Anda di halaman 1dari 6

PROFIL TEKANAN UDARA PADA ATMOSFER BUMI

Ridho Muhammad Akbar - 10212067


(6 Februari 2014)

Departmen Fisika Institut Teknologi Bandung


Februari 2014
Pada artikel ini akan dibahas bagaimana distribusi tekanan udara secara vertikal pada atmosfer
bumi. Atmosfer bumi terdiri dari lapisan-lapisan fluida gas dengan kerapatan tertentu. Telah kita
ketahui bahwa tekanan pada fluida adalah fungsi dari posisi, dalam hal ini ketinggian titik diukur dari
permukaan laut. Sebenarnya tekanan udara pada atmosfer juga bervariasi secara horizontal dikarenakan
adanaya rotasi bumi dan perbedaan temperatur secara horizontal tapi saya akan membatasi pembahasan
pada distribusi secara vertikal saja.
Persamaan gradien tekanan udara pada atmosfer terhadap ketinggian dinyatakan dengan persamaan;
P
= g (1)
z
dimana P, z, , g masing-masing adalah tekanan udara, ketinggian dari permukaan laut, kerapatan udara,
dan percepatan gravitasi (9, 8 m/s2 ).
Kia tahu bahwa kerapatan tidak kosntan melainkan fungsi dari posisi. Semakin bertambah ketinggian
suatu titik, semakin kecil kerapatan udara pada titik tersebut. Untuk mendapatkan persamaan dari
fungsi kerapatan terhadap ketinggian, kita perlu mengasumsikan bahwa udara di atmosfer adalah gas
ideal sehingga berlaku persamaan;
m
P V = nRT = RT (2)
Mr
m RT RT
P = = (3)
V Mr Mr
Mr
=P (4)
RT
dimana Mr adalah massa molekul rata-rata gas di atmosfer dan R adalah konstanta gas ideal. Dengan
mensubstitusikan persamaan (4) ke persamaan (1) lau mengalikannya dengan dz maka kita mendapat
persamaan;
dP Mr g
= dz (5)
P RT
Persamaan (5) adalah persamaan diferensial fungsi tekanan udara terhadap posisi. Tentu saja kita
tidak dapat menganggap bahwa temperatur atmosfer sama di setiap titik. Temperatur udara pada
lapisan troposfer tidak sama dengan temperatur udara pada lapisan stratosfer dan seterusnya. Artinya,
temperatur bumi bervariasi terhadap ketinggian.
Riset menunjukkan bahwa temperatur bumi berubah hampir secara konstan terhadap ketinggian.
Hal ini membawa kita pada asumsi kedua bahwa garfik antara temperatur udara terhadap ketinggian
dari permukaan laut adalah berupa garis lurus. Hubungan temperatur terhadap ketinggian kurang lebih
dapat digambarkan pada grafik berikut;

Figure 1: Distribusi Vertikal Temperatur Atmosfer

Pada figure 1 terlihat bahwa temperatur berubah secara konstan tetapi dengan gradien yang berbeda-
beda di tiap lapisannya. Pada lapisan troposfer, temperatur berkurang terhadap ketinggian dengan laju

1
perubahan 6,5 C per km sedangkan pada lapisan stratosfer justru bertambah dengan laju 1,25 C per
km dan pada lapisan mesosfer kembali berkurang dengan laju perubahan sebesar 1,75 C per km.
Dari grafik di atas, kita dapatkan persamaan temperatur atmosfer bumi sebagai;

T = T0 + z (6)

dimana adalah gradien perubahan temperatur pada setiap lapisan atmosfer dan z adalah ketinggian
dari titik acuan temperatur T0 .
Dengan mensubstitusikan persamaan (6) ke persamaan (5) lalu mengintegralkan kedua ruas kita
mendapatkan persamaan;
ZP Zz
dP Mr g
= (7)
P R(T0 + z)
P0 0

Selesaikan persamaan (7) maka akan didapatkan persamaan distribusi vertikal tekanan udara di
atmosfer bumi, yaitu;
  MR
rg
z
P = P0 1 + (8)
T0
dimana P, P0 ,dan T0 masing-masing adalah tekanan udara pada ketinggian z, tekanan pada permukaan
laut, dam temperatur rata-rata pada permukaan laut. Dengan memasukkan nilai-nilai yang diketahui;

P0 = 100kP a
T0 = 288K (suhu rata-rata pada permukaan laut)
troposf er = 6, 5 C/km
stratosf er = 1, 25 C/km
mesosf er = 1, 75 C/km
2
g = 9, 8 m/s
R = 8, 3143 kJ/kmol.K
Mr = 28, 9 kg/kmol (rata-rata massa relatif molekul udara kering)
sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Atmosphere

kita dapat memplot grafik distribusi vertikal tekanan udara pada atmosfer bumi sebagai berikut;

Figure 2: Distribusi Vertikal Tekanan Udara Atmosfer

Figure 2 menunjukkan bahwa tekanan udara turun secara eksponensial seiring dengan pertambahan
ketinggian. Kemudian terlihat juga bahwa penurunan tekanan terjadi secara hampir linier pada keting-
gian kurang dari 10 km dari permukaan laut yakni pada lapisan troposfer. Pada lapisan ini, tekanan

2
udara turun sekitar 10 kPa tiap kenaikan ketinggian sebesar 1 km. Setelah melewati lapisan troposfer
dan masuk ke lapisan di atasnya, tekanan turun secara drastis hingga lama kelamaan tekanan mendekati
0 pada ketinggian lebih dari 35 km.

