Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam usaha mempertahankan gigi tetap berada dalam lengkungnya dan

berfungsi dengan baik, salah satu perawatan yang dilakukan adalah perawatan

saluran akar. Perawatan ini terdiri dari tiga tahapan yaitu preparasi, sterilisasi, dan

pengisian saluran akar. Preparasi saluran akar meliputi tindakan pembersihan dan

pembentukan saluan akar (cleaning and shaping). Cleaning adalah tindakan

pengambilan dan pembersihan seluruh jaringan pulpa serta jaringan nekrotik yang

dapat memberi kesempatan tumbuhnya kuman. Shaping yaitu tindakan

pembentukan saluran akar untuk persiapan pengisian (Grossman et al, 1995).

Adapun alat-alat yang dipakai adalah jarum Miller, ekstirpasi dan file, yang

dapat digerakkan dengan tangan atau mesin. Pemakaian instrumen intrakanal ini

dalam preparasi harus disertai dengan tindakan irigasi sebab bila tidak disertai

irigasi, jaringan dan debris dari sistem saluran akar tidak dapat dibersihkan

(Grossman et al, 1995).

Tindakan irigasi saluran akar merupakan salah satu tahap perawatan

endodonti yang penting sebab jika diabaikan dapat menyebabkan kegagalan

perawatan. Dinding saluran yang tidak bersih dapat menjadi tempat persembunyian

bakteri mengurangi perlekatan bahan pengisi saluran akar danmeningkatkan celah

apical.

Selama dan sesudah pembersihan dan pembentuk saluran harus diirigasi

untuk menghilangkan fragmen jaringan pulpa dan serpihan dentin yang menumpuk.
Selain itu, irigasi juga dapat membersihkan debris makanan bila saluran dibiarkan

terbuka untuk drainase selama abses alveolar akut (Grossman et al, 1995). Jumlah

debris yang dibuang oleh bilasan larutan irigasi saluran akar merupakan faktor yang

lebih berpengaruh terhadap kebersihan saluran akar dibandingkan dengan efek

melarutkan jaringan. Selain itu, efektifitas larutan irigasi tergantung pada jumlah

larutan irigasi, diameter saluran akar, dan kondisi pulpa. Pada gigi tanpa pulpa

larutan irigasi tidak hanya mengisi seluruh saluran tetapi dapat juga merembes ke

dalam periapikal (Grossman et al, 1995). .

Oleh sebab itu, pemilihan larutan irigasi memerlukan pengetahuan dan

pemahaman yang baik terhadap sifat-sifat dari berbagai larutan irigasi, serta

mechanisme kerja dari larutan irigasi tersebut pada perawatan saluran akar.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi dan Fungsi Larutan Irigasi Saluran Akar

Irigasi saluran akar merupakan tahapan penting dalam menunjang

keberhasilan perawatan saluran akar, karena irigasi memudahkan pengeluaran

jaringan nekrotik, mikroorganisme dan serpihan dentin dari saluran akar terinfeksi

dengan aksi bilasan larutan irigasi. Hal ini merupakan salah satu dari prinsip

perawatan endodontic, yaitu triad endodontic treatment.

Irigasi saluran akar berfungsi mengeluarkan fragmen kecil debris organik

serpihan dentin dari saluran akar. Tujuan utama dilakukan irigasi saluran akar

sebelum, selama, dan sesudah dilakukan preparasi biomekanik adalah untuk

mengeluarkan debris yang lepas dan menghilangkan secara kimiawi zat zat

organik dan anorganik dari saluran akar (Grossman, 1995). Menurut Hulsman dkk

(2006), suatu larutan irigasi saluran akar yang baik harus mampu melarutkan

kotoran organik dan anorganik, melancarkan alat endodontik, membunuh mikroba,

tidak toksik, dan ekonomis. Disamping itu, larutan irigasi juga membilas dan

melarutkan timbunan endapan jaringan keras/ lunak terinfeksi di bagian apikal dan

jaringan periapikal. Selain memiliki aktivitas antimikroba, larutan irigasi juga

bersifat toksik dan dapat menimbulkan rasa nyeri bila masuk ke jaringan periapikal.

II.2 Macam-Macam Bahan Irigasi Saluran Akar

1. Sodium hypochlorite, merupakan suatu pereduksi bahan, mengandung sekitar

5% klorin yang tersedia. Bila saluran akar diisi dengan larutan tersebut selama

prosedur pembersihan, akan berperan sebagai lubrikan/ pelumas, pelarut


jaringan pulpa, antiseptik dan pemutih. Sodium hypochlorite adalah yang

paling telah diuji,tetapi keefektifannya berkurang bila dicairkan. Konsentrasi

sodium hipoklorit yang digunakan dalam perawatan saluran akar, telah menjadi

perdebatan panjang. Konsentrasi yang lebih tinggi menunjukkan efektivitas

sodium hipoklorit yang lebih besar sesuai dengan peningkatan konsentrasi.

