PENDAHULUAN
terjadi suatu keabnormalan konsepsi plasenta yang disertai sedikit atau bahkan tanpa
tubuh wanita sel trofoblas hanya ditemukan bila wanita itu hamil. Di luar kehamilan
sel-sel trofoblas dapat ditemukan pada teratoma dari ovarium, karena itu penyakit
Throphoblastic Disease.
Penyakit trofoblas mempunyai potensi yang cukup besar untuk menjadi ganas
(Manuaba, 2007). Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika, dan Amerika
1:2000 kehamilan. Frekuensi mola umumnya pada wanita di Asia lebih tinggi sekitar
pada 1 : 85 kehamilan. Biasanya dijumpai lebih sering pada usia reproduktif (15-45
tahun); dan pada multipara. Jadi dengan meningkatnya paritas kemungkinan menderita
mola akan lebih besar. Mola hidatidosa terjadi pada 1-3 dalam setiap 1000 kehamilan.
Sekitar 10% dari seluruh kasus akan cenderung mengalami transformasi ke arah
1
2
Di negara maju, kematian karena mola hidatidosa hampir tidak ada, mortalitas
akibat mola hidatidosa ini mulai berkurang oleh karena diagnosis yang lebih dini dan
terapi yang tepat. Akan tetapi di negara berkembang kematian akibat mola masih cukup
tinggi yaitu berkisar antara 2,2% dan 5,7%. Kematian pada mola hidatidosa biasanya
disebabkan oleh karena perdarahan, infeksi, eklamsia, payah jantung dan tirotoksikosis.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu
hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah
human chononic gonadotrophin (HCG) dalam jumlah yang lebih besar daripada
kehamilan biasa.
2.2 Epidemiologi
banyak, penyebaran merata serta sebagian besar data masih berupa hospital
based. Faktor risiko mola hidatidosa terdapat pada usia kurang dari 20 tahun dan
2.3 Etiologi
1. Faktor ovum: ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat
dikeluarkan.
2. Usia ibu yang terlalu muda atau tua (36-40 tahun) beresiko 50% terkena
penyakit ini.
5. paritas tinggi
6. defisiensi vitamin A
7. kekurangan protein
makanan, terutama protein tinggi. Teori yang paling cocok dengan keadaan
adalah teori dari Acosta Sison, yaitu defisiensi protein, karena kenyataan
membuktikan bahwa penyakit ini lebih banyak ditemukan pada wanita dari
tersebut terjadi karena pembuahan sebuah sel telur dimana intinya telah hilang
atau tidak aktif lagi oleh sebuah sel sperma yang mengandung 23x (haploid)
Telah diketahui bahwa penyakit ini banyak ditemukan pada golongan sosio
ekonomi rendah, umur di bawah 20 tahun dan di atas 34 tahun, dan dengan paritas
tinggi. Insiden penyakit ini dapat diturunkan dengan suatu upaya preventif
5
dapat disimpulkan bahwa peran graviditas, paritas, faktor reproduksi lain, status
estrogen, kontrasepsi oral dan faktor makanan dianggap sebagai faktor resiko
2.4 Klasifikasi
janin maka disebut mola hidatidosa atau Complete mole, sedangkan bila disertai
janin atau bagian dari janin disebut mola parsialis atau Parsials mole
2.5 Patofisiologi
karena tidak sempurnanya peredaran darah fetus, yang terjadi pada sel telur
patologik yaitu : hasil pembuahan dimana embrionya mati pada umur kehamilan 3
5 minggu dan karena pembuluh darah villi tidak berfungsi maka terjadi
memberikan beberapa petunjuk mengenai asal mula dari lesi ini. Kebanyakan mola
khusus menunjukkan bahwa kedua kromosom X itu diturunkan dari ayah. Secara
genetik, sebagian besar mola hidatidosa komplit berasal dari pembuahan pada
suatu telur kosong (yakni, telur tanpa kromosom) oleh satu sperma haploid (23
Pada mola yang tidak lengkap atau sebagian, kariotipe biasanya suatu
triploid, sering 69 XXY (80%). Kebanyakan lesi yang tersisa adalah 69 XXX atau
69 XYY. Kadang-kadang terjadi pola mozaik. Lesi ini, berbeda dengan mola
lengkap, sering disertai dengan janin yang ada secara bersamaan. Janin itu biasanya
penyakit trofoblas:
Teori ini menyatakan bahwa mudigah mati pada usia kehamilan 3-5 minggu
sehingga terjadi penimbunan cairan dalam jaringan mesenkim dari villi dan
mudigah itu disebabkan karena kekurangan gizi berupa asam folik dan histidine
pada kehamilan hari ke 13 dan 21. Hal ini menyebabkan terjadinya gangguan
angiogenesis.
2. Teori neoplasma
8
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Park. Pada penyakit trofoblas,
yang abnormal adalah sel-sel trofoblas dimana fungsinya juga menjadi abnormal.
