Anda di halaman 1dari 41

LEMBAR KERJA 1

PEMBERIAN PAKAN DAN MINUM

Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ternak perah adalah pakan
dan air minum. Pakan merupakan sumber energi dan protein bagi mahluk hidup.
Ternak ruminansia contohnya sapi perah pakan pokoknya berupa rumput
rumputan, daun daunan tanaman leguminosa dan dari berbagai jenis pohon -
pohonan atau tanaman semak serta limbah pertanian. Berbagai macam hijauan
pakan ternak seperti yang disebut di atas berfungsi sebagai sumber zat makanan
sehingga ternak dapat mempunyai produksi susu yang tinggi. Selain hijauan sapi
perah perlu diberi pakan konsentrat. Pakan yang baik dalam bentuk hijauan
maupun konsentrat mempunyai peranan yang sangat erat terhadap kuantitas dan
kualitas produksi susu, sehingga pemberiannya harus sesuai dengan berat badan,
produksi dan kadar lemak susu dari sapi perah laktasi. Demikian pula dengan
pedet maupun sapi dara, pakan yang diberikan harus dapat mendukung kecepatan
pertumbuhannya. Sedang pemberian air minum sebaiknya secara ad libitum.

Alat dan bahan


1. Timbangan (menimbang pakan)
2. Karung
3. Ember
4. Termometer Higrometer
5. Pita ukur sapi
6. Hijauan
7. Konsentrat
Tugas
1. Ukur bobot hidup ternak, produksi susu, kadar lemak dan pertambahan
bobot badan.
2. Cari informasi status reproduksinya.
3. Periksa Body Condition Score (BCS)
4. Hitung jumlah pakan dan air minum yang dibutuhkan dengan
mempertimbangkan tingkat konsumsi dan palatabilitas pakan
kemudian perhatikan waktu yang tepat dalam pemberian pakan dan
cara memberikannya.
5. Berikan pakan dan minum sesuai dengan cara setempat.
6. Berikan pakan dan minum dengan cara alternatif dengan seijin
petugas.
7. Hitung konsumsi pakan dan air minum hubungkan dengan suhu
lingkungan.
8. Perhatikan suhu dan kelembaban lingkungan serta kecepatan angin.
9. Bersihkan dan kembalikan alat yang digunakan

1
Hasil Pengamatan dan Pembahasan

2
Kesimpulan

Daftar Pustaka

3
LEMBAR KERJA 2
PENILAIAN DAN PEMILIHAN SAPI PERAH

Acara pemilihan dan kontes ternak sapi perah merupakan salah satu cara
untuk melakukan seleksi pada sapi atau ternak perah yang baik berdasarkan
penampakan bentuk tubuh (Body Conformation) dari luar dan sesuai untuk
produksi daging atau susu. Selain itu juga dapat menunjukkan bahwa manajemen
pemeliharaan yang dilakukan oleh peternak sapi perah sudah baik atau belum.
Sapi perah yang mempunyai nilai tinggi dalam kontes tersebut belum tentu
mempunyai nilai genetik yang tinggi bila tidak disertai dengan recording yang
baik. Hasil seleksi secara eksterior dan didukung oleh data recording yang baik
dapat digunakan untuk menentukan apakah ternak tersebut layak untuk dijadikan
bibit atau tidak. Tipe fungsional dapat diartikan sebagai bentuk tubuh yang pantas
untuk tipe perah dan mudahnya manajemen pada kandang free stall atau
stanchion barn housing yang nantinya akan diperoleh umur sapi perah yang
panjang dan menghasilkan produksi susu yang tinggi. Tipe kekuatan ambing
menggantung, kuku dan kaki serta ukuran tubuh mempunyai hubungan yang
positif dengan lamanya hidup dan besarnya life time production.
Seleksi sapi perah yang menggunakan parameter penampakan dari luar
menurut Hartman (1990) yaitu Liniear Classification. Klasifikasi linear
merupakan suatu alat pembantu untuk merencanakan peternakan sapi perah,
karena sebagian besar tipe fungsional digunakan untuk meramalkan produksi sapi
perah yang bersangkutan. Sapi perah betina merupakan tipe fungsional dalam
menghasilkan sejumlah besar produksi susu dari beberapa periode sapi laktasi.

Bagian bagian dari sapi perah


Hal yang pertama kali dilakukan untuk belajar tentang sapi perah adalah
mempelajari nama nama bagian sapi perah. Lihat bagan sapi di bawah ini secara
seksama :

4
Ada 5 kategori utama yang ditentukan :
Frame : 15 %
Dairy Character : 20 %
Body Capacity : 10 %
Feet and Leg : 15 %
Udder : 40 %

1. Frame 15 %
Frame meliputi penilaian pada rump, stature, front end dan back.
Rump termasuk hip (hook), thruls dan pins. Rump yang ideal
adalah panjang, luas dan rata. Oleh karena itu rump merupakan framework
untuk ambing.
Thruls harus luas dan terletak di antara hip dan pin dan di tengah.
Letak dari thruls menentukan struktur kaki belakang, sehingga hal ini
merupakan bagian penting untuk diamati. Pins harus tinggi dan luas.
Stature dinilai melalui tinggi dan panjang tulang kaki. Hewan yang
lebih tinggi biasanya ambingnya lebih tinggi dan cenderung sebagai sapi
yang besar dengan kapasitas makan yang banyak. Kapasitas makan yang
lebih banyak mensuplai nutrisi untuk produksi susu lebih banyak sehingga
produksi susu banyak.
Front end terdiri dari dada yang dalam dan luas, dengan shoulder
yang merata dengan body wall. Shoulder yang rata dengan body wall akan
menyebabkan sapi tampak harmoni, style dan balanced.
NB : Rump, Stature, dan Front end adalah aspek pertimbangan utama pada
evaluasi bagian frame. Breed characteristic untuk Holstein kepalanya harus

5
feminim, moncongnya lebar, lubang hidungnya terbuka lebar dan
mempunyai rahang yang kuat.

2. Dairy Character 20 %

Dairy character ditentukan dengan bukti seekor sapi perah dapat memproduksi
banyak susu. Dairy character yang baik ditunjukkan dengan lekukan tubuh
yang ideal, tidak kasar dan secara keseluruhan bersih. Yang penting kaitannya
penilaian dalam penilaian dairy character adalah ribs, thighs, withers, dan
chine.

3. Body Capacity 10 %

Body capacity biasanya dihubungkan dengan kemampuan ternak untuk dapat


makan dengan banyak yang digunakan untuk memperoleh nutrisi untuk
memproduksi susu yang banyak. Body capacity penilaian terhadap panjang dan
dalam dari tubuh ternak. Body capacity yang baik biasanya ditandai dengan
kapasitas, kekuatan dan tenaga. Body capacity diekspresikan dalam terminologi
panjang, luas dan dalam bagian barrel. Seekor ternak seharusnya memiliki
chest yang lebar, dengan ribs yang menghadap ke arah udder dan baik serta
dalam.

4. Feet and Legs 15 %

Pada feet dan legs yang penting dalam kategori penilaian adalah feet, rear legs
(rear dan side view), hocks dan pasterns. Kaki yang ideal adalah toe yang
pendek dan heel yang dalam dan pendek, pastern yang kuat. Rear legs
seharusnya renggang dan lurus dengan model hock yang moderat. Kaki yang
sempurna ketika berjalan adalah lurus ke atas ketika dilihat dari bagian
belakang. Hock yang ideal adalah flat dan bersih, tidak bengkak.

5. Udder 40 %

Udder adalah bagian penting dari seekor sapi perah. Sapi perah adalah
penghasil susu maka perlu ditekankan pada sistem mamary. Jika melihat
performa jangka panjang, maka pemilihan ditekankan pada produksi yang
tinggi yaitu udder harus benar benar kuat, memiliki ukuran serta kapasitas
yang layak, dan seimbang.
Fore udder seharusnya tidak terlalu besar, menempel secara kuat dan
sesuai dengan ukuran tubuh. Fore udder seharusnya tidak sama luasnya
saat berkembang dan seimbang dengan rear udder. Udder harus sedikit
bergerak saat sapi berjalan.
Perlekatan rear udder harus tinggi, luas, halus dan dalam. Bagian rear
harus sama besar dan sama lebar dari atas sampai bawah.
Ligamen median dan lateral adalah pendukung utama dari udder. Ligamen
median terletak membelah dua udder, dan ligamen lateral terletak di
samping udder.

6
Teat harus sama ukurannya dan bentuknya dan panjangnya 1,5 sampai 2,5
inch. Teat harus terletak di ujung bawah udder.
Klasifikasi dari National Holstein Fresian Association akan membantu suatu
farm dan mengevaluasi setiap sapi betina melalui 15 tipe fungsional sapi seperti:
1. Stature (tinggi badan)
2. Strength (kekuatan)
3. Body depth (kedalaman badan)
4. Rump angel (sudut pantat)
5. Rump length (panjang pantat)
6. Hip width (daerah pinggul)
7. Rear legs side view (kedudukan kaki belakang)
8. Foot angel (sudut teracak)
9. Fore udder attachment (pelekatan ambing depan)
10. Rear udder hight (tinggi ambing belakang)
11. Rear udder width (lebar ambing belakang)
12. Udder clift (celah ambing)
13. Udder depth ( kedalaman ambing)
14. Teat placement (letak putting)
Hal ini disebut klasifikasi linear, karena setiap perlakuan dievaluasi dengan
nilai linier yaitu 1 sampai 9.

1. STATURE (Tinggi badan)

Tinggi badan merupakan dasar pengukuran sapi perah betina, mulai


dari tanah sampai pada bagian top withers. Sapi yang mempunyai tinggi
badan 51 inch dan dibawah sedikit ekstrim memperoleh nilai 5 atau lebih
rendah.

2. STRENGTH (Kekuatan)

Kekuatan dapat ditunjukkan oleh dada (chest) yang dalam dan lebar
bila dilihat dari sebelah samping, sedang pada bagian muka, panjang
dengan muzzle dalam dan bagian yang bertulang. Pada kontes dapat
diperlihatkan kisaran kekuatan yang lemah sampai yang terkuat. Sapi
perah betina yang ekstrim dangkal bila dilihat dari samping dan sempit
dari pandangan depan, akan memperoleh nilai yang rendah.

7
3. BODY DEPTH (Kedalaman tubuh)

Shallow Intermediate Deep

Pembuat klasifikasi melakukan evaluasi pada bagian ini, terutama


yang dilihat adalah bagian rib cage. Sebagai contoh yang berkisar
antara bentuk dangkal sampai ke intermediate hingga ke bentuk yang
dalam. Hal ini penting sekali karena berhubungan langsung dengan
kapasitas dari sapi tersebut untuk mengkonsumsi sejumlah besar

8
raughage. Bila sapi tersebut mempunyai bentuk dangkal akan menerima
nilai lebih rendah, bila sapi yang bersangkutan mempunyai tubuh yang
dalam akan memperoleh nilai yang tinggi.

4. RUMP ANGEL (Sudut pantat)

Pins higher than Slight slope from Extreme slope


hooks hips to pins from hips to pins

Pada bagian ini dilakukan observasi dari samping untuk menentukan


bentuk sudut segitiga dari bagian rump yang ditunjukkan oleh tulang hip
dan pin. Bagian pin yang tinggi dari pada hips, bentuk yang demikian ini

9
disebut rump dalam keadaan miring. Ternak dalam keadaan seperti ini
memperoleh nilai antara 1-9. Sapi perah betina yang mempuanyai sloping
rump yang ekstrim dapat ditunjukkan pada gambar di atas.

5. THURL WIDTH (Lebar daerah pinggul)

Menentukan daerah pinggul dengan cara mengevaluasi daerah pelvic.


Daerah pinggul merupakan daerah yang sangat penting, karena hal ini ada
hubunganya dengan luas ruang pelvis yang dilewati pedet ketika
dilahirkan. Sapi betina lebarnya daerah pinggul memiliki nilai yang
berkisar antara 1-9.

6. REAR LEGS, SIDES VIEW (Kaki belakang, pandangan samping)

Posty In
Posty Intermediate set Sickle

Posty Intermediate set Sickle

Hocked-in Correct

10
Kaki belakang dievaluasi dari pandangan samping, karena hal ini
merupakan bagian yang perlu diperhatikan, mengingat berdiri merupakan
kekuatan dasar saat dikandang model free stall dan menunggu selama
proses pemerahan, yang akan menyebabkan adanya gangguan antara otot
dengan tendon pada kaki. Penilaian pada daerah ini sangat penting untuk
dijadikan sapi bibit.

7. FOOT ANGEL ( Sudut teracak)

Low Intermediate Steep

11
Penilaian sudut teracak sebagai dasar dari keterjalanan, dilihat dari sisi
samping. Sudut teracak yang rendah mempunyai nilai 1-4. Sapi yang
tergolong intermediate mempunyai nilai 5, sedang sudut yang ekstrim
mempunyai nilai 6-9. Bagian ini berhubungan dengan daya tahan dan
gerakan dari sapi yang bersangkutan.

8. FORE UDDER ATTACHMENT (Pelekatan ambing depan)

Loose Intermediate Strong

12
Nilai pada bagian ini ditentukan oleh observasi dari sebelah samping dan
ditentukan oleh kekuatan dari lateral ligament. Ambing yang kurang
pertautannya mempunyai nilai 1-4. Sapi yang termasuk intermediate
mempunyai nilai 5, sedang sapi perah yang mempunyai perlekatan ambing
yang baik mempunyai nilai 6-9. Hal ini sangat penting diperhatikan karena
erat hubungannya dengan terjadinya luka pada puting dan ambing, serta
sulit/mudahnya proses pemerahan.

9. REAR UDDER HEIGHT (Tinggi ambing belakang)

13
Low Intermediate High

Pada prinsipnya pertautan ambing belakang ditentukan oleh tingginya


ambing belakang. Sapi yang mempunyai pertautan ambing belakang
rendah menerima nilai 1-5, sedang sapi yang termasuk kategori
intermediate memperoleh nilai 5 dan sapi yang memiliki pertautan tinggi
secara ekstrim mempunyai nilai 6-9. Ambing belakang yang tinggi
menunjukkan bahwa ambing tersebut mempunyai kapasitas yang tinggi.

10. REAR UDDER WIDTH (Lebar ambing belakang)

14
Narrow Intermediate Wide

Lebar dari pertautan ambing belakang juga dapat ditentukan dari arah
belakang. Hal ini merupakan indikator dari kapasitas ambing dan
kemampuan dalam memproduksi susu.

11. UDDER SUPPORT ( Penunjang ambing)

Weak Intermediate Strong

Penunjang ambing dapat juga disebut celah ambing, yang dapat dievaluasi
oleh penampakan dasar ambing bagian belakang. Penilaian pada dasarnya
adalah kedalaman dari celah. Bagian ini merupakan bagian yang
terpenting karena ada hubunganya dengan penunjang ambing dan posisi
puting. Jika puting letaknya menyimpang akan mempersulit posisi
pemerahan.

12. UDDER DEPTH (Kedalaman ambing)

15
Deep Udder Udder floor Udder well
below hocks above hocks above hocks

Kedalaman ambing dapat diukur antara lantai dengan ambing yang


berhubungan dengan hock.

13. FRONT TEAT PLACEMENT, REAR VIEW (Letak puting, dilihat dari
belakang)

16
Wide placement Centrally placed Inside placement
on quarter on quarter on quarter

Letak puting bagian depan dapat diberi penilaian seperti pada puting
bagian belakang. Letak puting yang baik akan mempermudah pemerahan
dan mengurangi terjadinya luka.

14. TEATH LENGTH (panjang puting)

Panjang puting dapat diukur dari penampakan samping. Panjang puting 1 inch
atau kurang memperoleh 1-5. Sapi rata-rata memiliki panjang puting 2-2,5 inch.
Sedang puting yang panjangnya 4 inch atau lebih memperoleh nilai 1-4. Puting
yang agak panjang akan mempermudah pemerahan dan menimbulkan sedikit
infeksi mastitis dan luka.

Tugas
1. Amati dua ekor sapi perah betina yang sudah berproduksi dan umurnya
relatip sama.
a. Tanda-tanda bentuk umum sapi perah

17
b. Tanda tanda perangai pemerahan
c. Tanda-tanda kondisi kekuatan
d. Tanda-tanda kesangguapan makan banyak
e. Tanda-tanda penghasil susu yang subur
2. Berdasarkan penilaian saudara pilih sapi mana yang baik digunakan
untuk sapi perah yang produktif.
3. Untuk menguji obyektifitas penilaian saudara lakukanlah perabaan
pada bagian yang saudara nilai, dan cocokkan dengan hasil penilaian
saudara apakah sudah benar.

18
FORM PENLAIAN SAPI
Bagian Sapi Yang SAPI Ke- %
Dinilai 1 2 3 4
Frame 15 %
Stature
Rump
Thurls width = Rump
width
Front End
JUMLAH
Dairy Character 20 %
Ribs
Thighs
Withers
Neck
Chine
JUMLAH
Body Capacity 10 %
Rib width
Jarak antar Rib
Chest width
JUMLAH
Foot and Legs 15 %
Foot angel
Pastern
Rear leg
Side leg view
Hock
JUMLAH
Udder 40 %
Fore udder attachment
Rear udder height
Rear udder width
Udder support
Udder depth
Front teat placement
Teat length
JUMLAH
JUMLAH

19
Hasil Pengamatan dan Pembahasan

20
21
Kesimpulan

Daftar Pustaka

22
LEMBAR KERJA 3
PEMERIKSAAN BODY CONDITION SCORE

Body Condition Score (BCS) merupakan gambaran derajat kegemukan


pada ternak yang sering dikaitkan dengan berhasil tidaknya penerapan manajemen
pakan dalam suatu peternakan sapi perah. Tabel 2 menunjukkan BCS yang
diinginkan untuk berbagai tingkat laktasi dan berbagai umur heifer. Oleh karena
tiap individu kondisinya bervariasi maka ada variasi di antara sapi sapi tersebut
pada tingkat laktasi yang sama. Tetapi apabila ada seekor sapi yang sangat ekstrim
bedanya dari nilai yang disebutkan di tabel disarankan untuk mengubah
ransumnya.

Table II. Desired and reasonable body condition scores of dairy cattle at
critical times.
Time of scoring Desired score Reasonable range
Cows
Calving 3.5 3.0 - 4.0
Peak Milk 2.0 1.5 - 2.0
Mid-lactation 2.5 2.0 - 2.5
Dry Off 3.5 3.0 - 3.5
Heifers
6 Months 2.5 2.0 - 3.0
Breeding 2.5 2.0 - 3.0
Calving 3.5 3.0 - 4.0

Examples of body condition scores


Body Condition
Score 1
Rump Area: Deep
cavity around tailhead.
No fatty tissue felt
between pins. Pelvic
bone easily felt. Skin
is supple.
Body
Loin Area: Ends of
Condition
short ribs sharp to
Score 1
touch. Upper surfaces
can be felt easily.
Deep depression in
loin.
Cows after having a
severe DA are
typically scored a 1.

23
Body Condition
Score 2
Rump Area: Shallow
cavity lined with fatty
tissue at tailhead.
Some fatty tissue felt
under pin bone. Pelvis
easily felt.
Body
Loin Area: Ends of
Condition
short ribs feel
Score 2
rounded. Upper
surface felt with slight
pressure. Depression
visible in loin.
High-producing, early
lactation cows should
score 2.

Body Condition
Score 3
Rump Area: No
visible cavity around
tailhead. Fatty tissue is
easily felt over whole
rump. Skin appears
Body
smooth. Pelvis is felt
Condition
with slight pressure.
Score 3
Loin Area: Ends of
short ribs can be felt
with pressure. There is
a thick layer of tissue
on top. There is only a
slight depression in
the loin.
Body Body Condition
Condition Score 4
Score 4 Rump Area: Folds of
fatty tissue are visible
around tailhead.
Patches of fat are
present around the pin
bones. Pelvis is felt
only with firm
pressure.
Loin Area: Short ribs
cannot be felt even
with firm pressure. No
depression is visible in

24
loin between
backbone and hip
bone.
Body Condition
Score 5
Rump Area: Tailhead
is buried in fatty
tissue. Skin is
distended. No part of
Body pelvis can be felt even
Condition with firm pressure.
Score 5 Loin Area: Folds of
fatty tissue over short
ribs. Bone structures
cannot be felt.
These cows are good
candidates for fat cow
syndrome.

How do I Score a Cow?


In dairy cattle, we rank cows on a scale of 1 (very thin) to 5 ( very fat). The parts
of the cow's body we need to focus on is the rear end of the animal: primarily the
area around the hips, (the hook bones), the pin bones and the tail-head

The chart below should help you determine a score for your cow. Some people
like to start with the drawing an "imaginary" line between the hook and the pin
bone as the first point of decision. If the line forms a "V", the score will be less or
equal to three. If the line forms a "U", the score will be three or above. I prefer to
use a combination of at least two factors to help me make my mind up.

25
Tugas:
Amati dan raba dengan tekanan, tepat pada daerah loin, rump, tailhead,
pin bone, thurl dan hook (hip) bone. Bandingkan hasil pemeriksaan anda dengan
Dairy Herd BCS Cart berikut dan lakukan diskusi dan penilaian (apakah
manajemn pemberian pakan dilokasi praktikum sudah sesuai dengan standart)

26
Hasil Pengamatan dan Pembahasan

27
Kesimpulan

Daftar Pustaka

28
LEMBAR KERJA 4
MEMANDIKAN / MEMBERSIHKAN BAGIAN LUAR TUBUH SAPI

Dalam rangka untuk menjaga kesehatan kulit dan mutu produksi susu sapi
perah maka setiap kotoran maupun debu dan rambut yang lepas harus dibersihkan
dengan cara menyikat (gromming) maupun memandikan bila mana diperlukan.
Memandikan ternak perah sebaiknya dilakukan pada pagi hari, untuk selanjutnya
ternak perah dilepas di tempat exercise atau dijemur di bawah sinar matahari
selama 1-2 jam. Bila menggunakan sabun maka hindarkan air sabun tersebut dari
mata untuk menghindari stres pada ternak. Penggunaan sikat dari bahan plastik
maupun ijuk harus dilakukan secara bijaksana, sebaiknya searah dengan
tumbuhnya rambut atau bulu, hindarkan penggosokan yang terlalu kuat yang
dapat menimbulkan luka. Bila ada kotoran yang sulit dibersihkan, maka lakukan
pembersihan dengan sabar, bila perlu tenak harus dibasahi atau diguyur dengan air
agar kotoran jadi lunak dan baru dilakukan penyikatan. Rambut yang terlalu
panjang disekitar ambing dan kedua kaki belakang sebaiknya dipotong secara
teratur. Kebersihan kulit dan rambut diharapkan dapat menjamin kesehatan kulit
dan kesehatan susu. Hindarkan tetesan air membasahi puting terlalu lama untuk
mencegah masuknya kuman ke puting yang dapat menimbulkan mastitis.
Alat dan bahan:
1. Sikat
2. Ember / selang
3. Sabun cuci
4. Air bersih
5. Tali pengikat sapi / ekor
6. Termometer
Cara Pelaksanaan
1. Bersihkan alat dan bahan yang digunakan
2. Bersihkan pakan / kotoran di sekitar ternak
3. Periksa tali pengikat ekor sapi
4. Periksa respiration rate dan suhu rektal
5. Guyur sapi dengan air bersih dari arah belakang ke depan hingga
seluruh permukaan tubuh basah
6. Ambil sikat dan bersihkan bagian tubuh yang kotor termasuk lipatan
paha, sekitar ambing dan celah kuku (gunakan sabun bila perlu)
7. Bilas dengan air bersih dan lakukan penjemuran (jangan lupa melepas
tali pengikat ekor) agar kulit kering dan mendapat kesempatan
exercise.
8. Bila kasus mastitis cukup tinggi kejadiannya lakukan perendaman
puting dengan biocid atau preparat lain sebelum ternak di jemur.
Periksa respiration rate dan rectal temperature serta air liurnya, selanjutnya
ternak segera dimasukkan ke kandang atau tempat yang teduh manakala sinar
matahari mulai terik dan ternak kepanasan.

29
Hasil Pengamatan dan Pembahasan

30
Kesimpulan

Daftar Pustaka

31
LEMBAR KERJA 5
PERKANDANGAN SAPI PERAH

Dalam melakukan rancang bangun kandang dan perlengkapannya seyogyanya :


1. Dapat memperkecil kebutuhan tenaga kerja
2. Dapat menghemat pemakaian peralatan
3. Dapat memungkinkan untuk dilakukan pengembangan dimasa depan
Pada prinsipnya fungsi kandang sapi perah di daerah tropis antara lain:
1. Memisahkan ternak ke dalam suatu lokasi yang khusus agar tidak
menimbulkan gangguan pada lingkungan sekitar, misalnya
pemukiman, tanaman pangan dan pengguna lahan untuk kepentingan
lainnya.
2. Memberi perlindungan ternak dari radiasi matahari dan stress panas.
3. Melindungi ternak dari hujan lebat, angin kencang, khususnya pada
periode tertentu pada musim penghujan.
4. Membuat lingkungan kandang yang dapat memberi kenyamanan pada
ternak dan peternak dalam melakukan kegiatannya sehari-hari.
Webster (1987) menegaskan bahwa kebutuhan lingkungan yang pokok untuk
menjamin tercapainya tingkat produksi yang optimal, kesehatan dan kesejahteraan
ternak, maka dibutuhkan kondisi kandang yang nyaman (berkaitan dengan fisik
dan suhu) dan kepuasan bertingkah laku.
Rancang bangun dan rekayasa kandang sapi perah tidak saja penting ditinjau
dari kepentingan ternak tetapi juga untuk kepentingan peternak serta masyarakat
sekitarnya.

Alat dan bahan:


1. Pensil
2. Meteran
3. Selang air transparan (0,25 dim, 5 m)
4. Kertas gambar
5. Jangka
6. Penggaris
7. Thermometer
8. Higrometer
9. Obat nyamuk bakar (secukupnya)
Tugas:
1. Buat gambar sapi perah lengkap dengan bagian bagiannya secara
proporsional dengan skala 1:50 pada kertas gambar yang sesuai.
Perhatikan perbedaan ukuran atau kemiringan lantai untuk kandang
pedet, sapi dara, laktasi, kering bunting tua, pejantan, karantina,
kandang kawin, kamar susu, exercise yard, jaraknya dengan gudang
pakan, sumber air minum dan kantor.
2. Perhatikan / ukur kemiringan lantai dan selokan kandang untuk pedet,
sapi dara, laktasi, kering bunting tua, pejantan, karantina, kandang
kawin, kamar susu, exercise yard.
3. Perhatikan sirkulasi udara kandang. Gunakan asap obat nyamuk bakar.
Evaluasi kecepatan aliran udaranya (Gunakan standart yang

32
dikemukakan olegh Mc.Dowell 1972 dalam improvement of livestock
in warm climates halaman 41).
4. Ukur suhu kelembaban udara pada jam 06.00, 12.00 dan 18.00 pada
ketinggian 150 cm dari lantai (tinggi sapi Friesian 150 cm).
5. Ukur statistik vital ternak perah misalnya : ukur tinggi, panjang badan,
lingkar dada (ditarik dengan tegangan 5 kg) masing masing sapi
yang ada pada kategori kandang yang anda ukur.
6. Perhatikan tata air dan limbah, pola penanganan limbahnya dan
gambar tempat penimbunan akhir limbah (buat skema pengelolaan
limbahnya).
7. Bandingkan dengan pustaka dan tarik kesimpulannya.
Catatan:
- Lakukan tugas anda dengan baik dan buat laporannya dengan diskusi dan
simpulkan.
- Setiap kelompok mempersiapkan dan bertanggung jawab atas alat yang
diperlukan / digunakan masing-masing.

33
Hasil Pengamatan dan Pembahasan

34
Kesimpulan

Daftar Pustaka

35
LEMBAR KERJA 6
MEMBERSIHKAN KANDANG

Kebersihan kandang hendaknya selalu dipelihara setiap saat untuk


menjamin kesehatan ternak, masyarakat maupun lingkungan. Pembersihan
kandang penting dilakukan setiap saat secara teratur. Sisa pakan, sisa susu,
kotoran ternak dan air kencing serta bahan lain seperti botol / bungkus / kemasan
obat dan makanan baik yang biodegradable perlu dibersihkan dari lingkungan
kandang untuk menghindari pencemaran lingkungan maupun sarang lalat dan
tikus serta hewan maupun mikroorganisme yang lain. Kandang yang tercemar
dapat mencemari susu maupun menjadi media untuk tumbuh mikroorganisme
yang dapat menggangu kesehatan masyarakat konsumen.
Alat dan bahan:
1. Sekop
2. Sapu lidi
3. Sikat lantai
4. Ember atau selang
5. Sumber air bersih
6. Gerobak sampah
7. Cangkul
8. Karung plastik

Tugas:
1. Bersihkan tempat pakan dan minum dari sisa pakan dengan alat yang
sesuai. Masukkan sisa pakan ke dalam karung plastik (timbang)
dengan menggunakan gerobak, buang di tempat yang telah ditentukan.
2. Bersihkan lantai dan dinding kandang dengan sekop, cangkul, sikat
dan sapu. Timbang kotoran ternak dan masukkan ke dalam gerobak
sampah dan buang di tempat yang ditentukan. Semprot atau guyur
dengan air bersih bagian kandang yang masih kotor sambil disikat atau
digosok dengan sapu bila perlu (hitung jumlah air yang digunakan).
3. Evaluasi semua kegiatan.

36
Hasil Pengamatan dan Pembahasan

37
Kesimpulan

Daftar Pustaka

38
LEMBAR KERJA 7
PENGELOLAAN LIMBAH

Pada peternakan dengan pola tradisional sering di jumpai terjadinya


masalah yang terkait dengan saluran drainase dan penanganan limbah.
Penanganan limbah seharusnya sudah diperhitungkan pada saat melakukan
rancang bangun kandang sapi perah agar di kemudian hari tidak menjadi masalah
serius bagi pencemaran lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan pada
masyarakat sekitar. Limbah seyogyanya dapat dikelola sedemikian rupa sehingga
dapat memperkecil terjadinya pencemaran bahkan harus diupayakan dapat
memberikan manfaat bagi perusahaan misalnya pemanfaatan sebagai pupuk
hijauan pakan ternak, kompos, sumber energi maupun pakan ternak.

Tugas:
1. Hitung jumlah limbah yang harus dikelola perusahaan susu setiap hari
(bedakan macam limbahnya).
2. Hitung panas yang muncul dari proses fermentasi limbah peternakan
dalam waktu 24 jam (bedakan limbah hijauan, konsentrat, kotoran
ternak, urine, maupun kompos) buat percobaannya.
3. Amati pengelolaan limbah di perusahaan susu tempat praktikum anda.
4. Kelola limbah di tempat praktek dengan bimbingan pertugas.
5. Buatlah alternatip pengelolaan limbah berikut alasannya.
6. Bersihkan dan kembalikan alat yang digunakan.

Hasil dan Pembahasan

39
Kesimpulan

Daftar Pustaka

40
DAFTAR PUSTAKA

- Bath, D. L., F. N. Dickenson, H. A. Tucker and R. D. Apple. 1985. Dairy


Cattle: Principles, Practices, Problems, profit. Third Ed. Lea &
Febiger. Philadelphia.
- Chamberlain, A. 1989. Milk Prodaction in the Tropics. Longman Scientific
and Technical. Kualalumpur.
- Hardjosubroto, W., 1990. Pola Operasioanl Pelaksanaan perbaikan Mutu
Genetik sapi Perah. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta
- Nickerson, S.C., J.L. Watts, R. L. Boddie and C. H Ray. 1990. Effect of
Postmilkking test Antiseptic on Teat Canal Infection In lactating dairy
Cows. J. Dairy Sci., 73:373-380
- Rodenburg, J. 1996. Body Ciondition Scoreing of dairy cattle.
http://search. gov.on.ca:8002/compass?view-template=simple
- Sarwiyono, R. de Jong. 1992. Housing and practical farm Management.
Post graduate Program Specialization Animal Feeding KPK UGM-
UNIBRAW AH Project.
- Sarwiyono, P. Surjowardjoyo dan T. S. Susilorini. 1990. Manajemen
Produksi ternak perah. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.
Malang.
- Webster. J. 1997. Understanding the dairy cow. B. s. p. professional
Books. London.

41

Anda mungkin juga menyukai