PENDAHULUAN
1
Diabetes banyak menimbulkan komplikasi, baik komplikasi akut maupun
kronis meliputi komplikasi makrovaskuler, makrovaskuler dan neuropati.
Komplikasi mikrovaskuler yang sering ditemui pada penderita diabetes adalah
gangguan sirkulasi perifer yang ditandai dengan penurunan kerusakan pada
pembuluh-pembuluh darah kecil di mata (retinopati) dan pada ginjal
(nefropati).Sedangkan neoropati dapat menyebabkan terjadinya penurunan sensasi
kaki yang menyebabkan tidak dapat merasakan terhadap rangsangan panas dan
dingin. Oleh karena itu, maka kelompok akan membahas tentang konsep asuhan
keperawatan ulkus diabetikum.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Luka diabetic adalah luka yang terjadi pada pasien diabetic yang
melibatkan gangguan pada sistem saraf peripheral dan autonomic (Suryadi, 2004
dalam Wijaya, A.S. dan Putri, Y.M., 2013).
Luka diabetikum adalah luka yang terjadi karena kelainan pada saraf,
kalainan pembuluh darah dan kemudian adanya infeksi. Bila infeksi tidak diatasi
dengan baik, hal itu akan berlanjut menjadi pembusukan bahkan dapat diamputasi.
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir dan
ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invansif kuman saprofit.
Adanya kuman saprofit tersebut mnyebabkan ulkus bebau, ulkus diabetikum juga
merupakan salah satu gejala klinin dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati
perifer (Andyagreeni, 2010 dalam Wijaya, A.S. dan Putri, Y.M., 2013).
Gangren diabetic adalah nekrosis jaringan pada bagian tubuh perifer akibat
penyakit diabetes mellitus. Biasanya gangrene tersebut terjadi pada daerah
tungkai. Keadaan ini ditandai dengan pertkaran sekulitis dan timbulnya vesikula
3
atau bula yang hemoragik kuman yang biasa menginfeksi pada gangrene diabetic
adalah streptococcus (Soetmaji, 1999 dalam Wijaya, A.S. dan Putri, Y.M., 2013).
2.1.2 Klasifikasi
(Wragner, 1983 dikutip oleh Waspadji S dalam Wijaya, A.S. dan Putri,
Y.M., 2013)
4
2. Kaki Diabetik akibat Neuropati
(Brand, 1987 dan Ward, 1987 dalam Wijaya, A.S. dan Putri, Y.M., 2013)
2.1.3 Etiologi
1. Faktor Endrogen
Genetik metabolik, angiopati diabetik, neuropati diabetik.
2. Faktor Eksogen
5
2.1.4 Patofisiologi
6
menyebabkan kerusakan pada saraf.Hal ini terkait dengan otot-otot halus, kelenjar
dan organ viseral.
2.1.5 Pathway
Terlampir
1. Pain (Nyeri)
2. Paleness (Kepucatan)
3. Paresthesia (Parestesia dan kesemutan)
4. Puselessness (Denyut nadi hilang)
5. Paralysis (Lumpuh)
7
Bila terjadi sumbatan kronik akan timbul gambaran klinis menurut pola
dari fontaine:
b. Palpasi
1) Kulit kering, pecah-pecah, tidak normal
2) Klusi arteri dingin, pulsasi (-)
3) Ulkus : kalus tebal dan keras
2. Pemeriksaan vaskuler
keterangan:
a. Grade 1
1) Arteri dorsalis pedis dan arteri
tibialis posterior masih teraba
kuatABI > 0,9
8
2) Tidak ada keluhan atau gejala
periferal arterial disease (PAD)
b. Grade 2
1) ABI = 0,9 dengan tekanan darah
sistolik pada arteri dorsalis pedis
>50 mmHg
c. Grade 3
1) Tekanan sistolik arteri dorsalis
pedis<50 mmHg
1) Dopler vaskuler
2) Jelly
3) Kassa/tissue
4) Shygmomanometer
5) Bengkok
6) Sampiran
7) Alat tulis
1. PENGKAJIAN
2. PERSIAPAN
Persiapan Alat : kelengkapan sesuai kebutuhan pemeriksaan
1. Dopler vaskuler
2. Jelly
3. Kassa/tissue
9
4. Sphygmomanometer
5. Bengko
6. Sampiran
7. Alat tulis
3. ORIENTASI
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan pemeriksaan
3. Menjelaskan prosedur pemeriksaan dan kerjasama yang
dibutuhkan
4. PELAKSANAAN
1. Menjaga privasi klien
2. Memposisikan klien senyaman mungkin
3. Lingkungan yang tenang akan memudahkan pemeriksa
mendengar bunyi sistolik
4. Penerangan lampu yang cukup
5. Pasang manset sphygmomanometer pada pergelangan kaki
dengan tepat
10
6. Cek arteri dorsalis pedis atau arteri tibialis posterior/anterior
11
14. Hitung ABI
Angka sistolik di angkle sebagai pembilang dan angka sistolik
sebagai penyebut
15. Rapikan alat-alat dan klien
5. EVALUASI
1. Respon klien selama dan setelah tindakan
6. DOKUMENTASI
1. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dan respon klien
selama tindakan dan kondisi setelah tindakan
3. Pemeriksaan radiologis
Gas subkutan, benda asing, osteomielitis
4. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah:
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa
>120 mg/dl dan dua jam post prandial >200 mg/dl
12
b. Urin
Pemeriksaan didapat adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaaan
dilakukan dengan cara Benedict (reduksi). Hasil dapat dilihan
melalui perubahan warna pada urine : hijau (+), kuning (++),
merah (+++), dan merah bata (++++).
