Anda di halaman 1dari 32

KEPEMIMPINAN

Disusun sebagai tugas Mata Kuliah

Kepemimpinan dalam Organisasi Kesehatan masyarakat

Dosen pengampu Bapak Bambang Budi Raharjo

Oleh:

FIKA YULI RAHMANINGTIAS

(0613515005)

PROGRAM PASCA SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS NEGRI SEMARANG

TAHUN 2016
TUGAS I

ARTIKEL PENELITIAN

Oleh: Dr. H. Abdullah Syarif, SH, MA

Abstract

Man must communicate in this life, it means that he needs other people and require groups or

communities for interation. This is the essence of the human person that most of the individual

human is formed from the integration with other social and community groups. In the group or

organization, there is a form of leadership that become an important thing for the running of

life group, it is consisted of superiors and unsuperiors. Between the two sides there should be a

two way communication (two-way communication) or reciprocal communication to achieve the

goals and ideals of the group or organization. Deal with the leadership, so the good

communication is very important because it is owned by a leader. It is deal with to his duty to

influence, guide, direct, encourage members to perform certain activities in order to achieve the

stated goals and effectiveness in leadership.

Pendahuluan

Komunikasi merupakan salah satu faktor yang penting dalam menjalankan proses

administrasi dan interaksi antar elemen pada suatu organisasi atau lembaga,baik internal maupun

eksternal. Tanpa adanya jalinan komunikasi yang baik dan benar besar kemungkinan semua

proses di dalam organisasi/lembaga tersebut tidak akan dapat berjalan dengan maksimal dan
sesuai dengan yang telah direncanakan. .Kemampuan komunikasi yang baik akan sangat

membantu semua proses yang ada dalam suatu organisasi/lembaga.

Agar dapat menjalankan kepemimpinannya, seoorang pimpinan setidaknya harus memiliki

kompetensi dasar, yakni 1) mengdiagnosis, 2) mengadaptasi, dan 3) mengkomunikasikan.

Kemampuan diagnosis merupakan kemampuan kognitif yang dapat memahami stuasi saat

sekarang dan apa yang di harapkan pada masa yang akan datang. Kompetensi mengadaptasi

adalah kemampuan seseorang menyesuaikan prilakunya dengan lingkungannya. Sedangkan

kompetensi mengkomunikasikan terkait dengan kemampuan seseorang dalam menyampaikan

pesan-pesannya agar dapat dipahami orang lain dengan baik dan jelas.

Terkait dengan kepemimpinan maka komunikasi yang baik sangatlah penting dimiliki

oleh seorang pemimpin karena berkaitan dengan tugasnya untuk mempengaruhi, membimbing,

mengarahkan, mendorong anggota untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai tujuan

yang telah ditetapkan serta mencapai efektifitas dalam kepemimpinan, perencanaan,

pengendalian, koordinasi, latihan ,manejemen konflik serta proses-proses organisasi lainnya.

Lalu bagaimana mungkin komunikasi bisa berjalan dengan baik jika seorang pemimpin tidak

memberikan kenyamanan, malahan yang ada adalah ketakutan bagi bawahannya dalam

menyampaikan informasi kepadanya.

Untuk menjawab masalah diatas maka penulis akan membahas beberapa aspek antara

lan tentang peran komunikasi dalam kepemimpinan. Pembahasan ini akan mencakup beberapa

aspek antara lain Bagaimana konsep kepemimpinan yang baik, Apa saja fungsi komunikasi

kepemimpinan, Apa hambatan hambatan yang terjadi dalam komunikasi kepemimpinan dan

Apa urgensi komunikasi organisasi bagi pemimpin.


Konsep Komunikasi Kepemimpinan

Pengertian komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin communis atau dalam

bahasa inggrisnya common berarti sama. Apabila kita berkomunikasi berarti kita dalam keadaan

berusaha untuk menimbulkan suatu persamaan dalam hal sikap dengan seseorang. Jadi

pengertian komunikasi secara harfiah adalah proses menghubungi atau mengadakan

perhubungan.

Ahli komunikasi mengatakan bahwa communication is the process of sending and reciving

symbols with attach meaning. Artinya bahwa komunikasi sebagian kegiatan penyampaian

informasi dan pengertian dengan menggunakan tanda-tanda yang sama. Communication is the

evoking of a shered or common meaning in another person. (Nelson & Quick, 2006 : 250).

Komunikasi adalah untuk membangkitkan pengertian bersama kepada orang lain.

Demikian juga Jennifer M. George (2006 : 437) mendefinisikan bahwa komunikasi adalah

membagi informasi antara dua orang atau lebih atau kelompok untuk mencapai pemahaman

bersama, (Comunication the shering of information between two or more individuals or group to

reach a common understanding).

Bermkomunikasi merupakan suatu kebutuhan hidup manusia. Dengan berkomunikasi manusia

akan dapat berhubungan antara satu dengan yang lain, sehingga kehidupan manusia akan

bermakna. Disisi lain ada sejumlah kebutuhan dalam diri manusia itu hanya dapat dipenuhi

melalau komunikasi dengan sesama. Makin banyak manusia itu melakukan aktivitas komunikasi

antara satu dengan yang lainnya, akan semakin banyak informasi yang didapatnya dan semakin

besar peluang keberhasilan seseorang itu dalam kehidupannya.


Dalam komunikasi diperlukan sedikitnya tiga unsur yaitu sumber (source), berita atau pesan

(message), dan sasaran (destination). Sumber dapat berupa individu atau organisasi komunikasi.

Berita atau pesan dapat berupa tulisan, gelombang suara atau komunikasi arus listrik, lambaian

tangan, bendera berkibar, atau benda lain yangmempunyai arti. Sasaran dapat berupa seorang

pendengar, penonton, pembaca,anggota dari kelompok diskusi, mahasiswa, dan lain-lain.

Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di antara

unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Komunikasi

organisasi adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara, dan

mengubah organisasi. Struktur organisasi cenderung mempengaruhi komunikasi, dengan

demikian komunikasi dari bawahan kepada pimpinan sangat berbeda dengan komunikasi antar

sesamanya

Di dalam sebuah organisasi pemimpin adalah sebagai komunikator. Pemimpin yang efektif pada

umumnya memiliki kemampuan komunikasi yang efektif, sehingga sedikit banyak akan mampu

merangsang partisipasi orang-orang yang dipimpinnya. Dia juga harus piawai dalam melakukan

komunikasi baik komunikasi verbal maupun non verbal. Komunikasi verbal yang baik dapat

dilakukan dengan menggunakan tutur kata yang ramah, sopan,dan lembut. Komunikasi non

verbal dapat dilakukan dengan mengkomunikasikan konsep-konsep yang abstrak misalnya

kebenaran, keadilan, etika, dan agama secara non verbal misal menggunakan bahasa tubuh.

Fungsi Komunikasi Kepemimpinan

Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial, komunikasi dalam

organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi, yaitu:


1. Fungsi informatif

Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi (information-

processing system). Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat

memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang

didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya

secara lebih pasti, informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang

mempunyai perbedaan kedudukan dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam tataran

manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun

guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan)

membutuhkan informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin

cuti dan sebagainya.

2. Fungsi Regulatif

Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu

organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap

fungsi regulatif ini, yaitu:

Atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu mereka yang

memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan.

Disamping itu mereka juga mempunyai kewenangan untuk memberikan instruksi atau

perintah, sehingga dalam struktur organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada

lapis atas (position of authority) supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana

semestinya.
Berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi

pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan-peraturan tentang

pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.

3. Fungsi Persuasif

Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu

membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak

pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah.

Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan

kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan

dan kewenangannya.

4. Fungsi Integratif

Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat

dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi formal

seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (newsletter, buletin) dan laporan

kemajuan oraganisasi; juga saluran komunikasi informal seperti perbincangan

antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga ataupun kegiatan

darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk

berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.

Bagaimana perilaku orang-orang dalam suatu organisasi ketika mereka melaksanakan tindak

berbagi informasi dan gagasan. Untuk itu kita perlu memahami style atau gaya seseorang ketika

ia berkomunikasi. Gaya komunikasi (communication style) didefinisikan sebagai seperangkat


perilaku antarpribadi yang terspesialisasi yang digunakan dalam suatu situasi tertentu (a

specialized set of interpersonal behaviors that are used in a given situation). Masing-masing

gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan

respon atau tanggapan tertentu dalam situasi yang tertentu pula. Kesesuaian dari satu gaya

komunikasi yang digunakan, bergantung pada maksud dari pengirim (sender) dan harapan dari

penerima (receiver).

Gaya Komunikasi Kepemimpinan

Gaya komunikasi mengendalikan (dalam bahasa Inggris: The Controlling Style) ditandai dengan

adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran

dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan

nama komunikator satu arah atau one-way communications. Gaya komunikasi ini dapat dibagi

atas beberapa bagian antara lain :

1. The Controlling style

Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, ditandai dengan adanya satu

kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan

tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal

dengan nama komunikator satu arah atau one-way communications. Pesan-pesan yag

berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha menjual gagasan agar dibicarakan

bersama namun lebih pada usaha menjelaskan kepada orang lain apa yang dilakukannya.

The controlling style of communication ini sering dipakai untuk mempersuasi orang lain

supaya bekerja dan bertindak secara efektif, dan pada umumnya dalam bentuk kritik.
Namun demkian, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, tidak jarang bernada

negatif sehingga menyebabkan orang lain memberi respons atau tanggapan yang negatif

pula.

2. The Equalitarian style

Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. The equalitarian

style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan

verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way traffic of

communication). Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara

terbuka. Artinya, setiap anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun

pendapat dalam suasana yang rileks, santai dan informal. Dalam suasana yang demikian,

memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian bersama.

Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini, adalah

orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina

hubungan yang baik dengan orang lain baik dalam konteks pribadi maupun dalam

lingkup hubungan kerja. The equalitarian style ini akan memudahkan tindak komunikasi

dalam organisasi, sebab gaya ini efektif dalam memelihara empati dan kerja sama,

khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan yang

kompleks. Gaya komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya tindakan

share/berbagi informasi di antara para anggota dalam suatu organisasi.

3. The Structuring Style


Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis

maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas

dan pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian

kepada keinginan untuk mempengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang

tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi

tersebut. Stogdill dan Coons dari The Bureau of Business Research of Ohio State

University, menemukan dimensi dari kepemimpinan yang efektif, yang mereka beri nama

Struktur Inisiasi atau Initiating Structure. Stogdill dan Coons menjelaskan bahwa

pemrakarsa (initiator) struktur yang efisien adalah orang-orang yang mampu

merencanakan pesan-pesan verbal guna lebih memantapkan tujuan organisasi, kerangka

penugasan dan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul.

4. The Dynamic Style

Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim

pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan

(action-oriented). The dynamic style of communication ini sering dipakai oleh para juru

kampanye ataupun supervisor yang membawa para wiraniaga (salesmen atau

saleswomen).

Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah mestimulasi atau merangsang

pekerja/karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat dan lebih baik. Gaya komunikasi ini

cukup efektif digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun

dengan persyaratan bahwa karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup

untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut.


