Anda di halaman 1dari 2

PEMERINTAH KABUPATEN BONDOWOSO

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS SEMPOL
Jl. Raya Kawah Ijen No. 01 ( Telp.
08113511431 ) Sempol
BONDOWOSO

KERANGKA ACUAN
PENGUKURAN TINGGI BADAN DAN PANJANG BADAN

I. PENDAHULUAN
Data Riskesdas yang dilakukan tahun 2007 dan 2010 secara konsisten
menunjukkan bahwa rata-rata asupan kalori dan protein anak balita masih di bawah Angka
Kecukupan Gizi (AKG). Akibat dari keadaan tersebut, anak balita perempuan dan laki-laki
Indonesia mempunyai rata-rata tinggi badan masing-masing 6,7 cm dan 7,3 cm lebih pendek
daripada standar rujukan WHO 2005, bahkan pada kelompok usia 5-19 tahun kondisi ini
lebih buruk karena anak perempuan pada kelompok ini tingginya 13,6 cm dibawah standard
an anak laki-laki 10,4 cm dibawah standar WHO. Kelompok ibu pendek juga terbukti
melahirkan 46,7 % bayi pendek. Karena itu jelas masalah gizi integenerasi harus mendapat
perhatian serius karena terbukti mempengaruhi kualitas bangsa.
Tinggi badan dan panjang badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan
yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Disamping itu
tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan menghubungkan berat
badan terhadap tinggi badan(Quac Stick), factor umur dapat dikesampingkan. Pengukuran
tinggi badan untuk anak balita yang sudah berdiri dilakukan dengan alat pengukur mikrotoa
yang mempunyai ketelitian 0,1 cm. Untuk bayi yang belum dapat berdiri, digunakan alat
pengukur panjang bayi (alat tersebut dapat dilihat pada Pedoman Ringkas Cara Pengukuran
Antropometri dan Penentuan Keadaan Gizi yang dikeluarkan Puslitbang Gizi, 1980).
Ketelitian pengukuran tinggi badan sangat penting, kesalahan pengukuran akan
memberikan kesimpulan dan interpretasi yang salah. Untuk menghindari kesalahan
pengukuran perlu diperhatikan pemasangan alat ukur ttinggi badan dan cara memasang alat
ukur tersebut. Untuk pengukuran tinggi badan anak yang sudah berdiri dengan cara :
1. Mikrotoa ditempelkan pada dinding yang datar tegak lurus setinggi tepat 2 meter, angka
0 pada lantai yang datar rata membentuk siku-siku (90)
2. Anak berdiri tegak lurus siap sempurna kaki, tumit lurus dan kepala bagian belakang
menempel pada dinding serta pandangan menhadap lurus kedepan.
3. Turunkan mikrotoa rapat pada bagian kepala atas, siku-siku harus menempel pada
dinding.
Untuk pengukuran pada bayi dilakukan mennggunakan alat pengukur panjang badan bayi
dengan cara sebagai berikut :
1. Alat pengukur diletakkan diatas meja atau tempat yang datar
2. Bayi ditidurkan dalam alat pengukur, kepala diletakkan hati-hati samapi menyinggung
bagian atas alat pengukur.
3. Bagian bawah alat pengukur digeser sampai menyentuh telapak kaki dan skala pada alat
pengukur bisa terbaca
Anak yang berdasarkan pengukuran TB/U termasuk pendek dan sangat pendek mempunyai
resiko kehilangan tingkat kecerdasan atau IQ sebesar 10-15 poin.

II. TUJUAN
- Tujuan Umum :
Untuk mengetahui tinggi badan / panjang badan anak balita.
- Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui status gizi berdasarkn TB/U
2. Menurunkan prevalensi balita stunting
III. SASARAN
Bayi dan anak balita
IV. METODE
1. Pengukuran panjang badan (bayi) dan tinggi badan (balita)
V. MEDIA
- Alat ukur antropometri berupa mikrotoa, dan alat pengukur panjang bayi)
- ATK
VI. TEMPAT DAN WAKTU
Tempat : Posyandu atau di Puskesmas, Pustu dan posyandu
Waktu : kondisional
VII. PENYELENGGARA
Petugas Gizi
VIII. LUARAN (Output yang ingin dicapai kegiatan)
Hasil yang ingin dicapai :
1. Mengetahui tinggi badan /panjang badan balita
2. Mengetahui status gizi berdasarkan indeks TB/U

Mengetahui
Kepala Puskesmas Sempol Penanggung jawab Program Gizi

Drg. RUDY ISWOYO, MM NINA ERYWIYATNO, S.Gz


NIP. 19700823 200501 1 006 NIP. 19810412 200801 2 022

Anda mungkin juga menyukai