Anda di halaman 1dari 17

.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Danau memiliki banyak sekali manfaat bagi manusia, misalnya untuk aktifitas sehari-hari
yaitu untuk konsumsi air minum serta untuk kebutuhan lainnya. Danau juga berfungsi sebagai
tempat berkumpulnya ikan-ikan yang nantinya dapat dimanfaatkan manusia untuk dikonsumsi.
Pemanfaatan lainnya adalah sebagai bahan cadangan air yang digunakan sebagai parameter
kedalaman sumur penduduk sehingga bila air danau debitnya sangat kecil maka dapat dipastikan
kedalaman sumur penduduknya akan semakin dalam. Pelestarian danau sangat diperlukan
mengingat banyaknya manfaat dari sebuah danau.
Untuk mengetahui suatu danau atau kolam itu bersih harus melakukan analisis kualitas air.
Analisis kualitas air meliputi parameter fisik, kimia, dan biologi. Semua parameter harus tetap
dalam keadaan seimbang, tidak berlebihan maupun kekurangan agar tetap dapat menunjang
berlangsungnya kehidupan dari organisme yang hidup dalam perairan tersebut.
Ketidakseimbangan nilai dari tiap parameter yang ada dapat menyebabkan terjadinya gangguan
berjalannya siklus hidup pada ekosistem yang ada di dalam perairan tersebut. Contohnya adalah
ikan tidak dapat hidup pada pH yang sangat asam maupun yang sangat basa. Ketersediaan DO
yang minim juga dapat menyebabkan kematian pada organisme-organisme yang
membutuhkannya.
Berdasarkan penjelasan di atas maka sudah seharusnya kualitas air suatu perairan dipelajari
agar kita dapat mengetahui apakah suatu perairan baik atau buruk kualitasnya. Apabila ternyata
kualitas airnya buruk maka dapat dilakukan langkah-langkah yang dapat mengembalikan kondisi
perairan dengan parameter-parameter yang memiliki kadar atau nilai yang seimbang.
B. Tujuan
1. Mengetahui parameter kualitas air kolam dan cara pengukurannya.
2. Mengetahui hubungan parameter fisika, kimia dan biologi dalam kualitas air.
C. Tinjauan Pustaka