c. Kultus pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotic
yang sesuai dengan jenis kuman.
2.1.8 Penatalaksanaan
1. Pengobatan
13
yang non toksik pada proses penyembuhan luka ( misalnya NaCl
0,9%). Penggunaannya hidrogenperoxsida, hypoclorite solution dan
beberapa cairan debridement lainnya, sebaliknya hanya digunakan
pada jaringan nekrosis atau slough dan tidak digunakan pada jaringan
granulasi. Cairan antiseptik seperti provine iodine sebaiknya hanya
digunakan saat luka terinfeksi atau tubuh pada keadaaan penurunan
imunitas , yang kemudian dilakukan pembilasan kembali dengan
saline (Gitarja w,1999 dalam Wijaya, A.S. dan Putri, Y.M., 2013).
b. Debridement
14
d. Nutrisi
15
gangren dapat ditekan serendah-rendahnya. Upaya untuk pencegahan
dapat dilakukan dengan cara penyuluhan dimana masing-masing
profesi mempunyai peranan yang saling menunjang.
f. Gunakan sepatu yang pas dan kaos kaki yang bersih setiap saat
berjalan jangan bertelanjang kaki bila berjalan
1) Cucilah kaki setiap hari dan keringkan dengan baik serta
memberikan perhatian khusus pada daerah sela-sela jari kaki.
2) Janganlah mengobati sendiri apabila terdapat kalus, tonjolan
kaki atau jamur pada kuku kaki.
3) Suhu air yang digunakan untuk mencuci kaki antara 29,5-30
derajat celcius dan diukur dulu dengan thermometer.
4) Janganlah menggunakan alat pemanas atau botol diisi air
panas.
5) Langkah-langkah yang membantu meningkatkan sirkulasi pada
ekstremitas bawah yang harus dilakukan, yaitu: hindari
kebiasaan merokok, hindari bertumpang kaki duduk, lindungi
kaki dari kedinginan, hindari merendam kaki dalam air dingin,
gunakan kaos kaki atau stoking yang tidak menyebabkan
tekanan pada tungkai atau daerah tertentu, periksalah kaki
setiap hari dan laporkan bila terdapat luka, bullae kemerahan
atau tanda-tanda radang, sehingga segera dilakukan tindakan
awal dan jika kulit kaki kering gunakan pelembab atau kream.
16
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Ulkus
Diabetikum
2.1.1 Pengkajian
1. Pengumpulan data
a Identitas penderita
b Keluhan utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki atau tungkai bawah, rasa raba
yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh-sembuh dan berbau,
adanya nyeri pada luka.
17
tindakan medis yang pernah didapat maupun obat-obatan yang biasa
digunakan oleh penderita.
f Riwayat psikososial
2. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
c. Sistem integument
18
d. Sistem pernafasan
e. Sistem kardiovaskuler
f. Sistem gastrointestinal
g. Sistem urinary
h. Sistem musculoskeletal
i. Sistem neurologis
j. Pemeriksaan laboratorium
19
1) Pemeriksaan darah
Pemeriksaaan darah meliputi : GDS > 200mg/dl, gula darah
puasa > 120mg/dl dan dua jam post prandial > 200mg/dl.
2) Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict (reduksi). Hasil
dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine: Hijau(+),
kuning (++), merah (+++), dan merah bata (++++).
3) Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotic
yang sesuai dengan jenis kuman.
20
2.1.3 Intervensi
Perencanaan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria Rencana
Keperawatan
1 Ketidakefektifan NOC NIC
perfusi jaringan 1. Circulation status Peripheral Sensation
perifer 2. Tissue Perfusion : Management
Definisi: cerebral (Manajemen sensasi
Penurunan sirkulasi perifer)
darah ke perifer yang Kreteria Hasil : 1. Monitor adanya
dapat mengganggu Mendemonstrasikan daerah tertentu yang
kesehatan. status sirkulasi yang hanya peka terhadap
ditandai dengan : panas/ dingin/
Batasan Karateristik : 1. Tekanan sytole dan tajam/tumpul
1. Tidak ada nadi diastole dalam 2. Monitor adanya
2. Perubahan fungsi rentang yang paretese
motorik diharapkan 3. Instruksikan
3. Perubahan 2. Tidak ada ortostatik keluarga untuk
karateristik kulit hipertensi mengobservasi kulit
(warna, elastisitas, 3. Tidak ada tanda- jika ada isi atau
rambut, tanda peningkatan laserasi
kelembapan, kuku, tekanan intracranial 4. Gunakan sarung
sensassi, suhu ) (tidak lebih dari 15 tangan untuk
4. Indek ankle- mmHg) proteksi
brakhial <0, 90 5. Batasi gerakan padaa
5. Perubahan tekanan Mendemonstrasikan kepala, leher, dan
darah diekstremitas kemampuan kognitif punggung
6. Waktu pengisian yang ditandai dengan : 6. Monitor kemampuan
kapiler >3 detik 1. Berkomunikasi BAB
7. Klaudikasi dengan jelas dan 7. Kolaborasi dalam
8. Warna tidak sesuai dengan pemberian analgetik
21
kembali ketungkai kemampuan 8. Monitor adanya
saat tungkai 2. Menunjukkan tromboplebitis
diturunkan perhatian, Diskusikan mengenai
9. Kelambatan konsentrasi dan penyebab perubahan
penyembuhan luka orientasi sensasi.
perifer 3. Memproses
10. Penurunan nadi informasi
11. Edema 4. Membuat keputusan
12. Nyeri ekstermitas dengan benar
13. Bruit femoral
14. Pemendekan jarak Menunjukkan fungsi
total yang ditempuh sensori motori cranial
dalam uji berjalan 6 yang utuh: tingkat
menit kesadaran membaik,
15. Pemendekan jarak tidak ada gerakan
bebas nyeri yang gerakan involunter
ditempuh dalam uji
berjalan 6 menit
16. Prestesia
17. Warna kulit pucat
saat elevasi
Factor yang
berhubungan :
1. Kurang
pengetahuan tentng
factor pemberat
(mis. Merokok,
gaya hidup
menoton, trauma,
obesitas, asupan
22
garam, imobilitas)
2. Kurang
pengetahuan
tentang proses
penyakit (mis.
Diabetes,
hyperlipidemia)
3. Diabetes mellitus
4. Hipertensi
5. Gaya hidup
monoton
6. Merokok
23
2. Iritan zat kimia terjadinya cidera 6. Oleskan lotion atau
3. Defisit cairan berulang. minyak/baby oil
4. Kelebihan cairan 5. Menunjukkan pada daerah yang
5. Hambatan mobilitas terjadinya proses tertekan
fisik penyembuhan luka. 7. Monitor aktivitas
6. Kurang dan mobilisasi
pengetahuan pasien
7. Faktor mekanik 8. Monitor status
(mis., tekanan, nutrisi pasien
koyakan/robekan, 9. Memandikan pasien
friksal) dengan sabun dan air
8. Faktor nutrisi (mis., hangat
kekurangan atau 10. Observasi luka :
kelebihan) lokasi, dimensi
9. Radiasi kedalam luka,
10. Suhu ekstrem jaringan nekrotik,
tanda-tanda infeksi
lokal, formasi
traktus
11. Ajarkan keluarga
tentang luka dan
perawatan luka
12. Kolaborasi ahli gizi
pemberian diet
TKTP (tinggi kalori
tinggi protein)
13. Cegah kontiminasi
feses dan urin
14. Lakukan tehnik
perawatan luka
dengan steril
24
15. Berikan posisi yang
mengurangi tekanan
pada luka
16. Hindari kerutan pada
tempat tidur.
