Anda di halaman 1dari 42

A.

Puskesmas
1. Pengertian
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya. Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di
Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki
perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat; mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu; hidup
dalam lingkungan sehat; dan memiliki derajat kesehatan yang
optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang
mendukung terwujudnya kecamatan sehat.1
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.8
a. Unit Pelaksana Teknis
Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota (UPTD), puskesmasberperan
menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas
KesehatanKabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana
tingkat pertama serta ujung tombakpembangunan kesehatan di
Indonesia.
b. Pembangunan kesehatan
Pembangunan kesehatanadalah penyelenggaraan upaya
kesehatan oleh bangsaIndonesia untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagisetiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal.
c. Penanggungjawab Penyelenggaraan

6
Penanggungjawabutama penyelenggaraan seluruh upaya
pembangunan kesehatan diwilayah kabupaten/kota adalah
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan
puskesmasbertanggungjawab hanya sebagian upaya
pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan kemampuannya.
d. Wilayah Kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah
satu kecamatan, tetapi apabiladi satu kecamatan terdapat lebih
dari dari satu puskesmas, maka tanggungjawab wilayahkerja
dibagi antar puskesmasdengan memperhatikan keutuhan
konsep wilayah(desa/kelurahan atau RW). Masing-masing
puskesmas tersebut secara operasionalbertanggungjawab
langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.8
2. Visi dan Misi
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh
Puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya
Indonesia Sehat. Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat
kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan
kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan
perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.8
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh
puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan
kesehatan nasional. Misi tersebut adalah:8
a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah
kerjanya.
Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain
yang diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan
aspek kesehatan, yakni pembangunan yang tidak menimbulkan

7
dampak negatif terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap
lingkungandan perilaku masyarakat.
b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat
di wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap
keluarga dan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah
kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan
pengetahuan dan kemampuan menuju kemandirian untuk hidup
sehat.
c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan standar dan memuaskan masyarakat,
mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan serta
meningkatkan efisiensi pengelolaan dana sehingga dapat dijangkau
oleh seluruh anggota masyarakat.
d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat berserta lingkungannya. Puskesmas akan selalu
berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan,
keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan yang bertempat
tinggal di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan
menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai.
3. Tujuan 1
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas bertujuan
untuk mewujudkan masyarakat yang :
a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat
b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
c. Hidup dalam lingkungan sehat
d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.

8
4. Fungsi1
Ada dua (2) fungsi puskesmas, yaitu :
a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya;
1) Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah
kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang
diperlukan;
2) Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;
3) Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan
pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan;
4) Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat
perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain
terkait;
5) Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan
dan upaya kesehatan berbasis masyarakat;
6) Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
Puskesmas;
7) Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan
kesehatan;
8) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap
akses, mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan; dan
9) Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan
masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan
dini dan respon
b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.
1) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara
komprehensif, berkesinambungan dan bermutu
2) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan
upaya promotif dan preventif;
3) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat;

9
4) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan
keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung
5) Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip
koordinatif dan kerja sama inter dan antar profesi;
6) Melaksanakan rekam medis;
7) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap
mutu dan akses Pelayanan Kesehatan;
8) Melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan;
9) Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan
melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis
dan Sistem Rujukan.
5. Prinsip penyelenggaraan
Prinsip penyelenggaraan Puskesmas meliputi1:
a. Paradigma sehat
Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk
berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko
kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
b. Pertanggungjawaban wilayah
Puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
c. Pemerataan
Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat
diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah
kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi,
agama, budaya dan kepercayaan.
d. Kemandirian masyarakat
Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat.
e. Teknologi tepat guna

10
Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan
memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan
kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak
berdampak buruk bagi lingkungan.
f. Keterpaduan dan kesinambungan
Puskesmas mengintegrasikan dan mengoordinasikan
penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya
kesehatan perseorangan (UKP) lintas program dan lintas sektor
serta melaksanakan sistem Rujukan yang didukung dengan
manajemen puskesmas.
6. Peran pokok petugas puskesmas
Dalam menjalankan perannya sebagai penyedia pelayanan
kesehatan Puskesmas didukung beberapa petugas yang mempunyai
fungsi masing-masing antara lain:
a. Petugas Medis
1) Dokter Umum: Melakukan pelayanan medis di poli umum,
puskesmas keliling, pustu (puskesmas pembantu), posyandu
(pos pelayanan terpadu).
2) Dokter Gigi: Melaksanakan pelayanan medis di poli gigi,
puskesmas keliling.
3) Dokter Spesialis: Khusus untuk puskesmas rawat inap
sebaiknya ada kunjungan dokter spesialis sebagai dokter
konsultan, misalnya : dokter ahli anak, kandungan dan
penyakit dalam.
b. Petugas Kesehatan
1) Bidan: Pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA & KB),
pelaksana asuhan kebidanan.
2) Perawat Umum: Pendamping tugas dokter umum, pelaksana
asuhan keperawatan umum.
3) Perawat Gigi: Pendamping tugas dokter gigi, pelaksana asuhan
keperawatan gigi.

11
4) Perawat Gizi: Pelayanan penimbangan dan pelacakan masalah
gizi masyarakat.
5) Sanitarian: Pelayanan kesehatan lingkungan pemukiman dan
institusi lainnya.
6) Sarjana Farmasi: Pelayanan kesehatan obat dan perlengkapan
kesehatan.
7) Sarjana Kesehatan Masyarakat: Pelayanan administrasi,
penyuluhan, pencegahan dan pelacakan masalah kesehatan
masyarakat.
c. Petugas Non Kesehatan
1) Administrasi: Pelayanan administrasi pencatatan dan pelaporan
kegiatan puskesmas.
2) Petugas Dapur:Menyiapkan menu masakan dan makanan
pasien puskesmas perawatan.
3) Petugas Kebersihan: Melakukan kegiatan kebersihan ruangan
dan lingkungan puskesmas.
4) Petugas Keamanan: Menjaga keamananpelayanan khususnya
ruangan rawat inap.
5) Sopir: Mengantar, membantu seluruh kegiatan pelayanan
puskesmas keliling di luar gedung puskesmas.
7. Upaya kesehatan1
Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
tingkat pertama dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama
yang dilaksanakan secara terintegrasi dan berkesinambungan.
Untuk melaksanakan upaya kesehatan masyarakat dan
perseorangan tersebut maka puskesmas harus menyelenggarakan
manajemen Puskesmas, pelayanan kefarmasian, pelayanan
keperawatan kesehatan masyarakat dan pelayanan laboratorium.
d. Upaya Kesehatan Masyarakat/UKM
Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama meliputi upaya
kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat

12
pengembangan. Upaya kesehatan masyarakat esensial harus
diselenggarakan oleh setiap Puskesmas untuk mendukung
pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten/kota bidang
kesehatan. Upaya kesehatan masyarakat esensial meliputi:
1) pelayanan promosi kesehatan;
2) pelayanan kesehatan lingkungan;
3) pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana;
4) pelayanan gizi; dan
5) pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.
Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya
kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, yakni:
1) Upaya Kesehatan Sekolah
2) Upaya Kesehatan Olah Raga
3) Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
4) Upaya Kesehatan Kerja
5) Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
6) Upaya Kesehatan Jiwa
7) Upaya Kesehatan Mata
8) Upaya Kesehatan Usia Lanjut
9) Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
e. Upaya Kesehatan Perseorangan/UKP
Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dilaksanakan
sesuai dengan standar prosedur operasional dan standar pelayanan
dalam bentuk rawat jalan, pelayanan gawat darurat, pelayanan
satu hari (one day care), home care, dan/atau rawat inap
berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan.

