Mandir I
Mandir I
1.2 EPIDEMIOLOGI
Prevalens retardasi mental pada anak-anak di bawah umur 18 tahun di negara maju diperkirakan mencapai 0,5-2,5% , di
negara berkembang berkisar 4,6%. Di indonesia 1-3% penduduknya menderita kelainan ini. Insidens retardasi mental di
negara maju berkisar 3-4 kasus baru per 1000 anak dalam 20 tahun terakhir. Angka kejadian anak retardasi mental berkisar
19 per 1000 kelahiran hidup.1 Banyak penelitian melaporkan angka kejadian retardasi mental lebih banyak pada anak laki-
laki dibandingkan perempuan. (Sari Pediatri, Vol. 2, No. 3, Desember 2000: 170 177)
1.3 ETIOLOGI
Sebastian, C.S. (22 Okt 2013). Pediatric Mental Retardation. http://emedicine.medscape.com/article/289117-overview
Penyebab retardasi mental (RM) dapat dikelompokkan dari tersering sampai terjarang :
Alterasi atau perubahan perkembangan embrionik, seperti karena abnormalitas kromosom atau fetal terkena obat atau racun
Masalah lingkungan dan kelainan mental lain, seperti autism
Masalah selama masa kehamilan dan perinatal, seperti malnutrisi fetal, hipoksia, infeksi, trauma atau lahir premature
Abnormalitas herediter, seperti inborn error metabolism atau aberasi/penyimpangan kromosom
Kondisi medis pada masa anak-anak, seperti infeksi atau trauma pada sentral nervous system (CNS) atau keracunan
a. Penyimpangan/aberasi Kromosom
Down syndrome merupakan contoh terbaik pada kelainan genetic prenatal. Pada 95% kasus, down
syndrome disebabkan karena trisomy 21, yang mana kelebihan kromosom 21 pada sel telur atau sel sperma tersebut
tidak memisah (nondisjunction) pada tahap meiosis. Ketika gamet terfertilisasi, fetus akan memiliki kromosom
tambahan 21 pada tiap selnya, sehingga totalnya 47 kromosom.
Dalam sekitar setengah dari kasus translokasi, orang tua (biasanya ibu) memiliki translokasi seimbang,
yaitu, 45 kromosom dengan t (14; 21). Jika seorang anak memiliki translokasi sindrom Down, orang tua harus
diperiksa untuk kehadiran translokasi seimbang. Hal ini penting dalam konseling genetik karena ketika ibu atau
ayah memiliki di (14; 21) translokasi, kemungkinan memiliki anak dengan sindrom Down adalah 1 di 10 jika pada
ibu atau 1 dalam 20 jika di ayah.
Pada varian lain, mosaicism, beberapa sel memiliki 47 kromosom dan yang lain memiliki 46 karena
kesalahan dalam salah satu pembelahan sel pertama dari telur yang telah dibuahi. Fenotip karakteristik sindrom
Down pada dasarnya sama dalam trisomi 21 dan translokasi. Fitur utama adalah fisura palpebra atas-miring,
jembatan rendah hidung dengan lipatan epicanthal, mulut dan telinga kecil , simian crease (lipatan simian), jembatan
hidung datar, telapak tangan pendek dan lebar, dan karakteristik pola dermatoglyphic.
Hilangnya bagian dari kromosom ini disebut delesi. Contoh paling terkenal adalah cri-du-chat syndrome,
yang ditandai dengan suara bernada tinggi dan disebabkan oleh delesi dalam kromosom 5p3. Perhatikan bahwa
1
kebanyakan janin dengan penyimpangan kromosom tidak layak. Sekitar 40-50% dari janin yang aborsi spontan
memiliki anomali kromosom. Hanya 2 dari 10 janin dengan sindrom Down lahir hidup.
Sebuah metode baru menggunakan probe DNA dan fluoresensi hibridisasi in situ telah membawa cahaya
baru bagi banyak sindrom malformasi yang sebelumnya diklasifikasikan sebagai dviketahui asalnya. Delesi
submicroscopic (microdeletions) DNA telah dilaporkan dalam kromosom 15q11-12 pada Prader-Willi dan sindrom
Angelman, meskipun fakta bahwa sindrom ini memiliki fenotipe yang berbeda. Karena mekanisme pencetakan,
hasil sindrom Prader-Willi ketika mikrodelesi berada dalam kromosom asal ayah dan hasil sindrom Angelman bila
asal ibu.
Orang dengan sindrom Prader-Willi memiliki nafsu makan yang berlebihan dan kebiasaan makan
sembarangan, sehingga menyebabkan obesitas. Karena sindrom ini tidak memiliki fitur patognomonik yang jelas,
mungkin tetap tidak terdiagnosis, dan orang tersebut bahkan mungkin dirujuk untuk perawatan psikiatris karena
gangguan makan. Jelas, faktor psikologis bukanlah penyebab utama di sini, tapi psikoterapi suportif mungkin bisa
membantu. Pengobatan ini didasarkan pada modifikasi perilaku, lembaga batas lingkungan yang ketat pada asupan
makanan, dan program pendidikan dan habilitative diperlukan. Selain itu, beberapa penelitian telah menunjukkan
bahwa pengobatan dengan hormon pertumbuhan meningkatkan defisit somatik dan perilaku dalam pasien ini
2
2. KERUSAKAN/CEDERA PADA FETUS
a. Infeksi Maternal
Infeksi virus pada ibu dapat mengganggu organogenesis, dan semakin awal infeksi pada kehamilan terjadi,
semakin lebih parah efeknya, seperti yang dicontohkan oleh rubella bawaan. Infeksi rubella selama bulan pertama
kehamilan mempengaruhi organogenesis dari 50% dari embrio. Infeksi pada bulan ketiga kehamilan masih
mengganggu perkembangan 15% dari janin. Berbagai sistem yang terpengaruh, dan sebagai hasilnya, gejala dan
gangguan dapat bervariasi dan termasuk keterbelakangan mental, mikrosefali, pendengaran dan gangguan
penglihatan, penyakit jantung bawaan, dan masalah perilaku. Untungnya, kejadian rubella kongenital telah sangat
menurun karena ketersediaan imunisasi bagi calon ibu.
Infeksi sitomegalovirus kongenital dapat mengakibatkan mikrosefali, gangguan pendengaran
sensorineural, dan retardasi psikomotor. Antibodi terhadap sitomegalovirus ditemukan pada sekitar 80% dari orang
dewasa. Tergantung pada populasi, infeksi primer terjadi selama 2-5% dari kehamilan. Badan Cytomegalovirus
inklusi terlihat pada spesimen urin bayi baru lahir yang terinfeksi sebelum lahir.
Toksoplasmosis kongenital dapat mengakibatkan masalah yang signifikan pada sekitar 20% bayi yang
terinfeksi (misalnya, hidrosefalus, mikrosefali, retardasi psikomotor, visi dan gangguan pendengaran) dan dalam
masalah yang lebih ringan perkembangan di kemudian hari. Infeksi virus immunodeficiency bawaan manusia telah
meningkat penting. Dalam sebuah penelitian di Jerman dari 41 anak yang lahir dari ibu yang positif terinfeksi HIV,
gejala-gejala neurologis yang digambarkan pada usia 1-7 tahun. HIV ensefalopati ditandai dengan microcephaly,
kerusakan neurologis progresif, keterbelakangan mental, gejala cerebellar, dan perubahan perilaku. Terapi
imunoglobulin intravena profilaksis dengan dan tanpa AZT sering mampu mencegah regresi. Peningkatan terlihat
dengan pengobatan AZT.
b. Bahan Beracun
Yang paling penting dari zat teratogenik adalah etanol, yang merupakan penyebab sindrom alkohol janin
(FAS). Prevalensi sindrom ini bervariasi di seluruh dunia, namun kejadian di negara-negara industri diperkirakan
sekitar 1 dari 1000 bayi baru lahir. Ketika digunakan berat selama kehamilan, alkohol menyebabkan kelainan pada
3 kategori utama: (1) fitur dismorfik, yang berasal dari periode organogenesis; (2) retardasi pertumbuhan prenatal
dan postnatal, termasuk microcephaly; dan (3) disfungsi SSP, termasuk keterbelakangan mental ringan sampai
sedang, keterlambatan dalam perkembangan motorik, hiperaktif, dan defisit perhatian. Tingkat keparahan gejala
yang berhubungan dengan jumlah alkohol tertelan.
