Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang
Istilah seksio sesarea berasal dari perkataan latin caedere yang artinya
memotong.
Dewasa ini jauh lebih aman daripada dahulu berhubung dengan adanya
antibiotika, transfusi darah, teknik operasi yang lebih sempurna, dan
anestesiayang lebih
baik. Karena itu ini ada kecenderungan untuk melakukan seksio sesarea tanpa
dasar yang cukup kuat. Dalam hubungan ini perlu diingat bahwa seorang ibu
yang telah mengalami pembedahan itu merupakan seorang yang mempunyai
parut dalam uterus, dan tiap kehamilan serta persalinan berikut memerlukan
pengawasan yang cermat berhubung dengan bahaya ruptura uteri, walaupun
bahaya ini dengan teknik yang sempurna tidak besar.
Menurut statistik tentang 3509 kasus seksio sesarea yang disusun oleh Peel
dan Chamberlain (1996) indikasi untuk seksio sesarea ialah:
Disproporsi janin-panggul 21%
Gawat janin 14%
Plasenta previa 11%
Pernah seksio sesarea 11%
Kelainan letak 10%
Incoordinate uterine action 9%
Pre-eklamsia dan hipertensi 7%
Dengan angka kematian ibu sebelum dikoreksi 17% dan sesudah dikoreksi
0,58%, sedang kematian janin 14,5%. Pada 774 persalinan yang kemudian
terjadi, terdapat 1,03% ruptura uteri. Seksio sesarea yang diselenggarakan
pada wanita karena pernah mengalami seksio sesarea, banyak dilakukan di
Amerika Serikat.
LAPORAN PENDAHULUAN
SECSIO SESAREA

A. Pengertian
Secsio sesarea adalah pebedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding rahim. Salah satu teknik pembedahan secsio sesarea
adalah secsio sesarea transperitonialis profunda yaitu pembedahan dengan
melakukan insisi pada segmen bawah rahim. (Kapita selekta, 1999). Kelahiran
sesarea adalah alternatif dari kelahiran vagina bila keamanan ibu atau janin
terganggu.(Marilyn. E. Doengoes). Persalinan sesarea adalah melahirkan janin
melalui insisi pada dinding abdomen (laparotomi) dan dinding uterus
(histrotomi) (Cunningham, Mc. Donald. Gant). Seksio sesarea adalah
pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan
dinding rahim.(Kapita selekta, 1999). Seksio sesarea adalah suatu cara
melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui
dinding depan perut atau vagina (Mochtar. R., 1998)
Seksio sesarea adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari
dalam Rahim (Mochtar R, 1998). Seksio sesarea adalah suatu persalinan
buatan, dimana janin dilahirkn melalui suatu insisi pada dinding perut dan
dinding rahim dengan syarat rahim keadaan utuh serta berat janin di atas 500
gram (Ilmu Bedah Kebidanan, 2000). Seksio sesarea adalah suatu tindakan
untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 g, melalui sayatan pada
dinding uterus yang masih utuh (Syaifudil Abdul Bari, 2002).
B. LLL

C. Indikasi
1. Disproporsi chepalopelvik atau kelainan panggul.
2. Plasenta previa
3. Gawat janin
4. Pernah seksio sesarea sebelumnya
5. Kelainan letak janin
6. Hipertensi
7. Rupture uteri mengancam
8. Partus lama (prolonged labor)
9. Partus tak maju (obstructed labor)
10. Distosia serviks
11. Ketidakmampuan ibu mengejan
12. Malpresentasi janin
a) Letak lintang
1) Bila ada kesempitan panggul maka secsio sesarea adalah
cara yang terbaik dalam segala letak lintang dengan janin hidup
dan besar biasa.
2) Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong
dengan secsio sesarea walau tidak ada perkiraan panggul sempit.
3) Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong
dengan cara-cara lain.
b) Letak bokong
secsio sesarea dianjurkan pada letak bokong bila ada:
1) Panggul sempit
2) Primigravida
3) Janin besar dan berharga
c) Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dan cara-
cara lain tidak berhasil.
d) Presentasi rangkap, bila reposisi tidak berhasil.
e) Gemelli, dianjurkan secsio sesarea bila
1) Janin pertama letak lintang atau presentasi bahu
2) Bila terjadi interlock
3) Distosia oleh karena tumor
4) Gawat janin
(Mochtar, R. 1998)

D. Kontraindikasi
Perlu diingat bahwa seksio sesarea dilakukan baik untuk kepentingan ibu
maupun untuk kepentingan anak, oleh sebab itu seksio sesarea tidak dilakukan
kecuali dalam keadaan terpaksa, apabila misalnya janin sudah meninggal
dalam uterus atau apabila terlalu kecil untuk hidup di luar kandungan.
Apabila janin terbukti menderita cacat seperti hidrosepalus, anensepalus dan
lain-lain. (Hanifa wiknjosastro, 2002)