13
B. Keluarga Berencana (KB)
1. Definisi KB
Program keluarga berencana memiliki makna yang sangat strategis,
komprehensif dan fundamental dalam mewujudkan manusia Indonesia
yang sehat dan sejahtera. UU Nomor 52 Tahun 2009 tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga menyebutkan
bahwa keluarga berencana adalah upaya untuk mengatur kelahiran
anak, jarak, dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui
promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas.9
2. Tujuan Program KB
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga
kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan
cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia
dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. 10
Tujuan program KB lainnya yaitu untuk menurunkan angka
kelahiran yang bermakna, untuk mencapai tujuan tersebut maka
diadakan kebijakaan yang dikategorikan dalam tiga fase (menjarangkan,
menunda, dan menghentikan) maksud dari kebijakaan tersebut yaitu
untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia muda,
jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan pada usia tua. 10
3. Sasaran Program KB
Sasaran program KB dibagi menjadi dua yaitu sasaran langsung
dan sasaran tidak langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. 10
a. Sasaran langsung adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang
bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara
penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan.
b. Sasaran tidak langsungnya adalah pelaksana dan pengelola KB,
dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan
kebijakan terpadu dalam rangka mencapai keluarga berkualitas,
keluarga sejahtera.

14
4. Dampak Program KB Terhadap Pencegahan Kelahiran
a. Untuk ibu, dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran maka
manfaatnya : 10
1) Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan
yang berulang kali dan terlalu pendek.
2) Peningkatan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan
oleh adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak,
beristirahat, dan menikmati waktu luang serta melakukan
kegiatan lainnya.
b. Untuk anak-anak yang dilahirkan, manfaatnya:
1) Anak dapat tumbuh secara wajar karena ibu yang
mengandungnya dalam keadaaan sehat.
2) Sesudah lahir, anak mendapat perhatian, pemeliharaan dan
makanan yang cukup karena kehadiran anak tersebut memang
diinginkan dan direncanakan.
c. Untuk anak-anak yang lain, manfaatnya :
1) Memberi kesempatan kepada anak agar perkembangan fisiknya
lebih baik, karena setiap anak memperoleh makanan yang
cukup dari sumber yang tersedia dalam keluarga.
2) Perkembangan mental dan sosialnya lebih sempurna karena
pemeliharaan lebih baik dan lebih banyak waktu yang dapat
diberikan oleh ibu untuk setiap anak.
3) Perencanaan kesempatan pendidikan yang lebih baik karena
sumber-sumber pendapatan keluarga tidak habis untuk
mempertahankan hidup semata-mata.
d. Untuk ayah, memberikan kesmpatan kepadanya agar dapat:
1) Memperbaiki kesehatan fisiknya.
2) Memperbaiki kesehatan mental dan sosial karena kecemasan
berkurang serta lebih banyak waktu terluang untuk
keluarganya.
e. Untuk seluruh keluarga, manfaatnya:

15
1) Kesehatan mental, fisik, sosial setiap anggota keluarga
tergantung dari kesehatan seluruh keluarga. Setiap anggota
keluarga mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk
memperoleh pendidikan
C. Kontrasepsi Suntik11,12
a. Suntikan Kombinasi (Hormon Estrogen dan Hormon Progesteron)
Jenis suntikan kombinasi
25 mg Depo Medrosiprogesteron Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat
yang diberikan injeksi I.M sebulan sekali (Cyclofem), dan 50 mg
Noretrindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi
I.M.
Cara kerja
Menekan ovulasi.
Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma.
Menjadikan selaput lendr rahim tipis dan atrofi.
Menghambat transfortasi gamet oleh tuba
Efektivitas
Sangat efektif (0,1 0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama
tahun pertama penggunaan.
Keuntungan Kontrasepsi
Risiko terhadap kesehatan kecil.
Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
Tidak diperlukan pemeriksaan dalam.
Jangka panjang.
Efek samping sangat kecil.
Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
Keuntungan Nonkontrasespsi
Mengurangi jumlah perdarahan.
Mengurangi nyeri saat haid.

16
Mencegah anemia.
Khasiat pencegahan pada kanker ovarium dan kanker endometrium.
Mengurangi penyakit kanker payudara jinak dan kista ovarium.
Mencegah kehamilan ektopik.
Melindungi klien dari jenis-jenis tertentu penyakit radang panggul.
Pada keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan usia
perimenoupuse.
Kerugian
Terjadi perubahan pada pola haid, seperti tidak teratur, perdarahan,
bercak atau spotting.
Mual, sakit kepala, pnyeri payudara ringan, dan keluhan seperti akan
hilang setelah suntikan kedua atau ketiga.
Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan
(harus kembali untuk suntikan).
Efektifitasnya berkurang bila digunakan bersamaan dengan obat
untuk epilepsi (fenitoin dan barbiburat) atau obat tuberculosis
(rifampisin).
Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.
Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular
seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV.
Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian
Yang tidak boleh menggunakan suntikan kombinasi
Hamil atau dicurigai hamil (risiko cacat pada janin 7 per 100.000
kelahiran).
Menyusui dibawah 6 minggu pasca persalinan.
Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
Penyakit hati akut (virus hepatitis).
Usia > 35 tahun yang merokok.
Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi
(> 180/110 mmHg).

17
Tidak dapat menerima terjadinya ganguan haid, terutama amenorea
Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
Diabetes meilitus disertai komplikasi > 20 tahun.
Waktu mulai menggunakan suntikan kombinasi
Suntikan pertama dapat dimulai dari hari pertama sampai hari ke- 7
siklus haid. Tidak diperlukan kontrasepsi tambahan.
Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke-7 siklus haid, selama
7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual dan
menggunakan metode kontrasepsi lain jika ingin melakukan
hubungan seksual.
Bila klien tidak haid, suntikan pertama dapat diberikan setiap saat,
asal saja dipastikan ibu tidak hamil. Klien tidak boleh melakukan
hubungan seksual 7 hari lamanya. Menggunakan metode kontrasepsi
lain selama masa 7 hari.
Bila klien pasca persalinan 6 bulan, menyusui serta belum haid,
suntikan pertama dapat diberikan, asal saja dipastikan tidak hamil.
Bila pasca persalinan > 6 bulan, menyusui, serta dapat mendapat
haid, maka suntikan pertama diberikan pada siklus haid hari ke 1-7.
Bila pasca persalinan < 6 bulan, dan menyusui, jangan diberikan
suntik kombinasi.
Bila pasca persalinan 3 minggu, dan tidak menyusui suntikan
kombinasi dapat diberikan.
Pasca keguguran, suntikan kombinasi dapat segera diberikan atau
dalam waktu 7 hari.
Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin
mengganti dengan kontrasepsi hormonanl kombinasi. Bila ibu telah
mengunakan kontrasepsi hormonal sebelumnya secara benar, dan ibu
tersebut tidak hamil, suntikan pertama dapat segera diberikan dan
tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya datang.

18
Bila ibu sedang mengunakan jenis kontrasepsi jenis lain dan ingin
menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan kombinasi, maka
suntikan kombinasi dapat diberikan dimulai pada saat jadwal
kontrasepsi suntikan yang sebelumnya. Tidak diperlukan metode
kontrasepsi lain.
Ibu yang mengunakan metode kontrasepsi nonhormonal dan ingin
menggantinya dengan kontrasepsi kombinasi, maka suntikan
pertama kontrasepsi hormonal yang akan diberikan dapat segera
diberikan, asal saja ibu tersebut tidak hamil dan pemberiannya tidak
perlu menunggu haid berikutnya datang. Bila ibu disuntik pada hari
ke1-7 siklus haid, metode kontrasepsi lain tidak diperlukan. Bila
sebelumnya menggunakan AKDR, dan ingin menggantinya dengan
suntikan kombinasi. Suntikan pertama dapat diberikan pada saat hari
pertama sampai hari ke 7 siklus haid, cabut segera AKDR.
Tabel 2.1. Penggunaan Efek Samping KB suntik kombinasi yang Sering
Terjadi
Efek samping Penanganan
Amenorea Singkirkan kehamilan, bila tidak terjadi kehamilan, dan tidak
perlu diberi pengobatan. Anjurkan klien untuk kembali ke
klinik bila tidak datangnya haid masih menjadi masalah. Bila
telah terjadi kehamilan, rujuk klien. Hentikan penyuntikan,
dan jelaskan bahwa hormone progestin dan estrogen sedikit
sekali pengaruhnya pada janin.
Mual/pusing/muntah Pastikan tidak ada kehamilan. Bila hamil, rujuk. Bila tidak
hamil, informasikan bahwa hal ini adalah hal biasa dan akan
hilang pada waktu dekat.
Bila hamil, rujuk. Bila tidak hamil cari penyebab perdarahan
Pedarahan/perdarahan yang lain. Jelaskan bahwa perdarahan yang terjadi
bercak (spotting) merupakan hal yang biasa. Bila perdarahan berlanjut dan
mengkhawatirkan klien, metode kontrasepsi lain perlu dicari.