PERINATAL
Periode ini adalah 1 minggu sebelum dan 4 minggu setelah kelahiran
1. Infeksi
Selama periode neonatal, infeksi yang paling penting, dari sudut pandang gejala sisa pembangunannya, adalah
herpes simpleks tipe 2. neonatus terinfeksi selama persalinan dan dapat menjadi ensefalitis dalam waktu 2 minggu.
Pengobatan dini dengan asiklovir dapat mengurangi hasil, yaitu, mikrosefali, retardasi mental yang mendalam, dan defisit
neurologis. Infeksi bakteri Neonatal mungkin mengakibatkan sepsis dan meningitis, yang, pada saatnya, dapat
menyebabkan hydrocephalus.
3. Lainnya
3
Retinopati prematuritas (sebelumnya disebut fibroplasia sebagai Retrolental) terlihat sering ketika penggunaan
oksigen 100% pada neonatus masih umum, yang mengakibatkan kebutaan. Hal ini sering dikaitkan dengan
kerusakan SSP lainnya, keterbelakangan mental, dan masalah perkembangan lainnya.
Bayi dengan berat lahir sangat rendah berisiko untuk perdarahan intrakranial dan hipoglikemia akibat kurangnya
penyimpanan glikogen hati. Masalah-masalah neonatal mungkin memiliki hasil yang sama dengan asfiksia.
Hiperbilirubinemia mungkin akibat dari kehancuran peningkatan sel darah merah (misalnya, hemolisis karena ibu-
anak golongan darah ketidakcocokan) atau penurunan ekskresi bilirubin (misalnya, karena adanya ketidakmatangan
fungsi hati).
Kerusakan otak yang mungkin terjadi mengakibatkan manifestasi dari berbagai tingkat, termasuk CP, gangguan
pendengaran sensorineural, dan keterbelakangan mental.
POSTNATAL
1. Infeksi
Infeksi bakteri dan virus pada otak selama masa kanak-kanak dapat menyebabkan meningitis dan encephalitis dan
mengakibatkan kerusakan permanen. Jumlah dari komplikasi ini mengalami penurunan karena peningkatan pengobatan
dan ketersediaan imunisasi (seperti untuk campak).
3. Penyebab Lain
Di antara keganasan pada masa kanak-kanak, tumor otak merupakan no.2 dalam frekuensi setelah leukemia. Dari
jumlah tersebut, 70-80% adalah glioma, gejala yang sebagian besar tergantung pada lokasi. Beberapa bersifat jinak
dan dapat diobati, namun sebagian besar memiliki efek merusak, sehingga berakibat berbagai gejala neuropsikiatri
tergantung pada lokasi dan luasnya. Selain itu, pengobatan seperti pembedahan dan radiasi dapat mempengaruhi
integritas dan fungsi otak.
Kecelakaan lalu lintas , tenggelam, dan trauma lainnya adalah penyebab paling umum kematian selama masa kanak-
kanak. Lebih besar adalah jumlah anak-anak yang menjadi cacat. Hampir tenggelam sering menghancurkan, tetapi
bahkan dalam kasus ini, peningkatan kapasitas fungsional dapat dicapai dengan rehabilitasi karena perkembangan
otak memiliki kemampuan untuk pulih.
4. Masalah Psikososial
Tingkat perkembangan individu tumbuh tergantung pada integritas SSP dan pada faktor-faktor lingkungan dan
psikologis. Pentingnya stimulasi lingkungan untuk perkembangan anak telah dihargai karena penelitian pada anak-anak
di lembaga menunjukkan bahwa pembangunan mengalami dampak yang parah di lingkungan merampas, bahkan jika
perawatan fisik yang memadai diberikan. Kemiskinan merupakan predisposisi anak untuk banyak risiko perkembangan,
seperti kehamilan remaja, gizi buruk, penyalahgunaan, perawatan medis miskin, dan kekurangan.
Penyakit mental yang berat pada ibu merupakan faktor risiko. Ibu dengan penyakit yang berat dan kronis mungkin
mengalami kesulitan memberikan perawatan dan stimulasi yang memadai. Depresi ibu selama kehamilan dan postpartum
telah terbukti berhubungan dengan keterlambatan perkembangan pada anak-anak di usia 18 bulan.
Anak-anak dari ibu yang memiliki skizofrenia beresiko untuk pengembangan defisit kognitif, meskipun ini mungkin
tidak menjadi sekunder untuk penyakit ibu, tetapi mungkin merupakan predisposisi genetik bertekad untuk skizofrenia.
Penyakit psikotik pada anak telah terbukti berhubungan dengan penurunan kemampuan kognitif.
4
1.4 KLASIFIKASI DAN MANIFESTASI
Nilai IQ* (SD
Proportion Educational Intensity of supports Prevalensi pada
Kategori dibawah rata-
MR/ID level/adaptive skills required populasi total
rata)
Ringan 50-55 to 70 85% Up to about 6th grade; Intermittent, especially 0.9-2.7%
vocational under stress
(2-3)
(4-5)
Sangat < 20-25 (>5) 1% Little to no self-care skills Constant aid and
Berat supervision
*IQ scores are considered +/-5 points due to measurement error.
http://emedicine.medscape.com/article/1180709-overview#a0101
1.5 DIAGNOSIS
Sari Pediatri, Vol. 2, No. 3, Desember 2000
Diagnosis retardasi mental tidak hanya didasarkan atas tes intelegensia saja, melainkan juga dari riwayat
6
penyakit, laporan dari orangtua, laporan dari sekolah, pemeriksaan fisis, laboratorium, pemeriksaan penunjang. Yang perlu
dinilai tidak hanya intelegensia saja melainkan juga adaptasi sosialnya. Dari anamnesis dapat diketahui beberapa faktor risiko
terjadinya retardasi mental.
Pemeriksaan fisis pada anak retardasi mental biasanya lebih sulit dibandingkan pada anak normal, karena anak
retardasi mental kurang kooperatif. Selain pemeriksaan fisis secara umum (adanya tanda-tanda dismorfik dari sindrom-
sindrom tertentu) perlu dilakukan pemeriksaan neurologis, serta penilaian tingkat perkembangan. Pada anak yang berumur
diatas 3 tahun dilakukan tes intelegensia.
Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) kepala dapat membantu menilai adanya kalsifikasi serebral, perdarahan intra
kranial pada bayi dengan ubun-ubun masih terbuka. Pemeriksaan laboratorium dilakukan atas indikasi, pemeriksaan
ferriklorida dan asam amino urine dapat dilakukan sebagai screening PKU. Pemeriksaan analisis kromosom dilakukan bila
dicurigai adanya kelainan kromosom yang mendasari retardasi mental tersebut. Beberapa pemeriksaan penunjang lain dapat
dilakukan untuk membantu seperti pemeriksaan BERA, CT-Scan, dan MRI.
Kesulitan yang dihadapi adalah kalau penderita masih dibawah umur 2-3 tahun, karena kebanyakan tes psikologis
ditujukan pada anak yang lebih besar. Pada bayi dapat dinilai perkembangan motorik halus maupun kasar, serta
perkembangan bicara dan bahasa. Biasanya penderita retardasi mental juga mengalami keterlambatan motor dan Bahasa.
B. PEMERIKSAAN FISIK
Penilaian Perkembangan
The American Academy of Pediatrics merekomendasikan skrining perkembangan untuk semua anak secara berkala.
Metode meliputi beberapa survei orangtua, seperti Evaluasi Orang Tua 'untuk Status Perkembangan (PEDs), Abad dan
Tahapan Kuesioner (ASQ) dan Perkembangan Anak Persediaan (CDI). Pemeriksaan lainnya memerlukan pengamatan
langsung, seperti Bayley Bayi perkembangan saraf Screener, Battelle Developmental Inventory, Awal Bahasa Milestone
Skala, dan Brigance Screens.
kunci pengamatan perilaku adlaah harus fokus pada niat komunikatif anak, keterampilan sosial, kontak mata, kepatuhan,
rentang perhatian, impulsif, dan gaya bermain.
Untuk diagnosa gangguan perkembangan dan MR / ID, pemeriksaan perkembangan saraf dan psikologis yang luas
diperlukan. Berbagai tes dapat diberikan untuk menilai pemahaman bahasa, ekspresi bahasa, kemampuan kognitif
nonverbal, motorik halus dan kemampuan adaptif, rentang perhatian, memori, keterampilan motorik kasar, dan perilaku
adaptif. Tes psikologis yang paling umum untuk anak-anak termasuk Bayley Scales of Infant Development-III,
Intelligence Scale Stanford-Binet, Skala Intelijen Wechsler untuk Anak-IV, Wechsler Preschool dan Skala Primer
Intelijen-Revisi, dan Perilaku Timbangan Vineland Adaptive -II.