5. The Relinguishing Style

Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat

ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun

pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang

lain. Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengirim pesan atau

sender sedang bekerja sama dengan orang-orang yang berpengetahuan luas,

berpengalaman, teliti serta bersedia untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau

pekerjaan yang dibebankannya.

6. The Withdrawal Style

Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi,

artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk

berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan

antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.

Dalam deskripsi yang kongkrit adalah ketika seseorang mengatakan: Saya tidak ingin

dilibatkan dalam persoalan ini. Pernyataan ini bermakna bahwa ia mencoba

melepaskan diri dari tanggung jawab, tetapi juga mengindikasikan suatu keinginan untuk

menghindari berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu, gaya ini tidak layak

dipakai dalam konteks komunikasi organisasi. Gambaran umum yang diperoleh dari

uraian di atas adalah bahwa the equalitarian style of communication merupakan gaya

komunikasi yang ideal. Sementara tiga gaya komunikasi lainnya: structuring, dynamic

dan relinguishing dapat digunakan secara strategis untuk menghasilkan efek yang
bermanfaat bagi organisasi. Dan dua gaya komunikasi terakhir: controlling dan

withdrawal mempunyai kecenderungan menghalangi berlangsungnya interaksi yang

bermanfaat.

Hambatan Dalam Komunikasi Kepemimpinan

Pada sebuah proses komunikasi yang terjadi terkadang kita juga akan mengalami banyak

hambatan dalam berkomunikasi. Beberapa Hambatan Komunikasi adalah :

1. Hambatan sematik adalah Komunikasi yg disebabkan oleh fakor bahasa yg digunakan

oleh para pelaku komunikasi.

2. Hambatan mekanik adalah Komunikasi yang disebabkan oleh factor elektrik, mesin atau

media lainnya.

3. Hambatan antropologis adalah Hambatan yg disebabkan oleh perbedaan pada diri

manusia.

4. Hambatan psikologis adalah Hambatan yg disebabkan oleh factor kejiwaan .

Menurut Leonard R.S. dan George Strauss dalam Stoner james, A.F dan Charles Wankel

sebagaimana yang dikutip oleh Herujito (2001), ada beberapa hambatan terhadap komunikasi

yang efektif, yaitu :

1. Mendengar yaitu biasanya kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Banyak hal atau

informasi yang ada di sekeliling kita, namun tidak semua yang kita dengar dan tanggapi.

Informasi yang menarik bagi kita, itulah yang ingin kita dengar.
2. Mengabaikan informasi yang bertentangan dengan apa yang kita ketahui.

3. Menilai sumber yaitu Kita cenderung menilai siapa yang memberikan informasi. Jika ada

anak kecil yang memberikan informasi tentang suatu hal, kita cenderung

mengabaikannya.

4. Persepsi yang berbeda yaitu Komunikasi tidak akan berjalan efektif, jika persepsi si

pengirim pesan tidak sama dengan si penerima pesan. Perbedaan ini bahkan bisa

menimbulkan pertengkaran, diantara pengirim dan penerima pesan.

5. Kata yang berarti lain bagi orang yang berbeda yaitu Kita sering mendengar kata yang

artinya tidak sesuai dengan pemahaman kita. Seseorang menyebut akan datang sebentar

lagi, mempunyai arti yang berbeda bagi orang yang menanggapinya. Sebentar lagi bisa

berarti satu menit, lima menit, setengah jam atau satu jam kemudian.

6. Sinyal nonverbal yang tidak konsisten yaitu Gerak-gerik kita ketika berkomunikasi

tidak melihat kepada lawan bicara, tetap dengan aktivitas kita pada saat ada yang

berkomunikasi dengan kita-, mampengaruhi porses komunikasi yang berlangsung.

7. Pengaruh emosi yaitu Pada keadaan marah, seseorang akan kesulitan untuk menerima

informasi. apapun berita atau informasi yang diberikan, tidak akan diterima dan

ditanggapinya.

Urgensi Komunikasi Bagi Pemimpin

Permasalahan bisa terjadi akibat kita salah mengkomunikasikan pesan kepada komunikan.

Kadang hal ini terlupakan, padahal, manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi,

artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling

berinteraksi.
Dalam berkomunikasi sering kali kita menjumpai banyak perbedaan. Perbedaan gaya

berkomunikasi seringkali menjadi suatu permasalahan. Perdebadaan tersebut seringkali memicu

fenomena etnosentrisme. Sehingga tak heran seringkali konflik diantara suku dibangsa ini

disebabkan adanya salah menginterpretasikan perkataan ataupun maksud dari ucapan seseorang

atau kelompok tertentu.

Selain itu juga dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi yang baik sangat penting untuk

berinteraksi antar individu maupun antar masyarakat agar terjadi keserasian dan dapat mencegah

konflik. Di sisi lain, komunikasi juga dibutuhkan oleh setiap Negara untuk saling berhubungan

dengan Negara lain (hubungan bilateral).

Komunikasi dengan kepemimpinan sangat erat hubungannya. Seorang pemimpin harus memiliki

wawasan yang luas, jujur, bertanggung jawab , berani dalam mengambil keputusan, dan ia juga

harus mempunyai keahlian berkomunikasi yang sangat baik. Karena komunikasi dapat

menentukan berhasil atau tidaknya seorang pemimpin dalam menjalankan tugasnya. Setiap

pemimpin pasti memiliki bawahannya dimana bawahannya tersebut akan mengeluarkan

gagasan/ide yang akan dipaparkan. Sehingga seorang pemimpin tersebut dapat mengambil

keputusan berdasarkan gagasan/ide tersebut.