Menurut Cox (1997), pertimbangan suhu memberikan pengaruh sebagai berikut dari
bendungan dengan penbuangan air di dasar :
a. Air dilimpahkan dengan salinitas yang lebih tinggi, daripada bila air dilimpahkan dari
permukaan.
b. Makanan esensial hilang dari bendungan, jadi cenderung untuk mengurangi kapasitas
produksi dari bendungan dan pada waktu yang sama menyebabkan eutrofikasi daerah hilir.
c. Kehilangan karena evaporasi bertambah sebagai hasil dari penyimpanan air yang hangat
dan pembuangan air yang dingin dari hipolimnion.
d. Oksigen terlarut yang rendah dari air yang dibuang mengurangi kapasitas dari sungai untuk
menerima bahan pencemar organik.
e. Pembuangan hidrogen sulfida dan senyawa organik yang lain menurunkan kualitas air di
hilir dan pada kasus yang ekstrem dapat membunuh ikan
Menurut Boyd (1982), keanekaragaman dan kelangsungan hidup organisme disuatu
perairan dipengaruhi oleh keadaan lingkungan tempat organisme itu hidup. Limgkungan perairan
ada tiga unsur pokok yang menunjang kehidupan biota perairan, yaitu :
1. Unsur fisika air meliputi suhu, kecerahan, cahaya, suara dan berta jenis.
2. Unsur kimia air meliputi nilai pH, kadar oksigen terlarut (DO), kadar karbondioksida (CO2)
bebas.
3. Unsur biologi air meliputi produsen, konsumen dan pengurai.
a. Suhu
Air mempunyai beberapa sifat unik yang berhubungan dengan panas yang secara
bersama-sama mengurangi perubahan suhu sampai tingkat minimal sehingga perbedaan suhu
dalam air lebih kecil dan perubahan yang terjadi lambat daripada di udara.
b. Kecerahan
Penetrasi cahaya sering dihalangi oleh zat terlarut dalam air yang membatasi zona
fotosintesis di habitat akuatik. Kekeruhan disebabkan oleh lumpur dan partikel yang dapat
mengendap serta organisme yang merupakan indikasi produktivitas.
c. Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen terlarut adalah banyaknya oksigen yang terkandung di dalam air yang diukur
dalam satuan mg / L. Oksigen terlarut digunakan sebagai tanda derajat polutan yang ada.
Oksigen terlarut yang besar menunjukkan derajat pencemaran yang relatif kecil (Sugiharto
1987). Air yang mempunyai zat pencemar yang banyak akan mempunyai harga DO (Dissolved
Oxygen) yang kecil. Hal ini disebabkan oleh oksigen terlarut di dalam air dipakai bakteri untuk
menguraikan zat pencemar. Banyaknya oksigen yang diperlukan oleh bakteri untuk menguraikan
polutan dikenal dengan Biochemical Oxygen Dissolved (DOD). Harga BOD berbanding terbalik
dengan harga DO. Air bersih mempunyai harga DO yang tinggi dan harga BOD yang rendah
(Boyd 1982).
d. Alkalinitas
Alkalinitas merupakan petunjuk kebebasan suatu perairan terutama mengenai kandungan
ion karbonat atau bikarbonat (CO3 atau HCO3). Suatu perairan kadang mengalami penurunan
pH yang drastis. Kondisi ini menyebabkan penurunan kualitas air. Keadaan ini dapat dicegah
dengan sistem buffer yang ada di perairan yaitu perairan yang mengandung mineral karbonat,
bikarbonat, borat dan silikat. Hal ini dapat mencegah penurunan derajat keasaman air yang
terlalu cepat.
e. Produsen
Produsen di komunitas sungai banyak berasal dari golongan tanaman berakar (tanaman
bentik) dan fitoplankton (tanaman hijau yang mengapung) yang kebanyakan ganggang / alga.
Ganggang yang banyak tergolong kedalam diatom (Bacillariaceae), ganggang hijau
(Chlorophyta) dan ganggang biru-hijau (Cyanophyta).
f. Konsumen
Konsumen pada lingkungan ini, kebanyakan dari binatang bentik, ooplankton, nekton dan
vertebrata air. Nekton di zona litoral memiliki banyak jenis dan jumlahnya (Odum 1993).
Air dengan cepat menyerap cahaya dan panas, dalam hal ini menyebabkan terjadinya
lapisan-lapisan air yang terang dan lebih hangat di atas lapisan air di bawahnya yang lebih
dalam, lebih gelap dan lebih dingin. Hal ini menciptakan berbagai kondisi fisik dan kimia, yang
sesuai untuk berbagai organisme (Mackinson et al. 2000)
II. METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Kamis, 6 Oktober 2005
Pukul : 06.00- selesei WIB
Tempat : Danau Lembah UGM

B. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Secchi disc
b. Termometer
c. Botol oksigen
d. Erlenmeyer
e. Gelas ukur
f. Pipet tetes
g. Pipet ukur
h. Ember plastik
i. Jaring plankton
j. Kertas label
k. Penggaris
l. pH meter
m. Mikroskop
n. Botol film
o. Botol aqua
p. Sedwgwick rafter counting cell (SR)
q. Plastik
r. Hand counter
s. Salinometer atau refraktometer
t. Kertas saring
2. Bahan :
a. larutan Buffer
b. larutan H2SO4 pekat
c. larutan 1/80 N Na2S2O3
d. larutan indikator amilum
e. larutan indikator PP
f. larutan 4% formalin
g. larutan. MnSO4
h. larutan reagan oksigen
i. larutan 1/44 N NaOH
j. larutan 1/50 N H2SO4
k. larutan indikator methyl orange
l. aquades
m. larutan 1/40 N Na2S2O3
n. larutan bromcresol green
o. larutan 1/50N HCl
p. larutan KMnO4 0,01 N
q. larutan asam oksalat 0.1 N
r. larutan H2SO4 6 N
s. larutan buffer kesadahan
t. larutan indikator EBT
u. larutan indikator EDTA
C. Cara Kerja
1. Kecerahan Air
a. Memasukan secchi disc ke dalam airsampai tidak dapat batas antara hitam dan
putih kemudian mencatat kedalamannya (a cm).
b. Menarik secchi disc ke atas sampai dapat terlihat batas antara hitam dan putih
kemudian mencatat kedalamannya (b cm).
c. Menghitung nilai transparansi dengan rumus: a + b/2
2. Suhu Udara dan Suhu Air
a. Mengukur suhu udara di lokasi praktikum dengan menggunakan termometer
dan mencatat suhunya
b. Mengukur suhu air menggunakan termometer deagan cara memasukkannya ke
dalam air selama kurang lebih 5 menit lalu membaca dan mencatat suhu air yang
ditunjukkan oleh termometer tersebut dalam keadaan ujung termometer masih
tercelup di dalam air.
3. Derajat Keasaman (pH)
a Mengambil air secukupnya
b Memasukkan pH meter ke dalam larutan standar (ph=7) dan kalibrasi pH tersebut agar
menunjukkan nilai pH=7
c Memasukkan pH meter ke dalam air sample, membiarkannya beberapa menit hingga nilai
pH yang terbaca menunjukkan angka yang stabil. Mencatat nilai pH yang ditunjukkan oleh pH
meter
d Membersihkan bagian ujung pH meter dengan aquades sebelum digunakan untuk mengukur air
sampel lainnya.
4. Kandungan O2 terlarut (Dissolved Oxigen atau DO)
Metode Winkler:
a Mengambil cuplikan air yang akan diperiksa dengan memasukkan botol oksigen ke dalam air,
menutup rapat-rapat jangan sampai timbul gelembung udara.
b Menambahkan 1 ml MnSO4 dan 1 ml reagen (pereaksi) oksigen ke dalam botol oksigen.
c Menutup botol oksigen, kemudian menggojok perlahan- lahan dengan car membolak- balik
botol hingga reaksi berjalan sempurna.
d Mendiamkan beberapa saat hingga endapan yang timbul terlihat mengendap sempurna.
e Membuka tutup botol dan menambahkan 1 ml larutan H2SO4 pekat.
f Menutup botol, menggojok seperti di atas hingga endapan larut sempurna dan mendiamkan
selama beberapa menit ( 10 menit).
g Mengambil larutan hasil reaksi diatas sebanyak 50 ml dan memasukkan ke dalam erlemeyer 250
ml.
h Menitrasi dengan larutan 1/80 NanS2O3 sambil erlemeyer digoyang-goyang hingga larutan
berwarna kuning.
i Menambahkan 3 tetes indikator amilum, menggoyang- goyang dan lartan akan berubah menjadi
warna biru, kemudian mantitrasi hingga warna biru tepat hilang.
j Mencatat banyak larutan 1/80 N NanS2O3 yang digunakan untuk titrasi dari awal hingga akhir (=
a ml).
Perhitungan:
1 ml 1/80 N NanS2O3 = 0,1 mg O2/l

Kandungan O2 terlarut =
(f) = faktor korelasi= 1
5. Kandungan CO2 bebas
Metode alkalimetri
a Mengambil cuplikan air yang akan diperiksa dengan caran memasukkan botol oksigen ke dalam
air, menutup rapat- rapat dan menjaga jangan sampai timbul gelembung udara.
b Mengambil cuplikan air sebanyak 50 ml dan memasukkan ke dalam erlemeyer secara perlahan-
lahan.
c Menambahkan 3 tetes indikator Phenolphphtalein (PP)
Jika warna berubah menjadi merah muda (rose), berarti tidak ada kandungan CO2 bebas.
Jika air cuplikan tetap tidak berwarna (bening), maka dititrasi dengan larutan 1/44 N NaOH
sambil menggoyang- goyang hingga warna berubah menjadi merah muda.
d Mencatat banyak larutan 1/44 N NaOH yang digunakan (= b ml)
Perhitungan
1 ml 1/44 N NaOH = 1 mg CO2

Kandungan CO2 =
(f) = faktor koreksi = 1
6. kandunga BOD5
a. mengambil sample air sebanyak 2 botol O2. Botol kedua disimpan guna diukur kandungan O2
terlarutnya setelah diinkubasikan selama 5 hari.
b. Botol kesatu ditambahkan 1 ml larutan 4 N H2SO4, kemudian tambahkan 1-2 tetes 0,1 Kalium
Permanganat. Botol ditutup, dan gojok hingga homogen.
c. Mendiamkan beberapa saat hingga warna rose tidak hilang; jika hilang, maka tambahkan lagi 1-
2 tetes 0,1 Kalium Permanganat, gojok, dan diamkan.
d. Menambahkan 1 tetes 0,1 Ammonium oksalat, gojok, dan diamkan hingga warna rose hilang.
e. Melanjutkan analisis seperti mengalisis kandungan O2 terlarut.
Perhitungan:
Hasil analisis kandungan O2 terlarut segera = a ml
Hasil analisis kandungan O2 terlarut 5 hari = b ml