Fisik
Lingkar kepala: Pengukuran dari semua parameter pertumbuhan harus mencakup lingkar kepala. Microcephaly
berkorelasi tinggi dengan defisit kognitif. Macrocephaly dapat menunjukkan hidrosefalus dan berhubungan dengan
beberapa kesalahan metabolisme bawaan dan juga dapat dilihat pada awal beberapa anak kemudian didiagnosis dengan
autisme.
Tinggi badan: Perawakan pendek mungkin menunjukkan kelainan genetik, sindrom alkohol pada janin, atau
hipotiroidisme. Perawakannya tinggi mungkin menunjukkan sindrom X rapuh (FRAX), sindrom Soto, atau sindrom
pertumbuhan berlebih lain yang terkait dengan MR / ID.
Neurologis: Pemeriksaan ini harus mencakup penilaian pertumbuhan kepala (untuk mikro / macrocephaly), tonus otot
(untuk hipotonia atau kejang-kejang), kekuatan dan koordinasi, refleks tendon dalam, refleks primitif gigih, ataksia, dan
gerakan abnormal lainnya seperti dystonia atau athetosis .
Sensorik: penglihatan dan pendengaran harus selalu diuji dalam kasus dugaan MR / ID. Anak-anak penyandang cacat dan
MR / ID lebih mungkin dibandingkan anak-anak lain untuk memiliki gangguan penglihatan (kesalahan bias, strabismus,
ambliopia, katarak, pigmentasi retina abnormal, dan kebutaan kortikal) dan defisit pendengaran, khususnya di antara
orang-orang dengan gangguan parah.
Kulit: Temuan Cutaneous sebagai etiologi mencakup hiperpigmentasi dan hipopigmentasi makula, seperti caf-au-lait
makula (terkait dengan neurofibromatosis tipe 1), dan bintik-bintik abu-daun (yang berhubungan dengan tuberous
sclerosis), fibromas, dan pola pigmentasi yang tidak beraturan.
Ekstremitas: Periksa untuk fitur dismorfik dan disfungsi sistem organ indikasi sindrom. Meskipun MR / ID dengan
beberapa anomali kongenital dan malformasi utama menyumbang hanya 5-10% dari semua kasus, sebagian besar individu
ini mempengaruhi memiliki 3-4 anomali minor, terutama melibatkan wajah dan angka.
7
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Lab
Hibridisasi genetik komparatif (CGH) atau "microarray" semakin digunakan dalam evaluasi MR / ID dan harus
dipertimbangkan dalam karya-up dari semua anak dengan MR / ID baik setelah atau sebagai lini pertama bukannya
tinggi berbasis Array resolusi kariotipe dan pengujian rapuh-X. Hasilnya mungkin setinggi 20%; Namun, tingkat positif
palsu yang tinggi juga dapat mengacaukan interpretasi. Resolusi tinggi kariotipe (pada tingkat 650 band resolusi
minimal) harus diselesaikan pada semua anak dengan MR / ID. Kelainan kromosom (trisomi 21 dan lain-lain) dapat
menjelaskan sebanyak 50% dari mereka yang terkena dampak parah mendalam MR / ID.
Pengujian Fragile X (yaitu, analisis DNA dari wilayah FraXpromoter) harus dilakukan pada semua anak dengan MR /
ID. Pada periode pascapubertas, manifestasi klinis dari sindrom Fragile X cenderung mudah terlihat, sehingga analisis
DNA dapat dilakukan dengan lebih selektivitas pada populasi ini. Seks kromosom aneuploidi terlihat pada sebanyak 5%
dari anak-anak dengan ringan MR / ID atau anak dengan ketidakmampuan belajar.
Pemeriksaan FISH, sebagai berikut :
Prader-Willi/Angelman syndrome
Smith-Magenis syndrome
CATCH 22
Williams syndrome
Wolf-Hirschhorn syndrome
Cri du chat syndrome
Langer-Giedion (trichorhinophalangeal) syndrome
Miller-Dieker syndrome
Mengingat hasil yang rendah, laboratorium metabolik tidak secara rutin dilakukan kecuali ada indikasi klinis metabolik
atau skreening metabolik bayi baru lahir belum selesai atau hasilnya tidak tersedia
Plasma amino acids (aminoacidopathies)
Urinary organic acids (organic acidopathies)
Urinary mucopolysaccharides and oligosaccharides (mucopolysaccharidoses)
Plasma 7-DHC (Smith-Lemli-Opitz syndrome)
Thyroid function tests
Very-long-chain fatty acids (peroxisomal disorders)
Creatine kinase (in the assessment of profound central hypotonia versus myopathy)
Pemeriksaan Pencitraan
MRI Otak
Pencitraan otak harus dilakukan dalam setiap anak dengan keterlambatan perkembangan global atau MR / ID. Hasil
akan lebih tinggi dalam pengaturan pemeriksaan abnormalneurologic (misalnya, mikrosefali, temuan neurologis
fokal dan / atau dysmorphisms wajah).
MRI otak lebih dipilih daripada CT memindai karena lebih memiliki resolusi yang besar dan meningkatkan deteksi
kelainan pada perkembangan dan waktu mielinisasi, demielinisasi, dan materi abu-abu heterotopic.
CT scan Kepala
Ini adalah studi pencitraan pilihan untuk kalsifikasi yang dapat diidentifikasi dengan infeksi TORCH (yaitu,
toksoplasmosis, infeksi lain, rubella, CMV, herpes simpleks), ketika tuberous sclerosis diduga, atau jika craniosynostosis
adalah kekhawatiran.
Skeletal Films
Ini membantu dengan deskripsi fenotipik, karakterisasi sindrom, dan penilaian pertumbuhan.
Pemeriksaan Lain
Bayley Scales of Infant Development
o Normal untuk usia 2-49 bulan
o Nilai subtest untuk Bahasa ekspresif dan reseptif, motoric kasar, motoric halus, kemampuan memecahkan
masalah/kognitif, dan perhatian yang berkelanjutan
Stanford-Binet Intelligence Scale
o Normal untuk usia 2 tahun- 23 tahun
o Lima belas subyek untuk penilaian dari 4 bidang utama kemampuan kognitif: penalaran verbal, abstrak / penalaran
visual, memori kuantitatif, dan memori jangka pendek
1.7 TATALAKSANA
Sari Pediatri, Vol. 2, No. 3, Desember 2000
a. Tatalaksana Medis
Obat-obat yang sering digunakan dalam pengobatan retardasi mental adalah terutama untuk menekan gejala-gejala
hiperkinetik. Metilfenidat (ritalin) dapat memperbaiki keseimbangan emosi dan fungsi kognitif. Imipramin,
dekstroamfetamin, klorpromazin, flufenazin, fluoksetin kadang-kadang dipergunakan oleh psikiatri anak. Untuk menaikkan
kemampuan belajar pada umumnya diberikan tioridazin (melleril), metilfenidat, amfetamin, asam glutamat, gamma
aminobutyric acid (GABA)
c. Psikoterapi
Psikoterapi dapat diberikan kepada anak retardasi mental maupun kepada orangtua anak tersebut. Walaupun tidak dapat
menyembuhkan retardasi mental tetapi dengan psikoterapi dan obat-obatan dapat diusahakan perubahan sikap, tingkah laku
dan adaptasi sosialnya.
d. Konseling
Tujuan konseling dalam bidang retardasi mental ini adalah menentukan ada atau tidaknya retardasi mental dan derajat
retardasi mentalnya, evaluasi mengenai sistem kekeluargaan dan pengaruh retardasi mental pada keluarga, kemungkinan
penempatan di panti khusus, konseling pranikah dan pranatal.
e. Pendidikan
Pendidikan yang penting disini bukan hanya asal sekolah, namun bagaimana mendapatkan pendidikan yang cocok bagi anak
yang terbelakang ini. Terdapat empat macam tipe pendidikan untuk retardasi mental.