Kepemimpinan yang berhasil mempengaruhi orang lain sangat ditentukan oleh keterampilan dan

kemampuan menjalankan fungi komunikasi secara baik karenanya komunikasi yang baik dan

menjadi efektif akan ditentukan pula oleh kepercayaan dan keyakinan seorang pemimpin dalam

memimpin untuk mempengaruhi bawahan. Keyakinan dan kepercayaan hanya dapat terbentuk

apabila pemimpin menyadari suatu lingkungan yang harmonis antara pimpinan dengan para
bawahannya yang dapat benar-benar berkomunikasi dengan baik yang sejalan dengan makna

fungsi komunikasi.

Dalam sebuah organisasi setiap orang yang terlibat di dalamnya ketika melaksanakan tugas dan

tanggung jawabnya, baik selaku pimpinan maupun para staf , agar semua pekerjaan dapat

terlaksana dengan lancar dan harmonis untuk mencapai tujuan bersama yang disepakati dan

ditetapkan, maka unsur kerjasama harus senantiasa tercipta dengan baik. Dengan terjadinya

proses kerjasama maka unsur komunikasi pun dengan sendirinya akan tercipta, karena apa pun

bentuk instruksi, informasi dari pimpinan , masukan, laporan dari bawahan ke pimpinan, antara

sesama bawahan senantiasa dilakukan melalui proses komunikasi.

Peran pimpinan dalam peningkatan komunikasi pada sebuah organisasi membutuhkan tiga hal:

1. pemimpin dan semua anggotanya harus memiliki kemampuan yang tepat dan mengerti

komunikasi yang baik. Komunikasi bukanlah proses yang indah dan banyak orang

membutuhkan pengertian yang mendalam mengenai issue komunikasi.

2. komunikasi organisasi yang efektif membutuhkan iklim atau budaya yang mendukung

komunikasi yang efektif. Lebih spesifik iklim ini akan membutuhkan kejujuran,

keterbukaan, praktik komunikasi yang baik dan tanggung jawab untuk membuat

komunikasi lebih efektif.

3. komunikasi yang efektif membutuhkan perhatian. Hal ini bukanlah sesuatu yang

langsung terjadi tetapi dikembangkan sebagai hasil usaha staf dan jajaran manajemen.
Kesimpulan

Komunikasi dalam sebuah kepemimpinan merupakan suatu unsur yang sangat penting dalam

mencapai keberhasilan tujuan yang akan diraih oleh suatu organisasi. Oleh karena itu seorang

pemimpin hendaklah piawai dalam berkomunikasi baik itu verbal maupun non verbal.

Komunikasi yang baik akan akan mampu meningkatkan motivasi, sehingga informasi yang

disampaikan dapat diterima dengan baik dan hal ini akan mampu meningkatkan kinerja serta

control kerja juga akan terlaksana dengan baik.

Di dalam sebuah organisasi pemimpin adalah sebagai komunikator. Pemimpin yang efektif pada

umumnya memiliki kemampuan komunikasi yang efektif, sehingga sedikit banyak akan mampu

merangsang partisipasi orang-orang yang dipimpinnya. Dalam suatu organisasi baik yang

berorientasi komersial maupun sosial, komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut akan

melibatkan empat fungsi antara lain fungsi informative, Regulatif,Integratif dan Persuasive .

Proses komunikasi ini akan mengalami banyak hambatan. Beberapa Hambatan Komunikasi

dapat berupa Hambatan Sematik, Hambatan Mekanik, Hambatan antropologis dan Hambatan

psikologis.

Untuk mengatasi masalah tersebut maka pemimpin harus meningkatkan kemampuan komunikasi

yang efektif yang mencakup pemahaman komunikasi yang baik, iklim budaya pendukung

organisasi, dan perhatian yang baik.


Daftar Pustaka

Hassan, Abdullah dan Ainon Muhamad. 1998. Komunikasi untuk pemimpin.(Kuala Lumpur:
Utusan Publication & Distributors Sdn. Bhd. )

Effendi. 1993. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi.(Bandung: Citra Aditya Bakti.)

Elvinaro, dan Lukiati Komala. 2005. Komuniksi Massa. (Bandung: Simbiosa Rekatama Media

Alvin A Goldberg. dan Larson Carl. 1985. Komunikasi Kelompok. (Jakarta: Unversitas
Indonesia.)

Herujito, dan Yayat M.2001. Dasar-dasar Manajemen. (Jakarta: Grasindo. )

Nawawi Hadari dan Nawawi Martini Mimi. 1990. Kepemimpinan Yang Efektif. ( Yogyakarta:
Ghalia Gajah Mada University Press.)

Newstrom W John. dan Keith Devis. 1995. Human Behavior at Work : Organization Behavior.
( New York: McGraw-Hill Book Company.)

Ivanovich. 2008. Organizational Behavior and Menagement.( New York: McGraw-Hill.)

Moedjiono Imam. 2002. Kepemimpinan dan Keorganisasian. (Yogyakarta : UII. Press.)

Munir Abdullah. 2008. Menjadi Kepala Sekolah Efektif. (Yogyakarta: Ar Ruzz Media. )

McShane Von Glinow. 2008. Organizational Behavior. fourth edition. ( New York: McGraw-
Hill International edition.)

Effendy Uchjana Onong. 2003. Ilmu Komunikasi. ( Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.)

Rivai, dan Veithzal. 2004. Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi.( Jakarta: PT. Radja Grafindo
Persada.)

Schermerhorn, dan Obsborn Hunt. 1997. Oeganizational Behavior. (Singapore: John Weilly &
Sons Inc.)

Wahjosumidjo. 1984. Kepemimpinan dan Motivasi. ( Jakarta: Ghalia Indonesia. )

N Kenneth Wendy , dan A Gary Yukl. Perilaku Organisasi & Psikologi Personalia. (Jakarta:
Renika Cipta.)