Perhitungan dan plotting dilakukan dengan memanfaatkan pemrograman C++ dan Gnuplot dengan
source code sebagai berikut;

#i n c l u d e <i o s t r e a m >
#i n c l u d e < s t d l i b . h>
#i n c l u d e <f s t r e a m >
#i n c l u d e <math . h>
#i n c l u d e <s t r i n g . h>

u s i n g namespace s t d ;

const double R= 8 . 3 1 4 3 ; // k o n s t a n t a g a s i d e a l ( kJ / kmol .K)


const double Mr= 2 8 . 9 ; // massa molar udara ( kg / kmol ) s o u r c e : w i k i p e d i a . o r g
const double g = 9 . 8 ; // p e r c e p a t a n g r a v i t a s i yang d i a s u m s i k a n konstan (m/ s 2 )
d o u b l e p atm ( double , double , double , double , double ) ;

i n t main ( ) {
double z0 =0; // k e t i n g g i a n acuan
double z =0; // k e t i n g g a i n yang d i t i n j a u
double P0 ; // tekanan pada z0
double T0 ; // t e m p e r a t u r pada z0
double lambda ; // g r a d i e n t e m p e r a t u r t e r h a d a p k e t i n g g i a n
double P1 ; // tekanan pada k e t i n g g i a n z d i l a p i s a n t r o p o s f e r
double P2 ; // tekanan pada k e t i n g g i a n z d i l a p i s a n s t r a t o s f e r
double P3 ; // tekanan pada k e t i n g g i a n z d i l a p i s a n m e s o s f e r

ofstream fout ;
c h a r o f n=Tekanan udara . t x t ;
f o u t . open ( o f n ) ;
i f ( fout . is open ()) {
f o u t <<Tekanan Udara ( atm ) \ t \ t K e t i n g g i a n (km)<< e n d l ;
do {
i f ( z <=10) { // Lapisan Tropospher
z0 =0;
P0=101;
lambda = 6.5;
T0=15+273;
p atm(&P1 , &P0 , &T0 , &z , &lambda ) ;
cout<<P0<<\t \ t<<P1<<\t \ t<<z<<e n d l ;
f o u t <<P1<<\t \ t \ t<<z<<e n d l ;
z=z + 0 . 1 ;
}
e l s e i f ( z>10&&z <=50) { // Lapisan S t r a t o s f e r
z0 =10;
P0=P1 ;
lambda = 1 . 2 5 ;
T0=60+273;
p atm(&P2 , &P0 , &T0 , &z , &lambda ) ;

3
cout<<P0<<\t \ t<<P2<<\t \ t<<z<<e n d l ;
f o u t <<P2<<\t \ t \ t<<z<<e n d l ;
z++;
}
e l s e i f ( z>50&&z <=90) { // Lapisan M e s o s f e r
z0 =50;
P0=P2 ;
lambda = 1.75;
T0=10+273;
p atm(&P3 , &P0 , &T0 , &z , &lambda ) ;
cout<<P0<<\t \ t<<P3<<\t \ t<<z<<e n d l ;
f o u t <<P3<<\t \ t \ t<<z<<e n d l ;
z++;
}
}
w h i l e ( z <=90);
}

return 0;
}

d o u b l e p atm ( d o u b l e P , d o u b l e P0 , d o u b l e T0 , d o u b l e z , d o u b l e lambda ) {
d o u b l e A;
A=((T0)+(( lambda ) ( z ) ) ) / ( T0 ) ;
double B;
B=(Mr) g / ( ( lambda ) R ) ;
( P)=(P0 ) pow (A, B ) ;
// cout<<B<<\t<<A<<endl <<e n d l ;
r e t u r n ( P ) ;
}

Dan code untuk plotting di gnuplot sebagai berikut;

cd D: \ Dokumen\ Kuliah \ S e m e s t e r 3 & 4\ F i s i k a F l u i d a


set size 1.0 ,1.0
set bmargin 3 . 5
set tmargin 3 . 5
set xrange [ 8 5 : 4 0 ]
set xtics 5
set mxtics 2
set yrange [ 0 : 9 0 ]
set ytics 5
set mxtics 2
set x2range [ 0 : 1 2 0 ]
set x2tics 5
set mx2tics 2
set x l a b e l Temperatur ( d e r a j a t C e l c i u s )
set y l a b e l K e t i n g g i a n d a r i permukaan l a u t (km)
set x 2 l a b e l Tekanan udara ( kPa )
set grid

i n p u t=Tekanan udara . t x t
f ( x ) = (15x ) / 8
g ( x ) = ( ( x +60)/1.25)+10
h ( x ) = ( ( x +10)/( 1.75))+50

4
set arrow from 85 ,10 t o 4 0 , 1 0 nohead
set arrow from 85 ,50 t o 4 0 , 5 0 nohead
set label a t 2 0 , 5 TROPOSFER
set label a t 1 5 , 3 Gradien Temperatur= 6.5 C/km
set label a t 2 0 , 30 STRATOSFER
set label a t 1 5 , 27 Gradien Temperatur = 1 . 2 5 C/km
set label a t 2 0 , 70 MESOSFER
set label a t 1 5 , 67 Gradien Temperatur= 1.75 C/km

plot input u 1:2 a x e s x2y1 w l lw 3 l c rgb b l u e t i t l e Tekanan udara , \


60<=x && x <=20 ? f ( x ) : 1/0 w p pt 8 ps 1 . 5 l c rgb r e d t i t l e Temperatur , \
60<=x && x<=10 ? g ( x ) : 1/0 w p pt 8 ps 1 . 5 l c rgb r e d t i t l e , \
80<=x && x<=10 ? h ( x ) : 1/0 w p pt 8 ps 1 . 5 l c rgb r e d t i t l e

Anda mungkin juga menyukai