Kelas khusus sebagai tambahan dari sekolah biasa
Sekolah luar biasa C
Panti khusus
Pusat latihan kerja (sheltered workshop)
9
a. <6 years: Safety and efficacy not established
b. 6 years:
- Methylin, Ritalin (immediate-release tablets, chewable tablets, and oral solution): 5 mg PO q12hr; may increase
by 5-10 mg/day weekly; not to exceed 60 mg/day divided BID/TID
- Metadate ER, Methylin ER, and Ritalin SR: May be given in place of immediate-release products once the
daily dose is titrated and the titrated 8-hour dosage corresponds to SR or ER tablet size; not to exceed 60
mg/day
- Metadate CD, Ritalin LA: Initial, 20 mg PO qAM; may increase by 10 mg (Ritalin LA) or 10-20 mg (Metadate
CD) qWeek to not to exceed 60 mg/day
- Quillivant XR (6-12 years): 20 mg PO qAM initially; may titrate at weekly intervals by 10- to 20-mg
increments; not to exceed 60 mg/day
Weight-based dosing
Initial: 0.3 mg/kg/dose PO before breakfast and lunch; may increase by 0.1 mg/kg/dose qWeek
Maintenance: 0.3-1 mg/kg PO before breakfast and lunch; not to exceed 2 mg/kg/day PO divided q12hr
Concerta (methylphenidate-nave)
Trilayer core tablets; extended-release core with immediate release
Initial: 18 mg PO qDay; dosage may be increased by 18 mg/day at weekly intervals
Do not exceed 54 mg/day in children (6-12 years) and 72 mg/day in adolescents (13-17 years)
Narcolepsy
a. <6 years : Safety & efficacy not established
b. >6 years
Methylin, Ritalin (immediate-release tablets, chewable tablets, and oral solution): 5 mg PO q12hr; may increase
by 5-10 mg/day weekly; not to exceed 60 mg/day
Metadate ER, Methylin ER, and Ritalin SR: May be given in place of immediate-release products once the daily
dose is titrated and the titrated 8-hour dosage corresponds to SR or ER tablet size; not to exceed 60 mg/day
ES :
Headache Raynaud's phenomenom
Hypertension Vasculitis
Nausea Anxiety
Nervousness Anger
Toxic psychosis Agitation
Seizures Irritability
Tachycardia Vertigo
Angina Fatigue
Cardiac arrhythmia Erythema multiform
Cerebral occlusion Hyperhidrosis
Increased/decreased pulse Rash
Cerebral arteritis Urticaria
Cerebral hemorrhage Exfoliative dermatitis
10
Dysmenorrhea Paresthesia
Constipation Blurred vision
Xerostomia Necrotizing vasculitis
Vomiting Increased cough
Weight loss Dyspnea
Erectile dysfunction Sinusitis
Muscle tightness Upper respiratory tract infection
KI :
Hypersensitivity
Glaucoma
Riwayat keluarga Tourette's syndrome, motor tics
Marked anxiety, tension, agitation
Within 2 weeks of taking MAOIs: Risk of severe hypertensive reaction
Farkamokinetik :
Cara kerja : belum diketahui, dapat menghalangi pengambilan kembali Norepinefrin dan dopamine pada
neuron presinapsis, dapat menstimulasi SSP (sama seperti amfetamin), dapat menstimulasi kortex serebral dan
struktur subkortial
Absorpsi :
- Bioavailability: ~30%; large individual differences (11-52%)
- Duration: 3-6 hr (IR); 3-8 hr (ER, SR); 8-12 hr (CD, LA, Concerta)
- Peak plasma time: 6-8 hr (PO); 7.5-10.5 hr; (patch)
- Peak plasma concentration: 3.7 ng/mL (PO); 0-114 ng/mL (patch)
Onset Aksi :
- Immediate release: ~2hr
- Sustained-release tablet: 4-7 hr
- Extended-release tablet (Concerta): 1-2 hr
- Transdermal: ~2 hr; applied heat may expedite onset
Distribusi :
- Ikatan protein : 10-33%
- VD: d-Methylphenidate (2.65 L/kg); l-methylphenidate (1.80 L/kg)
Metabolism : kebanyakan di metabolism menjadi fenil-2-piperidine asam asetat (PPAA)
Eliminasi :
- Eksresi : urin 90%, kebanyakan dalam bentuk PPAA
- T1/2 : d-Methylphenidate 3-4jam, l-Methylphenidate 1-3jam
ES :
Abdominal pain (11-14%)
Headache (<26%)
Insomnia (12-27%)
Loss of appetite (22-36%)
11
Weight loss (4-11%)
KI :
Hypersensitivity
Hyperthryroidism
Glaucoma
Hypertension, advanced arteriosclerosis, symptomatic CVD
Symptomatic cardiovascular disease
Moderate-to-severe hypertension
Agitated states, history of drug abuse
MAO inhibitors given within 14 days (risk of severe hypertensive reaction)
Farmakokinetik :
Cara kerja : amine simpatomimetik yang menghasilkan pelepasan dopamine dan norepinefrin dari sisi
penyimpanannya pada saraf terminal presinapsis, dapat juga memblok pengambilan kembali katekolamin dengan
menghambat kompetitif
Absorpsi : baik
- Onset aksi : 30-60menit
- Durasi : 4-6jam
- Vd: 3.5-4.6 L/kg (distributes into CNS; mean CSF concentrations are 80% of plasma)
- Peak plasma time: 3 hr (Adderall); 7 hr (Adderall XR)
Metabolism : Hepatic via glucuronidation and CYP450 mono-oxygenase
Eliminasi :
- Half-life elimination (children) :
6-12 years: 9 hr (d-amphetamine); 11 hr (l-amphetamine)
12-18 ears: 11 hr (d-amphetamine); 13-14 hr (l-amphetamine)
- Half-life elimination (adults)
d-amphetamine: 10 hr
l-amphetamine: 13 hr
Eksresi : urin, bergantung pH urin
OBAT ANTIPSIKOTIK
C. RISPERIDONE (RISPEDAL)
Penggunaan :
Schizophrenia
<13 years: Safety and efficacy not established
>13 years: 0.5 mg/day PO in morning or evening initially; may be increased in increments of 0.5-1 mg/day at intervals 24
hr to recommended dosage of 3 mg/day; dosage range: 1-6 mg/day (dosages >3 mg/day have not been
provedmore effective and are associated with increased incidence of adverse effects)
If persistent somnolence occurs, daily dose may be divided q12hr
Bipolar Mania
<10 years: Safety and efficacy not established
>10 years: 0.5 mg/day PO in morning or evening initially; may be increased in increments of 0.5-1 mg/day at intervals 24
hr to recommended dosage of 2.5 mg/day; dosage range: 0.5-6 mg/day (dosages >2.5 mg/day have not been proved more
effective and are associated with increased incidence of adverse effects)
If persistent somnolence occurs, daily dose may be divided q12hr
ES :
Somnolence (40-45%) Fatigue (18-31%)
Insomnia (26-30%) Parkinsonism (28-62%)
Agitation (20-25%) Akathisia (5-11%)
Anxiety (10-15%) Increased appetite (4-44%)
Headache (10-15%) Vomiting (10-20%)
Rhinitis (10-15%)
KI : hipersensitivitas
Farmakokinetik :
Cara kerja : meredakan gejala negative psychoses dan menurunkan insidensi EPS
Absorpsi :
- bioavaibilitas 70%
- peak plasma time : Extensive metabolizers, 3 jam; poor metabolizers, 17jam
distribusi :
12
- Protein bound: Risperidone, 90%; metabolite, 77%
- Vd: 1-2 L/kg
Metabolism :
- Di liver oleh CYP2D6
- Metabolit : 9-hydroxyrisperidone (paliperidone)
Ekskresi : urin 70%, feses 14%
D. ARIPIPRAZOLE (ABILIFY)
Penggunaan :
Schizophrenia
13-17 years: 2 mg/day PO initially; increased to 5 mg/day after 2 days; increased to recommended dosage of 10 mg/day
after additional 2 days; may subsequently be increased by 5 mg/day; maintenance: 10-30 mg/day
Bipolar Mania
Acute manic or mixed episodes, either as monotherapy or as adjunct to lithium or valproate
10-17 years: 2 mg/day PO initially; increased to 5 mg/day after 2 days; increased to recommended dosage of 10 mg/day
after additional 2 days; may subsequently be increased by 5 mg/day; maintenance: 10-30 mg/day
ES :
Berat badan bertambah (8-30%) Nausea dan muntah (11-15%)
Sakit kepala (27%) Akathisia (10-13%)
Agitation (19%) Lightheadedness (11%)
Insomnia (18%) Constipation (10-11%)
Anxiety (17%)
KI : hipersensitifitas
Farmakokinetik :
Cara kerja : antipsikotik atipikal
Absorpsi :
- Bioavailability: 87% (tablet); 100% (IM)
- Peak plasma time: 1-3 hr (IR); 5-7 hr (ER); 3-5 hr (tablet)
Distribusi :
- Protein bound: 99%
- Vd: 404 L (4.9 L/kg)
Metabolism :
- Metabolized by CYP2D6 and CYP3A4
- Metabolites: Dehydroaripiprazole (40%)
Eliminasi :
- Half-life: 75 hr (parent drug); 94 hr (metabolite); 30-47 days (IM); 146 hr (poor metabolizers)
- Excretion: Feces (55%), urine (25%)
1.8 PENCEGAHAN
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001523.htm
Genetic : konseling genetic dan screening selama masa kehamilan dapat membantu orangtua untuk memahami risiko
dan membuat rencana serta keputusan
Social : program nutrisi dapat menurunkan ketidakmampuan yang berhubungan dengan malnutrisi. Intervensi dini
dalam situasi buruk dapat membantu
Toxic : mencegah terpaparnya diri dari timbal, mercury, dan zat beracun lain dapat menurunkan risiko RM.
