domestik (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah), yang kehadirannya pada suatu saat
dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis.
Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik. Dengan
konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap
lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap
limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan
karakteristik limbah.
Limbah cair merupakan sisa buangan hasil suatu proses yang sudah tidak dipergunakan lagi, baik
berupa sisa industri, rumah tangga, peternakan, pertanian, dan sebagainya.Komponen utama
limbah cair adalah air (99%) sedangakan komponen lainnya bahan padat yang bergantung asal
buangan tersebut.(Rustama et. al, 1998).
3. Dari perusahaan (comersial waste) air buangan yang berasal dari daerah perkantoran,
perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat umum, tempat ibadah dan lain-lain. Zat-zat yang
terkandung di dalam jenis air limbah ini umumnya sama dengan air limbah rumah tangga.
4. Dari perusahaan (comersial waste) air buangan yang berasal dari daerah perkantoran,
perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat umum, tempat ibadah dan lain-lain. Zat-zat yang
terkandung di dalam jenis air limbah ini umumnya sama dengan air limbah rumah tangga.
Limbah batik
Industri batik dan tekstil merupakan salah satu penghasil limbah cair yang berasal dariproses
pewarnaan. Selain kandungan zat warnanya tinggi, limbah industri batik dan tekstil juga
mengandung bahan-bahan sintetik yang sukar larut atau sukar diuraikan, pada umumnya polutan
yang terkandung dalam limbah industri batik dapat berupa logam berat, padatan tersuspensi, atau
zat organic. Setelah proses pewarnaan selesai, akan dihasilkan limbah cair yang berwarna keruh
dan pekat, apabila limbah batik ini dialirkan langsung ke lingkungan tanpa adanya pengolahan
terlebih dahulu, maka akan menurunkan kualitas lingkungan dan merusak kehidupan yang ada di
lingkungan tersebut. Karena potensinya yang cukup besar, maka perlu adanya usaha pengelolaan
limbah dengan menggunakan metode elektrolisis dengan anoda dan katoda platinum. Sehingga
limbah yang di buang ke saluran air adalah limbah yang aman bagi lingkungan dan adanya
perbaikan sistem drainase yang mampu menunjang perkembangan industri batik. Sehingga
industri batik tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga bersahabat dengan
lingkungan.
Industri batik dan tekstil merupakan salah satu penghasil limbah cair yang berasal dari proses
pewarnaan. Selain kandungan zat warnanya tinggi, limbah industri batik dan tekstil juga
mengandung bahan-bahan sintetik yang sukar larut atau sukar diuraikan. Setelah proses
pewarnaan selesai, akan dihasilkan limbah cair yang berwarna keruh dan pekat. Biasanya warna
air limbah tergantung pada zat warna yang digunakan. Limbah air yang berwarna-warni ini yang
menyebabkan masalah terhadap lingkungan. Limbah zat warna yang dihasilkan dari industri
tekstil umumnya merupakan senyawa organik non-biodegradable, yang dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan terutama lingkungan perairan. Senyawa zat warna di lingkungan
perairan sebenarnya dapat mengalami dekomposisi secara alami oleh adanya cahaya matahari,
namun reaksi ini berlangsung relatif lambat, karena intensitas cahaya UV yang sampai ke
permukaan bumi relatif rendah sehingga akumulasi zat warna ke dasar perairan atau tanah lebih
cepat daripada fotodegradasinya (Dae-Hee et al. 1999 dan Al-kdasi 2004)
Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan menjadi 4 bagian yaitu : limbah
cair, limbah padat, limbah gas dan partikel, serta limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
Untuk mengatasi limbah ini diperlukan pengolahan dan penanganan limbah. Pada dasarnya
pengolahan limbah ini dapat dibedakan menjadi pengolahan menurut tingkatan perlakuan dan
pengolahan menurut karakteristik limbah (Anonim,2009)
Kualitas limbah cair industri batik sangat tergantung jenis proses yang dilakukan,
pada umumnya limbah cair bersifat basa dan kadar organik yang tinggi yang disebabkan oleh
sisa-sisa pembatikan. Pada proses pencelupan (pewarnaan) umumnya merupakan penyumbang
sebagian kecil limbah organik, namun menyumbang wama yang kuat, yang mudah terdeteksi,
dan hal ini dapat mengurangi keindahan sungai maupun perairan. Pada proses persiapan, yaitu
proses nganji atau penganjian, menyumbang zat organik yang banyak mengandung zat padat
tersuspensi. Zat padat tersuspensi apabila tidak segera diolah akan menimbulkan bau yang tidak
sedap dan dapat digunakan untuk menilai kandungan COD dan BOD.
Kebanyakan penggunaan bahan pencelup dengan struktur molekul organik yang stabil
tidak dapat dihancurkan dengan proses biologis, untuk menghilangkan warna air limbah yang
efisien dan efektif adalah dengan perlakuan secara biologis, fisik dan kimia (Alaerts,
1984 dalam Purwaningsih, 2008).
1. Menggunakan Kaporit
2. Menggunakan Tawas
3. Menggunakan Bakteri aktif
Masing-masing zat tersebut adalah sebagai unsur koagulan dengan mengendapkan zat-zat
berbahaya dan mengubah air menjadi jernih. Limbah dikatakan baik apabila sudah terjadi
perubahan pada warna yang tadinya keruh menjadi jernih.