Samsuddin. Hambatan komunikasi antar manusia http://purebohttp://id.shvoong.com/business-


management/2100726-hambatan-komunikasi-antarmanusia Senin 5 April 2011About these ads
RANGKUMAN

Manusia adalah makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia

selalau berinteraksi dengan sesame serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik

dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil. Dalam kehidupan sehari hari, baik di

lingkungan keluarga, organisasi, perusahaan sampai dengan pemerintahan sering kita dengar

sebutan pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan. Ketiga kata tersebut memang memiliki

hubungan yang berkaitan satu dengan lainnya.

Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan

yang harmonis anggota kelompokharuslah saling menghormati & menghargai. Keteraturan hidup

perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan & menjaga

kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia. Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling

tinggi disbanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir,

kemampuan untuk memilah & memilih mana yang baik & mana yang buruk. Dengan kelebihan

itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik.

Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan social manusiapun

perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri. Dengan

berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok & lingkungan dengan baik.

Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik & sulit. Disinilah dituntut kearifan

seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.

Pengertian tentang arti dan hakekat kepemimpinan sangat penting bagi seorang

pemimpin. Sebab sadar atau tidak sadar, sengaja atau tidak sengaja, kepemimpinan yang
dipraktikkan seorang pemimpin akan diwarnai oleh pemahaman internalnya tentang arti

kepemimpinan itu sendiri.

Menerima perubahan yang berkelanjutan

Perubahan yang menguntungkan hanya akan terjadi jika perubahan tersebut berjalan terus

menerus atau berkelanjutan. Namun, perubahan yang terlalu cepat justru akan memakan ongkos

yang mahal dan membuat perubahan terbaik tidak akan mudah dicapai.

Tentu saja hal ini tidak mudah untuk dilakukan. Pilihannya hanya ada dua, sukses atau gagal.

Nah, agar perubahan yang dijalankan bisa berjalan sukses, yang terlebih dahulu harus diubah

ialah gaya kepemimpinannya. Dengan kata lain, sang pemimpinnya lah yang harus terlebih

dahulu mengubah dirinya.

Memimpin dengan memberi contoh

Kepemimpinan yang baik ialah kepemimpinan yang dekat dengan mereka yang dipimpinnya.

penuh talenta dan ide-ide segar, maka sebelumnya harus menunjukkan bahwa pemimpin

memiliki ide-ide yang bagus.

Intinya, sebelum pemimpin menuntut bawahan, tuntutlah diri sendiri untuk melakukan hal

tersebut dan tunjukkan bahwa pemimpin berhasil melakukannya. Dengan begitu, bawahan akan

menghargai dan menaruh kepercayaan kepada pemimpin. Hal ini juga untuk memberikan

semangat bekerja dan berusaha kepada mereka.

Evaluasi diri
Agar mampu memberi contoh, lakukan evaluasi diri terlebih dahulu. Coba teliti diri, apakah

tujuan kerja sudah jelas dan fokus? Seberapa besar komitmen terhadap rencana yang sudah

ditetapkan? Apakah punya semangat yang tinggi untuk melakukannya?

Jika pemimpin sudah mampu menjawab dengan jujur pertanyaan pertanyaan tersebut sekaligus

mengakui kelemahan dan kelebihan, maka baru akan mampu membuat perubahan dalam hidup

dan perusahaan. Semakin memahami diri sendiri, maka semakin mampu melakukan perubahan

ke arah yang lebih baik. Selain itu, akan lebih siap menghadapi rintangan saat melakukan

perubahan tersebut.

Belajar dari kesalahan

Tentu saja perubahan yang terus-menerus akan membuat terus-menerus belajar. Belajar berarti

pemimpin harus siap menerima kenyataan bahwa bisa saja melakukan kesalahan. Kesalahan

tersebut harus melahirkan sebuah pelajaran baru. Selanjutnya, hikmah dari kesalahan tersebut

harus bisa membuat menjadi setingkat lebih baik. Yang harus diperhatikan, jika gagal, maka hal

ini akan berpengaruh kepada bawahan. Karena itulah, pemimpin juga harus menanamkan pola

pikir belajar terus-menerus dan tidak takut menghadapi kesalahan sebagai bagian dari jalan

menuju sukses.
TUGAS II

MASALAH KEPEMIMPINAN

A. Definisi Kepemimpinan

Garry Yukl (1994:2) menyimpulkan definisi yang mewakili tentang kepemimpinan antara lain

sebagai berikut :

1. Kepemimpinan adalah prilaku dari seorang individu yangmemimpin aktifitas-aktifitas

suatu kelompok kesuatu tujuanyang ingin dicapai bersama (share goal) (Hemhill&

Coons,1957:7)

2. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi yangdijalankan dalam suatu situasi

tertentu, serta diarahkanmelalui proses komunikasi, kearah pencapaian satu ataubeberapa

tujuan tertentu (Tannenbaum, Weschler &Massarik, 1961:24)

B. Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan, pada dasarnya mengandungpengertian sebagai suatu perwujudan tingkah

laku dariseorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannyadalam memimpin. Perwujudan

tersebut biasanyamembentuk suatu pola atau bentuk tertentu.

Davis dan Newstrom (1995) menyatakan bahwa pola tindakan pemimpin secara keseluruhan

seperti yangdipersepsikan atau diacu oleh bawahan tersebut dikenalsebagai gaya kepemimpinan.