Intruksi untuk klien


Klien harus kembali ke dokter/klinik untuk mendeapatkan suntikan
kembali setiap 4 minggu.
Bila tidak haid lebih dari 2 bulan, klien harus kembali ke
dokter/klinik untuk memastikan hamil atau tidak.

19
Jelaskan efek samping tersering yang didapat pada penyuntikan dan
apa yang harus dilakukan bila hal tersebut terjadi. Bila klien
mengeluh mual, sakit kepala, nyeri payudara serta perdarahan,
informasikan kalau keluhan tersebut sering ditemukan, dan biasanya
akan hilang pada suntikan ke-2 atau ke-3.
Apabila klien sedang menggunakan obat-obatan tuberkulosis atau
obat epilepsi obat-obat tersebut dapat mengganggu efektifitas
kontrasepsi yang sedang digunakan.
b. Kontrasepsi Suntikan Progestin
Jenis
Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung
progestin, yaitu:
Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depoprovera), mengandung 150
mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intra
muscular (di daerah bokong), disimpan dalam suhu 20OC 25OC.
Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung
200mg Noretrindron Enantat, diberikan setiap 2 bulan sekali atau
setiap 2 bulan untuk 6 bulan pertama (=3 kali suntikan pertama),
kemudian selanjutnya satu kali suntikan setiap 3 bulan dengan cara
disuntik intramuscular.
Cara kerja
Mencegahovulasi.
Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma.
Menjadikan lendir rahim tipis dan atrofi sehinga kurng baik untuk
implantasi ovum yang telah dibuahi.
Menghambat transportasi gamet oleh tuba.
Efektivitas
Kedua kontraspsi suntik tersebut memiliki efektivitas yang tinggi,
dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan per tahun, asal

20
penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah
ditentukan
Keuntungan Kontrasepsi
Sangat efektif.
Pencegah kehamilan jangka panjang.
Tidak mengganggu hubungan suami-istri.
Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius
terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah.
Tidak mempengaruhi ASI.
Sedikit efek samping.
Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
Dapat digunakan oleh perempuan usia >35 tahun sampai
perimenopause.
Membantu mencegah kanker endometriun dan kehamilan ektopik.
Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.
Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.
Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell).
Keterbatasan
Sering ditemukan gangguan haid, seperti :
o Siklus haid yang memendek atau memanjang,
o Perdarahan yang banyak atau sedikit,
o Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting).
o Tidak haid sama sekali.
Klien sangan bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan
(harus kembali untuk suntikan).
Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut.
Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.
Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular
seksual, titis B virus, atau infeksi virus HIV.
Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.

21
Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya kerusakan
atau kelainan pada organ genitalia, melainkan karena belum
habisnya pelepasan obat suntikan dai deponya (tempat suntikan).
Terjadi perubahn pada lipid serum pada penggunaan janga panjang.
Pada pengguanan jangka panjang dapat sedikit menurunkan
kepadatan tulang (densitas).
Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan
pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit
kepala, neuvositas, jerawat.
Yang tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin
Hamil atau dicurigai hamil (risiko cacat pada janin 7 per 100.000
kelahiran).
Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea.
Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
Diabetes mellitus disertai kompliksi.
Waktu mulai menggunakan kontrasepsi suntik progestin
Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil.
Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.
Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat,
asalkan saja ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan
tidak boleh melakukan hubungan seksual.
Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin
mengganti dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah menggunakan
kontraepsi hormonal sebelumnya secara benar, dan ibu tersebut tidak
hamil, suntikan pertama dapat segera diberikan. Tidak perlu
menunggu sampai haid berikutnya datang.
Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis lain dan ingin
menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi,

22
kontrasepsi yang akan diberikan dimuali pada saat jadwal
kontrasepsi suntikan yang sebelumnya.
Ibu yang menggunakan kontrasepsi nonhormonal dan ingin
menggantinya dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama
kontasepsi hormonal yang akan diberikan dapat segera diberikan,
asal ibu tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tidak perlu
menunggu haid berikutnya datang. Bila bu disuntik setelah hari ke-7
haid, ibu tersebut selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh
melakukan hubungan seksual.
Ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal.
Suntikan pertama dapat diberikapada hari pertama sampai hari ke-7
siklus haid, tau dapat diberikan setiap saat setelah hari ke-7 siklus
haid, asal saja yakin ibu tersebut tidak hamil.
Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. Suntikan
pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja ibu tersebut tidak
hamil, dan selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan
hubungan seksual.
Cara penggunaan kontrasepsi suntikan

Gambar 2.1 Cara pemberian kontrasepsi suntik


Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara
disuntik intramuscular dalam didaerah pantat. Apabila suntikan
diberikan terlalu dngkal, penyerapan kontrasepsi suntika akan lambat
dan tidak bekerja segera dan efektif. Suntikan diberikan setiap 90
hari. Pemberian kontrasepsi suntikan Noristerat untuk 3 injeksi

23
berikutnya diberikan setiap 8 minggu. Mulai sengan injeksi kelima
diberikan setiap 12 minggu.
Petugas mempersilahkan pasien naik ke tempat tidur
Petugas memeriksa perut bagian uterus
Petugas melakukan persiapan suntik KB:
Cuci tangan dengan sabun
bilas dengan air mengalir,
keringkan dengan handuk bersih atau tisu.
Buka dan buang tutup kaleng pada vial yang menutupi karet,
hapus karet yang ada dibagian atas vial dengan kapas yang telah
dibasahi dengan alkohol 60 90 %, biarkan kering
Ambil spuit
dibuka penutup jarumnya.
Balikkan vial dengan mulut vial ke bawah. Masukkan spuit dan
hisap kontrasepsi suntik yang akan disuntikkan ke klien.
Petugas melakukan pelaksanaan suntik KB:
Hilangkan gelembung-gelembung udara yang ada pada spuit (dengan
menyentil spuit)
Tentukan lokasi penyuntikan (1/3 bagian garis yang ditarik dari
SIAS dan koksigis)
Lakukan aseptik pada area yang akan dilakukan penyuntikan
Suntikkan secara intramuskular dalam di lokasi yang sudah
ditentukan
Mengusap bekas suntikan dengan kapas alkohol
Membuang spuit yang telah digunakan di safeti box
Membuang vial KB dan sampah lainnya di tempat sampah
Mencuci tangan di bawah air mengalir dengan sabun dan keringkan
dengan handuk atau tisu
Setelah penyuntikan KB :

24
Petugas menjadwalkan untuk kontrol ulang 11-12 minggu lagi untuk
depoprogestin dan 4 minggu lagi untuk cyclofem
akseptor diminta segera kontrol bila ada hal-hal yang
mengkhawatirkan (peningkatan bb berlebihan, nyeri dada hebat atau
napas pendek, sakit kepala hebat, atau gangguan penglihatan, tidak
terjadi perdarahan atau spotting selama 7 hari sebelum suntikan
berikutnya, kemungkinan terjadi kehamilan).
Petugas menuliskan semua pemeriksaan dan tindakan pada rekam
medis dan kartu peserta KB (K1 dan K4)
Petugas menuliskan semua tindakan yang dilakaukan pada Register
Kohort KB
Bilamana peserta KB menggunakan kontrasepsi berbayar diberi
formulir untuk membayar di kasir/ ruang pendaftaran.
Informasi Lain yang Perlu Disampaikan
Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid
(amenorea). Gangguan haid ini biasanya bersifat sementara dan
sedikit sekali mengganggu kesehatan.
Dapat terjadi efek samping seperti peningkatan berat badan, sakit
kepala, dan nyeri payudara. Efek efek samping ini jarang, tidak
berbahaya, dan cepat hilang.
Karena terhambat kembalinya kesuburan, penjelasan perlu diberikan
pada ibu usia muda yang ingin menunda kehamilan, atau bagi ibu
yang merencanakan kehamilan berikutnya dalam waktu dekat.
Setelah suntikan dihentikan, haid tidak segera datang. Haid baru
datang kembali pada umumnya setelah 6 bulan. Selama tidak haid
tersebut dapat saja terjadi kehamilan. Bila 3 6 bulan tidak juga
haid, klien harus kembali ke dokter atau tempat pelayanan kesehatan
untuk di cari penyebab tidak haid tersebut.
Bila klien tidak dapat kembali pada jadwal yang telah di tentukan,
suntikan dapat di berikan 2 minggu sebelum jadwal. Dapat juga
suntikan di berikan 2 minggu setelah jadwal yang di tetapkan, asal

25
saja tidak terjadi kehamilan. Klien tidak dibenarkan melakukan
hubungan seksual selama 7 hari, atau menggunakan metode
kontrasepsi lainnya selama 7 hari. Bila perlu dapat juga
menggunakan kontrasepsi darurat.
Bila klien, misalnya, sedang menggunakan salah satu kontrasepsi
suntikan dan kemudian meminta untuk digantikan dengan
kontrasepsi suntikan yang lain, sebaiknya jangan di lakukan.
Andaikata, terpaksa juga dilakukan, kontrasepsi yang akan dibeikan
tersebut di injeksi sesuai dengan jadwal suntikan dari kontrasepsi
hormonal yang sebelumnya.
Bila klien lupa jadwal suntikan, suntikan dapat segera diberikan, asal
saja di yakini ibu tersebut tidak hamil.
Intruksi Bagi Klien
Klien harus kembali ke tempat pelayanan kesehatan atau klinik
untuk mendapatkan suntikan kembali setiap 12 minggu untuk DMPA
atau setiap 8 minggu untuk Noristerat.
Tabel 2.3. Penangan Efek Samping KB suntik Progestin yang Sering
Dijumpai
Efek samping Penanganan
1. Amenorea (tidak a. Bila tidak hamil, pengobatan apapun tidak perlu. Jelaskan
terjadi perdarahan/ bahwa darah haid tidak terkumpul dalam rahim. Nasehati
spotting). untuk kembali ke klinik.
b. Bila telah terjadi kehamilan, rujuk klien. Hentikan
penyuntikan.
c. Bila terjadi kehamilan ektopik, rujuk klien segera.
d. Jangan berikan terapi hormonal untuk menimbulkan
perdarahan karena tidak akan berhasil. Tunggu 3 6 bulan
kemudian, bila tidak terjadi perdarahan juga, rujuk ke
klinik.
2. Perdarahan/ a. Informasikan bahwa perdarahan ringan sering dijumpai,
perdarahan bercak tetapi hal ini bukan lah masalah serius, biasanya tidak
(spotting). memrlukan pengobatan. Bila klien tidak dapat menerima
perdarahan tersebut dan ingin melanjutkan suntikan, maka
dapat di sarankan 2 pilihan pengobatan.
b. 1 siklus pil kontrasepsi kombinasi (30 35 mg
etinilestradiol), ibuprofen (sampai 800 mg, 3x/ hari untuk
5 hari), atau obat jenis lain. Jelaskan bahwa selesai
pemberian pil kontrasepsi kombinasi dapat terjadi
perdarahan. Bila terjadi perdarahan banyak selama
pemberian suntikan ditangani dengan pemberian 2 tablet
pil kontrasepsi kombinasi/ hari selama 3 7 hari

26
Efek samping Penanganan
dilanjutkan dengan 1 siklus pil kontrasepsi hormonal, atau
di beri 50 mg etinilestradiol atau 1,25 mg estrogen equin
konjugasi untuk 14 21 hari.
3. Meningkatnya/ a. Infomasikan bahwa kenaikan/ penurunan berat badan
menurunnya berat sebanyak 1 2 kg dapat terjadi. Perhatikan diet klien bila
badan. perubahan berat badan terlalu mencolok. Bila berat badan
berlebihan, hentikan suntikan dan anjurkan metode
kontrasepsi lain.

D. Mutu pelayanan kesehatan


1. Pengertian Mutu Pelayanan13
Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan.
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara
sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit
serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok maupun
masyarakat.
Sementara itu pengertian mutu pelayanan kesehatan adalah yang
merujuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam
menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien. Sama halnya dengan
kebutuhan dan tuntutan, makin sempurna kepuasan tersebut, makin baik
pula mutu pelayanan kesehatan.
Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan mutu pelayanan
kesehatan adalah timbulnya kepuasan pada setiap pasien sesuai degan
tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta tata cara
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar profesi yang
telah ditetapkan.
2. Penilaian Mutu Pelayanan14
Jonas dan Rosenberg dalam buku Health Care Delivery in United
States mengemukakan tiga aspek penilaian mutu pelayanan, yaitu :
a. Pendekatan
Pada aspek pendekatan ini, terbagi menjadi dua. Pertama yaitu
pendekatan umum seperti lisensi, akreditasi, dan sertifikasi. Kedua,

27
pendekatan khusus yaitu komite medis, organisasi profesi, kepuasan
pasien, dan pengaturan malpraktik.
b. Teknik
Pada aspek teknik penilaian mutu dapat dinilai dengan evaluasi
struktur, evaluasi proses dan evaluasi hasil.
c. Kriteria, secara eksplisit dan implisit
Berbagai cara itu dapat dikombinasikan satu sama lain.
3. Konsep Pelayanan Berkualitas15
Salah satu konsep pelayanan berkualitas adalah service quality.
Berdasarkan konsep ini, service quality diyakini mempunyai lima
dimensi yaitu:
a. Reliability (keandalan), yaitu kemampuan untuk melakukan
pelayanan sesuai yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan
memuaskan.
b. Responsiveness (ketanggapan), yaitu kemampuan untuk menolong
pelanggan dan ketersediaan untuk melayani pelanggan dengan baik.
c. Emphaty (empati), yaitu rasa peduli untuk memberikan perhatian
secara individual kepada pelanggan, memahami kebutuhan
pelanggan, serta kemudahan untuk dihubungi.
d. Assurance (jaminan), yaitu pengetahuan, kesopanan, petugas serta
sifatnya yang dapat dipercaya sehingga pelanggan terbebas dari
risiko.
e. Tangible (bukti langsung), yaitu meliputi fasilitas fisik, perlengkapan
karyawan, dan sarana komunikasi.
4. Manejemen Mutu Pelayanan Kesehatan dengan Pendekatan Sistem16
Analisis input, proses, output dan outcome dapat digunakan unuk
menilai kinerja organisasi dengan memperkirakan output berdasarkan
kapasitas input dan proses. Input adalah sumber-sumber yang menjadi
bahan mentah. Proses adalah strategi mengolah bahan mentah menjadi
produk, sedangkan output adalah hasil dari input yang telah diproses.
Outcome adalah manfaat yang dirasakan oleh pengguna diluar sistem.

28
Analisis ini dapat juga digunakan untuk menilai mutu dari pelayanan
kesehatan.
Untuk input diperlukan Recources dan output dapat diperluas
menjadi impact. Di luar komponen daerah terdapat lingkungan
(ekonomi, sosial, budaya) yang mempengaruhi sistem tetapi tidak dapat
dipengaruhi oleh situasi itu sendiri, dan para pelaksana sistem harus
menyesuaikan diri dengan lingkungan apabila ingin berhasil dengan
baik.
Ciri-ciri suatu sistem :
a. Mempunyai tujuan.
b. Mempunyai struktur.
c. Terdapat mekanisme input-proses-output yang kadang-kadang
disertai feedback.
d. Merupakan satu kesatuan usaha yang terdiri dari bagian-bagian
yang saling bergantung satu sama lain.
e. Mempunyai batasan dengan lingkungan.
f. Mempunyai supra sistem.
g. Ada hierarki
h. Ada sistem yang lain yaitu subsistem.
Pendekatan Sistem adalah upaya untuk melakukan pemecahan
masalah yang dilakukan dengan melihat masalah yang ada secara
menyeluruh dan melakukan analisis secara sistem. Pendekatan sistem
diperlukan apabila kita menghadapi suatu masalah yang kompleks
sehingga diperlukan analisa terhadap permasalahan tadi, untuk
memahami hubungan bagian dengan bagian lain dalam masalah
tersebut, serta kaitan antara masalah tersebut dengan masalah lainnya.
Keuntungan yang diperoleh apabila pendekatan sistem ini
dilaksanakan antara lain :
a. Jenis dan jumlah masukan dapat diatur dan disesuaikan dengan
kebutuhan sehingga penghamburan sumber, tata cara dan
kesanggupan yang sifatnya terbatas akan dapat dihindari.

29
b. Proses yang dilaksanakan dapat diarahkan untuk mencapai keluaran
sehingga dapat dihindari pelaksanaan kegiatan yang tidak
diperlukan.
c. Keluaran yang dihasilkan dapat lebih optimal serta dapat diukur
secara lebih cepat dan objektif.
d. Umpan balik dapat diperoleh pada setiap tahap pelaksanaan
program.
Dalam pendekatan sistem upaya pemecahan masalah secara
menyeluruh dilakukan dengan analisa sistem. Ada banyak batasan
tentang analisa sistem, beberapa di antaranya:
a. Analisa sistem adalah proses untuk menentukan hubungan yang ada
dan relevansi antara beberapa komponen (subsistem) dari suatu
sistem yang ada.
b. Analisa sistem adalah suatu cara kerja yang dengan mempergunakan
fasilitas yang ada, dilakukan pengumpulan berbagai masalah yang
dihadapi untuk kemudian dicarikan berbagai jalan keluarnya,
lengkap dengan uraian, sehingga membantu administrator dalam
mengambil keputusan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam suatu analisa sistem
yang baik adalah :
a. Tentukan input dan output dasar dari sistem.
b. Tentukan proses yang dilakukan di tiap-tiap tahap.
c. Rancang perbaikan sistem dan lakukan pengujian dengan :
1) Fesibility : cari yang memungkinkan.
2) Viability : kelangsungan.
3) Cost : cari yang harganya murah/terjangkau.
4) Effectiveness : dengan input yang sedikit, output besar.
d. Buat rencana kerja dan penunjukkan tenaga.
e. Implementasikan dan penilaian terhadap sistem yang baru.

30
Program dan pelayanan kesehatan Puskesmas pada dasarnya
adalah sebuah sistem, maka analisis yang dilakukan adalah analisis
sistem, yaitu suatu cara kerja dengan menggunakan fasilitas yang
tersedia, melakukan pengumpulan berbagai masalah yg dihadapi oleh
suatu sistem pelayanan dan program kesehatan untuk kemudian
dicarikan berbagai jalan keluar/pemecahan yang memungkinkan
lengkap dengan uraiannya sehingga dapat membantu pimpinan
Puskesmas dalam pengambilan keputusan untuk mencapai tujuan
Puskesmas yang telah ditetapkan.

Gambar 2.2. Bagan analisis situasi

Analisis dengan pendekatan sistem dilakukan dengan cara


merinci faktor-faktor atau komponen-komponen sistem pelayanan dan
program kesehatan. Analisis situasi program dan pelayanan Puskesmas
meliputi analisis terhadap:16
a. Input (Masukan)
Masukan manajemen berupa sumber daya manajemen yang
terdiri atas man (ketenagaan), money (dana/biaya), material
(bahan, sarana dan prasarana), machine (mesin,
peralatan/teknologi) untuk mengubah masukan menjadi keluaran,

31
method (metode), market dan marketing (pasar dan pemasaran),
minute/time (waktu), dan information (informasi), yang disingkat 7
M + 1 I.
b. Proses
Proses manajemen Puskesmas yakni pelaksanaan fungsi-fungsi
manajemen dan pelayanan kesehatan Puskesmas. Namun karena
aspek proses dalam program dan pelayanan Puskesmas sangat
banyak dan berbeda-beda, maka analisis lebih menekankan pada
input dan output.
c. Output (Hasil Antara)
Indikator-indikator ketiga pilar Indonesia Sehat yang
memengaruhi hasil akhir, yaitu indikator-indikator keadaan
lingkungan, indikator-indikator perilaku hidup masyarakat, serta
indikator-indikator akses dan mutu pelayanan kesehatan.
d. Outcome (Hasil Akhir)
Derajat kesehatan berupa indikator-indikator mortalitas
(kematian), yang dipengaruhi oleh indikator-indikator morbiditas
(kesakitan) dan indikator-indikator status gizi.
e. Impact (manfaat dan dampak/efek)
Efek langsung dan tidak langsung atau konsekuensi yang
diakibatkan dari pencapaiuan tujuan, yaitu benefit cost, kepuasan
pelanggan dan masyarakat serta derajat kesehatan (Angka Harapan
Hidup/AHH).
5. Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Pelayanan
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi mutu pelayanan
kesehatan meliputi:
a. Kompetensi teknik (Technical Competence)
b. Akses terhadap pelayanan (acces to service)
c. Efektifitas pelayanan (Effectiveness)
d. Hubungan antar manusia (Interpersonal relations)
e. Kelangsungan pelayanan (Continuity of care)

32
f. Keamanan pelayanan (Safety)
g. Kenyamanan pelayanan (Amenities) dan
h. Ketepatan waktu (Timeless).

E. Teori Problem Solving (Pengambilan Keputusan dan Pemecahan


Masalah)
Problem solving cycle (siklus solusi masalah) adalah proses mental
yang melibatkan penemuan masalah, analisis dan pemecahan masalah.
Tujuan utama dari pemecahan masalah adalah untuk mengatasi kendala
dan mencari solusi yang terbaik dalam menyelesaikan masalah.17

3. Analisis
penyebab
masalah
4. penyebab
2. Prioritas
Keadaan yang paling
Masalah
diharapkan mungkin

1.
Masalah-masalah Problem solving 5.
cycle Alternative
Keadaan yang
nyata pemecahan
8.Tim QA masalah
Puskesmas:
Pengawasan,
Pengendalian, 6. Keputusan
Penilaian pemecahan
7. Rencana masalah
penerapan terpilih

Gambar 2.3.Siklus solusi masalah (problem solving cycle)

Langkah-langkah problem solving adalah:17,18


a. Identifikasi Masalah
Masalah adalah sesuatu yang tidak diinginkan. Perbedaan yang
diinginkan dengan fakta yang terjadi. Sebuah kondisi yang seharusnya
sudah terjadi, namun kenyataan belum terjadi, atau target yang tidak
tercapai bisa juga dijadikan sebuah masalah. Dalam pembangunan