1000
Volume sampel

Kandungan BOD5 = x ( b a ) x f x 0,1 mg O2/l


7. Densitas plankton
a. Mengambil sample dengan menggunakan Sedgwick Rafter Counting Cell (SR) setelah itu
dimasukkan ke botol film
b. Melakukan pengamatan plankton dengan mikroskop
Perhitungan densitas plakton:

Volume botol atau flakon D=Ax


Volume SR
: volume sample air individu/l
D = densitas plankton (individu/l)
A = cacah individu plankton dalam SR
Perhitungan indeks diversitas plankton:

ni ni
N N H= 2
log
H = indeks diversitas
ni = cacah individu suatu genus
N = cacah individu seluruh spesies
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pratikum ini dilakukan untuk mengetahui kualitas air pada perairan danau dan kolam
perikanan. Beberapa parameter yang digunakan antara lain parameter fisik, kimia dan biologi.
Melalui analisis dengan menggunakan ketiga parameter ini dapat diketahui juga hubungan dan
korelasi antar parameter sehingga nantinya diharapkan mampu menjadi pengontrol analisis
kualitas perairan yang baik dan normal.
A. Pembahasan Per Lokasi
1. Kolam
Parameter Fisik
a. Suhu udara

Suhu tertinggi terdapat pada pengamatan pada pukul 14.00 dengan nilainya sebesar 280
C. Hal tersebut disebabkan intensitas cahaya matahari yang sangat panas dan kurang banyaknya
vegetasi sekitar kolam .Suhu terendah terdapat pada pukul 18.00 yaitu sebesar 250 C. Suhu
terendah pada pukul 18.00 disebabkan oleh matahari yang mulai terbenam sehingga intensitas
cahayanya juga berkurang yang mengakibatkan suhu pada pukul 18.00 adalah yang terendah.
b. Suhu air

Suhu tertinggi terdapat pada pengamatan pada pukul 14.00 dengan nilainya sebesar 28,50
C. hal tersebut disebabkan oleh perairan yang lebih terbuka mendapatkan sinar matahari secara
langsung sehingga panas lebih menyerap. Suhu terendah terdapat pada pukul 06.00 yaitu sebesar
22,050 C. hal tersebut disebabkan oleh matahari yang mulai muncul dan menyinari perairan
sehingga suhu air menjadi rendah.
c. Kecerahan

Kecerahan menggambarkan tingkat kejernihan air untuk dapat menerima cahaya dari
sinar matahari. Kecerahan tertinggi pada pukul 10.00 disebabkan oleh intensitas cahaya matahari
yang tinggi sehingga kecerahan yang nampak juga cukup besar selain juga karena aktivitas
fitoplankton yang belum padat dibandingkan dengan pukul 14.00 yang memiliki tingkat
kecerahan terendah dikarenakan banyaknya fitoplanktoon yang berfotosintesis sekitar pukul
14.00 sehingga mengakibatkan tingkat kecerahannya terendah.
Parameter Kimia
a. DO
Berdasarkan pengamatan nilai DO terbesar terdapat pada pengamatan pukul 06.00 karena
pada waktu itu aktivitas fotosintesis sudah mulai berjalan Vegetasi yang rindang mengakibatkan
ketersedian oksigen juga besar, dimana vegetasi yang berfotosintesis akan menghasilkan oksigen
yang kemudian terserap oleh air. Nilai DO terendah terdapat pada saat pengamatan pukul 18.00
karena respirasi zooplankton pada saat itu besar dan tumbuhan air yang saat itu membutuhkan O2
dan respirasi.
b. CO2 bebas

Kadar CO2 bebas tertinggi terdapat pada pengamatan pada pukul 10.00 di bagian outlet
yaitu sebesar 11 ppm sedangkan yang terendah terdapat pada selang waktu pukul 18.00. Kadar
CO2 tertinggi ini disebabkan oleh kondisi perairan di bagian inlet yang belum berfotosintesis
mengingat intensitas sinar matahari pada pukul 10.00 yang belum optimal untuk berfotosintesis
sehingga kadar CO2 bebasnya relatif tinggi. Kadar CO2 yang rendah disebabkan pada waktu
tersebut intensitas cahaya matahari optimal sehingga mendukung proses fotosintesis yang
nantinya akan menghasilkan oksigen.
c. Alkalinitas