Beberapa teori yang telah dibuat oleh para ahli yaitu

1. Teori Genetik

Penganut teori ini berpendapat bahwa, pemimpin itu dilahirkan dan bukan dibentuk

[Leaders are born and not made]. Pandangan terori ini bahwa, seseorang akan menjadi
pemimpin karena keturunan atau ia telah dilahirkan dengan membawa bakat

kepemimpinan. Teori keturunan ini, dapat saja terjadi, karena seseorang dilahirkan telah

memiliki potensi termasuk memiliki potensi atau bakat untuk memimpin dan inilah

yang disebut dengan faktor dasar. Dalam realitas, teori keturunan ini biasanya dapat

terjadi di kalangan bangsawan atau keturunan raja - raja, karena orang tuanya menjadi

raja maka seorang anak yang lahir dalam keturunan tersebut akan diangkat menjadi raja.

2. Teori Sosial

Penganut teori ini berpendapat bahwa, seseorang yang menjadi pemimpin dibentuk dan

bukan dilahirkan [Leaders are made and not born]. Penganut teori berkeyakinan bahwa

semua orang itu sama dan mempunyai potensi untuk menjadi pemimpin. Tiap orang

mempunyai potensi atau bakat untuk menjadi pemimpin, hanya saja paktor lingkungan

atau faktor pendukung yang mengakibatkan potensi tersebut teraktualkan atau tersalurkan

dengan baik dan inilah yang disebut dengan faktor ajar atau latihan.

Pandangan penganut teori ini bahwa, setiap orang dapat dididik, diajar, dan dlatih untuk

menjadi pemimpin. Intinya, bahwa setiap orang memiliki potensi untuk menjadi

pemimpin, meskipun dia bukan merupakan atau berasal dari keturunan dari seorang

pemimpin atau seorang raja, asalkan dapat dididik, diajar dan dilatih untuk menjadi

pemimpin.

3. Teori Ekologis

Penganut teori ini berpendapat bahwa, seseorang akan menjadi pemimpin yang baik

manakala dilahirkan telah memiliki bakat kepemimpinan. Kemudian bakat tersebut

dikembangkan melalui pendidikan, latihan, dan pengalaman - pengalaman yang

memungkinkan untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang telah dimiliki.


Jadi, inti dari teori ini yaitu seseorang yang akan menjadi pemimpin merupakan perpaduan antara

faktor keturunan, bakat dan lungkungan yaitu faktor pendidikan, latihan dan pengalaman-

pengalaman yang memungkinkan bakat tersebut dapat teraktualisasikan dengan baik.

Selain ketiga teori tersebut, muncul pula teori keempat yaitu Teori Kontigensi atau Teori Tiga

Dimensi. Penganut teori ini berpendapat bahwa, ada tiga faktor yang turut berperan dalam

proses perkembangan seseorang menjadi pemimpin atau tidak, yaitu:

1. Bakat kepemimpinan yang dimilikinya.

2. Pengalaman pendidikan, latihan kepemimpinan yang pernah diperolehnya, dan

3. Kegiatan sendiri untuk mengembangkan bakat kepemimpinan tersebut.

Menurut sudut pandang saya secara pribadi mengenai pemimpin, seorang pemimpin dapat

dilahirkan dan juga dapat dibentuk. Karena menurut saya semua orang mempunyai jiwa

kepemimpian dari sejak mereka hidup. Manusia hidup di dunia ini untuk memimpin diri sendiri

dan juga memimpin di ruang lingkup mereka. Jiwa kepemimpinan itu dibentuk juga untuk

membuat seseorang menjadi seorang pemimpin yang baik.

C. Tipologi kepemimpinan

1. Otorite/Authoritarian

Adalah gaya pemimpin yangmemusatkan segala keputusan dankebijakan yang diambil

daridirinya sendiri secara penuh.Segala pembagian tugas dantanggung jawab dipegang oleh

sipemimpin yang otoriter tersebut,sedangkan para bawahan hanyamelaksanakan tugas yang

telahdiberikan

2. Militeristik
Seorang pemimpin yang bertipe militeristisialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-

sifat berikut :

1. Dalam menggerakanbawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan; Dalam

menggerakkanbawahan senang bergantung kepadapangkat dan jabatannya

2. Senang padaformalitas yang berlebih-lebihan;

3. Menuntutdisiplin yang tinggi dan kaku daribawahan;

4. Sukar menerima kritikan daribawahannya;

5. Menggemari upacaraupacarauntuk berbagai keadaan

3. Paternalistis

Seorang pemimpin yang tergolong sebagaipemimpin yang paternalistis ialah seorangyang

memiliki ciri sebagai berikut :

1) menganggap bawahannya sebagai manusiayang tidak dewasa;

2) bersikap terlalumelindungi (overly protective);

3) jarangmemberikan kesempatan kepadabawahannya untuk mengambil keputusan;

4) jarang memberikan kesempatan kepadabawahannya untuk mengambil inisiatif;

5) jarang memberikan kesempatan kepadabawahannya untuk mengembangkan daya kreasi

dan fantasinya;

6) dan sering bersikapmaha tahu.

4. Demokratis

Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpinyang memberikan wewenang

secara luas kepada parabawahan. Setiap ada permasalahan selalumengikutsertakan

bawahan sebagai suatu tim yang utuh.Dalam gaya kepemimpinan demokratis


pemimpinmemberikan banyak informasi tentang tugas sertatanggung jawab para

bawahannya.

1) Senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik daribawahannya;

2) selalu berusaha mengutamakan kerjasamadan teamwork dalam usaha mencapai tujuan;

3) Ikhlasmemberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepadabawahannya untuk berbuat

kesalahan yang kemudiandiperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahanyang

sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahanyang lain;

4) selalu berusaha untuk menjadikan bawahannyalebih sukses daripadanya;

5) dan berusaha mengembangkankapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.

