Anda di halaman 1dari 52

Alifa Umami / 1102012016

1
Skenario 1-Penglihatan terganggu

LI 1. Memahami dan menjelaskan tentang anatomi pancreas


LO 1.1. Anatomi makroskopik pancreas

Pankreas merupakan organ yang memanjang dan terletak pada epigastrium dan kuadran kiri atas.
Terletak retroperitoneal melintang di abdomen bagian atas dengan panjang 25 cm, dan berat
Alifa Umami / 1102012016
2
Skenario 1-Penglihatan terganggu

120 g. Strukturnya lunak, berlobus, dan terletak pada dinding posterior abdomen di belakang
peritoneum. Pankreas menyilang planum transpyloricum. Pancreas dapat dibagi dalam caput,
collum, corpus, cauda.
Pancreas dapat dibagi dalam:
Caput Pancreatis, berbentuk seperti cakram dan terletak di dalam bagiancekung duodenum.
Sebagian caput meluas ke kiri di belakang arteria san venamesenterica superior serta
dinamakan Processus Uncinatus.
Collum Pancreatis, merupakan bagian pancreas yang mengecil danmenghubungkan caput
dan corpus pancreatis. Collum pancreatis terletak didepan pangkal vena portae hepatis dan
tempat dipercabangkannya arteriamesenterica superior dari aorta.
Corpus Pancreatis, berjalan ke atas dan kiri, menyilang garis tengah. Pada potongan
melintang sedikit berbentuk segitiga.
Cauda Pancreatis, berjalan ke depan menuju ligamentum lienorenalis danmengadakan
hubungan dengan hilum lienale.
Ductus Pancreaticus
Ductus Pancreaticus Mayor (WIRSUNGI)
Mulai dari cauda dan berjalan di sepanjang kelenjar menuju ke caput, menerima banyak cabang
pada perjalanannya. Ductus ini bermuara ke pars desendens duodenum di sekitar pertengahannya
bergabung dengan ductus choledochus membentuk papilla duodeni mayor Vateri. Kadang-
kadang muara ductus pancreaticus di duodenum terpisah dari ductus choledochus.
Ductus Pancreaticus Minor (SANTORINI)
Mengalirkan getah pancreas dari bagian atas caput pancreas dan kemudian bermuara ke
duodenum sedikit di atas muara ductus pancreaticus pada papilla duodeni minor.
Hubungan
Ke anterior : Dari kanan ke kiri: colon transversum dan perlekatan mesocolon transversum, bursa
omentalis, dan gaster.
Ke posterior : Dari kanan ke kiri: ductus choledochus, vena portae hepatis dan vena lienalis, vena
cava inferior, aorta, pangkal arteria mesenterica superior, musculus psoas major sinistra,
glandula suprarenalis sinistra, ren sinister, dan hilum lienale.
Vaskularisasi
Arteriae
a. pancreaticoduodenalis superior (cabang a. gastroduodenalis )
a. pancreaticoduodenalis inferior (cabang a. mesenterica cranialis)
a. pancreatica magna, a.pancretica caudalis dan inferior (cabang a. lienalis)
Venae
Venae yang sesuai dengan arteriaenya mengalirkan darah ke sistem porta.
Alifa Umami / 1102012016
3
Skenario 1-Penglihatan terganggu

Aliran Limfatik
Kelenjar limfe terletak di sepanjang arteria yang mendarahi kelenjar. Pembuluh eferen akhirnya
mengalirkan cairan limf ke nodi limf coeliaci dan mesenterica superiores.
Persyarafan
Berasal dari serabut-serabut saraf simpatis (ganglion seliaca) dan parasimpatis (vagus).

LO 1.2. Anatomi mikroskopik pancreas


Pankreas merupakan kelenjar eksokrin dan endokrin. Bagian eksokrin kelenjar menghasilkan
sekret yang mengandung enzim-enzim yang dapat menghidrolisis lemak dan karbohidrat. Bagian
endokrine kelenjar yaitu pulau-pulau langerhans menghasilkan hormon insulin dan glukagon
yang mempunyai peranan penting pada metabolisme karbohidrat.
Ada 2 bagian :
Bagian exokrin
Merupakan kel acinosa complex (berwarna gelap)
Sel-sel acinus berbentuk pyramid
Didalam lumen kadang-kadang terdapat sel gepeng (sel
centroacinar)

Bagian endokrin
Disusun oleh sel-sel khusus yang berkelompok dalam
suatu daerah tertentu yang kaya pembuluh darah
disebut pulau-pulau Langerhans
Berkelompok dalam pulau2 Langerhans, tersebar,
berbentuk sferis berwarna pucat
Sel tersusun dalam bentuk genjel tak teratur, ditembus
banyak jaring kapiler tipe fenestra
Dengan pewarnaan khusus dapat dibedakan 4 macam
sel yaitu, sel , , dan c/PP.
Alifa Umami / 1102012016
4
Skenario 1-Penglihatan terganggu

Sel
20% populasi sel
Mensekresi glukagon
Bentuk besar, mencolok, terutama di perifer

Sel
75% dari polulasi, sel paling kecil, menempati bagian tengah
Mensekresi insulin
Granula lebih kecil (200 m)

Sel
Sel paling besar, 5% dari populasi
Granula mirip sel , tapi kurang padat
Menghasilkan hormon Somatostatin yang di pankreas bekerja mengatur pelepasan hormon
pulau Langerhans yang lain (parakrin)

Sel C/sel PP
Ditemukan hanya pada spesies tertentu, mis. Guinea pig, jumlah terbatas, ukuran sama
dengan sel , dengan sedikit atau tanpa granula.
Mensekresi polipeptida pankreas

LI 2. Memahami dan menjelaskan tentang insulin


Insulin merupakan
polipeptida yang terdiri
dari 2 rantai, yaitu rantai A
dan rantai B. Rantai A
terdiri dari 21 asam
amino, rantai B terdiri
dari 30 asam amino.
Kedua rantai trsebut
dihubungkan oleh
jembatan disulfida, yaitu
pada A7 dengan B7 dan
pada A20 dengan B19. Ada pula jembatan disulfida intra rantai pada rantai A yaitu pada A6 dan
A11. Posisi ketiga jembatan tersebut selalu tetap. Kadang terjadi substitusi asam amino terutama
pada rantai A posisi 8, 9, 10 namun tidak mempengaruhi bioaktivitas rangkaian tesebut.
Proses Pembentukan dan Sekresi Insulin
Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino, dihasilkan oleh sel beta
kelenjar pankreas. Dalam keadaan normal, bila ada rangsangan pada sel beta, insulin disintesis
dan kemudian disekresikan kedalam darah sesuai kebutuhan tubuh untuk keperluan regulasi
glukosa darah. Secara fisiologis, regulasi glukosa darah yang baik diatur bersama dengan
hormone glukagon yang disekresikan oleh sel alfa kelenjar pankreas.
Sintesis insulin dimulai dalam bentuk preproinsulin (precursor hormon insulin) pada
retikulum endoplasma sel beta. Dengan bantuan enzim peptidase, preproinsulin mengalami
Alifa Umami / 1102012016
5
Skenario 1-Penglihatan terganggu

pemecahan sehingga terbentuk proinsulin, yang kemudian dihimpun dalam gelembung-


gelembung (secretory vesicles) dalam sel tersebut. Di sini, sekali lagi dengan bantuan enzim
peptidase, proinsulin diurai menjadi insulin dan peptida-C (C-peptide) yang keduanya sudah siap
untuk disekresikan secara bersamaan melalui membran sel.

praprohormon
ribosom (melekat Translasi RNA preprohormon
insulin terpecah di
ke RE) insulin insulin
RE

insulin tebungkus membentuk Sebagian terbelah


dalam granula insulin dan (di Apparatus PRO INSULIN
sekretorik fragmen peptida Golgi)

Bagan 1. Proses pembentukan insulin

Mekanisme diatas diperlukan bagi berlangsungnya proses metabolisme secara normal, karena
fungsi insulin memang sangat dibutuhkan dalam proses utilisasi glukosa yang ada dalam darah.
Kadar glukosa darah yang meningkat, merupakan komponen utama yang memberi rangsangan
terhadap sel beta dalam memproduksi insulin. Disamping glukosa, beberapa jenis asam amino
dan obat-obatan, dapat pula memiliki efek yang sama dalam rangsangan terhadap sel beta.
Mengenai bagaimana mekanisme sesungguhnya dari sintesis dan sekresi insulin setelah adanya
rangsangan tersebut, merupakan hal yang cukup rumit dan belum sepenuhnya dapat dipahami
secara jelas.
Diketahui ada beberapa tahapan dalam proses sekresi insulin, setelah adanya rangsangan
oleh molekul glukosa. Tahap pertama adalah proses glukosa melewati membrane sel. Untuk
dapat melewati membran sel beta dibutuhkan bantuan senyawa lain. Glucose transporter
(GLUT) adalah senyawa asam amino yang terdapat di dalam berbagai sel yang berperan dalam
proses metabolisme glukosa. Fungsinya sebagai kendaraan pengangkut glukosa masuk dari
luar kedalam sel jaringan tubuh. Glucose transporter 2 (GLUT 2) yang terdapat dalam sel beta
misalnya, diperlukan dalam proses masuknya glukosa dari dalam darah, melewati membran, ke
dalam sel. Proses ini penting bagi tahapan selanjutnya yakni molekul glukosa akan mengalami
proses glikolisis dan fosforilasi didalam sel dan kemudian membebaskan molekul ATP. Molekul
ATP yang terbentuk, dibutuhkan untuk tahap selanjutnya yakni proses mengaktifkan penutupan
K channel pada membran sel. Penutupan ini berakibat terhambatnya pengeluaran ion K dari
dalam sel yang menyebabkan terjadinya tahap depolarisasi membran sel, yang diikuti kemudian
oleh tahap pembukaan Ca channel. Keadaan inilah yang memungkinkan masuknya ion Ca
sehingga menyebabkan peningkatan kadar ion Ca intrasel.
Seperti disinggung di atas, terjadinya aktivasi penutupan K channel tidak hanya disebabkan
oleh rangsangan ATP hasil proses fosforilasi glukosa intrasel, tapi juga dapat oleh pengaruh
beberapa faktor lain termasuk obat-obatan. Namun senyawa obat-obatan tersebut, misalnya obat
anti diabetes sulfonil urea, bekerja pada reseptor tersendiri, tidak pada reseptor yang sama
dengan glukosa, yang disebut sulphonylurea receptor (SUR).
Alifa Umami / 1102012016
6
Skenario 1-Penglihatan terganggu

Tabel 1. Faktor dan kondisi yang meningkatkan atau mengurangi sekresi insulin (Guyton &
Hall, 11th ed.)
Meningkatkan sekresi insulin Menurunkan sekresi insulin
Peningkatan kadar gula darah Penurunan kadar glukosa darah
Peningkatan kadar AL bebas dalam Puasa
darah Somatostatin
Peningkatan kadar AA darah Aktivitas -adrenergik
Hormone GI (gastrin, Leptin
kolesistokinin, sekretin, gastric
inhibitory peptide)
Glucagon, hormon pertumbuhan,
kortisol
Rangsangan parasimpatis,
asetilkolin
Rangsangan -adrenergik
Resistensi insulin, obesitas
Obat-obatan, sulfonylurea

Aksi insulin
Insulin berikatan dengan subunit di reseptornya, yang akan menimbulkan autofosforilasi
subunit reseptor, yang selanjutnya menginduksi aktivitas tirosin kinase. Aktivitas reseptor
tirosin kinase memulai suatu rangkaian fosforilasi sel yang meningkatkan atau mengurangi
aktivitas enzim, yang meliputi substrat reseptor insulin, yang memperantarai pengaruh glukosa
terhadap metabolisme glukosa, lemak, dan protein.
Sebagai contoh, aktivasi dari jalur phosphatidylinositol-32-kinase (PI-3-kinase) akan
menstimulasi translokasi dari transporter glukosa ( GLUT 4) ke permukaan sel, yang akan
membantu pemasukan glukosa ke dalam sel. Selain itu aktivasi dari reseptor insulin lainnya
dapat menginduksi sintesis protein, sintesis glikogen, lipogenesis, dan regulasi dari berbagai gen
pada sel yang resposif terhadap insulin.
Alifa Umami / 1102012016
7
Skenario 1-Penglihatan terganggu

Gambar 2. Skema reseptor insulin (Guyton and Hall, 11th ed.)

Pengangkut Glukosa (Glucose Transporter)


Disingkat menjadi GLUT, dan memiliki 6 bentuk, yaitu GLUT 1, GLUT 2, GLUT 3 dst.
Melaksanakan difusi pasif terfasilitasi glukosa melewati membrane plasma. Fungsi tiap GLUT
berbeda-beda
GLUT 1 : memindahkan glukosa menembus sawar darah dan otak
GLUT 2 : memindahkan glukosa yang masuk ke ginjal dan usus ke aliran darah sekitar
melalui kotranspor
GLUT 3 : pengangkut utama glukosa ke dalan neuron
GLUT 4 : bertanggung jawab atas sebagian besar penyerapan glukosa oleh mayoritas sel
tubuh, yang bekerja hanya setelah berikatan dengan insulin
GLUT 4 sangat banyak terdapat di jaringan yang paling banyak menyerap glukosa dan darah,
yaitu otot rangka dan sel jaringan lemak.

Perangsang utama peningkatan sekresi insulin adalah peningkatan konsentrasi glukosa


darah
Selain konsentrasi glukosa darah, masukan lain yang mengatur sekresi insulin adalah :
Peningkatan kadar asam amino darah, misalnya setelah makan makanan tinggi protein,
secara langsung merangsang sel beta untuk meningkatkan sekresi insulin
Hormon saluran cerna yang dikeluarkan sebagai respon terhadap adanya makanan,
khususmya Glucose dependent Insulin Peptide (GIP), merangsang pankreas,
mengeluarkan insulin selain memiliki efek regulatorik
Sistem saraf otonom juga secara langsung mempengaruhi sekresi insulin, peningkatan
parasimpatis menyebabkan peningkatan pengeluaran insulin
EFEK INSULIN TERHADAP METABOLISME KARBOHIDRAT, LEMAK DAN
PROTEIN
A. Efek insulin terhadap metabolisme karbohidrat
1. Insulin meningkatkan metabolisme dan ambilan glukosa otot
Alifa Umami / 1102012016
8
Skenario 1-Penglihatan terganggu

Gambar 5 . Pengaruh insulin dalam meningkatkan konsentrasi glukosa di dalam sel-


sel otot (Guyton and Hall, 11th ed.)
2. Insulin meningkatkan ambilan, penyimpanan dan penggunaan glukosa oleh sel hati
3. Insulin memacu konversi kelebihan glukosa menjadi AL dan menghambat
glukoneogenesis di hati

Mekanisme yang dipakai insulin untuk menyebabkan terjadinya ambilan glukosa dan
penyimpanan hati meliputi beberapa langkah :
1. Menghambat fosforilase hati (enzim utama yang menyebabkan terpecahnya glikogen hati
menjadi glukosa)

2. Meningkatkan ambilan glukosa dari darah oleh sel-sel hati.


Keadaan ini terjadi dengan meningkatkan aktivitas enzim glukokinase yang
menyebabkan timbulnya fosforilasi awal dari glukosa setelah glukosa berdifusi ke dalam
sel-sel hati. Begitu difosforilasi, glukosa terperangkap sementara di dalam sel-sel hati,
sebab glukosa yang sudah terfosforilasi tidak dapat berdifusi kembali melewati membran
sel.

3. Meningkatkan aktivitas enzim-enzim yang meningkatkan sintesis glikogen (glikogen


sintetase, untuk polimerisasi unit-unit monosakarida untuk membentuk molekul
glikogen)

Proses pelepasan glukosa dari hati ke dalam sirkulasi darah :


Alifa Umami / 1102012016
9
Skenario 1-Penglihatan terganggu

menghentikan
pankreas sintesis glikogen
kurangnya
mengurangi dalam hati dan
glukosa darah
sekresi insulin mencegah ambilan
glukosa dari darah

glukosa pemecahan aktifkan enzim


fosfat glikogen fosforilase

glukosa bebas
lepas radikal
berdifusi
fosfat dar
kembali ke
glukosa
darah

Bagan 2. Proses pelepasan glukosa hati ke sirkulasi darah

B. Efek insulin terhadap metabolism lemak


Insulin akan memacu sintesis dan penyimpanan lemak .Peran insulin dalam penyimpanan
lemak di sel-sel adipose :
1. Menghambat kerja lipase peka-hormon.
Hal ini akan menghambat hidrolisis trigliserida yang sudah disimpan dalam sel-
sel lemak, sehingga pelepasan AL dari jaringan adipose ke dalam sirkulasi darah akan
terhambat.

2. Meningkatkan pengangkutan glukosa melalui membran sel ke dalam sel-sel lemak.


Glukosa dipakai untuk membentuk -gliserol fosfat, yang akan menyediakan
gliserol yang akan berikatan dengan asam lemak untuk membentuk trigliserida (bentuk
lemak yang disimpan dalam sel-sel adipose)

Defisiensi insulin dapat menyebabkan :


1. Terjadi lipolisis simpanan lemak dan pelepasan AL bebas
Terjadi peningkatan aktivitas enzim lipase peka-hormon( di sel lemak) yang
menyebabkan terhidrolisisnya trigliserida, yang akan melepaskan AL dan gliserol ke
sirkulasi darah
Alifa Umami / 1102012016
10
Skenario 1-Penglihatan terganggu

Gambar 6 . Efek pengangkatan pankreas terhadap perkiraan konsentrasi glukosa darah,


AL bebas dalam plasma dan asam asetoasetat. (Guyton and Hall. 11th ed.)

2. Meningkatkan konsentrasi fosfolipid dan kolesterol plasma

C. Efek insulin terhadap metabolism protein dan pertumbuhan

1. Insulin merangsang pengangkutan sejumlah besar AA ke dalam sel


2. Insulin meningkatkan translasi RNA messenger, sehingga terbentuk protein baru
3. Insulin meningkatkan kecepatan transkripsi rangkaian genetic DNA yang terpilih di
dalam inti sel, sehingga menyebabkan peningkatan jumlah RNA dan beberapa sintesis
protein
4. Insulin menghambat proses katabolisme protein, sehingga mengurangi kecepatan
pelepasa AA dari sel (terutama sel otot)
5. Di dalam hati, insulin menekan kecepatan glukoneogenesis.
Hal ini terjadi dengan cara mengurangi aktivitas enzim pemacu glukoneogenesis karena
zat terbanyak yang dipergunakan proses glukoneogenesis adalah AA plasma.
6. Insulin bersama dengan hormone pertumbuhan secara sinergis memacu petumbuhan
Alifa Umami / 1102012016
11
Skenario 1-Penglihatan terganggu

Gambar 7. Efek hormone pertumbuhan, insulin, dan hormone pertumbuhan bebrsama


insulin terhadap pertumbuhan pada seekor tikus yang telah depankreatisasi dan
hipofisektomi ( Guyton and hall, 11th ed.)

Tidak adanya insulin, dapat menyebabkan :


1. Proses penyimpanan protein terhenti
2. Katabolisme protein meningkat
3. Sistesis protein berhenti
4. Konsentrasi AA dalam plasma meningkat, dan kelebihan AA akan dipergunakan
dalam proses glukoneogenesis.
5. Pemecahan AA akan meningkatkan ekskresi ureum dalam urin

1.1. Glukagon
Glukagon, yaitu suatu hormon yang disekresikan oleh sel-sel alfa pulau
Langerhans sewaktu kadar glukosa darah turun, mempunyai fungsi yang bertentangan
dengan insulin. Fungsi utama glukagon adalah meningkatkan konsentrasi glukosa darah.
Efek utama glukagon terhadap metabolism glukosa adalah :
1. Pemecahan glikogen hati (glikogenolisis)
adenil siklase protein
siklik adenosin
glukagon (di membran pengatur
monofosfat
hepatosit) protein kinase

mengubah fosforilase b
fosforilase a protein kinase
fosforilase b kinase

meningkatkan glukosa
glukosa-1-
pemecahan defosforilasi dilepaskan dari
fosfat
glikogen sel-sel hati

Bagan 3. Glikogenolisis

2. Meningkatkan proses glukoneogenesis di hati

Efek lain glukagon :


1. Mengaktifkan lipase sel lemak meningkatkan persediaan asam lemak (sumber energy
tubuh )
2. Menghambat penyimpanan trigliserida di hati mencegah hati membuang asam lemak
dari darah dan membantu menambah jumlah persediaan asam lemak
3. Dengan konsentrasi yang sangat tinggi, glucagon dapat :
a. Meningkatkan kekuatan jantung
b. Meningkatkan aliran darah di beberapa jaringan (terutama ginjal)
c. Meningkatkan sekresi empedu
Alifa Umami / 1102012016
12
Skenario 1-Penglihatan terganggu

d. Menghambat sekresi asam lambung


Pengaturan Sekresi Glukagon
1. Peningkatan glukosa darah menghambat sekresi glukagon.

Gambar 8 . Perkiraan konsentrasi glukagon dalam plasma pada berbagai kadar glukosa
darah (Guyton and Hall, 11th ed.)

Pada kadar hipoglikemik, konsentrasi glucagon plasma akan meningkat beberapa kali
lipat, sedangkan pada keadaan hiperglikemik akan mengurangi kadar glukosa dalam plasma.
2. Efek perangsangan asam amino
Tingginya kadar asam amino, seperti yang terdapat di dalam darah sesudah makan
protein (khususnya asam amino alanin dan arginin) akan merangsang timbulnya sekresi
glukagon.
Manfaat perangsangan asam amino terhadap sekresi glukagon adalah bahwa glukagon
kemudian memacu konversi cepat dari asam amino menjadi glukosa, akan membuat lebih
banyak glukosa yang tersedia untuk jaringan.

3. Efek perangsangan dari kerja fisik


Pada waktu melakukan kerja fisik yang melelahkan, konsentrasi glukagon dalam darah
seringkali meningkat 4-5 kali lipat. Efek yang meguntungkan dari glukagon adalah mencegah
menurunnya kadar glukosa darah. Faktor yang mungkin dapat meningkatkan sekresi glukagon
sewaktu kerja fisik adalah meningkatnya kadar asam amino dalam darah. Faktor lainnya seperti
rangsangan saraf autonomik pada pulau Langerhans dapat juga berperan.

PENGATURAN KADAR GLUKOSA DARAH


Dibawah ini berbagai mekanisme yang terjadi untuk mengatur kadar glukosa darah :
Alifa Umami / 1102012016
13
Skenario 1-Penglihatan terganggu

kecepatan
glukosa darah
sesudah makan sekresi insulin
meningkat tinggi
meningkat

2/3 glukosa yang


beberapa jam diubah menjadi
diabsorbsi dari
kemudian glikogen
usus

M glukosa darah
meningkatkan
dan kecepatan
sekresi glukagon kadar glukosa
sekresi insulin
darah normal
berkurang
Bagan 4. Pengaturan glukosa darah oleh insulin dan glukagon

Hipoglikemia rangsang
hipotalamus
berat saraf simpatis

sekresi
pelepasan
epinefrin
glukosa dari
(oleh kelenjar
hati
adrenal)
Bagan 5. Efek langsung pada hipoglikemia berat

mengurangi
hipoglikemia sekresi GH dan kecepatan
yang lama kortisol pemakaian
glukosa

menambah
kadar glukosa jumlah
darah normal pemakaian
lemak
Bagan 6. Respon pada keadaan hipoglikemia yang lama
Alifa Umami / 1102012016
14
Skenario 1-Penglihatan terganggu

Gambar 9. Metabolisme energi selama puasa


(http://www.medbio.info/images/Time%203-4/homeos1.jpg)
LI 3. Memahami dan menjelaskan tentang Diabetes Melitus tipe 2
LO 3.1. Definisi
Diabetes melitus adalah gangguan kronis metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.
Insuffisiensi relatif atau absolut dalam respon sekretorik indulin diterjemahkan menjadi
gangguan pemakaian karbihidarat (glukosa), merupakan gambaran khas pada diabetes melitus,
demikian juga dengan hiperglikemia yang terjadi.
DM merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan timbulnya hiperglikemia
akibat gangguan sekresi insulin. Hal ini terkait dengan kelainan pada karbohidrat, metabolism
lemak dan protein (Palaian, et al., 2005). Hiperglikemia kronik dan gangguan metabolik DM
lainnya akan menyebabkan kerusakan jaringan dan organ, seperti mata, ginjal, syaraf, dan
system vaskular (Cavallerano, 2009)