E. Komplikasi
1. Infeksi puerpuralis (nifas)
a) Ringan : Dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
b) Sedang : Dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai
dehidrasi atau perut sedikit kembung
c) Berat : Dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering
kita jumpai pada partus terlantar dimana sebelumnya telah terjadi
infeksi intrapartal karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.
2. Perdarahan, disebabkan karena:
a) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
b) Atonia uteri
c) Perdarahan pada placenta bed
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih
bila reperitonialisasi terlalu tinggi.
4. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang.
F. Kelebihan Dan Kekurangan Seksio Sesarea Transperitonialis
Profunda
1) Kelebihan
a) Penjahitan luka lebih mudah
b) Penutupan luka dengan repetonialisasi yang baik
c) Tumbang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan
penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum
d) Perdarahan kurang
e) Dibandingkan dengan cara korporal, kemungkinan rupture uteri
spontan kurang atau lebih kecil
2) Kekurangan
a) Luka dapat melebar ke kirim, kanan, dan bawah, sehingga dapat
menyebabkan a. uterine putus, sehingga dapat mengakibatkan
perdarahan yang banyak.
b) Keluhan pada kandung kemih post operatif tinggi.

G. Teknik Secsio Sesarea Transperitonialis Profunda


Teknik Secsio Sesarea Transperitonealis Profunda Daver Catheter di
pasang dan wanita berbaring dalam letak tredelenburg ringan. Diadakan insisi
pada dinding perut pada garis tengah dari simfisis sampai beberapa cm di
bawah pusat. Setelah peritorium dibuka, dipasang spekulum perut dan
lapangan operasi dipisahkan dari rongga perut dengan satu kasa panjang atau
lebih. Peritoneum pada dinding uterus depan dan bawah dipegang dengan
piset, plikovesitas. Uterina dibuka dan insisi diteruskan melintang jauh ke
lateral. Kemudian kandung kencing depan uterus didorong ke bawah dengan
jari. Pada segmen bawah uterus yang sudah tidak ditutup lagi oleh peritoneum
serta kandung kencing yang biasanya sudah menipis, diadakan insisi
melintang selebar 10 cm dengan ujung kanan dan kiri agak melengkung ke
atas untuk menghindari terbukanya cabang-cabang arteria uterine. Karena
uterus dalam kehamilan tidak jarang memutar ke kanan, sebelum membuat
insisi, posisi uterus diperiksa dahulu dengan memperhatikan ligamenta
rocundo kanan dan kiri, di tengah-tengah insisi diteruskan sampai dinding
uterus terbuka dan ketuban tampak, kemudian luka yang terakhir ini
dilebarkan dengan gunting berujung tumpul mengikuti sayatan yang telah
dibuat terlebih dahulu. Sekarang ketuban dipecahkan dan air ketuban yang
keluar dihisap. Kemudian spekulum perut diangkat dan lengan dimasukkan ke
dalam uterus di belakang kepala janin dan dengan memegang kepala dari
belakang dengan jari-jari tangan penolong. Diusahakan lahirnya kepala
melalui lubang insisi. Jika dialami kesulitan untuk melahirkan kepala janin
lubang insisi. Jika dialami ksulitan untuk melahirkan kepala janin dengan
tangan, dapat dipasang dengan cunan boerma. Sesudah kepala janin badan
terus dilahirkan muka dan mulut terus dibersihkan. Tali pusat dipotong dan
bayi diserahkan pada orang lain untuk diurus. Diberikan suntikan 10 satuan
oksitosin dalam dinding uterus/ intravena, pinggir luka insisi dipegang dengan
beberapa Cunam ovum dan plasenta serta selaput ketuban dikeluarkan secara
manual. Tangan untuk sementara dimasukkan ke dalam rongga uterus untuk
mempermudah jahitan luka, tangan ini diangkat sebelum luka uterus ditutup
sama sekali. Jahitan otot uterus dilakukan dalam dua lapisan yaitu lapisan
pertama terdiri atas kahitan simpul dengan cagut dan dimulai dari ujung yang
satu ke ujung yang lain (jangan mengikutsertakan desidua), lapisan kedua
terdiri atas jahitan menerus sehingga luka pada miomtrium tertutup rapi.
Keuntungan pembedahan ini:
a. Perdarahan luka insisi tidak seberapa banyak
b. Bahaya peritonitis tidak besar
c. Parut pada uterus umumnya kuat, sehingga bahaya ruptura uteri
dikemudian hari tidak besar, karena dalam masa nifas segmen bawah
uterus tidak seberapa banyak mengalami konraksi seperti korpus uteri
sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.
H. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatiakan Dalam SC
1. Secsio sesarea efektif
Secsio searea ini direncanakan lebih dahulu karena sudah diketahui
bahwa kehamilan harus diselesaikan dengan pembedahan itu.
Keuntungannya adalah bahwa waktu pembedahan dapat ditentukan oleh
dokter yang akan menolongnya dan segala persiapan dapat dilakukan
dengan baik.
Kerugiannya adalah karena persalinan belum dimulai, segmen bawah
uterus belum terbentuk dengan baik sehingga menyulitkan pembedahan
dan lebih mudah terjadi atonia uteri dengan perarahan karena uterus belum
mulai dengan kontraksinya. Pada umumnya keuntungan lebih besar dari
kerugian.
2. Anestesia
Anestesia umumnya mempunyai pengaruh positif degresif pada
pusat pernafasan janin. Sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan
apnea yang tidak dapat diatasi dengan mudah, selain itu ada pengaruh
terhadap tonus uterus sehingga kadang-kadang timbul perdarahan post
partum karena atonia uteri. Anestesia spinal aman buat janin. Akan tetapi
selalu ada kemungkinan bahwa tekanan darah penderita menurun dengan
akibat yang buruk bagi ibu dan janin. Cara yang paling aman adalah
anestesia lokal, akan tetapi tidak selalu akan dapat dilakukan berhubungan
dengan sikap mental penderita. Pemutusan untuk dilakukan anestesi total
setelah anestesi spina. Di lihat rentang dari injeksi: tunggu 10-15 menit
apakah klien merasa sakit atau tidak. Apabila dosis terlalu tinggi diberikan
dapat menyebabkan sesak nafas (sulit bernafas) sehingga langsung
diputuskan untuk anestesi total.
3. Transfusi darah
Pada umumnya perdarahan pada seksio sesarea lebih banyak dari
pada persalinan pervagina. Perdarahan tersebut disebabkan oleh insisi pada
uterus, ketika pelepasan plasenta, mungkin juga karena terjadinya atonia
uteri post partum. Berhubung dengan itu pada tiap-tiap secsio sesarea
perlu diadakan persediaan darah.
4. Pemberian
Walaupun pemberian antibiotik sesudah secsio sesarea efektif
dapat dipersonalkan, namun pada umumnya pemberian dianjurkan. (Ilmu
Kebidanan, 2002)