5. Kharismatis.

Hingga sekarang ini para ahli belum berhasilmenemukan sebab-sebab-sebab mengapa

seseorang pemimpin memiliki karisma. Umumnya diketahui bahwapemimpin yang

demikian mempunyai daya tarik yangamat besar dan karenanya pada umumnyamempunyai

pengikut yang jumlahnya yang sangatbesar, meskipun para pengikut itu sering pula

tidakdapat menjelaskan mengapa mereka menjadipengikut pemimpin itu.Karena kurangnya

pengetahuan tentang sebabmusabab seseorang menjadi pemimpin yangkarismatik, maka

sering hanya dikatakan bahwapemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatangaib

(supra natural powers). Kekayaan, umur,kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan

sebagaikriteria untuk karisma

D. Model Kepemimpinan

1. Model kepemimpinan didasarkan pada pendekatan yang mengacu kepada hakikat

kepemimpinan yang berlandaskan pada perilaku dan keterampilan seseorang yang berbaur

kemudian membentuk gaya kepemimpinan yang berbeda. Beberapa model yang menganut
pendekatan ini, di antaranya adalah sebagai berikut: Pertama, Model Kepemimpinan

Kontinum (Otokratis-Demokratis). Pemimpin mempengaruhi pengikutnya melalui beberapa

cara, yaitu dari cara yang menonjolkan sisi ekstrim yang disebut dengan perilaku otokratis

sampai dengan cara yang menonjolkan sisi ekstrim lainnya yang disebut dengan perilaku

demokratis. Perilaku otokratis, pada umumnya dinilai bersifat negatif, di mana sumber kuasa

atau wewenang berasal dari adanya pengaruh pimpinan. Jadi otoritas berada di tangan

pemimpin, karena pemusatan kekuatan dan pengambilan keputusan ada pada dirinya serta

memegang tanggung jawab penuh, sedangkan bawahannya dipengaruhi melalui ancaman dan

hukuman. Selain bersifat negatif, gaya kepemimpinan ini mempunyai manfaat antara lain,

pengambilan keputusan cepat, dapat memberikan kepuasan pada pimpinan serta memberikan

rasa aman dan keteraturan bagi bawahan. Selain itu, orientasi utama dari perilaku otokratis ini

adalah pada tugas.

2. Perilaku demokratis; perilaku kepemimpinan ini memperoleh sumber kuasa atau wewenang

yang berawal dari bawahan. Hal ini terjadi jika bawahan dimotivasi dengan tepat dan

pimpinan dalam melaksanakan kepemimpinannya berusaha mengutamakan kerjasama dan

team work untuk mencapai tujuan, di mana si pemimpin senang menerima saran, pendapat

dan bahkan kritik dari bawahannya. Kebijakan di sini terbuka bagi diskusi dan keputusan

kelompok.

3. Model Kepemimpinan Ohio. Dalam penelitiannya, Universitas Ohio melahirkan teori dua

faktor tentang gaya kepemimpinan yaitu struktur inisiasi dan konsiderasi Struktur inisiasi

mengacu kepada perilaku pemimpin dalam menggambarkan hubungan antara dirinya dengan

anggota kelompok kerja dalam upaya membentuk pola organisasi, saluran komunikasi, dan

metode atau prosedur yang ditetapkan dengan baik. Adapun konsiderasi mengacu kepada
perilaku yang menunjukkan persahabatan, kepercayaan timbal-balik, rasa hormat dan

kehangatan dalam hubungan antara pemimpin dengan anggota stafnya (bawahan).

4. Model Kepemimpinan Likert (Likerts Management System). Likert menyatakan bahwa dalam

model kepemimpinan dapat dikelompokkan dalam empat sistem, yaitu sistem otoriter, otoriter

yang bijaksana, konsultatif, dan partisipatif. Kelima, Model Kepemimpinan Managerial Grid.

dalam model manajerial grid memperkenalkan model kepemimpinan yang ditinjau dari

perhatiannya terhadap tugas dan perhatian pada orang.

5. Model Kepemimpinan Kontingensi. Model kepemimpinan kontingensi dikembang-kan oleh

Fielder yang berpendapat bahwa gaya kepemimpinan yang paling sesuai bagi sebuah

organisasi bergantung pada situasi di mana pemimpin bekerja. Menurut model kepemimpinan

ini, terdapat tiga variabel utama yang cenderung menentukan apakah situasi menguntukang

bagi pemimpin atau tidak. Ketiga variabel utama tersebut adalah : hubungan pribadi

pemimpin dengan para anggota kelompok (hubungan pemimpin-anggota); kadar struktur

tugas yang ditugaskan kepada kelompok untuk dilaksanakan (struktur tugas); dan kekuasaan

dan kewenangan posisi yang dimiliki (kuasa posisi).

6. Model Kepemimpinan Tiga Dimensi. Model kepemimpinan ini dikembangkan oleh Redin.

Model tiga dimensi ini, pada dasarnya merupakan pengembangan dari model yang

dikembangkan oleh Universitas Ohio dan model Managerial Grid. Perbedaan utama dari dua

model ini adalah adanya penambahan satu dimensi pada model tiga dimensi, yaitu dimensi

efektivitas, sedangkan dua dimensi lainnya yaitu dimensi perilaku hubungan dan dimensi

perilaku tugas tetap sama. Kedelapan, Model kepemimpinan kendali bebas. Pemimpin

memberikan kekuasan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi bersifat longgar dan

pemimpin bersifat pasif.


E. Contoh Kasus Kepemimpinan

Kasus 1 : Hartoyo sebagai Manajer

Drs. Hartoyo telah menjadi manajer tingkat menengah dalam departemen produksi suatu

perusahaan kurang lebih 6 bulan. Hartoyo bekerja pada perusahaan setelah dia pensiun dari

tentar. Semangat kerja departemennya rendah sejak dia bergabung dalam perusahaan. Beberapa

dari karyawan menunjukkan sikap tidak puas dan agresif.