Alkalitas merupakan kemampuan perairan untuk menetralisir asam tanpa ikut


menurunkan nilai pH. Berdasarkan pengamatan nilai alkalinitas tertinggi terletak pada waktu
pukul 06.00 bagian inlet dan yang terendah didapatkan pada pengamatan pukul 06.00 bagian
oulet. Alkalinitas terendah tersebut disebabkan karena pada pukul tersebut kadar CO2 bernilai 10
ppm sehingga alkalinitasnya juga tinggi.
d. pH
Besar kecilnya nilai pH tersebut dipengaruhi oleh proses fotosintesis yang terjadi. Kadar oksigen
tinggi yang menurunkan kadar CO2 akan mempengaruhi kadar pH dalam perairan. Berdasarkan
hasil pengamatan nilai pH tertinggi nampak pada pengamatan pukul 06.00 dan yang terendah
nampak pada pengamatan pukul 10.00-18.00. Hubungan antara kadar pH dengan CO2 adalah
berbanding terbalik. Kadar pH akan meningkat hingga bernilai 9-10 pada saat siang hari ketika
proses fotosintesis berjalan sangat efektif dan dimana kadar CO2 menurun. CO2 yang berasal
dari proses respirasi banyak terdapat diperairan pada malam hingga pagi hari sehingga berakibat
kadar pH dalam perairan menurun.
Parameter Biologi
a. Densitas Plankton
Besarnya densitas plankton pada pengamatan pukul 14.00 adalah 161.5 ind/L. Densitas
plankton atau kepadatan menunjukkan banyaknya individu yang hidup dalam tiap liter. Semakin
tinggi nilai densitasnya maka dapat disimpulkan bahwa kondisi perairan tersebut cukup baik
untuk organisme air dapat hidup, begitu pula sebaliknya.
b. Diversitas Plankton
Tiga unsur pokok yang mempengaruhi kehidupan biota perairan yaitu: unsur fisik yang
berupa sifat-sifat fisika air seperti suhu, kekeruhan, kekentalan, cahaya, suara, getaran serta berat
jenis, unsur kimiawi air seperti pH, kadar oksigen terlarut, karbondioksida terlarut, alkalinitas
dan lain-lainnya, dan unsur biologinya seperti keadaan organismenya, pemakai dan pengurai.
Ketiga unsur pokok tersebut tergantung pada sumber alam pokok yaitu sinar matahari dan
Diversitas plankton merupakan keragaman plankton yang terdapat pada perairan. Tidak semua
plankton dapat hidup pada suatu perairan. Diversitas plankton dapat menunjukan kualitas
perairan. Dari hasil pengamatan diversitas plankton terbesar di daerah outlet pada pukul 14.00
wib yaitu sebesar 3,822 , sedangkan terendah juga terjadi pada pukul 14.00 sebesar 3,209 .
2. Lembah
Parameter Fisik
a. Suhu udara
Berdasarkan hasil pengamatan suhu tertinggi terdapat pada pengamatan pada pukul 14.00
karena intensitas cahaya matahari yang sangat panas dan suhu terendah terdapat pada pukul
06.00. Suhu terendah pada pukul 18.00 karena disebabkan oleh matahari yang mulai terbenam
sehingga intensitas cahayanya juga berkurang yang mengakibatkan suhu pada pukul 18.00
adalah yang terendah.
b. Suhu air

Berdasarkan hasil pengamatan suhu tertinggi terdapat pada pengamatan pada pukul 14.00
dan suhu terendah terdapat pada pukul 06.00. Nilai suhu tertinggi pada pukul 14.00 disebabkan
air masih menyimpan suhu panas dari kenaikan suhu yang terjadi pada siang harinya. Suhu
terendah pada pukul 06.00 disebabkan oleh matahari yang mulai terbit sehingga intensitas
cahaya yang masuk ke perairan juga berkurang.
c. Kecerahan

Kecerahan terbesar pada pukul 14.00 sedangkan yang terendah ada pada pukul 18.00.
Kecerahan menggambarkan tingkat kejernihan air untuk dapat menerima cahaya dari sinar
matahari. Kecerahan tertinggi pada pukul 14.00 disebabkan oleh intensitas cahaya matahari yang
tinggi sehingga kecerahan yang nampak juga cukup besar selain juga karena aktivitas
fitoplanktoon yang telah berkurang dibandingkan pukul 18.00 yang memiliki tingkat kecerahan
terendah dikarenakan banyaknya fitoplanktoon yang berfotosintesis sinar matahari yang mulai
terbenam.
Parameter Kimia
a. DO