I. Prognosis
Dulu angka morbiditas dan mortalitas untuk ibu dan janin tinggi. Pada
masa sekarang, oleh karena kemajuan yang pesat dalam teknik operasi,
anestesi, penyediaan cairan dan darah, indikasi dan antibiotika angka ini
sangat menurun.
Angka kematian ibu pada rumah-rumah sakit dengan fasilitas operasi yang
baik dan oleh tenaga-tenaga yang cekatan adalah kurang dari 2 per 1000.
Nasib janin yang ditolong secara seksio sesarea sangat tergantung dari
keadaan janin sebelum operasi. Menurut data dari negara-negara dengan
pengawasan antenatal yang baik dan fasilitas neonatal yang sempurna angka
kematian 4-7%. (Mochtar R, 1998).

J. Anjuran Operasi
- Dianjurkan jangan hamil selama lebih kurang satu tahun dengan
memakai kontrasepsi
- Kehamilan berikutnya hendaknya diawasi dengan antenatal yang
baik
- Yang dianut adalah Once a cesarean not always a cesarean
kecuali pada panggul sempit atau disproposi segala pelvik. (Mochtar R,
1998)
K. PENATALAKSANAAN
Insisi dinding perut pada garis tengah simfisis beberapa
sentimeter di bawah pusat. Setelah peritoneum dibuka pasang spekulum
perut dan lapangan operasi dari rongga perut dengan satu kain panjang/
lebih.
Pegang peritoneum pada dinding uterus depan dan bawah
dengan pinset, buka plika vesika uterine dan insisi ini diteruskan
melintang ke lateral.
Dorong kandung kencing dengan peritoneum di depan uterus
ke bawah dengan jari.
Insisi segmen bawah uterus selebar 10 cm dengan ujung
kanan dan kiri agak melengkung ke atas
Di tengah-tengah, teruskan insisi sampai dinding uterus
terbuka dan tampak ketuban. Lebarkan luka ini dengan gunting berujung
tumpul ikuti sayatan yang telah dibuat
Pecahkan ketuban dan isap air ketuban yang keluar
Angkat spekulum perut, masukkan tangan ke dalam uterus di
belakang kepala janin, pegang kepala janin dari belakang dan lahirkan
kepala melalui insisi. Pakai cunan boerma bila kesulitan melahirkan kepala
dengan tangan
Pada presentasi sungsang/ letak lintang, cari kaki janin dan
lahirkan kepala dengan tangan
Berikan suntikan oksitosin pada 10 unit dalam dinding uterus
Pegang pinggir luka insisi dengan beberapa cunan ovum,
keluarkan plasentra dan selaput ketuban secara normal. Masukkan tangan
ke dalam rongga uterus untuk memudahkan jahit dinding uterus.
Jahit uterus 2 lapis. Lapisan pertama ialah simpul dengan
cargut kromik 00 yang dimulai dari ujung yang satu ke ujung yang lain.
Lapisan kedua dijahit jelujur.
Jahit plika vesikuterina dengan catgut (Mansjoer A, 1999)