Pada jam istirahat makan siang, Hartoyo bertanya kepada Drs. Abdul Hakim, AK, manajer

departemen keuangan, apakah dia mengetahui tentang semangat kerja yang rendah dalam

departemen produksi. Abdul Halim menjawab bahwa dia telah mendengar secara informal

melalui komunikasi grapevine, bahwa para karyawan Hartoyo merasa tidak senang dengan

pengambilan semua keputusan yang dibuat sendiri olehnya. Dia (Hartoyo) menyatakan, dalam

tentara, saya membuat semua keputusan untuk bagian saya, dan semua bawahan mengharapkan

saya untuk berbuat seperti itu.

Pertanyaan kasus :

1. Gaya kepemimpinan macam apa yang digunakan oleh Hartoyo?

2. Bagaimana keuntungan dan kelemahannya?

3. Bandingkan motivasi bawahan Hartoyo sekarang dan dulu sewaktu di tentara.

4. Konsekuensinya apa, bila Hartoyo tidak dapat merubah gaya kepemimpinannya?

5. Apa saran saudara bagi perusahaan, untuk merubah keadaan?

Jawab :
1. Gaya kepemimpinan yang digunakan oleh hartoyo adalah gaya kepemimpinan otoriter,

yaitu gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil

dari dirinya sendiri secara penuh. Pada gaya kepemimpinan otoriter ini, pemimpin

mengendalikan semua aspek kegiatan. Pemimpin memberitahukan sasaran apa saja yang

ingin dicapai dan cara untuk mencapai sasaran tersebut, baik itu sasaran utama maupun

sasaran minornya.

2. Keuntungan dalam menggunakan gaya kepemimpinan otoriter : Bawahan tidak perlu

memikirkan apapun, bawahan cukup melaksanakan apa yang diputuskan dari pemimpin.

Kelemahan dalam menggunakan gaya kepemimpinan otoriter : Semua aspek kegiatan

dalam perusahaan dikendalikan oleh pemimpin, sehingga apabila ada suatu masalah

dalam perusahaan tersebut semuanya hanya tergantung pada pimimpin dan bawahan

tidak boleh ikut campur dalam pengambilan keputusan. Sehingga kurang adanya

kerjasama dalam perusahaan tersebut.

3. Dalam membangun sebuah perusahaan diperlukan kerjasama antara pemimpin dengan

bawahan. Sehingga bawahan hartoyo yang sekarang ingin ikut dalam membangun

perusahaan tersebut secara bersama-sama agar tercapainya sebuah tujuan. Sedangkan

bawahan hartoyo sewaktu di tentara merupakan anggota yang memiliki kompetensi

rendah tapi komitmennya tinggi. Sehingga mereka membutuhkan gaya kepemimpinan

yang otoriter.

4. Apabila Hartoyo tidak dapat merubah gaya kepemimpinannya perusahaan tersebut dapat

mengalami gulung tikar, apabila seorang pimimpin hanya mengutamakan keputusan

sendiri tanpa menerima saran dari bawahan.


5. Saran saya, sebaiknya Hartoyo dapat merubah gaya kepemimpinan otoriternya dengan

gaya kepemimpinan demokrastis, yaitu gaya pemimpin yang memberikan wewenang

secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan

bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin

memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya.

Pada kepemimpinan demokrasi, anggota memiliki peranan yang lebih besar. Pada

kepemimpinan ini seorang pemimpin hanya menunjukkan sasaran yang ingin dicapai

saja, tentang cara untuk mencapai sasaran tersebut, anggota yang menentukan. Selain itu,

anggota juga diberi keleluasaan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Kepemimpinan demokrasi cocok untuk anggota yang memiliki kompetensi tinggi dengan

komitmen yang bervariasi. Sehingga Hartoyo akan mudah untuk mencapai tujuan

perusahaannya apabila merubah gaya kepemimpinannya dengan gaya kepemimpinan

demokratis
TUGAS III

TOKOH DALAM KEPEMIMPINAN

Joko Widodo Peringkat 3 Walikota Terbaik Dunia Versi World Mayor 2012

Prestasi Joko Widodo, atau lebih dikenal dengan sebutan Jokowi, sebagai Walikota Solo diakui

dunia. Situs World Mayor yang sekarang menjabat sebagai presiden RI sebagai walikota terbaik

nomor 3 di dunia tahun 2012.

Prestasi Jokowi yang diakui adalah keberhasilannya dalam pemberantasan korupsi dan

mengubah Surakarta alias Solo menjadi pusat seni budaya.

Joko Widodo mengubah kota yang sarat kriminalitas menjadi pusat seni dan budaya, yang mulai

menarik perhatian turis dunia. Kampanyenya melawan korupsi membuatnya memiliki reputasi

sebagai politisi paling jujur di Indonesia. Joko Widodo juga menolak menerima gaji selama

menjabat sebagai Walikota Solo.

Gebrakan Jokowi ketika menjadi walikota Surakarta juga diwarnai aksinya membeli mobil SUV

Esemka seharga Rp 95 juta. Ditambah lagi keputusan Jokowi yang menolak mengambil gaji

selama dia menjabat sebagai Walikota Surakarta

Adapun kriteria walikota terbaik dunia menurut lembaga ini adalah mengedepankan kejujuran,

memiliki visi jelas selama kepemimpinannya, mampu mengatur kota dengan baik, perduli

terhadap aspek ekonomi dan sosial, mampu meningkatkan keamanan dan lingkungan sekitarnya,

termasuk juga memiliki kedekatan dengan warganya..

Anda mungkin juga menyukai