Berdasarkan hasil pengamatan nilai DO terbesar terdapat pada pengamatan pukul 14.00
di bagian inlet ketika aktivitas fotosintesis mulai berlangsung karena salah satu hasil akhir
fotosintesis adalah oksigen. Kondisi perairan yang agak terbuka juga turut mempengaruhi
intensitas cahaya yang masuk sehingga proses fotosintesis yang membutuhkan cahaya matahari
juga optimal dan pada akhirnya nanti menghasilkan oksigen yang melimpah. Nilai DO terendah
terdapat pada saat pengamatan pukul 18.00 karena pada waktu itu tumbuhan melakukan
respirasi. Tumbuahan tiap saat bisa melakukan respirasi.
b. CO2 bebas

Kadar CO2 bebas tertinggi terdapat pada pengamatan pada pukul 06.00 di bagian outlet
sedangkan yang terendah terdapat pada pukul 14.00 dan 18.00. Kadar CO2 tertinggi ini
disebabkan oleh kondisi perairan di bagian inlet yang belum berfotosintesis mengingat intensitas
sinar matahari pada pukul 06.00 yang belum optimal untuk berfotosintesis sehingga kadar CO2
bebasnya relatif tinggi. Hasil pengamatan juga banyak menunjukkan nilai CO2 adalah 0 karena
pada waktu tersebut sedang berlangsung proses fotosintesis yang menghasilkan oksigen.
c. Alkalinitas
Alkalinitas merupakan kemampuan air untuk menetralisir derajat keasaman air
(kemampuan air untuk mempertahankan pH). Alkalinitas merupakan refleks dari aktivitas
CaCO3 (kalsium karbonat) serta terbentuknya hidroksida saat karbondioksida teruraikan.
Reaksi alkalinitas :
CO2 + H2O H2CO3
H2CO3 H+ + HCO2
H+ + HCO3- 2 H+ + CO32- (Thomas, 1980)
Berdasarkan hasil pengamatan nilai alkalinitas terendah didapatkan pada pengamatan
pukul 06.00 bagian inlet dan yang tertinggi didapatkan pada pukul 18.00 pada bagian inlet.
Alkalinitas terendah tersebut disebabkan oleh masukan-masukan dari luar yang bercampur antara
bahan organik dan anorganik yang tinggi sehingga alkalinitas rendah. Nilai alkalinitas tinggi
karena pada saat itu masukan-masukan dari luar sedikit dibandingkan pada pukul 06.00.
d. pH

Nilai pH tertinggi nampak pada pengamatan pukul 18.00 dan yang terendah nampak pada
pengamatan pukul 06.00. hubungan antara pH dan alkalinitas berbanding lurus. Pada pukul
18.00 alkalinitas tinggi sehingga otomatis nilai pH juga tinggi da sebaliknya.
Parameter Biologi
a. Densitas Plankton
Besarnya densitas plankton pada pengamatan pukul 14.00 adalah 454 ind/L. Densitas
plankton atau kepadatan menunjukkan banyaknya individu yang hidup dalam tiap liter. Semakin
tinggi nilai densitasnya maka dapat disimpulkan bahwa kondisi perairan tersebut cukup baik
untuk organisme air dapat hidup, begitu pula sebaliknya
b. Diversitas Plankton
Tidak semua plankton dapat hidup pada suatu perairan, ada jenis-jenis tertentu yang bisa
hidup di suatu perairan karena itu dipengaruhi oleh sifat-sifat tiap plankton yang tidak sama.
Diversitas plankton dapat menunjukan kualitas perairan. Dari hasil pengamatan diversitas
plankton terbesar di daerah outlet pada pukul 14.00 wib yaitu sebesar 3,337 menunjukkan bahwa
terdapat banyak jenis plankton yang dapat hidup dengan baik di daerah ini, selain itu pada
bagian inlet memiliki kondisi perairan yang mendukung untuk tumbuh dan berkembangnya
fitoplankton., sedangkan terendah pada pukul 14.00 sebesar 0,27 .yang menandakan daerah
tersebut kurang cocok lingkungannya untuk hidup bermacam-macam plankton.
B. Pembahasan Umum