PENGKAJIAN PRE-OPERASI SC

Perawatan sebelum kelahiran sesarea


Pengkajian dasar data klien
Sirkulasi
Hipertensi, perdarahan vagina mungkin ada.
Integritas ego
Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi dengan tanda kegagalan dan
atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita.
Makanan/ cairan
Nyeri epigastrik, gangguan penglihatan, edema (tanda-tanda hipertensi karena
kehamilan) (HKK).
Nyeri/ ketidaknyamanan
Distosia, persalinan lama/ fungsional, kegagalan induksi, nyeri tekan uterus
mungkin ada.
Keamanan
Penyakit hubungan seksual aktif (misal: herpes)
Inkompabilitas Rh yang berat
Adanya komplikasi ibu seperti HKK, diabetes, penyakit ginjal, jantung, atau
infeksi asenden = trauma abdomen pranatal.
Prolaps tali pusat, distres janin.
Ancaman kelahiran janin premature.
Presentasi bokong dengan versi sefalik eksternal yang tidak berhasil.
Ketuban telah pecah selama 24 jam atau lebih lama.
Seksualitas
Disporposi sefalopelvis (CPD)
Kehamilan multipel atau gestasi (uterus sangat distensi)
Melahirkan sesarea sebelumnya, bedah uterus atau serviks sebelumnya.
Tumor/ neoplasma yang menghambat pelvis/ jalan lahir.

Penyuluhan/ pembelajaran
Kalahiran sesarea dapat atau mungkin tidak direncanakan, mempengaruhi
kesepian dan pemahaman klien terhadap prosedur.
Pemeriksaan diagnostic
- Hitung darah lengkap :
Golongan darah (ABO) dan
pengocokan silang, tes coombs.
- Urinalisis : Menentukan
kadar albumin atau glukosa.
- Kultur : Mengidentifikasi
adanya virus herpes simpleks tipe II.
- Pelvimetri : Menentukan
CPD
- Amniosentesis : Mengkaji
maturnitas paru janin
- Ultrasonografi : Melokalisasi
plasenta, menentukan pertumbuhan,
kedudukan dan presentasi janin.
- Tes sres kontraksi/ tes non stres
: Mengkaji respon janin
terhadap gerakan/ stres dari pola
kontraksi uterus/ pola abnormal.
- Pemantauan elektronik :
Memastikan status janin/ aktivitas
uterus.

PASCA OPERASI SC

Perawatan setelah kelahiran sesarea (4 jam sampai 5 hari pasca partum)


Pengkajian dasar data klien
Tinjau ulang catatan prenatal dan intra operatif dan adanya indikasi untuk
kelahiran searea.
Sirkulasi
Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml.
Integritas ego
Dapat menunjukkan labilitas emosional, dari kegembiraan, sampai ketakutan,
marah atau menarik diri.
Klien/ pasangan dapat memiliki pertanyaan atau salah terima peran dalam
pengalaman kelahiran, mungkin mengekspresikan ketidakmampuan untuk
menghadapi situasi baru.
Eliminasi
Kateter urinaris indweiling mungkin terpasang: urine jernih pucat.
Bising usus tidak ada, samar atau jelas.
Makanan/ cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal.
Neurosensasi
Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal epidural.
Nyeri/ ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber. Misal: trauma
bedah/ insisi, nyeri penyerta, distensi kandung kemih/ abdomen, efek-efek
anestesia, mulut mungkin kering.
Pernafasan
Bunyi paru jelas dan vaskuler.
Keamanan
Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda kering dan utuh.
Jalur parental bila digunakan paten can sisi bebas eritema, bengkok, nyeri
tekan.
Seksalitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus.
Aliran lokhia sedang dan bebas bekuan berlebihan/ banyak.
Pemeriksaan diagnostik
- Jumlah darah lengkap, hemoglobin/ hematokrit
(Hb/Ht): mengkaji perubahan dari kadar praoperasi dan mengevaluasi efek
kehilangan darah pada pembedahan.
- Urinalis: kultur urine, darah, vaginal, dan lokhia:
pemeriksaan tambahan didasarkan kebutuhan individual
L. Diagnosa keperawatan
INDIKASI
Disproporsi sefalopelvik, Palsenta previa, Gawat janin, Pernah SC sebelumnya, Kelainan letak janin, Hipertensi, Rupture uteri mengancam, Partus lama, Partus tak maju, Distorsio servik
B. FISIOWAY
Ketidakmampuan ibu mengejan

SC (tranperitonialis profunda)

Pasca operatif Cemas Post partum


Adaptasi fisiologis Adaptasi psikologis

Trauma jaringan Luluka bekas insisi Efek anestesi


Proses laktasi Taking in Taking hold Letting go

Supresi SSP Medulla oblongata


Diskontinuitas jaringanInvasi Mempengaruhi tonus uteri Penerimaan peran baru
mikroorganisme Isapan bayi Stimulasi Hip. Posterior
Gangguan pada pons
Respon mual muntah Atonia uteri
Nyeri Perubahan peran
Resti infeksi Stimulasi Hip.anterior
Sekresi oksitosin

Pola napas tak efektif Resti Cemas


Resti kekurangan volume cairan dan elektrolit
perdarahan
Sekresi prolaktinStimulasi duktus alveoli Kelj. Mamae
Menghambat sekresi oksitosin

Putting inverted Produksi ASI


Pressure the ejection of breast feeding

Menghambat saluran air susu ASI keluar terhambat


Ineffective breast feeding
M. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan (trauma
jaringan)
2. Pola napas tak efektif berhubungan dengan supresi pada ssp
3. Ineffective breast feeding berhubungan dengan terhambatnya
pengeluaran ASI
4. Cemas berhubungan dengan tindakan pasca operasi
5. Resti kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan
dengan mual, muntah
6. Resti infeksi berhubungan dengan luka bekas insisi masih basah.
7. Perubahan peran berhubungan dengan adanya peran-peran baru
setelah melahirkan.
N. Nursing Care Plan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1. Nyeri berhubungan dengan Setelah diberikan asuhan keperawatan Berikan informasi dan Meningkatan
diskontinuitas jaringan selama 2 x 2 jam diharapkan klien dapat petunjuk antisipasi pemecahan masalah,
(trauma jaringan) mengontrol nyeri yang dibuktikan dengan mengenai penyebab membantu mengurangi
Criteria hasil : ketidaknyamanan dan nyeri berkenaan dengan
Klien menyatakan nyeri hilang/ intervensi yang tepat ansietas dan ketakutan
terkontrol karena ketidaktahuan dan
Ekspresi wajah tidak menunjukkan memberikan rasa control.
rasa menahan sakit Evaluasi tekanan darah Pada banyak klien
Kualitas nyeri menunjukkan skala (TD) dan nadi. Perhatikan menyebabkan gelisah
0-3 perubahan perilaku
Perilaku relaksasi (bedakan antara
TD 120/80 130/90 mmHg kegelisahan karena nyeri
Nadi 90x/ menit atau kehilangan darah
Pola nafas efektif 24x/ menit akibat dari proses
pembedahan.
Ubah posisi klien, Merilekskan otot dan
kurangi rangsangan yang mengalihkan perhatian
berbahaya dan berikan dari sensasi nyeri,
gosokan punggung meningkatkan
anjurkan penggunaan kjetidaknyaman dan
teknik pernafasan dan menurunkan distraksi
relaksasi dan distraksi tidak menyenangkan,
(rangsangan jaringan meningkatkan rasa
kutan) ketidaksejahteraan.
Kembalinya kandung
Palpasi kandung kemih, kemih normal
perhatikan adanya rasa memerlukan 4-7 hari dan
penuh, memudahkan over distena kandung
berkemih periodic setelah kemih menciptakan
pengangkatan kateter peranan dorongan dan
indwelling. ketidaknyamanan.
Mengangkat payudara
Anjurkan penggunaan kedalam dan keatas
dengan penyokong. mengakibatkan posisi
lebih nyaman dan
menurunkan kelelahan
otot.
Napas dalam
Lakukan latihan nafas meningkatkan upaya
dalam, spirometri intensif pernafasan, pembebatan
dan batuk dengan menurunkan regangan
menggunakan prosedur- area insisi dan
prosedur tepat, 30 menit mengurangi nyeri dan
setelah pemberian ketidaknyaman berkenaan
analgesic. dengan gerakan otot
abdomen, baruk
diindikasikan bila sekresi
atau ronki terdengar.

2. Pola napas tak efektif Setelah diberikan asuhan keperawatan Pertahankan jalan udara Mencegah obstruksi
berhubungan dengan selama 2 x 2 jam diharapkan Klien dapat pasien dengan jalan nafas
supresi pada ssp bernafas secara efektif yang dibuktikan memiringkan kepala,
dengan criteria hasil: hiperekstensi rahang,
Pola nafas efektif 24x/ menit alirean darah faringeal
Observasi frekuensi dan Dilakukan untuk
kedalaman pernafasan, memastikan efektifitas
pemakaian otot-otot Bantu pernafasan sehingga
pernafasan upaya memperbaikinya
dapat segera dilakukan.
Pantau tanda-tanda vital Meningkatkan
secara terus menerus pernfasan, takikardia/
brakikardia menunjukkan
kemungkinan terjadinya
hipoksia.
Letakkan pasien pada Evaluasi kepala dan
posisi yang sesuai, posisi miring akan
tergantung pada kekuatan mencegah terjadinya
pernafasan dan jenis aspirasi dari muntah.
pembedahan.
Lakukan latihan gerakan Ventilasi dalam yang
sesegera mungkin pada aktif membuka alveolus,
pasien yang reaktif dan mengeluarkan sekresi,
lanjutkan pada pasca meningkatkan
operasi. pengangkutan oksigen,
membuang gas anestesi.

3. Ineffective breast feeding Setelah dilakukan asuhan keperawatan Kaji pengetahuan dan Membantu dalam
berhubungan dengan selama 3 x 4 jam diharapkan klien dapat pengalaman klien tentang mengidentifikasi
terhambatnya pengeluaran mengungkapkan tingkat kepuasan proses menyusui sebelumnya. kebututhan sat ini dan
asi menyusui yang dibuktikan dengan posisi mengembangkan rencana
menyusui bayi nyaman dan benar. keperawatan.
Tentukan system Mempunyai dukungan
pendukung yang tersedia yang cukup meningkatkan
pada klien dan sikap untuk pengalaman
pasangan atau keluarga menyusui dengan
berhasil. Sikap dan
komentar negative
mempengaruhi upaya-
upaya dan dapat
menyebabkan klien
menolak mencoba untuk
menyusui.
Berikan informasi, Membantu menjalin
verbal dan tertulis, suplai susu adekuat,
mengenai fisiologi dan mencegah putting pecah
keuntungan menyusui, dan luka,m memberikan
perawatan putting dan kenyamanan dan
oayudara, kebutuhan diet membantu peran ibu
khusus dan factor-faktor menyusui. Pamphlet dan
yang memudahkan atau buku-buku menyediakan
mengganggu keberhasilan sumber yang dapat
menyusui. dirujuk klien sesuai
kebutuhan.
Demontrasikan dan Posisi yang tepat
tinjau ulang teknik-teknik biasanya mencegah luka
menyusui. Perhatikan putting, tanpa
posisi bayi selama memperhatikan lamanya
menyusui dan lama menyusui.
menyusui.
Demontrasikan dan
tinjau ulang teknik-teknik Tindakan perawatan
perawatan payudara. payudara yang teratur
dapat memperlancar
Anjurkan klien untuk produksi ASI.
mengeringkan putting Pemajanan pada udara
dengan udara selama 20-30 atau anas membantu
menit setelah menyusui dan mengencangkan putting,
memberikan preparat sedangkan sabun dapat
lanolin setelah menyusui, menyebabkan kering.
atau menggunakan lampu Mempertahankan putting
pemanas dengan lampu 40 dalam media lembab
watt ditempatkan 18 inchi meningkatkan
dari payudara selama 20 pertumbuhan bakteri dan
menit. Instruksikan klien kerusakan kulit.
menghindari penggunaan
sabun atau penggunaan
bantalan bra berlapis
plastic dan mengganti
pembalut bila basah atau
lembab.
Instruksikan klien untuk
menghindari penggunaan Ini telah diketahui
pelindung putting kecuali menambah kegagalan
secara khusus laktasi. Pelindung
diindikasikan. mencegah mulut bayi
mengarah untuk kontak
dengan outing ibu yang
mana perlu untuk
melanjutkan pelepasan
prolaktin (meningkatkan
produksi susu) dan dapat
mengganggu atau
mencegah tersedianya
suplai susu yang adekuat.
Berikan pelindung
putting payudara khusus Mangkuk laktasi atau
(missal: pelindung pelindung payudara,
eschman) untuk klien latihan, dan kompres es
menyusui dengan putting membantu membuat
masuk dan datar. Anjurkan putting lebih ereksi,
penggunaan kompres es teknik hoffman
sebelum menyusui dan melepaskan perlengketan
latihan putting dengan yang menyebabkan
memutar diantara ibu jari inverse putting.
dan jari tengah dan
menggunakan teknik
Hoffman.

4. Cemas berhubungan Setelah diberikan asuhan keperawatan Kaji respon psikologis Makin klien
dengan tindakan pasca selama 2 x 3 jam diharapkan klien dapat kejadian dan ketersediaan mengatakan ancaman
operasi mengatasi ansietas yang dibuktikan system pendukung. makin besar tingkat
dengan Criteria hasil : Tetap bersama klien dan ansietas
Klien mengungkapkan rasa takut tetap bicara perlahan, Membantu membatasi
dari masalah tunjukkan empati. transmisi ansietas
Klien mengungkapkan rasa interpersonal dan
ansietas berkurang mendemonstrasikan
Menggunakan mekanisme koping Beri penguatan aspek perhatian terhadap klien.
yang tepat. positif dari ibu dan kondisi Memfokuskan pada
Menunjukkan TTV normal janin kemungkinan
keberhasilan hasil akhir
dan membantu membawa
ancaman yang dirasakan.
Anjurkan klien atau
pasangan mengungkapkan Membantu
dan mengekspresikan mengidentifikasi perasaan
perasaan atau masalah negative dan
memberikan kesempatan
untuk mengatasi perasaan
Dukung atau arahkan berduka
kembali mekanisme koping Mendukung
yang diekspresikan mekanisme koping dasar
otomatik, meningkatkan
kepercayaan diri dan
penerimaan menurunkan
Berikan masa privasi, ansietas.
kurangi rangsang Memungkinkan
lingkungan. kesempatan bagi klien/
pasangan untuk
menginternalisasi
informasi, menyusun
sumber-sumber dan
mengatasi dengan efektik.
5. Resti kekurangan volume Setelah dilakukan asuhan keperawatan Ukur dan catat Dokumentasi yang
cairan dan elektrolit selama 1x 24 jam diharapkan klien dapat pemasukan dan pengeluaran akurat akan membantu
berhubungan dengan mual, terpenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit (termasuk pengeluaran dalam mengidentifikasi
muntah yang dibuktikan dengan klien minum cairan gastrointestinal). pengeluaran cairan/
2000-2500 ml /hari Tinjau ulang catatan kebutuhan penggantian
intraoperasi dan pilihan-pilihan yang
mempengaruhi intervensi
Mungkin akan terjadi
Kaji pengeluaran penurunan ataupun
urinarius, terutama untuk penghilangan setelah
tipe prosedur operasi yang prosedur pada system
dilakukan genitourinarius dan/ atau
struktur yang
membedakan (misalnya:
ureteroplasti,
ureterolitotomi,
histeroktomi abdominal
ataupun vaginal),
mengindikasikan
malfungsi ataupun
obstruksi system
urinarius.
Meningkatkan
Berikan bantuan relaksasi oto parineal dan
pengukuranberkemih sesuai memudahkan upaya
kebutuhan. Misalnya pengosongan.
privasi, posisi duduk, air
yang mengalir dalam BAK,
mengalirkan air hangat
diatas perineum.
Hipotensi, takikardi,
Pantau tanda-tanda vital peningkatan pernafasan
mengindikasikan
kekurangan cairan, misal
dehidrasi/ hipovolemia.
wanita pasien dengan
Catat munculnya mual obesitas dan mereka yang
muntah. Riwayat pasien memiliki kecenderungan
mabuk perjalanan mabuk perjalanan
penyakit memiliki risiko
mual/ muntah yang lebih
tinggi pada masa
pascaoperasi. Selain itu
semakin lama durasi
anestesi, semakin besar
resiko untuk mual.
Perdarahan yang
Periksa pembalut pada berlebihan dapat mengacu
alat drein pada interval kepada hipovolemia/
regular. Kaji luka untuk hemoragi. Pembengkakan
terjadinya pembengkakan local mungkin
mengindikasikan formasi
hematoma/ perdarahan.
Catatan kedalam rongga
(misalnya retroperitoneal)
mungkin tersembunyi dan
hanya terdiagnosa melalui
depresi tanda-tanda vital,
laporan pasien akan
sensasi tekanan pada
daerah yang terpengaruh
Kulit dingin/ lembab,
Pantau suhu kulit, denyut yang lemah
palpasi denyut perifer. mengindikasikan
penurunan sirkulasi
perifer dan dibutuhkan
untuk penggantian cairan
tambahan.

Kolaborasi : Gantikan kehilangan


Berikan cairan cairan yang telah
parenteral, produksi darah didokumentasikan. Catat
dan/ atau plasma sekspander waktu penggantian
sesuai petunjuk. Tingkatkan volume sirkulasi yang
intravena jika diperlukan potensial bagi penurunan
komplikasi, misalkan
ketidakseimbangan
elektrolit, dehidrasi,
pingsan kardiovaskuler.
Catatan : pada awalnya
mungkin dibutuhkan
peningkatan volume
untuk mendukung volume
sirkulasi/ mencegah
hipotensi karena
penurunan tonus
vasomotor akan
mengikuti pemberian
fluothane. Pemasukan
oral bergantung kepada
pengembalian fungsi
gastrointestinal.

6. Resti infeksi berhubungan Setelah diberikan asuhan keperawatan Anjurkan dan gunakan Membantu mencegah/
dengan luka bekas insisi selama 4 x 24 jam diharapkan klien dapat teknik mencuci tangan mengatasi penyebaran
masih basah menerapkan teknik kontrol infeksi yang dengan cermat dan infeksi
dibuktikan dengan criteria hasil: pembuangan pangalas
Suhu 37 C kotoran pembakut parineal
Poal nafas efektif 24x/ menit dan linen terkontaminasi
Tidak terdapat nyeri tekan dengan tepat
Luka bekas dari drainase dengan Tinjau ulang Hb/Ht Anemia, diabetes dan
tanda awal penyembuhan prenatal: perhatikan adanya persalinan yang lama
Tidak terdapat kemerahan kondisi yang (khususnya pada pecah
mempredisposisikan klien ketuban) sebelum
pada infeksi pasca operasi kelahiran sesarea
meningkatkan resiko
infeksi dan pelambatan
penyembuhan.
Infeksi balutan Balutan steril
abdominal terhadap menutupi luka pada 24
eksudat/ rembesan. jam pasca kelahiran
Lepaskan balutans sesuai sesarea membantu
indikasi melindungi luka dari
cidera/ kontaminasi,
rembesan dapat
mendapatkan hemetoma,
gangguan penyatuan
jahitan/ dehisens luka
memerlukan intervensi
lanjut.

Mencegah dehidrasi
Dorong dan masukan memaksimalkan volume
cairan oral dan diet tinggi sirkulasi dan aliran urine.
protein, Vit C dan besi Protein dan vitamin C
diperlukan untuk
pembentukan kolagen,
besi diperlukan untuk
sintesis HB
Dalam pasca operasi
Kaji suhu, nadi, dan hari ke-3 leukositas dan
jumlah sel darah putih takikardia menunjukkan
infeksi, peningkatan suhu
sampai 38C dalam 24 jam
pertama sangat
mengindikasikam infeksi.
Setelah kelahiran
Kaji lokasi dan sesarea fundus tetap pada
kontraktivitas uterus, ketinggian umbilicus
perhatikan perubahan selama sampai 5 hari, bila
involusi/ adanya nyeri involusi mulai disertai
tekan uterus yang ekstrim dengan peningkatan aliran
lokia. Perlambatan
involusi meningkatkan
resiko endometritis.
Perkembangan nyeri
tekan ekstrim
menandakan
kemungkinan jaringan
plasenta tertahan/ infeksi
.
Kolaborasi: Menurunkan
Berikan infuse antibiotic kemungkinan
profilaksi dengan detil endometritis pasca partum
pertama biasanya diberikan sesuai komplikasi seperti
segera setelah obsess insisi/
pengekleman tali pusat dan tromboflekbitis pelvis.
2 dosis lagi masing-masing
berjarak 6 jam. Bakterinus lebih sering
Dapatkan kultur darah, pada klien yang
vagina dan urin bila infeksi mengalami pecah ketuban
dicurigai selama 6 jam/ lebih lama
daripada klien yang
ketubannya tetap utuh
sebelum melahirkan
sesarea

Perlu untuk mematikan


Berikan antibiotic organisme.
khusus untuk untuk proses
infeksi yang diidentifikasi.

7. Perubahan peran Setelah dilaukan asuhan keperawatan Perhatikn repon klen Kemampuan klien
berhubungan dengan selama 3 x 24 jam diharapkan klien dapat atau pasangan terhadap untuk beradaptasi secara
adanya peran-peran baru menerima peran-peran baru setelah kelahiran dan peran menjadi positif untuk menjadi
setelah melahirkan melahirkan yang dibuktikan dengan orang tua. orang tua mungkin
Mengungkapkan masalah tentang dipengaruhi oleh reaksi
peran menjadi orang tua mulai asuhan keperawat ayah dengan kuat.
Mendiskusikan peran menjadi primer umtuk ibu dan bayi Meningkatkan
orang tua secara realitis. saat unit perawatn berpusat pada
keluarga, kontinuitas dan
asuhan yang diberikan
secara individu serta
mungkin memudahkan
Evaluasi sifat dari terjadinya ikatan keluarga
menjadi orang tua secara positif .
emosi dan fisik yang pernah Peran menjadi orang
dialami/ atau pasangan tua mempelajari, dan
selama masa kanak- kanak. individu memakai peran
orang tua mereka sediri
menjadi model peran.
Yang mengalami pengaruh
negative atau menjadi
orang tua yang buruk
beresiko besra terhadap
kegagalan memenuhi
tantangan dari pada yang
Tinjau ulang catatan merasakan menjadi orang
intrapartum terhadap tua positif.
lamanya persalinan, adanya Persalinan lama dan
kompikasi dn peran sulit,dapat secara
pasangan pada persalinan. sementara menurunkan
energi fisik dan emosional
yang perlu untuk
mempelajari peran
menjadi ibu dan dapat
secara negative
mempengaruhi menyusui
(catatan : ini sering
memerlukan waktu 24 jam
setelah kelahiran untuk ibu
Evaluasi status gizi mas meninggal fase taking
lalu dan saat ini dan innya sendiri).
kejadian komplikasi Kejadian seperti pre
prenatal, intra natal atau term, hemoragi, infeksi,
pasca partatal. atau adanya komplikasi
ibu dapat mempengaruhi
Evaluasi kondisi bayi : kondisi psiologis klien.
komunikasikan dengan staf Ibu sering mengalami
perawatan sesuai indikasi. kesedian karena mendapati
Perhatikan adanya masalah bayinya tidak seperti yang
tau perhatin khusus. diharapkannya.masalah-
masalah emosional dan
ketidak mampuan dalam
menilai peran menjadi
orang tua positif, mungkin
akibat dari kecacatan
kelahiran sementara pada
bayi, kelahiran byi resiko
tinggi atau ketidak
mampuan ibu untuk
menemukan perbedaan
antara fantasi pra natal dan
Berikan kesempatan realitas dan pasca natal.
pendidikan formal dan Membantu orang tua
informal diikuti dengan belajar dasar-dasar
demontrasi staff, bantuan keperawatn bayi,
staff dan video tape meningkatkan diskusi dan
pendidikan untuk perawatan pemecahan masalah
bayi, pem berian makanan bersama, dan
bayi dan menjadi orang tua. memberikann dukungan
kelompok. Batu orang tua
untuk menjadi lebih
yaman dan menambah
ketrampilan dan
kenyamanan dalam
menangani dan merawat
Biarkan klien bayi sebelum pulang.
mendemonstrasikan Membantu
perilaku yang dipelajari menguatkan program
berkenaan dengan penyuluhan dan mencegah
pemberian makanan bayi ansietas terhadap
dan perawatan. Berikan pertanyaan yang tidak
informasi tertulis dan nomor terjawab, khususnya bila
telepon orang yang dapat kelurga adalah bagian dari
dihubingi untuk dibawa program pemulangan awal
klien pulang. atau bila kelahiran
dilakukan pada tempat
kelahiran alternative.
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, M. Rencana Perawatan Maternitas / Bayi, EGC : jakarta. 2001.

Mansjoer, A. Dasar-dasar Keperwatan Maternitas, EGC : jakarta. 1995.

Mochtar, R. Sinopsis obstetri : obstetri operatif, obstetri sosial, jilid 2. EGC :


Jakarta. 2002.

Syaifudin, Abdul Bari, Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo: Jakarta. 2002.

Winkjosastro, H. Dkk. Ilmu kebidanan, Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo:


Jakarta. 2002.

Winkjosastro, H. Dkk. Ilmu bedah kebidanan, Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo: Jakarta. 2000.

Anda mungkin juga menyukai