33
kesehatan, termasuk gizi telah ditetapkan target kondisi yang
diharapkan tercapai dalam jangka waktu tertentu. Jika hal tersebut tidak
dapat dicapai maka akan timbul masalah baru atau akan dihadapi
konsekuensi dari ketidak tercapaian tersebut. Idealnya masalah
diidentifikasi dengan pengumpulan data primer di lapangan, namun bisa
juga dilakukan dengan menganalisis data sekunder seperti laporan
pelaksanaan kegiatan periode sebelumnya.
Apabila dalam analisis masalah menggunakan data primer, maka
yang didefinisikan sebagai masalah adalah dependen variabel dalam
pengumpulan data tersebut, dengan alat quesioner, langkah-langkah
yang digunakan adalah:
1) Mengidentifikasi berbagai permasalahan secara makro maupun
mikro yang berbasis fakta dan data (evidence based).
2) Mengklasifikasi dan mengidentifikasi permasalahan sesuai dengan
lima komponen kesehatan masyarakat yang meliputi aspek
epidemiologi, lingkungan perilaku, pelayanan kesehatan dan
manajemen.
3) Memformulasikan identifikasi permasalahan dalam pernyataan
negatif.
b. Prioritas Masalah
Memprioritaskan masalah sebuah upaya untuk mengurutkan
masalah menjadi sebuah daftar urutan penanganan masalah tersebut.
Hasil prioritas masalah akan menemukan skala prioritas, seperti
masalah utama dan masalah berikutnya sesuai urutan hasil analisis
menggunakan Matriks Prioritas masalah atau problem priority matrix
merupakan salah satu alat dalam menyusun urutan prioritas dari
sejumlah masalah. Caranya adalah setiap masalah di ranking manfaat
atau kegunaannya jika berhasil diatasi dan ranking usaha atau upaya
yang dilakukan untuk penyelesaiannya.
Ranking dimulai dari yang terbaik dengan urutan 1-5. Kemudian
ranking manfaat dikali dengan nilai ranking usaha dan dinyatakan

34
sebagai nilai extended value. Berdasarkan nilai extended value yang
terkecil dapat dipilih prioritas masalah.
c. Analisis Penyebab Masalah
Permasalahan yang dapat timbul pada mutu pelayanan kesehatan di
puskesmas dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Simple problem (masalah sederhana)
Berikut adalah ciri-ciri masalah pada simple problem, yaitu :
a) Kecil
b) Berdiri sendiri
c) Tidak ada hubungan dengan masalah lain
d) Tidak mengandung konsekuensi yang besar
e) Pemecahannya tidak memerlukan pemikiran yang luas, dimana
pemecahannya diilakukan secara individual oleh pimpinan atas
dasar instuisi, pengalaman, kebiasaan dan fakta yang sederhana.
Pada simple problem, masalah didapatkan dari perbandingan antara
Standar Operasional Prosedur (SOP) dengan kenyataan yang ada
yang dilakukan petugas dalam pelayanan.
b. Complex problem (masalah rumit)
Berikut adalah ciri-ciri pada masalah complex problem, yaitu :
a) Masalahnya besar
b) Tidak berdiri sendiri
c) Saling berkaitan dengan masalah lain
d) Mengandung konsekuensi yang besar
e) Pemecahannya memerlukan pemikiran luas, dimana
pemecahannya dilakukan secara tim, pimpinan dibantu staf.
Pada complex problem, masalah didapatkan dari kepuasan pasien
terhadap pelayanan kesehatan Puskesmas dengan berdasarkan pada
teori indeks kepuasan masyarakat
Analisis penyebab yang digunakan untuk menentukan akar masalah
adalah analisis pendekatan sistem dengan 5 penyebab utama, yaitu:

35
1) Input, dipengaruhi oleh 5M yaitu (man, money, material, method,
marketing).
2) Process, terdiri dari perencanaan (P1), Pelaksanaan (P2), Penilaian
(P3)
3) Output, yaitu hasil antara, mencakup masalah yang menjadi prioritas
4) Outcome, hasil akhir dari output.
5) Impact, dampak yang dihasilkan.
Salah satu alat yang digunakan untuk menganalisis penyebab
masalah adalah dengan menggunakan diagram Ishikawa (tulang ikan)
atau disebut juga dengan diagram fish bone. Diagram ini digunakan
untukmenggambarkan hubungan antara sebab dan akibat dari suatu
kegiatan. Dengan diagram Ishikawa, kita dapat menjabarkan banyak
penyebab, mulai dari penyebab yang paling dekat dengan masalah,
sampai penyebab yang tidak dekat dengan masalah.
Untuk memudahkan dalam menginventarisasi semua penyebab
yang berpengaruh terhadap akibat (masalah) dengan menggunakan
diagram Ishikawa harus mempertimbangkan faktor 4M dan 1L yaitu:
Mesin, Material, Metode, Manusiadan Lingkungan, yang ditempatkan
pada tulang ikan yang pertama.

Gambar 2.4. Analisis Penyebab Masalah dengandiagram fish bone


Untuk menguraikan semua penyebab secara lebih dalam, sebaiknya
menggunakan metode sumbang saran (brainstorming), karena semakin
banyak informasi yang dikumpulkan, semakin baik pula hasilnya.
d. Identifikasi Penyebab Paling Mungkin

36
Mengidentifikasi penyebab paling mungkin dengan menggunakan
diagram pareto. Diagram pareto adalah salah satu alat statistic faktor
kunci sukses berdasarkan fakta dan data. Konsep dasar diagram pareto
adalah mengacu kepada hasil pengamatan yang dilakukan oleh Pareto
seorang ahli ekonomi Italia menyimpulkan pendapat, bahwa 20%
penduduk menguasai 80% sumber-sumber ekonomi yang menjadi dasar
kesejahteraan rakyat. Dengan mengendalikan yang sedikit (20%) dapat
dengan cepat menguasai yang lebih besar (80%). Hal itu dapat diartikan
menyelesaikan sedikit masalah yang potensial, akan dapat diperoleh
manfaat yang lebih besar.
e. Alternatif Pemecahan Masalah
Pemilihan alternatif pemecahan masalah mengacu pada:
kemampuan (ketersediaan sumber daya: tenaga, dana, sarana, metode)
waktu, faktor Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya (poleksosbud). Dalam
kondisi tertentu seringkali alternatif pemecahan masalah tidak perlu
dipilih, karena kegiatan untuk memecahkan masalah sudah ditentukan.
Prioritas pemecahan masalah yang dipilih diharapkan dapat
mengungkit pemecahan masalah yang lain. Kegiatan yang digunakan
adalah brainstorming.
f. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan berarti mengambil satu kegiatan terpilih
dari alternatif-alternatif pemecahan masalah menggunakan pendekatan
cost benefit (biaya dibanding manfaat). Untuk menghilangkan akar
masalah agar tidak terulang kembali perlu disusun beberapa alternatif
yang mungkin dipakai sebagai solusi terhadap permasalahan. Pemilihan
alternatif solusi yang diajukan dilakukan berdasarkan pendekatan cost
benefit yaitu membandingkan biaya dan manfaat yang digunakan.
Benefit tidak selalu diartikan keuntungan dalam bentuk uang, tetapi
dalam bentuk manfaat atau hasil guna (afektivitas). Perlu dinilai dan
dibandingkan antara alternatif-alternatif solusi sehingga akan diperoleh
manfaat yang paling besar dalam mencapai sasaran.