Kolam adalah suatu badan air yang digunakan untuk budidaya ikan. Lembah adalah suatu
badan air yang digunakan untuk keperluan masyarakat sekitar ( cuci pakaian), dan lain-lain.
Vegetasi serta kondisi daerah pengamatan yang berbeda antara kolam dan lembah menyebabkan
adanya perbedaan antara nilai-nilai parameter yang dihitung, baik itu suhu udara, suhu air,
tingkat kecerahan, DO, CO2, alkalinitas, pH dan densitas plakton.
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh menunjukkan bahwa kualitas perairan
yang ada di lembah dan yang ada di kolam memiliki nilai parameter yang berbeda. Nilai
parameter fisik seperti suhu udara, suhu air dan tingkat kecerahan pada kedua lokasi pengamatan
tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Hal ini dapat disebabkan oleh jarak antara kedua
lokasi yang tidak terlalu jauh dan vegetasi sekitarnya sehingga nilai dari beberapa parameter
fisiknya juga nampak tidak begitu berbeda.
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh nilai parameter kimia di lembah dan
kolam memiliki perbedaan nilai yang cukup signifikan karena parameter-parameter kimia
tersebut saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain sehingga didapatlah hasil
pengamatan analisis kualitas perairan pada parameter kimia dengan nilai yang bervariasi. Jadi,
beberapa nilai parameter kimia tersebut menentukan baik atau tidaknya kualitas air tesebut.
Parameter biologi yang digunakan adalah besarnya nilai densitas dan diversitas plankton
yang ada pada kedua perairan tersebut, lembah dan kolam. Nilai densitas plankton pada kolam
dan lembah tidak begitu berbeda jauh. Semakin besar densitas suatu plankton berarti kualitas
perairan tersebut juga bagus. Begitu juga nilai diversitas plankton berbanding lurus dengan
kualitas perairan, semakin tinggi diversitas maka semakin baik pula kualitas perairannya juga
sebaliknya.
Hasil pengamatan di dua lokasi berbeda tersebut masih menunjukkan kualitas perairan
yang cukup baik untuk digunakan sebagai tempat budidaya ikan. Hal tersebut dapat terlihat
melalui hasil pengamatan pada parameter fisik, kimia dan biologi yang telah dilakukan pada
kedua perairan tersebut.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Analisis kwalitas air meliputi parameter fisik ( suhu, kecerahan), parameter kimia (pH, DO,
CO2, Alkalinitas, BOD5) dan parameter biologi (densitas plankton)
2. Suhu yang rendah akan mempengaruhi kadar parameter kimia seperti : kadar CO2,
pH dan alkalinitas.
3. Aktivitas fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton dipengaruhi oleh intensitas cahaya
dengan perbandingan lurus.
4. Kwalitas air pada kolam dan lembah tidak begitu berbeda.
5. kolam dan lembah cocok untuk tempat budidaya ikan.
6. Suhu udara terendah sebesar 24,50 C di lembah dan tertinggi 30,50 C di kolam.
7. Suhu air terendah sebesar 24,50 C di lembah dan tertinggi 30,50 C di kolam.
8. Kecerahan terendah sebesar 34,5 cm di lembah dan tertinggi juga di lembah yakni
sebesar 40,25 cm.
9. DO terendah sebesar 2,4 ppm di kolam dan tertinggi 16,5 ppm juga di kolam.
10. CO2 terendah sebesar 0 ppm di kolam dan lembah serta tertinggi yakni sebesar 13 ppm juga di
kolam dan lembah.
11. Alkalinitas terendah sebesar 65 ppm lembah dan tertinggi 138 di kolam.
12. Densitas plankton memberikan pengertian mengenai produktivitas suatu
perairan.
B. Saran
1. Praktikum harus dilaksanakan dengan tepat waktu, cermat tetapi cepat mengingat alokasi waktu
yang sangat terbatas
2. Analisis kualitas air pada kolam dan lembah terus dilanjutkan untuk kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Boyd, CA. 1982. Water Quality in Warm Water Fish Pond. Craft Master Printers, Alabama.
Cox, W. George. 1997. Conservation Biology. The Mc Graw Hill Companies, Inc. Chicago.
Mackinnon, Kathy. 2000. Ekologi Kalimantan. Prenhallindo, Jakarta.
Odum, E. P. 1993. Dasar- Dasar Ekologi, Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Pers,
Yogyakarta.
Sugiharto, 1987. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. UI Press, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai