Anda di halaman 1dari 43

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Proyek
Proyek merupakan suatu kegiatan usaha yang kompleks,
sifatnya tidak rutin,memiliki keterbatasan derhadap waktu,
anggaran dan sumber daya serta memiliki spesifikasi sendiri
atas produk yang akan di hasilkan. Dengan adanya
keterbatasan keterbatasan dalam mengerjakan suatu
proyek, maka organisasi proyek sangat di butuhkan untuk
mengatur sumberdaya yang dimiliki agar dapat melakukan
aktivitas aktivitas yang singkronsehingga tujuan proyek
dapat teercapai.
Pengertian proyek menurut beberapa ahli sebagai
berikut:
1. Heizer dan Render (1006:81) menjelaskan bahwa
proyek dapat didefinisikan sebagai sederetan
tugas yang di arahkan pada suatu hasil utama.
2. Nurhayati (2010:4) menjelaskan sebuah proyek
dapat di artikan sebagai upaca atau aktifitas yang
di organisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran,
dan harapan harapan penting dengan
menggunakan anggaran dana serta sumber daya
yang tersedia, yang harus di selsaikan dalam
jangka waktu tertentu.
B. Pengertian Pondasi
Pondasi merupakan struktur bawah dari suatu bangunan
diatas tanah yang bertugas untuk memikul bangunan
diatasnya.Seluruh muatan (beban) dari bangunan,termasuk
beban beban yang bekerja pada bangunan dan berat pondasi
sendiri,harus dipindahkan atau diteruskan oleh pondasi ke
tanah dasar dengan sebaik-baiknya .(Ali Asroni,2010).

5
6

Pondasi merupakan bagian dari suatu sistem rekayasa


yang meneruskan beban yang ditopang oleh pondasi dan
beratnya sendiri ke dalam tanah dan batuan yang ada
dibawahnya.(Joseph E.Bowles,1992).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa fungsi pondasi yakni
memikul beban diatasnya maupun beban pondasi itu sendiri
dan meneruskannya ke dalam tanah keras.
Pondasi digolongkan menjadi dua yaitu pondasi dalam
dan pondasi dangkal. Proyek Apartmen Satoria Tower
menggunakan pondasi dalam yaitu pondasi tiang pancang.

C. Pondasi Dalam
Kategori pondasi dalam yaitu :
1. Penggunaan pondasi dalam sebagai pondasi bangunan
apabila tanah yang berada dibawah dasar bangunan
tidak mempunyai daya dukung (bearing capacity) yang
cukup untuk memikul berat bangunan beban yang
bekerja padanya (Sardjono HS, 1988).
2. Apabila tanah yang mempunyai daya dukung yang
cukup untuk memikul berat bangunan dan seluruh beban
yang bekerja berada pada lapisan yang sangat dalam dari
permukaan tanah kedalaman > 8 m. (Bowles, 1991).
D. Pondasi Tiang Pancang
Pondasi tiang pancang (pile foundation) adalah bagian dari
struktur yang digunakan untuk menerima dan mentransfer
(menyalurkan) beban dari struktur atas ke tanah penunjang
yang terletak pada kedalaman tertentu. Tiang pancang
bentuknya panjang dan langsing yang menyalurkan beban ke
tanah yang lebih dalam. Bahan utama dari tiang adalah kayu,
baja (steel), dan beton. Tiang pancang yang terbuat dari
bahan ini adalah dipukul, dibor atau di dongkrak ke dalam
tanah dan dihubungkan dengan pile cap (poer). Tergantung
7

juga pada tipe tanah, material dan karakteristik penyebaran


beban tiang pancnag diklasifikasikan berbeda-beda.
Struktur yang menggunakan pondasi tiang pancang
apabila tanah dasar tidak mempunyai kapasitas daya pikul
yang memadai. Kalau hasil pemeriksaan tanah menunjukkan
bahwa tanah dangkal tidak stabil dan kurang keras apabila
besarnya hasil estimasi penurunan tidak dapat diterima
pondasi tiang pancang dapat menjadi bahan pertimbangan.
Lebih jauh lagi, estimasi biaya dapat menjadi indicator
bahwa pondasi tiang pancang biayanya lebih murah
daripada jenis pondasi yang lain dibandingkan dengan biaya
perbaikan tanah.
Dalam pelaksanaan pemancangan pada umumnya
dipancangkan tegak lurus dalam tanah, tetapi ada juga
dipancangkan miring (battle pile) untuk dapat menahan
gaya-gaya horizontal yang bekerja. Hal seperti ini sering
terjadi pada dermaga dimana terdapat tekanan kesamping
dari kapal dan perahu. Sudut kemiringan yang dapat dicapai
oleh tiang tergantung dari alat yang dipergunakan serta
disesuaikan pula dengan perencanaannya.
8

Keuntungan menggunakan pondasi Primary Pile dan


Secondary Pile :
1. Pengerjaannya relatif cepat dan pelaksanaannya
juga relatif lebih mudah.
2. Cocok sebagai penahan kekuatan dinding.
3. Kualitas pondasi terjamin. Pondasi yang digunakan
mempunyai kualitas bahan yang dapat dikontrol
sesuai dengan kebutuhan, serta kualitasnya
seragam. (kontrol kualitas/kondisi fisik pondasi
dapat dilakukan sebelum dilakukan bor).
4. Dapat langsung diketahui daya dukung pondasinya,
karena wajib dilakukan loading test sebelum
pembuatan pondasi. Loading test merupakan
pengujian pondasi dengan menggunakan beban
static (asli). Tiang pondasi yang akan diuji dibebani
menggunakan blok beton. Di atas tiang pondasi
yang akan ditest dipasang pompa hidrolik yang
9

kemudian tersambung dengan plat baja yang


menumpu blok beton.
5. Cocok untuk kedalaman lebih dari 6 meter.
6. Digunakan pada tanah jenis non-kohesif.

Kerugian menggunakan pondasi Primary Pile dan


Seconday Pile :
1. Biaya lebih mahal.
2. Polusi suara yang keras bila menggunakan drop
hammer ( Zoomlion dan Bauer ).
3. Dapat menimbulkan getaran tanah yang akan
mengganggu proses pengecoran beton didekatnya,
maka dari itu proses pembuatan tahap titik
pengeboran pondasi bila pondasi satu selesai akan
berjarak kurang lebih lima kali jarak pondasi yang
sedang dicor.
E. Kriteria dan Jenis Pondasi Tiang Pancang.
Dalam perencanaan pondasi suatu kontruksi dapat
digunakan beberapa macam tipe pondasi. Pemilihan tipe
pondasi yang digunakan berdasarkan atas beberapa hal,
yaitu:
Fungsi bangunan atas yang akan di pikul oleh
pondasi tersebut;
Besarnya beban dan beratnya bangunan atas;
Kondisi tanah tempat bangunan berdiri;
Biaya pondasi dibandingkan dengan bangunan
atas.
Kriteria pemakaian tiang pancang dipergunakan untuk
suatu pondasi bangunan pada kondisi:
Tanah dasar di bawah bangunan tidak
mempunyai daya dukung (misalnya
pembangunan lepas pantai),
10

Tanah dasar di bawah bangunan tidak mampu


memikul bangunan yang ada diatasnya atau
tanah keras yang mampu memikul beban
tersebut jauh dari permukaan tanah,
Pembangunan diatas tanah yang tidak rata,
Memenuhi kebutuhan untuk menahan gaya
desak keatas (uplift).
Pondasi tiang pancang dapat digolongkan berdasarkan
pemakaian bahan, cara tiang meneruskan beban dan cara
pemasangannya:

1. Pondasi tiang pancang berdasarkan pemakaian bahan


dan karakteristik strukturnya.
Tiang pancang dapat dibbagi kedalam beberapa kategori
(Bowles, 1991) antara lain:
a. Tiang Pancang Kayu
Tiang pancang dengan bahan material kayu
dapat digunakan sebagai tiang pancang pada suatu
dermaga. Tiang pancang kayu dibuat dari batang
pohon yang cabang-cabangnya telah dipotong
dengan hati-hati, biasanya diberi bahan pengawet
dan didorong dengan ujungnya yang kecil sebagai
bagian yang runcing. Kadang-kadang ujungnya yang
besar didorong untuk maksud-maksud khusus,
seperti dalam tanah yang sangat lembek dimana
tanah tersebut akan bergerak kembali melawan
poros. Kadang kala ujungnya runcing dilengkapi
dengan sebuah sepatu pemancangan yang terbuat
dari logam bila tiang pancang harus menembus
tanah keras atau tanah kerikil.
Pemakaian tiang pancang kayu ini adalah cara
tertua dalam penggunaan tiang pancang sebagai
11

pondasi. Tiang kayu akan tahan lama dan tidak


mudah busuk apabila tiang kayu tersebut dalam
keadaan selalu terendam penuh di bawah muka air
tanah. Tiang pancang dari kayu akan lebih cepat
rusak atau busuk apabila dalam keadaan kering dan
basah yang selalu berganti-ganti. Sedangkan
pengawetan serta pemakaian obat-obatan pengawet
untuk kayu hanya akan menunda atau
memperlambat kerusakan daripada kayu, akan tetapi
tetap tidak akan dapat melindungi untuk seterusnya.
Tiang pancang kayu ini sangat cocok untuk daerah
rawa dan daerah-daerah dimana sangat banyak
terdapat hutan kayu seperti daerah Kalimantan,
sehingga mudah memperoleh balok/tiang kayu yang
panjang dan lurus dengan diameter yang cukup
besar untuk digunakan sebagai tiang pancang.
Persyaratan dari tiang pancang tongkat kayu
tersebut adalah : bahan kayu yang dipergunakan
harus cukup tua, berkualitas baik dan tidak cacat,
contohnya kayu berlian. Semula tiang pancang kayu
harus diperiksa terlebih dahulu sebelum dipancang
untuk memastikan bahwa tiang pancang kayu
tersebut memenuhi ketentuan dari bahan dan
toleransi yang diijinkan. Semua kayu lunak yang
digunakan untuk tiang pancang memerlukan
pengawetan, yang harus dilaksanakan sesuai dengan
AASHTO M133 86 dengan menggunakan instalasi
peresapan bertekanan.
Bilamana instalasi semacam ini tidak tersedia,
pengawetan dengan tangki terbuka secara panas dan
dingin, harus digunakan. Beberapa kayu keras dapat
digunakan tanpa pengawetan, tetapi pada
12

umumnya, kebutuhan untuk mengawetkan kayu


keras tergantung pada jenis kayu dan beratnya
kondisi pelayanan.
Keuntungan pemakaian tiang kayu:
Tiang pancang dari kayu relatif lebih
ringan sehingga mudah dalam
pengangkutan.
Kekuatan tarik besar sehingga pada
waktu pengangkatan untuk
pemancangan tidak menimbulkan
kesulitan seperti misalnya pada tiang
pancang beton precast.
Mudah untuk pemotongannya apabila
tiang kayu ini sudah tidak dapat masuk
lagi ke dalam tanah.
Tiang pancang kayu ini lebih baik untuk
friction pile dari pada untuk end bearing
pile sebab tegangan tekanannya relatif
kecil
Karena tiang kayu ini relatif flexible
terhadap arah horizontal dibandingkan
dengan tiang-tiang pancang selain dari
kayu, maka apabila tiang ini menerima
beban horizontal yang tidak tetap, tiang
pancang kayu ini akan melentur dan
segera kembali ke posisi setelah beban
horizontal tersebut hilang.
Kerugian pemakaian tiang kayu:
Karena tiang pancang ini harus selalu
terletak di bawah muka air tanah yang
terendah agar dapat tahan lama, maka
kalau air tanah yang terendah itu
letaknya sangat dalam, hal ini akan
menambah biaya untuk penggalian.
Tiang pancang yang di buat dari kayu
mempunyai umur yang relatif kecil di
13

bandingkan dengan tiang pancang yang


di buat dari baja atau beton terutama
pada daerah yang muka air tanahnya
sering naik dan turun.
Pada waktu pemancangan pada tanah
yang berbatu (gravel) ujung tiang
pancang kayu dapat berbentuk berupa
sapu atau dapat pula ujung tiang
tersebut hancur. Apabila tiang kayu
tersebut kurang lurus, maka pada waktu
dipancangkan akan menyebabkan
penyimpangan terhadap arah yang telah
ditentukan.
Tiang pancang kayu tidak tahan
terhadap benda-benda yang agresif dan
jamur yang menyebabkan kebusukan.
b. Tiang Pancang Beton.
1. Precast Reinforced Concrete Pile
Precast renforced concrete pile adalah
tiang pancang dari beton bertulang yang
dicetak dan dicor dalam acuan beton
(bekisting), kemudian setelah cukup kuat
lalu diangkat dan dipancangkan. Karena
tegangan tarik beton adalah kecil dan praktis
dianggap sama dengan nol, sedangkan berat
sendiri dari pada beton adalah besar, maka
tiang pancang beton ini haruslah diberi
penulangan-penulangan yang cukup kuat
untuk menahan momen lentur yang akan
timbul pada waktu pengangkatan dan
pemancangan. Karena berat sendiri adalah
besar, biasanya pancang beton ini dicetak
dan dicor di tempat pekerjaan, jadi tidak
membawa kesulitan untuk transport.
14

Tiang pancang ini dapat memikul beban


yang besar (>50 ton untuk setiap tiang), hal
ini tergantung dari dimensinya. Dalam
perencanaan tiang pancang beton precast ini
panjang dari pada tiang harus dihitung
dengan teliti, sebab kalau ternyata panjang
dari pada tiang ini kurang terpaksa harus
dilakukan penyambungan, hal ini adalah
sulit dan banyak memakan waktu.

Keuntungan pemakaian Precast Concrete


Reinforced Pile:
Precast Concrete Reinforced Pile ini
mempunyai tegangan tekan yang besar,
hal ini tergantung dari mutu beton yang
di gunakan.
Tiang pancang ini dapat di hitung baik
sebagai end bearing pile maupun friction
pile.
15

Karena tiang pancang beton ini tidak


berpengaruh oleh tinggi muka air tanah
seperti tiang pancang kayu, maka disini
tidak memerlukan galian tanah yang
banyak untuk poernya.
Tiang pancang beton dapat tahan lama
sekali, serta tahan terhadap pengaruh air
maupun bahan-bahan yang corrosive
asal beton dekkingnya cukup tebal untuk
melindungi tulangannya.

Kerugian pemakaian Precast Concrete


Reinforced Pile:

Karena berat sendirinya maka


transportnya akan mahal, oleh karena itu
Precast reinforced concrete pile ini di
buat di lokasi pekerjaan.
Tiang pancang ini di pancangkan setelah
cukup keras, hal ini berarti memerlukan
waktu yang lama untuk menunggu
sampai tiang beton ini dapat
dipergunakan.
Bila memerlukan pemotongan maka
dalam pelaksanaannya akan lebih sulit
dan memerlukan waktu yang lama.
Bila panjang tiang pancang kurang,
karena panjang dari tiang pancang ini
tergantung dari pada alat pancang ( pile
driving ) yang tersedia maka untuk
melakukan panyambungan adalah sukar
16

dan memerlukan alat penyambung


khusus.

2. Precast Prestressed Concrete Pile

Precast Prestressed Concrete Pile adalah


tiang pancang dari beton prategang yang
menggunakan baja penguat dan kabel kawat
sebagai gaya prategangnya.

Keuntungan pemakaian Precast


Prestressed Concrete Pile.

Kapasitas beban pondasi yang


dipikulnya tinggi.
Tiang pancang tahan terhadap karat.
Kemungkinan terjadinya
pemancangan keras dapat terjadi.

Keuntungan pemakaian Precast


Prestressed Concrete Pile.

Pondasi tiang pancang sukar


untuk ditangani.
Biaya permulaan dari
pembuatannya tinggi.
Pergeseran cukup banyak
sehingga prategang sukar untuk
disambung

3. Cast in Place Pile

Pondasi tiang pancang tipe ini adalah


pondasi yang di cetak di tempat dengan jalan
17

dibuatkan lubang terlebih dahulu dalam


tanah dengan cara mengebor tanah seperti
pada pengeboran tanah pada waktu
penyelidikan tanah. Pada Cast in Place ini
dapat dilaksanakan dua cara:

Dengan pipa baja yang


dipancangkan ke dalam tanah,
kemudian diisi dengan beton
dan ditumbuk sambil pipa
tersebut ditarik keatas.

Dengan pipa baja yang di


pancangkan ke dalam tanah,
kemudian diisi dengan beton,
sedangkan pipa tersebut tetap
tinggal di dalam tanah.

Keuntungan pemakaian Cast in Place:

Pembuatan tiang tidak


menghambat pekerjan.
Tiang ini tidak perlu diangkat,
jadi tidak ada resiko rusak dalam
transport.
Panjang tiang dapat disesuaikan
dengan keadaan dilapangan.
Kerugian pemakaian Cast in Place:

Pada saat penggalian lubang,


membuat keadaan sekelilingnya
menjadi kotor akibat tanah yang
18

diangkut dari hasil pengeboran


tanah tersebut.
Pelaksanaannya memerlukan
peralatan yang khusus.
Beton yang dikerjakan secara
Cast in Place tidak dapat
dikontrol.
F. Proses pelaksanaan pemancangan

Dibidang teknologi sangat berperan dalam suatu proyek


konstruksi. Umumnya, aplikasi teknologi ini banyak
diterapkan dalam metode pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat dan aman,
sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu
proyek konstruksi. Sehingga target waktu, biaya dan mutu
sebagaimana ditetapkan dapat tercapai.

Langkah langkah dari pekerjaan untuk dimensi


linkaran / ukuran dan tiang pancang:

1. Menghitung daya dukung yang didasarkan pada


karakteristik tanah dasar yang diperoleh dari
penyelidikan tanah. Dari sini, kemudian dihitung
kemungkinan nilai daya dukung yang diizinkan
pada berbagai kedalaman, dengan memperhatikan
faktor aman terhadap keruntuhan daya dukung yang
sesuai, dan penurunan yang terjadi harus tidak
berlebihan.
2. Menentukan kedalaman, tipe, dan dimensi
pondasinya. Hal ini dilakukan dengan jalan memilih
kedalaman minimum yang memenuhi syarat
keamanan terhadap daya dukung tanah yang telah
dihitung. Kedalaman minimum harus diperhatikan
terhadap erosi permukaan tanah, pengaruh
perubahan iklim, dan perubahan kadar air. Bila tanah
19

yang lebih besar daya dukungnya berada dekat


dengan kedalaman minimum yang dibutuhkan
tersebut, dipertimbangkan untuk meletakkan dasar
pondasi yang sedikit lebih dalam yang daya dukung
tanahnya lebih besar. Karena dengan peletakan dasar
pondasi yang sedikit lebih dalam akan mengurangi
dimensi pondasi, dengan demikian dapat
menghemat biaya pembuatan pelat betonnya.
3. Ukuran dan kedalaman pondasi yang ditentukan
dari daya dukung diizinkan dipertimbangkan
terhadap penurunan toleransi. Bila ternyata hasil
hitungan daya dukung ultimit yang dibagi faktor
aman mengakibatkan penurunan yang berlebihan,
dimensi pondasi diubah sampai besar penurunan
memenuhi syarat

Tahapan pekerjaan pondasi tiang pancang adalah sebagai


berikut:

a) Pekerjaan persiapan

1. Membubuhi tanda, tiap tiang pancang harus


dibubuhi tanda serta tanggal saat tiang tersebut
dicor. Titik-titik angkat yang tercantum pada gambar
harus dibubuhi tanda dengan jelas pada tiang
pancang. Untuk mempermudah perekaan, maka
tiang pancang diberi tanda setiap 1 meter.
2. Pengangkatan/pemindahan, tiang pancang harus
dipindahkan/diangkat dengan hati-hati sekali guna
menghindari retak maupun kerusakan lain yang
tidak diinginkan.
3. Rencanakan final set tiang, untuk menentukan pada
kedalaman mana pemancangan tiang dapat
dihentikan, berdasarkan data tanah dan data jumlah
pukulan terakhir (final set).
20

4. Rencanakan urutan pemancangan, dengan


pertimbangan kemudahan manuver alat. Lokasi
stock material agar diletakkan dekat dengan lokasi
pemancangan.
5. Tentukan titik pancang dengan theodolith dan tandai
dengan patok.
6. Pemancangan dapat dihentikan sementara untuk
peyambungan batang berikutnya bila level kepala
tiang telah mencapai level muka tanah sedangkan
level tanah keras yang diharapkan belum tercapai.
Proses penyambungan tiang :
a. Tiang diangkat dan kepala tiang dipasang
pada helmet seperti yang dilakukan pada
batang pertama.
b. Ujung bawah tiang didudukkan diatas
kepala tiang yang pertama sedemikian
sehingga sisi-sisi pelat sambung kedua tiang
telah berhimpit dan menempel menjadi satu.
c. Penyambungan sambungan las dilapisi
dengan anti karat
d. Tempat sambungan las dilapisi dengan anti
karat.
7. Selesai penyambungan, pemancangan dapat
dilanjutkan seperti yang dilakukan pada batang
pertama. Penyambungan dapat diulangi sampai
mencapai kedalaman tanah keras yang ditentukan.
8. Pemancangan tiang dapat dihentikan bila ujung
bawah tiang telah mencapai lapisan tanah
keras/final set yang ditentukan.
9. Pemotongan tiang pancang pada cut off level yang
telah ditentukan.
b) Proses Pengangkatan
21

Menggunakan Alat Hydraulic Jacking


1. Proses awal dari pemasangan tiang dengan sistem
tekan , posisikan alat Hydraulic Jacking unit pada
koordinat yang ditentukan , check keadaan
Hydraulic Jacking unit dalam keadaan rata dengan
bantuan alat Nivo yang terdapat dalam ruang
operator dibantu dengan alat waterpass yang
diletakkan pada posisi chasis panjang.
2. Selanjutnya setelah kondisi Hydraulic Jacking unit
tepat pada posisinya , tiang pancang dimasukan
kedalam alat penjepit , kemudian posisikan tiang
pancang tepat pada koordinat telah ditentukan ,
kontrol posisi tiang pada arah tegak dengan bantuan
waterpass . setelah semuanya terpenuhi selanjutnya
dilakukan penjepitan tiang dengan tekanan
maksimum 20 Mpa dibaca pada manometer
3. Setelah penjepitan dilakukan , kemudian lakukan
penekanan tiang pancang dengan menggunakan 2
cylinder jack, selanjutnya dilakukan penekanan
dengan menggunakan 4 cylinder jack , sampai
mencapai daya dukung yang diijinkan . dalam proses
pemancangan tiang harus dicatat (pilling record)
tekanan yang timbul vs kedalaman tiang tertanam.
Selama proses pemancangan tersebut lakukan
pengukuran kembali posisi as tiang terhadap titik
bantu gunakan format 01. ( tiap 2 meter kedalaman
tiang tertanam).
4. Apabila dalam proses pemancangan tiang ternyata
tiang tersebut tidak dapat ditekan lagi ,sehingga
mengakibatkan tiang terdapat sisa diatas permukaan
tanah, maka tiang tersebut harus dipotong rata tanah
untuk memberikan jalan kerja bagi Hydraulic Jacking
22

unit untuk berpindah ketitik yang lain. Untuk


mengetahui bahwa pemancangan tian sudah sesuai
dengan daya dukung yang ijiinkan , kita melakukan
pressing sebanyak banyaknya
5. Setelah proses tersebut dilakukan secara benar
,kemudian lakukanlah pengukuran ulang posisi
tiang, sehingga apabila terjadi pergeseran as tiang
terpasang dan rencana dapat segera diketahui, yang
selanjutnya akan dibuatkan keputusan cara- cara
perbaikan dari pergeseran tersebut.

G. Alat Berat dan Peralatan Lainnya


Alat berat adalah mesin berukuran besar yang didesain
untuk melaksanakan fungsi konstruksi seperti pengerjaan
tanah (earthworking) dan memindahkan bahan bangunan. Alat
berat umumnya terdiri atas lima komponen, yaitu implemen,
alat traksi, struktur, sumber tenaga dan transmisinya (power
train), serta sistem kendali.
Macam-macam jenis alat berat yang digunakan untuk
proyek bangunan seringkali kita temui pada pelaksanaan
pembangunan, masing-masing tipe alat tersebut mempunyai
fungsi sesuai dengan item pekerjaan yang dikerjakan, berikut
ini daftar alat berat yang sering digunakan adalah.

1. Backhoe ( Ekskavator)

Kegunaan backhoe atau ekskavator adalah untuk menggali


tanah dan memindahkan tanah dari satu tempat ke tempat
lain serta menaikkan tanah hasil galian ke atas truk untuk di
bawa ke luar proyek.
Backhoe (ekskavator) merupakan penggerak utama pada
bagian atas (remolving unit) yang bisa berputar dan pada
bagian bawah (travel unit) untuk berjalan dengan roda
23

kelabang yang bisa berjalan dengan baik pada kondisi tanah


yang buruk (lembek atau licin). Pada proyek ini digunakan
backhoe merk Kobelco SK200, seperti terlihat pada gambar
2.3.

Gambar 2.3 Backhoe

2. Dump Truck

Dump truck adalah truk yang isinya dapat


dikosongkan tanpa penanganan. Dump truk biasa digunakan
untuk mengangkut barang semacam pasir, kerikil atau tanah
untuk keperluan konstruksi. Secara umum , dump truk
dilengkapi dengan bak terbuka yang dioperasikan dengan
bantuan hidrolik, bagian depan dari bak itu bisa diangkat
keatas sehingga memungkinkan material yang diangkut bisa
melorot turun ke tempat yang diinginkan. Alat ini hampir
digunakan semua diberbagai pekerjaan proyek, yang
merupakan alat angkut utama, dalam proyek pembuatan
pondasi di PT. Indonesia Pondasi Raya .Tbk biasa digunakan
dalam pengangkutan buang tanah dari hasil pengeboran
pondasi yang dibuat.
24

Dump Truck yang ada di Indonesia kini sudah


diproduksi banyak usaha menengah karoseri, dimana usaha
industri menengah ini bermitra kerja dengan usaha industri
otomotif bermesin besar. Itulah sebabnya kini semakin
bertambah usaha karoseri di Indonesia seiring dengan
kebutuhan moda transportasi industri.

3. Crawler Crane / CC
Hampir semua proyek gedung bertingkat tinggi
menggunakan alat ini, termasuk proyek yang menggunakan
perpindahan barang-barang pada bagian pekerjaan lantai
dasar termasuk pekerjaan pondasi dari PT. Indonesia Pondasi
Raya. Tbk fungsi utamanya adalah sebagai alat lalu lintas
material dari bawah menuju atas atau sebaliknya, misalnya
digunakan saat melakukan pekerjaan pengecoran beton
dengan cara mengangkat beton dengan bucket dari truck mixer
menuju area pengecoran, fungsi lainnya misalnya untuk
mobilisasi besi tulangan ke area pekerjaan. Selain itu, Crawler
Crane juga digunakan untuk mengangkat pipa tremi dan
chasing pada saat pengeboran. Pada proyek ini di gunakan 2
jenis Crowler Crane yaitu CC 01 dan CC 02. Jenis alat berat ini
bersifat mobile atau bisa berpindah tempat sehingga tidak
memerlukan pondasi khusus, seperti terlihat pada gambar 2.4.
25

Gambar 2.4 Crawler Crane

4. Mesin Bor,
Pada proyek hundred residence ini menggunakan dua jenis
mesin bor, yaitu Mesin Bor Bauer BG 20 H dan Mesin Bor
Zoom Lion ;

a. Mesin Bor ( Bauer BG 20 H )


Mesin bor bauer BG 20 H merupakan mesin yang di
gunakan dalam pengeboran pondasi primary pile dan
secondary pile. Pada proyek ini digunakan mesin bor dengan
type BG 20 H BM 24 dan BG 20 H BM 25, dengan jangkauan
kedalaman 26 meter, seperti terlihat pada gambar 2.5.
26

Gambar 2.5 Bauer BG 20 H

b. Mesin Bor ( Zoom Lion )


Mesin bor Zoom Lion merupakan mesin yang di gunakan
dalam pengeboran pondasi bored pile. Mesin bor ini tidak
jauh beda fungsinya dengan Mesin bor Bauer BG 20 H, hanya
saja mesin bor Zoom Lion lebih digunakan pada pengeboran
dengan kedalaman yang lebih jauh. Zoom Lion ini mampu
mengebor dengan kedalaman maksimal 75m. Pada proyek
pembuatan pondasi PT. Indonesia Pondasi Raya ini di
gunakan satu mesin bor zoom lion dengan type ZR 160 A 01
BM 26, dengan jangkauan kedalaman 48 meter, seperti terlihat
pada gambar 2.6.
27

Gambar 2.6 Zoom Lion

5. Total Station
Total Station dipakai untuk mengukur sekaligus
menentukan letak posisi pengeboran bored pile, primary pile
dan seconday pile. Alat ini di gunakan untuk penetuan titik
dari elevasi lapangan sesuai gambar rencana proyek, seperti
terlihat pada gambar 2.7.

Gambar 2.7 Total Station


28

6. GeneratorSet
Generator set adalah suatu mesin (motor) diesel yang
berfungsi sebagai penggerak motor listrik (dinamo) sehingga
dapat menghasilkan tenaga listrik. Energi listrik yang berasal
dari generator di sini digunakan untuk power supply yang
melayani berbagai keperluan seperti: kebutuhan listrik alat
concrete vibrator, travo las listrik, bar bender, bar cutter,
penerangan proyek, kebutuhan listrik kantor, dan sebagainya.
Mesin diesel termasuk mesin dengan pembakaran dalam atau
disebut dengan motor bakar, ditinjau dari cara memperoleh
energi termalnya (energi panas).
7. Hydraulic Jacking
Hydraulic Jacking adalah suatu sistem pemancangan
pondasi tiang yang pelaksanaannya ditekan masuk ke dalam
tanah dengan menggunakan dongkrak hidraulis yang diberi
beban counterweight sehingga tidak menimbulkan getaran dan
gaya tekan dongkrak lansung dan dapat dibaca melalui
manometer sehingga gaya tekan tiang dapat diketahui tiap
menacpai kedalaman tertentu. Sebelum dilakukan
pemancangan dengan jack-in terlebih dahulu dilakukan
tes sondir dan boring. Dari hasil tes sondir tersebut, rata-rata
kedalaman tanah kerasnya akan diketahui yang kemudian
dibandingkan dengan perencanaan panjang dan kedalaman
tiang. Selain memiliki keunggulan yang disebutkan diatas, alat
ini juga mampu memancang pondasi dengan berbagai ukuran
mulai dari 200200 mm sampai dengan 500500 mm atau juga
dapat untuk spun pile dengan diameter 300 sampai dengan 600
mm. Mobilisasi alat ini cukup mudah dan pada jack in pile
tidak mungkin terjadi keretakan pada kepala tiang seperti
pada sistem pemancangan dan juga tidak mudah terjadi
necking seperi pada sistem bore-pile
29

Gambar 2.8 Hydraulic Jacking


H. Stantard Pekerjaan Tiang Pancang.
Sesui SNI pekerjaan tiang pancang dan brousur pancang.
1. Persyaratan Umum
a. Kecuali ditentukan lain, semua pekerjaan pada spesifikasi ini
sepertiterlihat atau terperinci harus sesuai dengan
persyaratan dari seluruhbagian dari kontrak dokumen.
b. Pekerjaan ini meliputi pekerjaan setting out ( penentuan titik
posisi tiang dilapangan sesuai dengan gambar rencana),
mobilisasi dan demobilisasi alat, pengadaan dan pemancangan
tiang pancang beton bertulang termasuk percobaan pengetesan
pada tiang, penggalian setempat dan pemotongan kepala tiang.
Panjang tiang yang dicantumkan pada gambar adalah sebagai
petunjuk untuk konraktor, tetapi konraktor harus
memutuskan panjang tiang yang sebenarnya yang diperlukan
untukmencapai persyaratan pemancangan. Laporan
penyelidikan tanah danpercobaan pemancangan tiang
pendahuluan akan diberikan padaKontraktor Pekerjaan
Pondasi.
30

2. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjan yang berhubungan : Kontraktor bertanggung jawab
atasfasilitas-fasilitas yang berkepentingan untuk pekerjaan ini
seperti jalan- jalan di proyek, tempat penumpukan tiang, galian
pada setiap titik,perlindungan terhadap fasilitas-fasilitas
yang telah ada seperti pipa air,kabel telepon, kabel listrik,
pipa gas, saluran-saluran umum dan fasilitas-fasilitas lainnya
baik yang berada di lokasi proyek maupun di lokasi
yangbersebelahan dengan proyek.
b. Pekerjaan yang termasuk:
c. Pekerjaan tiang pancang harus tersiri dari hal hal berikut:
1) Penyediaan tiang pondasi dari beton precast.
2) Pengadaan perlengkapan termasuk tenaga kerja
3) Pemancangan tiang pondasi
4) Percobaan test pembebanan tiang ( PDA Test)
5) Penyerahan semua data seperti ditentukan dalam
spesifikasi dan seperti yang diminta oleh Engineer
6) Pemotongan kelebihan panjang dari tiang
3. Jaminan Mutu
a. Standard standard semua bahan dan pengerjaan
harus sesuai dengan standard berikut:
1) PBI 1971 : Peraturan Beton Indonesia
2) 2 SK SNI 03-2847-2002 : Tata Cara Penghitungan
Struktur Beton UntukBangunan Gedung
3) SNI 0192-83 : Mutu dan Cara Uji Elektroda Las
Terbungkus BajaKarbon Rendah.
4) ASTM A-416 : Standard Specification for Uncoated
Seven Wire StressRelieved Steel Strand For
Prestressed Concrete.
5) ASTM A-82 : Standard Specification for Cold Drawn
Steel Wire For Concrete Reinforcement.
31

6) ASTM D-1143.81 : Standard Test Method for Piles


(Reapproved 1987)Under Static Axial Compressive
Load.
7) ASTM D-3966.90 : Standard Test Method For
Piles Under LateralLoads.
8) ASTM D-3689.90 : Standard Test Method For
Individual Piles Under Static Axial Tensile Load.

b. Jaminan Pabrik
Produksi harus secara teratur dan terus menerus serta
pengiriman bahan-bahan harus dari jenis yang sesuai
seperti disyaratkan.

c. Jaminan Pekerja

1) Pekerjaan pemancangan tiang ini harus dikerjakan


oleh tenaga kerjadan pengawas yang berpengalaman
dalam pemancangan tiang dari jenis yang diusulkan,
sedemikian sehingga mampu untuk
mencapaikapasitas tiang seperti yang disyaratkan
pada berbagai macam kondisitanah yang akan
dijumpai.

2) Kontraktor harus menyerahkan pernyataan tertulis


kepada Engineer untuk menunjukkan bahwa
pekerja yang akan terlibat dalam pekerjaanini
berpengalaman untuk pekerjaan demikian

d. Pesyaratan Lapangan

1) Kontraktor bertanggung jawab untuk memancang


tiang dengan ukurandan jumlah seperti disyaratkan
pada posisi seperti dinyatakan padagambar denah
lokasi tiang, seperti yang telah disetujui oleh
32

Engineer.Kontraktor harus didukung oleh team


supervisi yang dapatdipertanggungjawabkan yang
dilengkapi dengan peralatan yang presisidan
sedikitnya dua orang memeriksa kelurusan dari
setiap tiangselama pemancangan.
2) Tiang-tiang pondasi harus dipancang sampai
mencapai lapisan tanahkeras atau sesuai dengan
petunjuk pengawas yang ditunjuk.
3) Urutan pemancangan tiang dalam satu kelompok
harus sesuai denganpetunjuk pengawas yang
ditunjuk.
4) Tiang-tiang yang rusak akibat kelalain
kontraktor atau ditolak, menjaditanggung
jawab Kontraktor dan harus dikeluarkan dari proyek

4. Perubahan dan Penambahan

a. Panjang tiang yang sebenarnya boleh dimodifikasi oleh


Engineer setelahpelaksanaan PDA test pada Tiang dan
bilamana kondisi lapanganmensyaratkan perubahan demikian.
b. Setiap perintah perubahan harus mendapat persetujuan tertulis
dariEngineer.
5. Penyerahan

Sedikitnya 2 (dua) minggu sebelum pekerjaan dimulai.


Kontraktor harusmenyerahkan hal-hal berikut kepada Engineer.a.
Data Pabrik :
a. Data produk dari pabrik tentang tiang harus diserahkan oleh
Kontraktor untuk disetujui oleh Engineer.

b. Gambar kerja.Kontraktor harus membuat dan menyerahkan


gambar kerja metoda struksi, jadwal kerja, dan daftar
perlengkapan kepada Engineer untukmendapat persetujuan.
33

6. Kondisi Kerja

a. Kontraktor harus mengambil tindakan pencegahan yang


diperlukan untukmencegah kerusakan dari tiang pancang
pada waktu pengangkutan,penyimpanan dan pemancangan.
b. Tiang pancang harus dirawat dan disimpan sedemikian rupa
sehinga tidakterjadi tegangan-tegangan yang melebihi rencana.

c. Tiang pancang harus ditumpuk pada tumpukan yang sesuai


sehingga tidakterjadi kerusakan pada beton atau
pengotoran dari permukaan. Tumpukanharus
ditempatkan pada posisi sesuai dengan petunjuk (gambar)
atautelah disetujui oleh pengawas yang ditunjuk atau dalam
posisi dimanakemungkinan terjadi tekanan dan deformasi
sekecil mungkin..

d. Pemberian tanda pada tiang pancang dicantumkan dengan cat


pada tiapinterval/jarak 0.5 m. Panjang keseluruhan tiang harus
dicantumkandengan cat atau bahan lain yang disetujui.
Penunjuk panjang harusdiberikan pada interval setiap
1.0 m.

7. Bahan

a. Bahan Bahan Tiang

Bahan-bahan tiang yang akan dipakai pada pekerjaan ini harus


sesuai denganpersyaratan-persyaratan berikut :

1) Dimensi dan Ukuran Ukuran : Jenis tiang yang dipakai


adalah tiang beton precast prestress denganukuran bujur
sangkar 250 x 250 mm dan 300 x 300 mm,
sepertiditunjukkan pada gambar-gambar struktur.
34

2) Beton Mutu beton minimum yang dipakai adalah K-500


Kg/cm2 , yangharus sudah dicapai pada waktu
pemancangan.
3) Penulangan: 1 Mutu Baja tulangan utama (BJTD) U-39,
jumlah penulangan4D16 untuk pancang uk. 300 x300 mm
dan 4D14 mm untuk pancang uk. 250x250 mm. Muta Baja
tulangan spiral nail wire U-50 6 mm.
8. Peralatan Pemancangan
a. Jenis peralatan pancang yang dipakai adalah Drop Hammer
Systemdengan spesifikasi sebagai berikut :Hammer 2,5 ton,
Crane 2 ton, Engine 48 HP 4 Cylinder, Electric TIGWeld,
Hammer Wire dia. dan Crane Wire dia, 5/8.Overal
Dimension : Height 10 mtr, Width 6 meter dan
Length 3,5 meter.
b. Sebelum pekerjaan dimulai, Konraktor harus mengajukan
datalengkap dari peralatan yang akan dipergunakan, jadwal
pemancangandan prosedur kerjanya termasuk mesin pancang
dan peralatan yangakan digunakan dilapangan
c. Cara pemancangan yang dipakai harus tidak
menyebabkankerusakan pada bentuknya. Hamer (pemukul)
harus dipilih yangsesuai untuk tipe tiang dan sifat dari
kekuatan tiang pancang tersebut.
d. Kondisi lapangan harus diperiksa untuk meyakinkan
apakahmemungkinkan untuk penempatan peralatan
pemancangan,pelaksanaan pemancangan dan percobaan
beban.
9. Bahan Bahan Lain Yang Harus Disediakan
Penggunaan bahan-bahan khusus : Konraktor harus
menyediakan bahankhusus seperti bahan tambahan, perlengkapan
las, pencegah karat dan semuabahan lain yang tidak disyaratkan
disini. Percobaan-percobaan ataupun biayatambah lainnya
35

sehubungan dengan pemakaian dari bahan-bahan tersebutdiatas


adalah sepenuhnya tanggung jawa Kontraktor.
10. Pelaksanaan
a. Persiapan
1) Seminggu sebelum dimulainya pekerjaan Kontraktor
harus mengajukanusulan mengenai urutan rencana
pemancangan yang harus diatur sedemikian rupa
sehingga tidak akan saling mengganggu.
2) Metoda pemancangan, perlengkapan, jadwal dan
tahapan/urutan harusmendapat persetujuan dari
Engineer. Persetujuan demikian tidakmembebaskan
Kontraktor dari tanggung jawabnya untuk
pemancangantiang yang lancar dan bermutu tinggi.
Semua kerusakan, keterlambatan dantambahan biaya
yang disebabkan karena pemilihan metode
harusditanggung oleh Kontraktor.
3) Pengawas yang ditunjuk dapat meminta perubahan
urutan pemancangandari waktu ke waktu apabila
diaggap perlu.
4) Pemancangan tiang harus dilakukan dalam suatu operasi
yang menerus dantidak terganggu.
5) Kontraktor harus memancang tiap tiang pancang tepat
pada ordinat yangtelah ditentukan pada dokumen
pelaksanaan, setiap koordinat tiang harusmendapat
persetujuan dari pengawas yang ditunjuk sebelum
mulaipemancangan
6) Kontraktor harus berusaha agar semua perlengkapan siap
pakai untukmenjamin pemancangan tiang tepat pada
lokasinya selama pemancangan.
7) Kontraktor harus mencegah pergeseran/pergerakan dari
tiang yang sudahterpancang selama tiang-tiang
36

selanjutnya dipancang ataupun karenafasilitas-fasilitas


lainnya.
8) Kontraktor tidak diijinkan mendongkrak, atau mencoba
untuk memindahkanatau membentuk tiang-tiang yang
terpancang diluar posisi sebenarnya baikpada waktu
maupun setelah pemancangan.
b. Pemancangan Tiang
1) Untuk memancang tiang harus dipakai suatu alat pukul
dari jenis diesel(a diesel hammer type). Dalam pemilihan
driving diesel hammerharuslah dari berat yang
memadai agar tidak merusak tiang. Hammerharus
mempunya persyaratan minimum : berat ram.
2) Tiang-tiang harus dipancang sampai mencapai kedalaman
yang ditunjukkan dalam gambar struktur atau dengan
final set yang disetujui.
3) Tiang-tiang harus dipancang secara akurat, pada lokasi
yang tepat;pada garis yang benar baik secara lateral
maupun longitudinal sepertiditunjukkan dalam gambar.
4) Toleransi yang diijinkan tidak boleh melebihi yang
dipersyaratkan dantiang-tiang harus diarahkan selama
pemancangan dan bila perlu harusdibantu/ diganjal
untuk dapat menjaga posisi yang benar. Apabila adatiang
yang berubah bentuk atau bengkok, maka tidak boleh
dipaksauntuk meluruskannya kembali kecuali dengan
persetujuan tertulis daripengawas yang ditunjuk
c. Pemeriksaan naiknya kembali suatu tiang akibat
pemancangan tiang didekatnya ( heave check )Lakukan
suatu heave check pada pemancangan kelompok tiang
yangpertama, dan pada kelompok tiang yang dipilih seperti
ditunjukkan pada gambar.
d. Penilaian Dari Kapasitas Daya Dukung.
37

Tiang-tiang harus dipancang sampai mencapai final set


yang diijinkan olehpengawas yang ditunjuk. Pengukuran
langsung dari set dan rebound harusmemberikan kapasitas
tiang yang ekivalen dengan beban kerja yangdisyaratkan.
Set harus ditentukan dilapangan. Set haruslah
dibuktikandengan dua percobaan. Nilai konstanta yang
akan dipakai untuk. memodifikasi rumus akan ditaksir oleh
Engineer setelah tiang pertamaselesai dipancang dan setelah
grafik rebound/set diperoleh.
e. Tiang-tiang yang rusak atau salah tempat. Apabila suatu tiang
rusak padawaktu pemancangan, percobaan atau oleh
sebab lain atau salah letak ataugagal karena kelalaian
kontraktor, Kontraktor diwajibkan untuk mengadakan
penambahan tiang pada posisi yang ditentukan oleh Engineer
sedemikiansehingga akhirnya dihasilkan daya dukung yang
disyaratkan.
f. Pendataan Pemancangan TiangKontraktor harus mengambil
data dari setiap tiang yang dipancang dandilengkapi dengan
paraf pengawas yang ditunjuk pada masing-masing
data,setiap hari. Pemancangan, set dan rebound dari setiap
tiang harusmengikuti persetujuan Engineer. Data
pemancangan setiap tiang harusdiserahkan kepada pengawas
yang ditunjuk dan tembusan ( copy )-nyaharud disimpan oleh
Kontraktor. Data laporan harus meliputi hal-hal berikut :
1) Nama Proyek
2) Nomor tiang
3) Tanggal pemancangan
4) Cuaca
5) Set, rebound dan tinggi jatuh (ram height) pada
pukulan terakhir (last tenblow )
6) Dalamnya pemancangan dari level tanah
7) Level tanah
38

8) panjang tiang
9) Jenis alat pukul ( Hammer type )
10) Sambungan yang dipakai, jumlah dan jenisnya (
kalau ada sambungan )
11) Waktu / saat mulai dan waktu selesai pemancangan
12) Jumlah pukulan dan rata-rata set tiap 0.5 meter
13) Tinggi jatuh yang sebenarnya ( actual ram stroke )
14) Semua informasi lain seperti yang disyaratkan
Engineer.
15) Metoda pengukuran set dan rebound harus disetujui
oleh Engineer
g. Kepala Tiang
1) Setelah pemancangan selesai dilaksanakan,
Kontraktor wajib untuk memotong kelebihan
panjang tiang pancang sedemikian sehinggapanjang
stek tulangan setelah pemotongan kepala tiang
minimum 40 diameter tulangan tiang pancang
terbesar, sebagai pengikat ke poor ( pile cap ).Setelah
pemancangan selesai, Kontraktor harus segera
melanjutkandengan memeriksa level dan mencatat
posisi-posisi tiang secara detaildan akurat serta
membandingkannya dengan posisi yang
dicantumkanpada gambar denah tiang. Kontraktor
harus menyediakan surveyor dilapangan untuk
pekerjaan tersebut
2) Stek tulangan tiang setelah permotongan kepala tiang
( panjangminimum 40 diameter ) harus dalam
keadaan bersih, lurus dan baik.
3) Kepala tiang setelah dipotong harus dibersihkan
dengan sikat kawat.4 Batas pemotongan kepala tiang
harus tepat sesuai dengan petunjuk/gambar.
h. Sambungan dan Pengelasan
39

1) Kontraktor atau pabrik pembuat tiang pancang harus


menyerahkansystem sambungan tiang untuk
disetujui Engineer sebelum pemasangandi lapangan.
2) Detail dari sambungan harus terdiri dari : Sistem
sambungan yang akan dipakai, Detail pengelasan
dan mutu dari bahan pengelasan, Prosedur
pengelasan.
11. Aturan Teknis Dan Ketentuan Ketentuan Tiang Pancang
a. Kapasitas dukung kelompok tiang
Pondasi tiang pancang yang umumnya dipasang secara
berkelompok. Yang dimaksud berkelompok adalah
sekumpulan tiang ang dipasang secara relative berdekatan dan
biasanya di ikat menjai satu di bagigian atasnya dengan
menggunakan pile cap. Untuk menhitung nilai kapasitas
dukung kelompok tiang, ada beberapa hal yang harus di
perhatikan terlebih dahulu, yautu jumlah tiang dalam satu
kelompokj jarak tiang susunan tiang dan efesiansi kelompok
tiang kelompok tiang dapat di lihat pada gambar berikut :

b. Jarak Tiang (S)


Pada prinsipnya jaaarak tiang (s) makin rapat, ukuran pile cap
makin kecil dan secara tidak langsung biaya lebih murah.
Tetapi bila pondasi memikul beban momen maka jarak tiang
perlu diperbesar yang berarti menambah atau memperbesar
tahanan momen. K. basah Suryolelono (1994)
jarak tiang di pakai bila :
40

1) Ujung tiang tidak mencapai tanah keras maka jarak terang


minimum 2 kali diameter tiang atau 2 kali diagonal
tampang tiang.
2) Ujung tiang mencapai tanah keras, maka jarang tiang
minimum diameter tiang di tambah 30 cm ataupanjang
diagonal tiang di tambah 30 cm.
c. Susunan tiang
Susunan tiang sangat berpengaruh terhadap luas
denah pile cap, yang secara tidak langsung
tergantung dari jarak tiang. Bila jarak tiang
kurang teratur atau terlalu lebar, maka luas
denah pile cap akan bertambah besar dan
berakibat volume beton menjadi bertambah besar
sehingga biaya konstruksi membengkak (K. Basah
Suryolelono, 1994).
Gambar dibawah ini adalah contoh susunan tiang (hary
Christady Harditatmo, 2003)

d. Beton
Sesuai dengan SNI 03-1974-1990
41

1) Mutu beton yang digunakan untuk tiang pancang


beton harus mempunyai kekuatanminimum fc = 25
2) .

2) Tes slump tidak kurang dari 15 cm


3) Selimut beton tidak boleh kurang dari 40 mm, apabila
tiang pancang terekpos terhadap air atau pengaruh
korosi lainya slimut beton tidak boleh kurang dari 50
mm.
4) Setiap pembuatan tiang harus didasarkan kepada
rencana campuran dengan menggunakan komponen
bahan yang memenuhi ketentuan yang berlaku dan
selama pelaksanaan pengecoran beton harus diikuti
dengan pengendalian mutu. Untuk perkiraan awal
proporsi takaran campuran dapat digunakan.

e. Baja
1) Baja tulangan untuk sambungan tiang pancang beton
pracetak harus mempunyai tegangan leleh minimum
410 MPa (BJ 55), bebas dari korosi dan kotoran yang
menempel pada baja.
2) Selubung untuk sambungan tiang dibuat dari baja
yang mempunyai tegangan leleh minimum 210 MPa
(BJ 34).
42

3) Untuk menjamin tercapainya mutu baja yang


disyaratkan, sebelum digunakan baja harus diuji
mutunya sesuai dengan SNI 07-2529-1991
4) Mutu baja disesuaikan dengan spesifikasi AASHTO M
270-04 yang dapat dilihat pada Tabel

f. Las
Bahan Bahan las yang digunakan harus sesuai dengan
bahan dasar elemen struktur baja yang akan disambung
(seperti BJ 32, BJ 51 atau BJ 52) untuk memastikan bahwa
sambungan dapat dipertanggungjawabkan dan
merupakan kawat las berselaput hidrogen rendah. Bahan
las (kawat las) harus disimpan dalam keadaan kering di
dalam tempat yang tertutup. Jika kaleng atau tempat telah
dibuka, maka kawat las harus segera digunakan. Pada
penyambungan tiang pancang dibutuhkan kawat las yang
sesuai agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Elektroda E 60XX digunakan untuk mengelas baja karbon
yang mengandung unsur karbon hingga 0,3% (yang
termasuk baja ini adalah baja-baja struktur seperti baja-baja
profil, baja batangan dan baja pelat). Elektroda E 70XX
aplikasinya lebih luas dari seri E 60XX.

g. Tiang pancang yang cacat


Prosedur pemancangan tidak mengijinkan tiang pancang
mengalami tegangan yang berlebihan sehingga dapat
mengakibatkan pengelupasan dan pecahnya beton,
43

pembelahan, pecahnya dan kerusakan kayu, atau


deformasi baja. Manipulasi tiang pancang dengan
memaksa tiang pancang kembali ke posisi yang
sebagaimana mestinya, menurut pendapat Direksi
Pekerjaan, adalah keterlaluan, dan tak akan diijinkan. Tiang
pancang yang cacat harus diperbaiki atas biaya Penyedia
Jasa sebagaimana disyaratkan dan sebagaimana yang
disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Jika pemancangan ulang
untuk mengembalikan ke posisi semula tidak
memungkinkan, tiang pancang harus dipancang sedekat
mungkin dengan posisi semula, atau tiang pancang
tambahan harus dipancang sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
h. Toleransi kemiringan vertikal yang umum
diberikan adalah :
2 % (setara 1:50 atau 1) untuk pemancangan
di tanah berpasir dan lempung lunak.
4% (setara 1:25 atau 2) untuk pemancangan
di tanah yang mempunyai lapisan yang sulit
dipancang dan tidak seragam atau lapisan
tanah berbatu (boulder ridden soil, gravelly).
2% untuk pemancangan di konstruksi
pantai/laut yang lebih dari 50% panjang
tiangnya berada di permukaan tanah.

Toleransi ketidaklurusan antar tiang pancang


yang disambung pada umumnya diberikan nilai
1:100 (penyimpangan sumbu memanjang antar
sambungan tiang pancang).
Untuk tiang yang mengalami kemiringan lebih
dari toleransi yang ditetapkan, harus dilakukan
review atau analisa oleh engineer pondasi atau
44

Konsultan Desain, mencakup pertimbangan gaya


horizontal dan pengaruh ke tiang pancang lain,
serta perubahan analisa pile cap yang diperlukan
i. Pembuatan dan perawatan
Tiang pancang dibuat dan dirawat sesuai dengan
ketentuan dari Bagian Beton dan Bagian Baja dari
Spesifikasi ini. Waktu yang diijinkan untuk
memindahkan tiang pancang harus ditentukan
dengan menguji empat buah benda uji yang telah
dibuat dari campuran yang sama dan dirawat
dengan cara yang sama seperti tiang pancang
tersebut. Tiang pancang tersebut dapat
dipindahkan bilamana pengujian kuat tekan
pada keempat benda uji menunjukkan kekuatan
yang lebih besar dari tegangan yang terjadi pada
tiang pancang yang dipindahkan, ditambah
dampak dinamisyang diperkirakan dan
dikalikan dengan faktor keamanan, semuanya
harus berdasarkan persetujuan dari Direksi
Pekerjaan.
Ruas tiang pancang yang akan terekspos untuk
pemandangan yaitu tiang-tiang rangka
pendukung, harus diselesaikan sesuai dengan
Toleransi Kedudukan pada Bagian Beton.
Tidak ada tiang pancang yang akan dipancang
sebelum berumur paling sedikit 28 hari atau
telah mencapai kekuatan minimum yang
disyaratkan.
Acuan samping dapat dibuka 24 jam setelah
pengecoran beton, tetapi seluruh tiang pancang
tidak boleh digeser dalam waktu 7 hari setelah
pengecoran beton, atau lebih lama sebagaimana
45

yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.


Perawatan harus dilaksanakan selama 7 hari
setelah dicor dengan mempertahankan tiang
pancang dalam kondisi basah selama jangka
waktu tersebut.
Selama operasi pengangkatan, tiang pancang
harus didukung pada titik seperempat
panjangnya atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Bilamana
tiang pancang tersebut akan dibuat 1,5 m lebih
panjang dari pada panjang yang disebutkan
dalam Gambar, Direksi Pekerjaan akan
memerintahkan menggunakan baja tulangan
dengan diameter yang lebih besar dan/atau
memakai tiang pancang dengan ukuran yang
lebih besar dari yang ditunjukkan dalam
Gambar.
Setiap tiang harus ditandai dengan tanggal
pengecoran dan panjangnya, ditulis dengan jelas
dekat dekat kepala tiang pancang.
j. Pengangkatan pancang yang benar
46

Gambar 2.20 pengangkatan tiang pancang yang benar


47

Anda mungkin juga menyukai