3 Gangguan rasa NOC NIC
nyaman 1. Ansiety Anxiety Reduction
Definisi : merasa 2. Fear leavel (penurunan
kurang senang, lega,, 3. Sleep deprivation kecemasan)
dan sempurna dalam 4. Comfort, readines 1. Gunakan
dimensi fisik, for enchanced pendekatan yang
psikospiritual, Kriteria hasil : menenangkan
lingkungan, dan sosial 1. Mampu mengontrol 2. Nyatakan dengan
Batas Karakteristik kecemasan jelas harapan
1. Ansietas 2. Status lingkungan terhadap pelaku
2. Menangis yang nyaman pasien
3. Gangguan pola 3. Mengontrol nyeri 3. Jelaskan semua
tidur 4. Kualitas tidur dan prosedur dan apa
4. Takut istirahat adekuat yang diraskan
5. Ketidakmampuan 5. Agresif selama prosedur
untuk rileks pengendalian diri 4. Pahami prespektif
6. Iritabilitas 6. Respon terhadap pasien terhadap
7. Merintih pengobatan situasi stres
8. Melaporka merasa 7. Control gejala 5. Temani pasien
dingin 8. Status kenyamanan untuk memberikan
9. Melaporkan meningkat keamanaan dan
merasa panas 9. Dapat mengontrol mengurangi takut
10. Melaporkan ketakutan 6. Dorong keluar
perasaan tidak 10. Support social untuk menemani
nyaman Keinginan untuk hidup anak
11. Melaporkan gejala 7. Lakukan back /
25
distress neck up
12. Melaporkan rasa 8. Dengarkan dengan
lapar penuh perhatian
13. Melaporkan rasa 9. Identifikasi tingkat
gatal kecemasan
14. Melaporkan 10. Bantu pasien
kurang puas mengenal situasi
dengan keadaan yang menimbulkan
15. Melaporkan kecemasan
kurang senang 11. Dorong pasien
dengan keadaan untuk
tersebut mengungkapkan
16. Gelisah perasaan,
17. Berkeluh kesah ketakutan, persepsi
Faktor yang 12. Intruksikan pasien
berhubungan menggunakan
1. Gejala terkait teknik relaksasi
penyakit 13. Berikan obat untuk
2. Sumber yang tidak mengurangi
adekuat kecemasan
3. Kurang
pengendalian
lingkungan
4. Kurang privasi
5. Kurang kontrol
situasional
6. Stimulasi
lingkungan yang
mengganggu
7. Efek samping
terkait terapi (mis,
26
medikasi, radiasi)
4 Hambatan mobilitas NOC NIC
fisik 1. Joint Movement : Exercise therapy :
Definisi : keterbatasan Active ambulation
pada pergerakan fisik 2. Mobility Level 1. Monitoring vital
tubuh atau satu atau 3. Self care : Adls sign sebelum/
lebih ektremitas secara 4. Transfer sesudah latihan dan
mandiri atau terarah. performance lihat respon pasien
Batasan karakteristik : Kriteria Hasil : saat latihan
1. Penurunan waktu 1. Klien meningkat 2. Konsultasikan
reaksi dalam aktivitas fisik dengan terapi fisik
2. Kesulitan 2. Mengerti tujuan dari tentag rencana
membolak-balik peningkatan ambulasi sesuai
posisi mobilitas dengan kebutuhan
3. Melakukan 3. Memverbalisasikan 3. Bantu klien untuk
aktivitas lain perasaan dalam menggunakan
sebagai pengganti meningkatkan tongkat saat
pergerakan (mis., kekuatan dan berjalan dab cegah
meningkatkan kemampuan terhadap cedera
perhatian pada berpindah 4. Ajarkan pasien atau
aktivitas orang 4. Memperagakan tenaga kesehatan
lain, penggunaan alat lain tentang teknik
mengendalikan 5. Bantu untuk ambulasi
perilaku, focus mobilisasi (walker) 5. Kaji kemampuan
pada pasien dalam
ketunadayaan/ mobilisasi
aktivitas sebelum 6. Latih pasien dalam
sakit) pemenuhan
4. Dispnea setalah kebutuhan ADLs
beraktivitas secara mandiri
5. Perubahan cara sesuai kemampuan
27
berjalan 7. Dampingi dan
6. Gerakan bergetar bantu pasien saat
7. Keterbatasan mobilisasi dan
kemampuan bantu penuhi
melakukan kebutuhan ADLs ps
ketarampilan 8. Berikan alat bantu
motorik halus jika klien
8. Keterbatasan memerlukan