37
Cost yang digunakan untuk mencapai sasaran suatu kegiatan tidak
selalu diartikan dalam bentuk uang. Tetapi dapat berupa segala daya
yang digunakan, misalnya waktu (lama), jumlah tenaga yang
dikerahkan, bahan, alat (perlengkapan) yang digunakan. Oleh karena
hal, itu perlu dicari rasio antara manfaat dan sumber daya yang
digunakan. kemudian dipilih ratio terbesar atau selisih terbesar antara
manfaat dan biaya yang digunakan.
Penilaian dapat dibuat dengan skala 1-5
1) Angka 5 melambangkan kemampuan riil besar
2) Angka 4 melambangkan kemampuan riil cukup
3) Angka 3 melambangkan kemampuan riil sedang
4) Angka 2 melambangkan kemampuan riil kurang
5) Angka 1 melambangkan kemampuan riil kecil
g. Penyususnan Rencana Kegiatan
Secara umum POA (plan of action) mencakup 4W+1H sebagai berikut:
1) What (apa) :
a) Tujuan
b) Bentuk kegiatan
2) Where (dimana) :
a) Pelaksanaan Kegiatan
3) When (kapan) :
a) Waktu pelaksanaan
4) Who (siapa) :
a) Penanggung jawab
b) Sasaran
5) How :
a) How much (berapa) : Biaya dan sumbernya, Target pencapaian
b) How (Bagaimana) : Indikator keberhasilan untuk penilaian.
b. Pelaksanaan
1) POA dilaksanakan dengan melakukan: pembagian tugas,
penggerakan, koordinasi dan motivasi

38
2) Kepemimpinan memegang peran yang penting, dimana pemimpin
harus mampu menggerakan dan mengkoordinir staf dan sumber
daya lainnya untuk mencapai target/tujuan yang telah ditetapkan
dalam perencanaan.
3) Keberhasilan pelaksanaan kegiatan ditentukan oleh : model
kepemimpinan, interaksi pimpinan dan staf, interaksi di antara staf,
faktor lingkungan (lintas sektoral dan masyarakat), peraturan dan
situasi sosial politik dan ekonomi.
c. Penilaian
Pada saat kegiatan dilaksanakan dilakukan pemantauan (antara lain
lewat supervisi/ bimbingan/ bimbingan teknis) dengan tujuan :
1) Mengatasi masalah yang muncul dengan segera.
2) Mengarahkan pencapaian tujuan.
3) Mengatasi penyimpangan dan pelaksanaan yang timbul.
4) Bimbingan teknis disertai dengan kala karya sangat penting untuk
dilakukan secara berkesinambungan.
5) Evaluasi kegiatan dilakukan baik menyangkut proses, hasil kegiatan
dan dampaknya (jangka panjang). Indikator keberhasilan program,
menelaah data-data yang ada atau penelitian-penelitian dapat
dipergunakan sebagai alat evaluasi.
6) Evaluasi dilakukan untuk memperbaiki perencanaan dan
pelaksanaan di waktu mendatang.
7) Evaluasi perlu dibarengi dengan umpan balik.

F. Standar Operasional Prosedur


1. Pengertian Standar Operasional Prosedur19
Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah suatu standar atau
pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan
menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi.
Standar Operasional Prosedur merupakan tatacara atau tahapan yang
dibakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses

39
kerja tertentu, yang dapat diterima oleh seorang yang berwenang atau
yang bertanggung jawab untuk mempertahankan tingkat penampilan
atau kondisi tertentu sehingga sesuatu kegiatan dapat diselesaikan
secara efektif dan efisien.
2. Tujuan Standar Operasional Prosedur19
a. Agar petugas menjaga konsistensi dan tingkat kinerja petugas atau
tim dalam organisasi atau unit
b. Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi
dalam organisasi
c. Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari
petugas terkait
d. Melindungi organisasi dan staf dari malpraktek atau kesalahan
administrasi lainnya
e. Untuk menghindari kegagalan atau kesalahan, keraguan, duplikasi
dan inefisiensi
3. Fungsi Standar Operasional Prosedur19
a. Memperlancar tugas petugas atau tim
b. Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan
c. Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah
dilacak
d. Mengarahkan petugas untuk sama-sama disiplin dalam bekerja
e. Sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas rutin
4. Prinsip-Prinsip Standar Operasional Pelayanan19
a. Harus ada pada setiap kegiatan pelayanan
b. Bisa berubah sesuai dengan perubahan standar profesi atau
perkembangan iptek serta peraturan yang berlaku
c. Memuat segala indikasi dan syarat-syarat yang harus dipenuhi pada
setiap upaya
d. Harus didokumentasikan

G. Indeks Kepuasan Masyarakat

40
1. Pengertian Kepuasan Pasien19
Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang sebagai
hasil dari perbandingan antara prestasi atau produk yang dirasakan
dan yang diharapkan.Pada dasarnya pengertian kepuasan mencakup
perbedaan antara tingkat kepentingan dan kinerja atau hasil yang
dirasakan.Ukuran keberhasilan penyelenggaraan pelayanan ditentukan
oleh tingkat kepuasaan penerima pelayanan. Kepuasan penerima
pelayanan dicapai apabila penerima pelayanan memperoleh pelayanan
sesuai dengan yang dibutuhkan dan diharapkan.19
2. Dimensi Kepuasan
Pada umumnya, dimensi kepuasan dapat dibedakan menjadi 2
macam, yaitu :
a. Kepuasan yang mengacu hanya pada penerapan kode etik serta
standar pelayanan profesi. Ukuran yang dimaksud pada dasarnya
mencakup penilaian terhadap kepuasan pasien mengenai
hubungan dokter-pasien, kenyamanan pelayanan, kebebasan
melakukan pilihan, pengetahuan dan kompetensi teknis,
efektifitas pelayanan, dan yang terakhir keamanan tindakan.
b. Kepuasan yang mengacu pada persyaratan pelayanan kesehatan.
Ukuran yang dimaksud pada dasarnya mencakup penilaian
terhadap kepuasan pasien mengenai ketersediaan pelayanan
kesehatan, kewajaran pelayanan kesehatan, kesinambungan
pelayanan kesehatan, penerimaan pelayanan kesehatan,
ketercapaian pelayanan kesehatan, keterjangkauan pelayanan
kesehatan, efisiensi pelayanan kesehatan dan mutu pelayanan
kesehatan.19

Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) adalah data dan informasi


tentang tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran
secara kuantitatif dan kualitatif atas pendapat masyarakat dalam

41
memperoleh pelayanan dari aparatur penyelenggara pelayanan publik
dengan membandingkan antara harapan dan kebutuhannya.19
Survei Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) diperlukan untuk
mengetahui tingkat kepuasan masyarakat secara berkala dan mengetahui
kecenderungan kinerja pelayanan pada masing-masing Unit Pelayanan
instansi Pemerintah dari waktu ke waktu. Komponen ini berkaitan dengan
pelaksanaan survei IKM, metode yang digunakan, skor yang diperoleh,
serta tindak lanjut dari hasil pelaksanaan survei IKM.19
Monitor tolak ukur standar operasional prosedur adalah tingkat
kepatuhan atau compliance rate (CR). Dikatakn baik apabila prosentase
lebih dari 80%.
Nilai CR = JML.Ya 100 %
JML. Ya+Tidak
Unsur minimal yang harus ada untuk dasar pengukuran indeks kepuasan
masyarakat adalah sebagai berikut:20
1) Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur
pelayanan
2) Persyaratan Pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif
yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis
pelayanannya
3) Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian
petugas yang memberikan pelayanan
4) Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam
memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja
sesuai ketentuan yang berlaku
5) Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang
dan tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan
penyelesaian pelayanan

42
6) Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan
ketrampilan yang dimiliki petugas dalam
memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat
7) Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat
diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit
penyelenggara pelayanan
8) Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan
dengan tidak membedakan golongan/status masyarakat yang
dilayani
9) Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku
petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
secara sopan dan ramah serta saling menghargai dan
menghormati
10) Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat
terhadap besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan
11) Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang
dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan
12) Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan,
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan
13) Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana
pelayanan yang bersih, rapi, dan teratur sehingga dapat
memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan
14) Keamanan Pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan
lingkungan unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang
digunakan, sehingga masyarakat merasa tenang untuk
mendapatkan pelayanan terhadap resiko-resiko yang diakibatkan
dari pelaksanaan pelayanan.19
Hasil Survei Kepuasan Masyarakat, dimaksudkan untuk:19
1) Mengetahui kelemahan atau kekuatan dari masing-masing unit
penyelenggara pelayanan publik.