Hal ini menyebabkan terjadinya reabsorpsi cairan yang berlebihan kedalam villi
menyerupai buah anggur, atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau
sampai 1-2 cm. Secara mikroskopik terlihat trias: (1) Proliferasi dari trofoblas; (2)
Degenerasi hidropik dari stroma villi dan kesembaban; (3) Hilangnya pembuluh
darah dan stroma. Sel-sel Langhans tampak seperti sel polidral dengan inti terang
dan adanya sel sinsitial giantik (syncytial giant cells). Pada kasus mola banyak
dijumpai ovarium dengan kista lutein ganda berdiameter 10 cm atau lebih (25-
60%). Kista lutein akan berangsur-angsur mengecil dan kemudian hilang setelah
a. Perdarahan
perdarahan biasanya terjadi antara bulan pertama sampai bulan ke tujuh dengan
rata-rata minggu ke 12-14. Dapat dimulai sesaat sebelum aborsi atau lebih
tersebut gejala anemia sering dijumpai terutama pada wanita malnutrisi. Efek
dilusi dari hipervolemia terjadi pada wanita dengan mola yang lebih besar.
adanya mual dan muntah disertai peningkatan kebutuhan asam folat karena
b. Ukuran uterus bisa lebih besar atau lebih kecil (tidak sesuai usia kehamilan)
Pertumbuhan ukuran uterus sering lebih besar dan lebih cepat daripada
kehamilan normal, hal ini ditemukan pada setengah dari semua pasien mola.
Ada pula kasus-kasus yang uterusnya lebih kecil atau sama besarnya dengan
secara pasti dengan palpasi, terutama pada wanita nullipara. Hal ini disebabkan
Pembesaran uterus karena kista theca lutein multiple akan membuat sulit
plasenta yang satu dan janin terlihat normal. Juga walaupun jarang, mungkin
e. Hiperemesis
Mual dan muntah yang signifikan dapat timbul sebagai salah satu gejala mola
hidatidosa.
f. Tirotoksikosis
Kadar tiroksin plasma pada wanita dengan kehamilan mola sering meningkat,
namun gejala hipertiroid jarang muncul. Menurut Curry insidennya 1%, tetapi
karena kasus mola dengan uterus besar masih banyak ditemukan, maka
Mola yang disertai tirotoksikosis mempunyai prognosis yang lebih buruk, baik
karena efek dari estrogen seperti yang dijumpai pada kehamilan normal. Serum
11
fungsi endogen tiroid tapi hanya kadar hCG yang melebihi 100.000 iu/L yang
bersifat tirotoksis.
mungkin membesar karena sejumlah besar darah dan cairan gelap masuk ke
yang hangat.
- Pasien dengan mola hidatidosa parsial tidak memiliki gejala yang sama
dengan mola komplet. Pasien ini biasanya mempunyai gejala dan tanda
- Perdarahan pervaginam
2.7 Diagnosis
2.7.1 Anamnesa
12
Ada kehamilan disertai gejala dan tanda kehamilan muda yang berlebihan,
kehamilan biasa
- terdapat perdarahan yang sedikit atau banyak, tidak teratur, warna tengguli
- keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan (tidak selalu ada)
(1) Perdarahan vaginal. Gejala klasik yang paling sering pada mola komplet
darah yang banyak, dan cairan gelap bisa mengalir melalui vagina. Gejala
(2) Hiperemesis. Penderita juga mengeluhkan mual dan muntah yang berat. Hal
tremor dan kulit yang hangat. Didapatkan pula adanya gejala preeklamsia
yang terjadi pada 27% kasus dengan karakteristik hipertensi ( TD > 140/90
Inspeksi
Palpasi :
lembek
Pemeriksaan dalam :
1. Pemeriksaan Laboratorium
Berikut adalah gambar kurva regresi hCG normal yang menjadi parameter
(Cunningham, 2006).
2. Pemeriksaan Imaging
a. Ultrasonografi
Gambaran seperti sarang tawon tanpa disertai adanya janin
2.8 Penatalaksanaan
Yang termasuk usaha ini misalnya transfusi darah pada anemia berat
a. Kuret hisap
menebal dan dengan demikian resiko perforasi dapat dikurangi. Bila sudah
terjadi abortus maka kanalis servikalis sudah terbuka. Bila belum terjadi
atau servikalis dilator (setelah 10 jam baru terbuka 2-5 cm). Setelah jaringan
dan retraksi, biasanya dilakukan kuretase yang teliti dan hati-hati dengan
menggunakan alat kuret yang tajam dan besar. Jaringan yang diperoleh diberi
kehamilan seusia lebih dari 20 minggu, atau tidak diyakini bersih. Kuret ke-2
dilakukan kira-kira 10-14 hari setelah kuret pertama. Pada waktu itu uterus
Jika terdapat mola hidatidosa yang besar (ukuran uterus >12 minggu,
b. Histerektomi
pasien dengan ukuran uterus di luar 12-14 minggu. Namun histerektomi tetap
merupakan pilihan pada wanita yang telah cukup umur dan cukup mempunyai
anak.
