IVFD RL 30 gtt/i makro
PCT 3 x 500mg (k/p)
28
BAB 5
KESIMPULAN
- Nilla, 21 tahun menderita demam berdarah tanpa ada tanda-tanda pendarahan. Dirawat
selama 5 hari, dengan terapi pengantian cairan IVFD RL 30 gtt/i makro, dengan rumus
protocol 1 : 1500+ (20 x (BB (dlm kg-20) = 1500 + 20 x 22 = 1500 + 440 : 1940cc =
2000cc = 4 flash. Dengan rencana diagnostik pemeriksaan darah rutin harian dan
pemantauaan tanda-tanda pendarahan seperti mimisan, gusi berdarah, BAB hitam.
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Wahyono, Tri Yunis Miko, Budi Haryanto, sigit Mulyono, Andrio Wibowo, 2010,
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian demam Berdarah dan Upaya
Penanggulangannya di Kecamatan Cimanggis, Dalam: Buletin Jendela Epidemiologi.
Volume 2, Agustus 2010
2. Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kementrian Kesehatan RI. 2010. Demam
Berdarah Dengue. Dalam: Buletin Jendela Epidemiologi. Volume 2, Agustus 2010
3. World Health Organization, 2010, Trend of Dengue Case and CFR in SEAR
Countries [internet], available from:
http://www.searo.who.int/en/section10/section332/section2277_11960.htm
4. Departemen Kesehatan RI, 2007, CDC and Yearly Report 2007: Jakarta
5. Hua Xu., Biao Di., Yu-xian Pan, Li-wen Qiu, Ya-di Wang, Wei Hao, Li Juan He,
Kwok-yung Yuen, Xiao-yan Che, 2006, Serotype 1-Specific Monoclonal Antibody-
Based Antigen Capture Immunoassay for Detection of Circulating Nonstructural
Protein NS1: Implications for Early Diagnosis and Serotyping of Dengue Virus
Infections, J of Clinical Microbiology, Aug, p 2872-2878
6. Lei H.Y., 2007. Immunopathogenesis of the Dengue virus caused disease; presented
at International Collaboration on Research Development on the Efficacy and
Potential Application of Melaleuca Alternifolia Concentrate (MAC) for the Treatment
of Dengue Fever and a Range of Population Health issues. Griffith University,
Queensland, September 17-19
7. Young P.R. et al. 2006. Bridging the Gap in Early Diagnosis of Dengue Infection, 7th
Asia Pacific Congress of Medical Virology. New Delhi, Nov 13-15.
8. Partakusuma L. 2007. Diagnostic for Dengue; presented at Seminar for Dengue
Management. Borobudur Hotel, Jakarta, June 20
9. Achmadi U.F. 2008. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Penerbit UI Press:
Jakarta
10. Suhendro, Nainggolan L, Khie Chen, Pohan HT. 2009. Demam Berdarah Dengue.
Dalam: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF,
penyunting. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-5. Jakarta: Interna Pub
11. Departemen Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar 2007. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia: 2008
12. Suhendro, Nainggolan. L, Chen. K, Pohan. H. T, 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. In: Demam Berdarah Dengue.. 5th ed. Jakarta: Interna Publishing.
13. Dinesh. N dan Patil. V. D. (2006). Indian Pediatrics. Persistent Thrombocytopenia
after Dengue Hemorrhagic Fever. Vol 43. P. 1010.