Mengajarkan wanita tentang bahaya alcohol dan obat-obatan selama kehamilan dapat menurunkan risiko
Penyakit infeksius : beberapa infeksi dapat menyebabkan RM. Mencegah penyakit tersebut dapat menurunkan risko.
Sebagai contoh, sindrom rubella dapat dicegah dengan vaksinasi. Mencegah paparan kfeses kucing dapat menutunkan
toxoplasmosis selama kehamilan
1.9 PROGNOSIS
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001523.htm
prognosis bergantung pada :
- Tingkat keparahan dan penyebab RM
- Kondisi lain
13
- Terapi
Banyak orang menjalani kehidupan yang produktif dan belajar untuk berfungsi sendiri. Lainnya membutuhkan lingkungan
yang terstruktur untuk menjadi yang paling sukses.
Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit
dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan (Soetjiningsih, 2000).
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, atau ukuran, yang bisa diukur dengan ukuran
berat (gram, kilogram) dan ukuran panjang (cm, meter), sedangkan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dari seluruh bagian tubuh sehingga masing-masing dapat
memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil berinteraksi
dengan lingkungannya (Kania, 2006).
a. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Secara umum terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak, yaitu:
1) Faktor genetik
Faktor genetik ini yang menentukan sifat bawaan anak tersebut. Kemampuan anak merupakan ciri-ciri yang khas
yang diturunkan dari orang tuanya (Kania, 2006).
2) Faktor lingkungan
Yang dimaksud lingkungan yaitu suasana di mana anak itu berada. Dalam hal ini lingkungan berfungsi sebagai
penyedia kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang sejak dalam kandungan sampai dewasa. Lingkungan
yang baik akan menunjang tumbuh kembang anak, sebaliknya lingkungan yang kurang baik akan menghambat
tumbuh kembangnya (Kania, 2006).
a) Faktor lingkungan pranatal
Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih dalam kandungan. Faktor lingkungan
pranatal yang berpengaruh pada tumbuh kembang janin mulai dari konsepsi sampai lahir. Antara lain gizi
ibu pada waktu hamil, mekanis, toksik atau zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stres, imunitas dan anoksia
embrio (Soetjiningsih, 2000).
b) Faktor lingkungan posnatal
Bayi baru lahir harus berhasil melewati masa transisi, dari suatu sistem yang teratur yang sebagian besar
tergantung pada organ-organ ibunya, ke suatu sistem yang tergantung pada kemampuan genetik dan
mekanisme homeostatik bayi itu sendiri. Lingkungan post natal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak
secara umum dapat digolongkan menjadi (Soetjiningsih, 2000):
1. Lingkungan biologis.
2. Lingkungan fisik
3. Faktor psikososial
4. Faktor keluarga dan adat istiadat.
Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling berkaitan. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai
berikut (Rusmila, 2008):
1) Perkembangan menimbulkan perubahan. Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap
pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan intelegensia pada seorang anak akan
menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf.
2) Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan selanjutnya. Setiap anak tidak
akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang
anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki
dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat. Karena itu perkembangan awal ini
merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.
14
3) Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda. Sebagaimana pertumbuhan,
perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan
fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing anak.
4) Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan. Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun
demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak sehat, bertambah umur,
bertambah berat dan tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya.
5) Perkembangan mempunyai pola yang tetap. Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang
tetap, yaitu: a. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke arah kaudal/anggota
tubuh (pola sefalokaudal); b. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu
berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimodistal).
6) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan. Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur
dan berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat
lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan dan sebagainya.
1. Pertumbuhan Anak
Tumbuh adalah bertambah besarnya ukuran sel atau organ tubuh sedangkan perkembangan adalah bertambahnya
fungsi organ tubuh. Pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Artinya untuk
perkembangan yang normal diperlukan pertumbuhan yang selalu bersamaan dengan kematangan fungsi. Sebuah
organ yang tumbuh atau menjadi besar karena sel-sel jaringan yang mengalami proliferasi atau hiperplasia dan
hipertrofi. Pada awalnya organ ini masih sederhana dan fungsinya pun belum sempurna. Dengan bertambahnya
umur atau waktu, organ tersebut berikut fungsinya akan tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan seorang anak
memberikan gambaran tentang perkembangan keadaan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi seorang
anak untuk berbagai proses biologis termasuk untuk tumbuh (Harahap, 2004).
Periode pertumbuhan dan perkembangan anak mulai di dalam kandungan ibu sampai umur 2 tahun disebut masa
kritis tumbuh-kembang. Bila anak gagal melalui periode kritis ini maka anak tersebut sudah terjebak dalam kondisi
point of no return, artinya walaupun anak dapat dipertahankan hidup tetapi kapasitas tumbuh-kembangnya tidak
bisa dikembalikan ke kondisi potensialnya (Buku saku gizi, 2010).
Pada dasarnya pertumbuhan dibagi dua, yaitu; pertumbuhan yang bersifat linier dan pertumbuhan massa jaringan.
Dari sudut pandang antropometri, kedua jenis pertumbuhan ini mempunyai arti yang berbeda. Pertumbuhan linier
menggambarkan status gizi yang dihubungkan pada saat lampau, dan pertumbuhan massa jaringan menggambarkan
status gizi yang dihubungkan pada saat sekarang atau saat pengukuran (Supariasa dkk, 2002).
a. Pertumbuhan linier
Ukuran yang berhubungan dengan tinggi (panjang) atau stature dan merefleksikan pertumbuhan skeletal. Contoh
ukuran linier adalah panjang badan, lingkar dada dan lingkar kepala. Ukuran linier yang rendah biasanya
menunjukkan keadaan gizi kurang akibat kekurangan energi dan protein yang diderita waktu lampau. Ukuran
linier yang paling sering digunakan adalah tinggi atau panjang badan (Supariasa dkk, 2002; Yayuk H dan Tryanti,
2008).
b. Pertumbuhan Massa Jaringan
bentuk dan ukuran massa jaringan adalah massa tubuh. Contoh ukuran massa tubuh adalah berat badan, lingkar
lengan atas (LLA), dan tebal lemak bawah kulit, apabila ukuran ini rendah atau kecil, menunjukkan keadaan gizi
kurang akibat kekurangan energi dan protein yang diderita pada waktu pengukuran dilakukan. Ukuran massa
jaringan yang sering digunakan adalah berat badan (Supariasa dkk, 2002).
c. Tahap pertumbuhan anak
Tahap perkembangan anak berangsur-angsur mulai dari (Harahap, 2004):
1) Pertumbuhan yang cepat sekali dalam tahun pertama, yang kemudian mengurang secara berangsur-angsur
sampai umur 3-4 tahun.
2) Pertumbuhan yang berjalan lamban dan teratur sampai masa akil balik.
3) Pertumbuhan cepat pada masa akil balik (12-16 tahun).
4) Pertumbuhan kecepatannya mengurang berangsur-angsur sampai suatu waktu (kira-kira umur 18 tahun)
berhenti. Dalam tahun pertama panjang badan bayi bertambah dengan 23 cm (dinegeri maju 25 cm), sehingga
anak pada umur 1 tahun panjangnya menjadi 71 cm (75 cm di negeri maju).Kemudian kecepatan pertambahan
panjang badan kira-kira 5 cm per-tahun (Harahap, 2004).
2. Perkembangan Anak
15
Perkembnagan (development) adalah bertambahnya kemapuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut
adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang
sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya (Soetjiningsih, 2000).
Perkembangan merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini tidak bersifat kuntitatif, melainkan kualitatif. Jadi
perkembangan itu adalah proses terjadinya perubahan pada manusia baik secara fisik maupun secara mental sejak
berada di dalam kandungan sampai manusia tersebut meninggal. Proses perkembangan pada manusia terjadi
dikarenakan manusia mengalami kematangan dan proses belajar dari waktu ke waktu. Kematangan adalah
perubahan yang terjadi pada individu dikarenakan adanya perkembangan dan pertumbuhan fisik dan biologis,
misalnya seorang anak yang beranjak menjadi dewasa akan mengalami perubahan pada fisik dan mentalnya.
Deteksi dini perkembangan anak dilakukan dengan cara pemeriksaan perkembangan secara berkala, apakah sesuai
dengan umur atau telah terjadi penyimpangan dari perkembangan normal. Empat parameter yang dipakai dalam
menilai perkembangan anak adalah:
1. Gerakan motorik kasar (pergerakan dan sikap tubuh).
2. Gerakan motorik halus (menggambar, memegang suatu benda dll).
3. Bahasa (kemampuan merespon suara, mengikuti perintah, berbicara spontan).
4. Kepribadian/tingkah laku (bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya).
1) Perkembangan Fisik
Pertumbuhan fisik pada masa ini lambat dan relatif seimbang. Peningkatan berat badan anak lebih banyak
dari pada panjang badannya. Peningkatan berat badan anak terjadi terutama karena bertambahnya ukuran
sistem rangka, otot dan ukuran beberapa organ tubuh lainnya (Administrator, 2010)
2) Perkembangan Motorik Kasar
Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan
pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya
(Rusmil, 2009). Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi
dibandingkan dengan masa bayi. Anak anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan pandai meloncat
serta mampu menjaga keseimbangan badannya (Administrator, 2010).
b) Perkembangan Motorik Halus
Untuk memperhalus ketrampilan ketrampilan motorik, anak anak terus melakukan berbagai aktivitas
fisik yang terkadang bersifat informal dalam bentuk permainan. Gerak halus atau motorik halus adalah
aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian
tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti
mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya. Disamping itu, anak anak juga melibatkan
diri dalam aktivitas permainan olahraga yang bersifat formal, seperti senam, berenang, dll
(Administrator, 2010; Rusmil, 2009).
16
merangkak mengambil benda kecil dengan ibu jari atau
telunjuk
berdiri dan berjalan beberapa langkah
membuka 2-3 halaman buku secara
berjalan cepat
bersamaan
cepat-cepat duduk agar tidak jatuh
menyusun menara dari balok
merangkak di tangga
memindahkan air dari gelas ke gelas lain
berdiri di kursi tanpa pegangan
belajar memakai kaus kaki sendiri
menarik dan mendorong benda-benda
menyalakan TV dan bermain remote
berat
belajar mengupas pisang
melempar bola
Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu
secara keseluruhan. Beberapa pengaruh perkembangan motorik terhadap konstelasi perkembangan
individu dipaparkan oleh Hurlock (1996) sebagai berikut (Perdani, 2009):
1. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang.
Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan
menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan.
2. Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan-bulan
pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang independent. Anak dapat bergerak dari satu tempat ke
tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembangan
rasa percaya diri.
17
3. Melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada
usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis,
menggambar, melukis, dan barisberbaris.
4. Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul
dengan teman sebayannya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul
dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucilkankan atau menjadi anak yang fringer
(terpinggirkan).
5. Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan selfconcept atau
kepribadian anak.
Berikut adalah beberapa tes perkembangan motorik yang sering digunakan dalam menilai perkembangan
anak, yaitu (Narendra, 2006) :
1. Brazelton Newborn Behaviour Assessment Scale, berfungsi menaksir kondisi bayi, refleks dan
interaksi. Skala ini digunakan untuk anak umur neonatus
Uzgiris-Hunt Ordinal Scale, berfungsi menaksir stadium sensorimotor menurut Piaget, yang
digunakan pada anak umur 0-2 tahun.
2. Gesell Infant Scale dan Catell Infant Scale, berfungsi terutama menaksir perkembangan motorik
pada tahun pertama dengan beberapa perkembangan sosial dan bahasa, digunakan pada umur 4
minggu-3,5/6 tahun.
3. Bayley Infant Scale of Development, berfungsi menaksir perkembangan motorik dan sosial,
digunakan pada usia 8 minggu 2,5 tahun.
4. The Denver Developmental Screening Test, berfungsi menaksir perkembangan personal sosial,
motorik halus, bahasa dan motorik kasar pada usia 1 bulan 6 tahun.
5. Yale Revised Development Test, berfungsi menaksir perkembangan motorik kasar, motorik halus,
adaptif, perilaku sosial dan bahasa, diguanakn pada usia 4 minggu 6 tahun
6. Geometric Forms Test, berfungsi menaksir perkembangan motorik halus dan intelektual.
7. Motor Milestone Development
Kartu perkembangan motorik anak merupakan kartu yang digunakan Depkes dan dokter anak.
Kurva perkembangan anaknya hanya mencantumkan satu titik kemampuan gerak anak yang
merupakan hasil perhitungan modus sejumlah anak pada umur tertentu pada studi
perkembangan anak di luar negeri. Secara alamiah setiap anak dalam perkembangannya
memiliki variasi kemampuan gerak (motorik milestone) pada umur yang dicapai.
Pusat Penelitian dan pengembangan Gizi dan. Makanan Bogor pada pertengahan tahun 2003;
telah me1akukan penelitian studi motorik milestone untuk pembuatan KMS perkembangan
anak. Penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban karena menurut kronologis kemampuan
motorik milestone serta variasinya menurut umur anak, sehingga mendapatkan suatu kurva
perlcembangan anak yang sesuai dan relevan dengan program nasional gizi dan kesehatan.
Hasil penelitiannya menghasilkan sutau Irurva perkembangan anak yang merupakan cikal bakal
untuk kurva perkembangan anak. Kurva perkembangan anak yang terbentuk ini merupakan
gambaran dari perkembangan anak sehat Indonesia, Berikut ini, antropometri yang digunakan
untuk mengukur motorik bayi dengan mengggunakan Milestone Perkembangan Motori :
18
3) Perkembangan Kognitif
Dalam keadaan normal, pada periode ini pikiran anak berkembang secara berangsur angsur. Jika pada
periode sebelumnya, daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada periode ini daya
pikir anak sudah berkembang ke arah yang lebih konkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat
kuat, sehingga anak benar-benar berada pada stadium belajar (Administrator, 2010).
Menurut teori Piaget, pemikiran anak anak usia sekolah dasar disebut pemikiran Operasional Konkrit
(Concret Operational Thought), artinya aktivitas mental yang difokuskan pada objek objek peristiwa nyata
atau konkrit. Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi
yang bersumber dari pancaindera, karena ia mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang
tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya (Administrator, 2010).
Perkembangan memiliki karakteristik yang dapat diramalkan dan memiliki ciri-ciri sehingga dapat
diperhitungkan. Ciri-ciri tersebut, sebagai berikut Soetjiningsih (2000):
1) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan, Perkembangan adalah proses yang kontinue dari konsepsi
sampai maturasi. Perkembangan sudah terjadi sejak didalam kandungan, dan setelah kelahiran merupakan
suatu masa dimana perkembangan dapat dengan mudah diamati.
2) Dalam priode tertentu ada masa percepatan dan ada masa perlambatan. Terdapat 3 (tiga) periode
pertumbuhan cepat adalah pada masa janin, masa bayi 0 1 tahun, dan masa pubertas.
3) Perkembangan memiliki pola yang sama pada setiap anak, tetapi kecepatannya berbeda.
4) Perkembangan dipengaruhi oleh maturasi system saraf pusat. Bayi akan menggerakkan seluruh tubuhnya,
tangan dan kakinya.
5) Refleks primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan menghilang sebelum gerakan volunter tercapai.
Sumber :
repository.unhas.ac.id/bitstream/123456789/400/3/BAB%20II.docx
19
http://idai.or.id/downloads/CDC/Kurva-pertumbuhan-CDC-2000-lengkap.pdf
Skala Yaumil-mimi
Perkembangan Mental Anak
(Gerakan-gerakan Kasar&Halus,Emosi,Sosial,Perilaku,Bicara).
20
Dari 18 sampai 24 bulan:
Naik turun tangga
Menyusun 6 kotak
Menunjuk mata dan hidungnya
Menyusun dua kata
Belajar makan sendiri
Menggambar garis di kertas atau pasir
Mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil/ kencing
Menaruh minat kepada apa yang dikerjakan oleh orang-orang yang lebih besar
Memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain-main dengan mereka
21
Membuat permainan dari kertas
Mengenal tugas, larangan-larangan
Aktivitas sehari-hari: makan sendiri, minum sendiri, kontrol buang air besar (BAB), kontrol buang air kecil (BAK).
2.2 JENIS-JENIS ZAT GIZI YANG DIBUTUHKAN UNTUK PERTUMBUHAN ANAK DAN REMAJA
Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kecukupan gizi sangat diperlukan oleh setiap individu,
sejak dalam kandungan, bayi, anak-anak, masa remaja, hingga usia lanjut. Zat besi merupakan salah satu komponen gizi
mikro yang memiliki peranan penting dalam proses tumbuh kembang khususnya pada anak. (Soekirman, 2000)
Jenis-jenis zat gizi penunjang perkembangan otak dan kecerdasan anak adalah:
1. Karbohidrat, dalam bentuk gula sederhana dan gula kompleks, dibutuhkan sebagai sumber energi untuk membentuk
sel-sel otak baru.
2. Protein, baik hewani maupun nabati, terdiri daru 25 jenis asam amino yang berperan penting bagi terbentuknya
neutrotransmitter, yaitu senyawa pengantar pesan dari sel otak satu ke sel otak yang lain.
3. Lemak, terutama dalam bentuk asam lemak, sebagai bahan baku pembentuk sel-sel otak baru. Sebanyak 60% dari
otak terbentuk dari lemak. Jenis asam lemak yang paling utama adalah asam lemak tidak jenuh rantai panjang,
contohnya omega-3, EPA, dan DHA. Asam lemak omega-3 ini paling banyak ditemukan dalam ikan laut, seperti
ikan kod.
4. Vitamin dan mineral, sangat dibutuhkan untuk membantu fungsi kerja otak, menunjang kerja sistem imun dan sistem
saraf pusat.
Vitamin A meningkatkan daya tahan tubuh.
Vitamin D menjaga kesehatan tulang dan gigi.
DHA 224 mg/5 ml membantu perkembangan sel-sel otak.
Kecerdasan, keterampilan, dan perkembangan mental balita tidak lepas dari pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak.
Agar otak anak berkembang optimal, harus memenuhi aneka zat gizi yang diperlukan. Apalagi, ilmu pengetahuan
mengajarkan bahwa otak terus tumbuh hingga anak berusia dua tahun. Artinya, pada masa emas itulah, balita harus
mengonsumsi makanan bergizi lengkap dan seimbang, terutama untuk perkembangan otaknya.
Aneka zat gizi yang berperan penting bagi perkembangan otak, diantaranya adalah kelompok asam lemak tak jenuh, kalori
dan protein, zat besi, kelompok vitamin B, dan seng (Zn).
3. Zat besi
Zat besi berperan besar dalam pembentukan sel-sel baru, termasuk otak, di mana mengangkut dan mendistribusikan O2 paru-
paru ke seluruh tubuh. Serta berperan dalam pembentukan eritrosit di dalam sumsum tulang belakang. Sistem imun yang
berfungsi dengan baik adalah tanda cukupnya zat besi dalam tubuh. Sumber-sumbernya adalah hati, daging merah, ikan,
telur, serealia, dan sayuran berwarna hijau tua.
4. Kelompok vitamin B
Berbagai jenis vitamin B sangat besar peranannya dalam perkembangan otak anak, yaitu B1, B3, B6, dan B12.
Vitamin B1 melindungi sel-sel saraf dalam jaringan sel pusat, B3 menjaga keseimbangan kerja sel-sel saraf, B6 berperan
dalam proses pembentukan eritrosit, serta membantu tubuh dalam proses penyerapan karbohidrat, protein, dan lemak; B12
berperan dalam membentuk senyawa kimia yang mendukung pertumbuhan dan fungsi sel saraf dan pertumbuhan tulang
belakang, serta mencegah kerusakan saraf dan meningkatkan daya ingat. Bersama zat besi, vitamin B12 jga membantu
pembentukan eritrosit. Sumber vitamin B adalah serealia, kacang-kacangan, biji-bijian, ikan, ayam, daging tanpa lemak,
produk olahan susu, dan sayuran berwarna hijau.
5. Seng (Zn)
Seng berfungsi membantu otak dalam mengantar informasi genetik dalam sel. Selain itu, seng juga bertugas membantu proses
pembentukan sel-sel tubuh, termasuk otak. Kekurangan seng dapat berpengaruh terhadap perkembangan kecedasan anak dan
gangguan fungsi otak. Seng banyak terdapat dalam daging, hati, ayam, seafood, susu, biji-bijian, dan kacang-kacangan.
(Hurlock, 2007)
(Nelson, 1999)
23
Vitamin B
Thiamine Sebagai koenzim dalam metabolisme karbohidrat Padi-padian, ragi, jeroan
Konduksi membran dan saraf Susu, telur, daging, kacang-
Riboflavin Sebagai komponen dalam koenzim FAD dan FMN kacangan
Berperan sebagai kofaktor enzim, seperti NAD
dehidrogenase
Merupakan komponen dari hampir semua zat-zat pembawa Ikan tuna dan halibut,
Niasin elektron dalam sel hidup daging, sereal gandum
Berperan dalam berbagai proses metabolisme
Sebagai bagian dari koenzim A dan protein pembawa asil Kuning telur, susu, kacang-
Asam Sebagai koenzim piridoksal fosfat dan piridiksamine fosfat kacangan
Pantothenat Koenzim dalam mitokondria dan sitosol dalam metabolisme Daging, ikan, tepung
Piridoksin asam amino, purin, dan nukleat kedelai, ragi
Kofaktor enzim sintesis DNA dan RNA Sayuran hijau, kacang-
Asam Folat kacangan, telur, ikan
Telur, susu
Kobalamin
Sebagai antioksidan yang mempengaruhi redoks potensial Kacang-kacangan, sayuran
tubuh hijau, buah-buahan
Integritas epitel melalui kesehatan kolagen
Vitamin C Mekanisme imunitas
Mempercepat absorbsi besi
Sintesis hormon norepinefrin dan reseptor neurotransmitter
asetilkolin
Homeostasis kalsium dalam plasma Minyak ikan laut, kuning
Vitamin D Mengatur sintesis protein yang mengatur transpor Ca telur
Pembentukan garam Ca di jaringan yang membutuhkan
Sebagai antioksidan alam paling kuat Minyak biji-bijian, buah,
Vitamin E
Berperan dalam metabolisme selenium sayur, lemak
Sintesis protrombin, faktor VII, IX, dan X Sayuran hijau, sereal, susu,
Vitamin K Sebagai kofaktor enzim yang mempercepat reaksi telur
karboksilase pada hati
(Nelson, 1999)
24
Fosfor Membantu pembentukan tulang dan gigi Susu, kuning telur, kacang-
Struktur nukleus dan sitoplasma sel kacangan
Kalium Berperan dalam kontraksi otot Tersebar luas
Hantaran impuls saraf
Keseimbangan cairan dalam tubuh
Selenium Kofaktor glutation peroksidase Sayuran, daging
Sulfur Unsur pokok protein seluler Makanan berprotein
Berperan dalam pembentukan melanin
Natrium Berperan dalam menjaga tekanan osmotik Garam, susu, telur
Menjaga keseimbangan asam basa
Seng Unsur pokok enzim Daging, susu, kacang
(Nelson, 1999)
Masa remaja menurut WHO adalah antara 10 24 tahun, sedangkan menurut Monks (1992) masa remaja
berlangsung pada umur 12-21 tahun dengan pembagian masa remaja awal (12-15 tahun), masa remaja pertengahan (15-18
tahun) dan masa remaja akhir (18-21 tahun).
Faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan kebutuhan energi remaja adalah aktivitas fisik. Remaja yang aktif
dan banyak melakukan olahraga memerlukan asupan energi yang lebih besar dibandingkan yang kurang aktif.
Angka kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja dan dewasa muda perempuan 2000-2200 kkal, sedangkan untuk
laki-laki antara 2400-2800 kkal setiap hari.
Parameter dan indeks antropometri yang umum digunakan untuk menilai status gizi anak adalah indikator Berat Badan
Menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U), Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) (Depkes RI,
2006).
1. Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang memberikan gambaran tentang massa tubuh (otot dan lemak),
karena massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan yang mendadak misalnya karena penyakit infeksi, menurunnya nafsu
makan atau menurunya makanan yang dikonsumsi maka berat badan merupakan ukuran antropometri yang sangat labil.
Berdasarkan sifat-sifat ini, maka indeks berat badan menurut umur (BB/U) digunakan sebagai salah satu indikator status gizi.
Oleh karena sifat berat badan yang stabil maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang pada saat kini
(current nutritional status).
Penggunaan indeks BB/U sebagai indikator status gizi memiliki kelebihan dan kekurangan yang perlu mendapat perhatian.