Alasan untuk melakukan histerektomi ialah karena umur tua dan paritas
Batasan yang dipakai ialah umur 35 tahun dengan anak hidup tiga. Tidak jarang
dilakukan melalui histerektomi. Tetapi cara ini tidak begitu populer dan sudah
keganasan di bawah pengawasan dokter. Misalnya umur tua dan paritas tinggi
Actinomycin D. Tidak semua ahli setuju dengan cara ini, dengan alasan jumlah
kasus mola yang menjadi ganas tidak banyak dan sitostatika merupakan obat
mg IM dosis tunggal. Metastasis yang hanya ke paru dapat diobati dengan agen
kemoterapi.
jadwal kontrol selama 2-3 tahun (1x pada triwulan pertama, tiap 2 minggu
18
pada triwulan kedua, tiap bulan pada 6 bulan berikutnya,tiap 2 bulan pada
pengukuran setiap bulan sekali selama 6 bulan dan tiap 2 bulan selama 1 tahun
berikutnya. Kalau reaksi titer tetap (+) maka harus dicurigai adanya
62,1% dalam 12 minggu, dan 79,4% dalam 24 minggu serta 97,2% dalam 1
mola: perdarahan yang terus menerus, involusi rahim tidak terjadi, kadang-
hCG dan ultrasonografi. Cara yang paling peka saat ini adalah dengan
meninggi, hal ini berarti masih ada sel-sel trofoblas yang aktif. Cara yang
sampai kadar menjadi negatif selama 3 minggu dan selanjutnya setiap bulan
menimbulkan batuk dan haemoptoe, oleh karena itu bila ada gejala-gejala
2.9 Komplikasi
Perforasi uterus selama kuret hisap sering muncul karena uterus yang
membesar. Jika hal ini terjadi prosedur penanganannya harus dalam bimbingan
laparaskopi.
DIC, karena jaringan mola melepaskan faktor yang bersifat fibrinolitik. Semua
resiko terbesar ialah pada ukuran uterus yang lebih besar dari yang diharapkan
kista lutein, baik unilateral maupun bilateral. Kista lutein dapat menyebabkan
pembesaran pada satu atau kedua ovarium dengan ukuran yang beragam, dari
diameter mikroskopik sampai ukuran 10 cm atau lebih. Hal ini terjadi pada 25-
60% penderita mola. Kista teka lutein multiple pada 15-30% penderita mola
menyebabkan pembesaran satu atau kedua ovarium dan menjadi sumber rasa
Kista lutein ini diperkirakan terjadi akibat rangsangan elemen lutein yang
sampai 50%. Kasus mola dengan kista lutein mempunyai resiko empat kali
kasus-kasus tanpa kista. Involusi dari kista terjadi setelah beberapa minggu
yang biasanya seiring dengan penurunan kadar B-hCG. Tindakan bedah hanya
22
dilakukan bila ada ruptur dan perdarahan atau ovarium yang membesar tadi
pelepasan jaringan mola tersebut dengan lapisan desidua, perforasi uterus oleh
karena keganasan, atonia uteri atau perlukaan pada uterus karena evakuasi
jaringan mola.
Infeksi sekunder
2.10 Prognosis
_________________________________________________________________
Prognosis baik Prognosis buruk
Kehamilan terakhir < 4 bulan > 4 bulan
B-hCG < 40.000 > 40.000
Kehamilan sebelumnya mola term
Terapi sebelumnya tidak ada gagal
Metastase tidak ada, kadang paru otak, hati
dan terapi yang adekuat. Dengan kehamilan mola yang lanjut, pasien cenderung
untuk menderita anemia dan perdarahan kronis. Infeksi dan sepsis pada kasus-
hidatidosa, 81% mengalami regresi spontan dan 19% berlanjut menjadi tumor
trofolastik gestasional.
Pemantauan yang dilihat pada pasien mola hidatidosa yang telah menjalani
evakuasi mengindikasikan bahwa tindakan ini bersifat kuratif pada lebih dari
80% pasien. Mola hidatidosa yang berulang terjadi pada 0,5 2,6%, dengan
resiko yang lebih besar untuk menjadi mola invasif atau koriokarsinoma.
Terjadinya proses keganasan bisa berlangsung antara 7 hari sampai 3 tahun pasca
mola, tetapi yang paling banyak dalam 6 bulan pertama. Kurang lebih 10-20%
invasif.
kematian karena mola hampir tidak ada lagi, tetapi di negara berkembang masih
BAB III
KESIMPULAN
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana
parsial atau tidak ditemukan adanya pertumbuhan janin, hampir seluruh vili korialis
diketahui secara pasti Faktor penyebab yang diakui berhubungan dengan mola
hidatidosa adalah factor ovum, usia ibu, factor imun dan infeksi, sosioekonomi yang
rendah, parietas tinggi dan factor nutrisi. Mola hidatidosa diklasifikasikan menjadi
complete mole dan parsials mole. Manifestasi yang dapat terjadi yaitu perdarahan
edema dan hiperefleksia. Penatalaksanaan mola terdiri atas 4 tahap yaitu perbaikan
keadaan umum, pengeluaran jaringan mola, terapi profilaksis dengan sitostatika dan
follow up. Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien mola hidatidosa berupa perforasi
uterus, perdarahan, DIC, kista lutein, emboli trofoblastik dsb. Prognosis tergantung
DAFTAR PUSTAKA