43
2) Mengukur secara berkala penyelenggaraan pelayanan yang telah
dilaksanakan oleh unit pelayanan publik.
3) Sebagai bahan penetapan kebijakan yang perlu diambil dan langkah
perbaikan pelayanan.
4) Sebagai umpan balik dalam memperbaiki layanan. Masyarakat
terlibat secara aktif mengawasi pelaksanaan penyelenggaraan
pelayanan publik.
Nilai IKM dihitung sesuai langkah-langkah sebagai berikut:
1) Nilai masing-masing unsur pelayanan di jumlahkan (kebawah)
sesuai dengan jumlah responden yang menjawab, kemudian untuk
mendapatkan nilai rata-rata per unsure pelayanan, jumlah nilai dibagi
jumlah responden yang menjawab
2) Untuk mendapat nilai rata-rata tertimbangan per unsure pelayanan,
jumlah nilai rata-rata per unsure pelayanan, jumlah nilai rata-rata per
unsure dikali 0.071 sebagai nilai bobot rata-rata tertimbang
3) Untuk mendapat nilai indeks pelayanan, dengan cara menjumlahkan
14 unsur dari nilai rata-rata tertimbangan.

Untuk memudahkan interpretasi terhadap penilaian IKM yaitu antara 25-


100 maka hasil nilai indeks pelayanan dikonversikan dengan nilai dasar
25.
Pedoman menentukan kinerja unit pelayanan berdasarkan IKM tercantum
dalam tabel berikut :
Tabel 2.3. Nilai Persepsi, Interval IKM, Interval Konversi IKM,
Mutu Pelayanan dan Kerja Unit Pelayanan
NILAI
NILAI NILAI INTERVAL MUTU KINERJA
PRESEPSI INTERVAL KONVERSI PELAYANAN UNIT
IKM IKM PELAYANAN
1 1,00 1,75 25 43,75 D Tidak baik
2 1,76 2,50 43,76 62,50 C Kurang baik
3 2,51 3,25 62,51 81,25 B Baik
4 3,26 4,00 81,26 100,00 A Sangat baik

H. Pembuatan Media Edukasi


1. Latar Belakang Pembuatan Media Edukasi

44
Komunikasi adalah proses yang menyangkut hubungan manusia
dengan lingkungan sekitarnya.Tanpa komunikasi manusia jadi
terpisah dari lingkungan. Namun tanpa lingkungan komunikasi
menjadi kegiatan yang tidak relevan. Dengan kata lain manusia
berkomunikasi karena perlu mengadakan hubungan dengan
lingkungannya. Dalam berkomunikasi,manusia tentunya memerlukan
media komunikasi.Media komunikasi adalah semua sarana yang
dipergunakan untuk memproduksi, mereproduksi, mendistribusikan
atau menyebarkan dan menyampaikan informasi.
Media komunikasi sangat berperan dalam kehidupan masyarakat.
Proses pengiriman informasi di zaman keemasan ini sangat canggih.
Teknologi telekomunikasi paling dicari untuk menyampaikan atau
mengirimkan informasi ataupun berita karena teknologi
telekomunikasi semakin berkembang, semakin cepat, tepat, akurat,
mudah, murah, efektif dan efisien.Berbagi informasi antar Benua dan
Negara di belahan dunia manapun semakin mudah.
2. Tujuan Pembuatan Media Edukasi
a. Tujuan Umum: Dengan pembuatan media edukasi diharapkan
petugas dapat melakukan tugasnya sesuai dengan SOP yang
berlaku.
b. Tujuan Khusus:
1) Media dapat mempermudah penyampaian informasi.
2) Media dapat menghindari kesalahan persepsi.
3) Media dapat memperjelas informasi.
4) Media dapat mempermudah pengertian.
5) Media dapat mengurangi komunikasi yang verbalistis.
6) Media dapat menampilkan objek yang tidak bisa ditangkap
mata.
7) Media dapat memperlancar komunikasi.
c. Proses Komunikasi
Proses komunikasi memenuhi 6 unsur, yaitu:

45
1) Reference: Stimulus yang memotivasi seseorang untuk
berkomunikasi dengan orang lain, dapat berupa pengalaman,
ide tau tindakan.
2) Pengirim atau komunikator, dapat berupa perorangan atau
kelompok.
3) Pesan: Informasi yang dikirimkan, dapat berupa kata-kata,
gerakan tubuh atau ekspresi wajah.
4) Median: Alat atau sarana yang dipilih pengirim untuk
menyampaikan pesan pada penerima/sasaran.

46
47

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab Ii KB
    Bab Ii KB
    Dokumen26 halaman
    Bab Ii KB
    chitra nisa adilah
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen28 halaman
    Bab Ii
    chitra nisa adilah
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii KB
    Bab Ii KB
    Dokumen26 halaman
    Bab Ii KB
    chitra nisa adilah
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    chitra nisa adilah
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii KB
    Bab Ii KB
    Dokumen26 halaman
    Bab Ii KB
    chitra nisa adilah
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen28 halaman
    Bab Ii
    chitra nisa adilah
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen28 halaman
    Bab Ii
    chitra nisa adilah
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen28 halaman
    Bab Ii
    chitra nisa adilah
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii KB
    Bab Ii KB
    Dokumen26 halaman
    Bab Ii KB
    chitra nisa adilah
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen28 halaman
    Bab Ii
    chitra nisa adilah
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen28 halaman
    Bab Ii
    chitra nisa adilah
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii PDF
    Bab Ii PDF
    Dokumen29 halaman
    Bab Ii PDF
    Eka Putri Fajriani
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii KB
    Bab Ii KB
    Dokumen26 halaman
    Bab Ii KB
    chitra nisa adilah
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen28 halaman
    Bab Ii
    chitra nisa adilah
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii PDF
    Bab Ii PDF
    Dokumen29 halaman
    Bab Ii PDF
    Eka Putri Fajriani
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii KB
    Bab Ii KB
    Dokumen26 halaman
    Bab Ii KB
    chitra nisa adilah
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii KB
    Bab Ii KB
    Dokumen26 halaman
    Bab Ii KB
    chitra nisa adilah
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii PDF
    Bab Ii PDF
    Dokumen29 halaman
    Bab Ii PDF
    Eka Putri Fajriani
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii PDF
    Bab Ii PDF
    Dokumen29 halaman
    Bab Ii PDF
    Eka Putri Fajriani
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii KB
    Bab Ii KB
    Dokumen26 halaman
    Bab Ii KB
    chitra nisa adilah
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii PDF
    Bab Ii PDF
    Dokumen29 halaman
    Bab Ii PDF
    Eka Putri Fajriani
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii PDF
    Bab Ii PDF
    Dokumen29 halaman
    Bab Ii PDF
    Eka Putri Fajriani
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii PDF
    Bab Ii PDF
    Dokumen29 halaman
    Bab Ii PDF
    Eka Putri Fajriani
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii KB
    Bab Ii KB
    Dokumen26 halaman
    Bab Ii KB
    chitra nisa adilah
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii PDF
    Bab Ii PDF
    Dokumen29 halaman
    Bab Ii PDF
    Eka Putri Fajriani
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii PDF
    Bab Ii PDF
    Dokumen29 halaman
    Bab Ii PDF
    Eka Putri Fajriani
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii KB
    Bab Ii KB
    Dokumen27 halaman
    Bab Ii KB
    chitra nisa adilah
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen41 halaman
    Bab Ii
    chitra nisa adilah
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen42 halaman
    Bab Ii
    chitra nisa adilah
    Belum ada peringkat