Beberapa penelitian in vitro menunjukkan larutan 5,25% NaOCl mampu

mematikan kuman E.faecalis dalam waktu 30 detik dan semua sel jamur dalam

waktu 15 detik, dibandingkan dengan waktu 10-30 menit yang diperlukan oleh

larutan 2,5% dan 0,5% NaOCl. Penelitian in vivo lain menunjukkan larutan

sodium hipoklorit 2.5% yang ditahan selama 5 menit dalam saluran akar,

mampu membuat saluran akar menjadi steril. Pada konsentrasi 5.25% adalah

sangat toksik terhadap jaringan vital, terutama pada daerah periapikal

2. Ethylene Diamine Tetraacetic Acid (EDTA), Larutan kelator yang sering

digunakan dalam perawatan endodontik adalah garam disodium dari

ethylendiamin tetraacetic acid (EDTA 17% dalam larutan netral). Kelator

adalah pelarut komponen anorganik dan memiliki efek anti bakteri yang

rendah, sehingga dianjurkan sebagai pelengkap dalam irigasi saluran akar

setelah sodium hipoklorit. Smear layer yang terbentuk selama preparasi

mekanik saluran akar dan yang melekat pada dinding saluran akar, dapat

dengan mudah dilepaskan melalui demineralisasi, membuat tubulus dentinalis

terbuka lebih lebar.

3. Mixture of tetracycline, an acid and a detergent (MTAD), pertama kali

diperkenalkan sebagai larutan irigasi saluran akar oleh Torabinejad dan

Johnson pada tahun 2003. Larutan ini berisi campuran antara tetrasiklin, asam
dan deterjen. Kelebihan MTAD adalah membuat irigasi lebih sederhana karena

menggabungkan kemampuan menghilangkan smear layer, sekaligus bersifat

antimikroba, dan dilaporkan kurang erosif pada dentin dibandingkan dengan

EDTA. Efektivitas MTAD dalam menghilangkan smear layer dan

mendesinfeksi saluran akar telah ditunjukkan dalam beberapa penelitian.

Kombinasi irigasi larutan 1,3% NaOCl dan MTAD sebagai pembilas akhir,

dilaporkan lebih efektif dibandingkan dengan larutan 5,25% NaOCl.

4. Klorheksidin, merupakan basa kuat dan paling stabil dalam bentuk garam

klorheksidin diglukonat yang larut dalam air. Klorheksidin sangat luas

digunakan sebagai desinfektan karena memiliki sifat antimikroba yang baik

terhadap bakteri gram+, bakteri gram-, spora bakteri, virus lipofilik, jamur dan

dermatofit. Klorheksidin 0,1- 0,2% merupakan antiseptik yang secara luas

digunakan mengontrol plak rongga mulut. Konsentrasi 2% klorheksidin

dianjurkan sebagai larutan irigasi saluran akar, karena memiliki efek

antimikoba yang luas dan dapat bertahan lama dengan kemampuannya melekat

pada dinding saluran akar. Disamping itu, klorheksidin tidak mengiritasi

jaringan periapikal, kurang toksik dibandingkan dengan larutan lainnya, dan

baunya tidak menyengat. Akan tetapi kemampuan klorheksidin tergantung dari

pH dan kehadiran komponen organik. Beberapa penelitian menunjukkan

efektivitas antimikroba larutan 2% klorheksidin hampir sama dengan larutan

5,25% NaOCl. Akan tetapi pemeriksaan in vitro dengan kultur menunjukkan

hasil yang berbeda. Irigasi dengan 6% larutan sodium hipoklorit dapat

menghilangkan biofilm dan membunuh semua bakteri secara sempurna sedang

klorheksidin tidak memiliki efek pada biofilm. Hal ini memungkinkan bakteri
tetap memiliki kemampuan mengekspresikan sifat antigenik bila berkontak

dengan jaringan periapikal.

II.3 Syarat bahan Irigasi

Larutan irigasi yang ideal dapat membunuh bakteri, melarutkan zat organik

maupun anorganik, tidak mengiritasi jaringan periapikal, efek antibakteri dengan

spektrum yang luas, tidak toksik, mencegah terbentuknya smear layer selama

preparasi saluran akar atau mampu melarutkannya segera setelah terbentuk. Larutan

irigasi yang paling baik adalah mempunyai daya antimikroba yang maksimal

dengan toksisitas yang minimal.

Antara sifat-sifat ideal bagi suatu bahan irigasi adalah:

1. Pelarut jaringan atau debris.

Pada daerah yang tidak terjangkau instrumen, irigan harus dapat melarutkan
atau melepaskan sisa-sisa jaringan lunak atau keras supaya dapat dikeluarkan.

2. Toksisitas rendah

Bahan irigasi tidak boleh merusakkan jaringan periradikuler.

3. Tegangan permukaan rendah

Hal ini memungkinkan bahan irigasi untuk mengalir ke daerah yang tidak
terjangkau. Alkohol yang ditambahkan pada bahan irigasi akan menurunkan
tegangan permukaan penetrasi, apakah hal ini dapat meningkatkan kemampuan
pembersihan masih belum diketahui.

4. Pelumas.

Membantu alat untuk mudah masuk ke dalam saluran akar. Semua cairan irigasi
mempunyai kemampuan ini.
5. Sterilisasi ( paling tidak bersifat desinfeksi )
6. Membuang lapisan smear.

Lapisan ini terdiri dari kristal mikro dan partikel debris organik yang menyebar
di seluruh dinding saluran akar setelah preparasi.

7. Faktor lain.

Faktor lainnya adalah mudah diperoleh, harga yang murah, mudah digunakan,
menyenangkan, dapat disimpan cukup lama, dan mudah disimpan. Tambahan
lain yang juga penting adalah bahan irigasi tidak mudah dinetralisir di saluran
akar sehingga efektivitasnya dapat dipertahankan.

Anda mungkin juga menyukai