kemampuan 9. Ajarkan pasien
melakukan bagaimana
keterampilan merubah posisi dan
motorik kasar berikan bantuan
9. Keterbatasan jika diperlukan
rentang
pergerakan sendi
10. Tremor akibat
pergerakan
11. Ketidakstabilan
postur
12. Pergerakan lambat
13. Pergerakan tidak
terkoordinasi
Faktor yang
berhubungan
1. Defisit visual
parsial
2. Pelo
3. Sulit bicara
4. Gagap
5. Defidit penglihatan
total
28
6. Bicara dengan
kesulitan
7. Menolak bicara
Faktor yang
berhubungan
1. Ketiadaan orang
terdekat
2. Perubahan konsep
diri
3. Perubahan sistem
saraf pusat
4. Defek anatomi
(mis: celah
palatum, perubahan
neuromuskular
pada sistem
penglihatan,
pendengaran, dan
aparatus fonatori)
5. Tumor otak
6. Harga diri rendah
kronik
7. Perubahan harga
diri
8. Perbedaan budaya
9. Penurunan sirkulasi
ke otak
10. Perbedaan yang
berhubungan
dengan usia
perkembangan
29
11. Gangguan emosi
12. Kendala
lingkungan
13. Kurang informasi
14. Hambatan fisik
(mis: trakeostomi,
intubasi)
15. Kondisi psikologi
(ms: psikosis,
kurang stimulus)
16. Harga diri rendah
situasional
17. Stress
18. Gaya hidup
monoton
19. Gangguan sensori
perseptual
5 Gangguan pola tidur NOC NIC
Definisi : gangguan 1. Anxiety Sleep Enhancement
kualitas dan kuantitas reduction 1. Determinasi
waktu tidur akibat 2. Comfort level efek-efek
faktor eksternal 3. Pain level medikasi
Batasan karakteristik 4. Rest : extent and terhadap pola
1. Perubahan pola pattern tidur
tidur normal 5. Sleep : extent and 2. Jelaskan
2. Penurunan pattern pentingnya tidur
kemampuan Kriteria hasil : yang adekuat
berfungsi 1. Jumlah jam tidur 3. Fasilitas untuk
3. Ketidakpuasan dalam batas mempertahankan
tidur normal 6-8 n aktivitas
4. Menyatakan sering jam/hari sebelum tidur
30
terjaga 2. Pola tidur, (membaca)
5. Menyatakan tidak kualitas dalam 4. Ciptakan
mengalami batas normal lingkungan yang
kesulitan tidur 3. Perasaan segar nyaman
6. Menyatakan tidak sesudah tidur 5. Kolaborasi
merasa cukup atau istirahat pemberian obat
istirahat 4. Mampu tidur
Faktor yang mengidentifikasi 6. Diskusikan
berhubungan kan hal-hal yang dengan pasien
1. Kelembaban meningkatkan dan keluarga
lingkungan sekitar tidur tentang teknik
2. Suhu lingkungan tidur pasien
sekitar 7. Instruksikan
3. Tanggung jawab untuk memonitor
member asuhan tidur pasien
4. Perubahan pejanan 8. Monitor waktu
terhadap cahaya- makan dan
gelap minum dengan
5. Gangguan (mis, waktu tidur
untuk tujuan 9. Monitor/catat
terapeutik, kebutuhan tidur
pemantauan, pasien setiap hari
pemeriksaan dan jam
laboratorium)
6. Kurang control
tidur
7. Kurang privasi,
pencahayaan
8. Bising, bau gas
9. Restrain fisik,
teman tidur
31
10. Tidak familier
dengan prabot
tidur
6 Ketidakseimbangan NOC NIC
nutrisi kurang dari 1. Nutritional status : Nutrion management
kebutuhan tubuh 2. Nutritional status : 1. Kaji adanya alergi
Definisi : asupan food and fluid intake makanan
nutrisi tidak cukup 3. Nutritional status : 2. Kolaborasi dengan
untuk memenuhi nutrient intake ahli gizi untuk
kebutuhan metabolic 4. Weight control menentukan jumlah
Batasan karakteristik : Kriteria hasil : kalori dan nutrisi
1. Kram abdomen 1. Adanya peningkatan yang dibutuhkan
2. Nyeri abdomen berat badan sesuai pasien
3. Menghindari dengan tujuan 3. Anjurkan pasien
makanan 2. Berat badan ideal untuk meningkatkan
4. Berat badan 20% sesuai dengan tinggi intake Fe
atau lebih dibawah badan 4. Anjurkan pasien
berat badan ideal 3. Mampu untuk meningkatkan