Kelebihan indeks BB/U yaitu :
1. Dapat lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum.
2. Sensitif untuk melihat perubahan status gizi jangka pendek.
3. Dapat mendeteksi kegemukan (Over weight).
Kelemahan dari indek BB/U adalah :
1. Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat udema.
2. Memerlukan data umur yang akurat.
3. Sering terjadi kesalahan pengukuran misalnya pengaruh pakaian, atau gerakan anak pada saat penimbangan.
4. Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya setempat. Dalam hal ini masih ada
orang tua yang tidak mau menimbangkan anaknya karena seperti barang dagangan (Supariasa, 2002).
Rumus IMT :
IMT = BB (kg) : (TB (m) x TB (m))
(Soekirman, 2000)
Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Antropometri
Dalam penelitian status gizi, khususnya untuk keperluan klasifikasi diperlukan ukuran baku (reference). Pada tahun 2009,
Standar Antropometri WHO 2007 diperkenalkan oleh WHO sebagai standar antopometri untuk anak dan remaja di dunia.
26
Indeks BB/U Indeks TB/U Indeks IMT/U
a. Normal : -2 SD s/d 2 SD a. Normal : -2 SD s/d 2 SD a. Sangat gemuk : > 3 SD
b. Kurang : -3 SD s/d < -2 SD b. Pendek : -3 SD s/d < -2 SD b. Gemuk : > 2 SD s/d 3 SD
c. Sangat Kurang : < -3 SD c. Sangat pendek : < -3 SD c. Normal : -2 SD s/d 2 SD
d. Kurus : -3 SD s/d < -2 SD
e. Sangat kurus : < -3 SD
AKG Remaja
Uraian Perempuan Laki laki
13- 15 th 16 19 th 20 - 45 th 13 - 15 th 16 - 19 th 20 - 45 th
Energi (kcal) 2100 2000 2200 2400 2500 2800
Protein (g) 62 51 48 64 66 55
Kalsium (mg) 700 600 600 700 600 500
Besi (mg) 19 25 26 17 23 13
Vit. A (RE) 500 500 500 600 700 700
Vit. E (mg) 8 8 8 10 10 10
Vit B1 (mg) 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,2
Vit C (mg) 60 60 60 60 60 60
Folat (mg) 130 150 150 125 165 170
(Hurlock, 2007)
Menurut ajaran Islam, anak adalah amanah Allah dan tidak bisa dianggap sebagai harta benda yang bisa diperlakukan
sekehendak hati oleh orang tua. Sebagai amanah anak harus dijaga sebaik mungkin oleh yang memegangnya, yaitu orang
tua. Anak adalah manusia yang memiliki nilai kemanusiaan yang tidak bisa dihilangkan dengan alasan apa pun.
Janganlah kamu membunuh anak anakmu karena takut miskin. Kami akan memberikan rizqi kepadamu dan kepada
mereka. ( QS. Al-Anam: 151)
Dari ayat tersebut sangat jelas bahwa orang tua mempunyai kewajiban agar anak tetap bisa hidup betapapun susahnya
kondisi ekonomi orang tua. Ayat itu juga memberi jaminan kepada kita bahwa Allah saw pasti akan memberikan rizqi
baik kepada orang tua maupun sang anak, asalkan berusaha.
2. Menyusui
Wajib atas seorang ibu menyusui anaknya yang masih kecil, sebagaimana firman Allah (QS AI Baqarah: 233)
}233{
Artinya: Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama 2 tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan
penyusuan.
Bayi yang memperoleh ASI akan mempunyai daya kekebalan tubuh yang lebih baik. Seorang ibu diwajibkan untuk
menyusui anaknya sampai 2 tahun penuh, kecuali ada alasan yang dapat diterima oleh hukum Islam. Menyusui anak
sampai dua tahun ini akan menumbuhkan pengaruh positif terhadap sang anak baik secara fisik maupun secara jiwani.
4. Mengaqiqahkan Anak
Menurut keterangan A. Hasaan aqiqah adalah; menyembelih kambing untuk (bayi) yang baru lahir, dicukur dan diberi
nama anak itu, pada hari ketujuhnya.
Rasulullah s.a.w. bersabda; Tiap-tiap seorang anak tergadai dengan aqiqahnya. Disembelih (aqiqah) itu buat dia pada
hari yang ketujuhnya dan di cukur serta diberi nama dia. (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Imam yang empat dan
dishahihkan oleh At Tirmidzy, hadits dari Samurah ).
5. Mendidik anak
Mendidik anak dengan baik merupakan salah satu sifat seorang ibu muslimah. Dia senantiasa mendidik anak-anaknya
dengan akhlak yang baik, yaitu akhlak Muhammad dan para sahabatnya yang mulia. Mendidik anak bukanlah (sekedar)
kemurahan hati seorang ibu kepada anak-anaknya, akan tetapi merupakan kewajiban dan fitrah yang diberikan Allah kepada
seorang ibu.
Mendidik anak pun tidak terbatas dalam satu perkara saja tanpa perkara lainnya, seperti mencucikan pakaiannya atau
membersihkan badannya saja. Bahkan mendidik anak itu mencakup perkara yang luas, mengingat anak merupakan generasi
penerus yang akan menggantikan kita yang diharapkan menjadi generasi tangguh yang akan memenuhi bumi ini dengan
kekuatan, hikmah, ilmu, kemuliaan dan kejayaan.
Seorang anak terlahir di atas fitrah, sebagaimana sabda Rasulullah maka sesuatu yang sedikit saja akan berpengaruh
padanya. Dan wanita muslimah adalah orang yang bersegera menanamkan agama yang mudah ini, serta menanamkan
kecintaan tehadap agama ini kepada anak-anaknya.
Mengenai kekhassan kaum wanita, antara lain Rasulullah s.a.w. bersabda; Wanita itu bagaikan tulang rusuk. Apabila anda
biarkan begitu saja, dia akan tetap bengkok. Namun apabila anda luruskan sekaligus, dia akan patah.
16. Memberikan kepada anak tempat yang baik dalam hati orang tua
Hilangkanlah rasa benci pada anak apa pun yang mereka lakukan, doakan dia selalu, agar menjadi anak yang sholeh,
santunilah dengan lemah lembut, sabarlah menghadapi perilakunya yang tidak baik, hadapi segalanya dengan penuh kearifan,
jangan mudah membentak apalagi memukul tanpa alasan, tempatkan dia dengan ikhlas pada hati, belailah dengan penuh
kasih sayang nasehati dengan santun.
Seorang datang kepada Nabi s.a.w. dan bertanya; Ya Rasulullah, apakah hak anakku ini? Nabi s.a.w. menjawab; Kau
memberinya nama yang baik, memberi adab yang baik dan memberinya kedudukan yang baik (dalam hatimu). ( HR At
Tuusy )
18. Menikahkannya
Bila anak telah memasuki usia siap nikah, maka nikahkanlah. Jangan biarkan mereka terus tersesat dalam belantara
kemaksiatan. Doakan dan dorong mereka untuk hidup berkeluarga, tak perlu menunggu memasuki usia senja.
Bila muncul rasa khawatir tidak mendapat rezeki dan menanggung beban berat kelurga, Allah berjanji akan
menutupinya seiring dengan usaha dan kerja keras yang dilakukannya, sebagaimana firman-Nya,
Kawinkanlah anak-anak kamu (yang belum kawin) dan orang-orang yang sudah waktunya kawin dari hamba-hambamu
yang laki-laki ataupun yang perempuan. Jika mereka itu orang-orang yang tidak mampu, maka Allah akan memberikan
kekayaan kepada mereka dari anugerah-Nya. (QS. An-Nur:32)
Sesungguhnya pemuda itu sedang tumbuh. Maka apabila dia lebih mengutamakan untuk duduk bersama orang-orang yang
berilmu, hampir-hampir bisa dikata dia akan selamat. Namun bila dia cenderung pada selain mereka, hampir-hampir dia
rusak binasa. (Dinukil dari Lammud Durril Mantsur minal Qaulil Ma`tsur, bab Hukmus Salaf alal Mar`i bi Qarinihi wa
Mamsyahu).
29
SUMBER
Harold Kaplan & Benyamin Sadock. (2008). Synopsis Psikiatri jilid 2. Jakarta. Karisma.
http://idai.or.id/downloads/CDC/Kurva-pertumbuhan-CDC-2000-lengkap.pdf
Hurlock, E.B. (2007). Perkembangan Anak. Jilid 1. Jakarta. Gramedia.
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah. (2000). Fiqih Bayi. Jakarta. Fikr Rabbani Group.
Nelson, Behrman, Kliegman, Arvin (1999). Ilmu Kesehatan Anak jilid 1 Edisi 15. Jakarta. EGC
30