5. Kerapuhan kapiler mengidentifikasi protein dan vitamin
6. Diare kebutuhan nutrisi C
7. Kehilangan rambut 4. Tidak ada tanda- 5. Berikan substansi
berlebihan tanda malnutrisi gula
8. Bising usus 5. Menunjukkan 6. Yakinkan diet yang
hiperaktif peningkatan fungsi dimakan
9. Kurang makanan pengecapan dari mengandung tinggi
10. Kurang informasi menelan serat untuk
11. Kurang minat pada 6. Tidak terjadi mencegah konstipasi
makanan adekuat penurunan berat 7. Berikan makanan
12. Kesalahan konsepsi badan yang berarti yang terpilih (sudah
13. Kesalahan dikonsultasikan
informasi dengan ahli gizi)
32
14. Membran mukosa 8. Ajarkan pasien
pucat bagaimana membuat
15. Ketidakmampuan catatan makanan
memakan makanan harian
16. Tonus otot menurun 9. Monitor jumlah
17. Mengeluh nutrisi dan
gangguan sensasi kandungan kalori
rasa 10. Berikan informasi
18. Mengeluh asupan tentang kebutuhan
makanan kurang nutrisi
dari RDA 11. Kaji kemampuan
(recomemended pasien untuk
daily allowance) mendapatkan nutrisi
19. Cepat kenyang yang dibutuhkan
setelah makan Nutrion monitoring
20. Sariawan rongga 1. BB pasien dalam
mulut batas normal
21. Steatorea 2. Monitor adanya
22. Kelemahan otot penurunan berat
pengunyah badan monitor tipe
23. Kelemahan otot dan jumlah aktivitas
untuk menelan yang biasa dilakukan
Faktor-faktor yang 3. Monitor interaksi
berhubungan : anak atau orang tua
1. Faktor biologis selama makan
2. Faktor ekonomi monitor lingkungan
3. Ketidak mampuan selama makan
untuk mengapsorbsi 4. Jadwalkan
nutrient pengobatan dan
4. Ketidak mampuan tindakan tidak
untuk mencerna selama jam makan
33
makanan 5. Monitor kulit kering
5. Ketidak mampuan dan perubahan
menelan makanan pigmentasi
Faktor psikologis 6. Monitor turgor kulit
34
sekresi ph 8. Pertahankan
d. Penurunan kerja lingkungan aseptik
siliaris selama pemasangan
e. Pecah ketuban alat
dini 9. Ganti letak IV
f. Pecah ketuban perifer dan line
lama central dan dressing
g. Merokok sesuai dengan
h. Stasis cairan petunjuk umum
tubuh 10. Gunakan kateter
i. Trauma jaringan intramiten untuk
(mis,trauma menurunkan infeksi
destruksi kandung kencing
jaringan) 11. Tingkatkan intake
4. Ketidak adekuat nutrisi
pertahanan sekunder 12. Berikan terapi
a. Penurunan antibiotik bila perlu
hemoglobin infection protection
b. Imunosupresi (proteksi terhadap
(mis,imunitas infeksi)
didapat tidak 13. Monitor hitung
adekuat, agen granulosit, WBC
farmaseutikal 14. Monitor kerentanan
termasuk terhadap infeksi
imunosupresan, 15. Batasi pengunjung
steroid, antibodi 16. Sering pengunjung
monoklonal, terhadap penyakit
imunomudulator) menular
c. Supresi respon 17. Pertahankan teknik
inflamasi asepsis pada pasien
5. Vaksinasi tidak yang beresiko
35
adekuat 18. Pertahankann
6. Pemajanan terhadap teknik asepsis pada
pathogen pasien yang
7. Lingkungan beresiko
meningkat 19. Pertahankan teknik
a. Wabah isolasi k/p
8. Prosedur invasif 20. Berikan perawatan
9. Malnutrisi kulit pada area
epidema
21. Inpeksi kulit dan
membrane mukosa
terhadap
kemerahan, panas,
drainase
22. Inpeksi kondisi
luka/ insisi bedah
23. Dorong masukan
nutrisi yang cukup
24. Dorong masukan
cairan
25. Dorong istirahat
26. Intruksikan pasien
untuk minum
antibiotik sesuai
resep
27. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
28. Ajarkan cara
menghindari infeksi
29. Laporkan
36
kecurigaan infeksi
30. Laporkan kultur
positif
2.1.4 Implementasi
2.1.5 Evaluasi
37
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
38