LO 3.2. Klasifikasi
Secara klinis terdapat 2 macam diabetes, tetapi ada yang berpendapat bahwa diabetes
hanya merupakan suatu spektrum defisiensi insulin.
1. Juvenile Onset/Insulin Dependent/Ketosis Prone (IDDM/ Diabetes tipe 1)
Suatu individu mengalami kekurang insulin secara total atau hampir total. Tanpa
insulin dapat terjadi kematian dalam beberapa hari yang disebabkan ketoasidosis.
Pada diabetes tipe ini , terdapat hubungan HLA tertentu pada kromosom 6 dan
beberapa auto-imunitas serologik dan cell mediated.
2. Stable/Maturity Onset/Non-Insulin Dependent (NIDDM / Diabetes tipe 2)
Individu dengan tipe ini meninjukkan defisiensi Insulin yang relatif , banyak yang
memerlukan suplementasi insulin, namun tidak akan menimbulkan kematian akibat
ketoasidosis bila pemakaian insulin dihentikan. Kenaikan jumlah insulin secara absolut
dapat terjadi dibandingkan dengan orang normal (berhubungan dengan
obesitas/inaktivitas fisik). Diabetes tipe ini tidak memiliki hubungan dengan HLA , virus
atau auto-imunitas dan biasanya sel Beta masih berfungsi.
Alifa Umami / 1102012016
15
Skenario 1-Penglihatan terganggu

Klasifikasi DM menurut World Health Organization (WHO) tahun 2008 dan


Departement of Health and Human Service USA (2007) terbagi dalam 3 bagian yaitu Diabetes
tipe 1, Diabetes tipe 2, dan Diabetes Gestational. Namun, menurut American Diabetes
Association (2009), klasifikasi DM terbagi 4 bagian dengan tambahan PraDiabetes.
Menurut American Diabetes Association 2005 (ADA 2005) klasifikasi diabetes melitus, yaitu
1. Diabetes Melitus Tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Melitus/IDDM (destruksi sel
beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut)
Melalui proses imunologik Bentuk diabetes ini merupakan diabetes tergantung
insulin, biasanya disebut sebagai juvenile onset diabetes. Hal ini disebabkan karena
adanya destruksi sel beta pankreas karena autoimun. Kerusakan sel beta pankreas
bervariasi, kadang-kadang cepat pada suatu individu dan kadang-kadang lambat pada
individu yang lain.
Manifestasi klinik pertama dari penyakit ini adalah terjadi ketoasidosis. Pada
diabetes tipe ini terdapat sedikit atau tidak sama sekali sekresi insulin dapat ditentukan
dengan level protein c-peptida yang jumlahnya sedikit atau tidak terdeteksi sama sekali.
Sebagai marker terjadinya destruksi sel beta pankreas adalah autoantibodi sel pulau
langerhans dan atau aoutoantibodi insulin dan autoantibodi asam glutamate
dekarboksilase sekitar 85-90 % terdeteksi pada diabet tipe ini. Diabetes melitus autoimun
ini terjadi akibat pengaruh genetik dan faktor lingkungan. b. Idiopatik Terdapat
beberapa diabetes tipe 1 yang etiologinya tidak diketahui. Hanya beberapa pasien yang
diketahui mengalami insulinopenia dan cenderung untuk terjadinya ketoasidosis tetapi
bukan dikarenakan autoimun. Diabetes tipe ini biasanya dialami oleh individu asal afrika
dan asia. DM tipe 1 merupakan bentuk DM parah yang sangat lazim terjadi pada anak
remaja tetapi kadangkandang juga terjadi pada orang dewasa, khususnya yang non
obesitas dan mereka yang berusia lanjut ketika hiperglikemia tampak pertama kali.
Keadaan tersebut merupakan suatu gangguan katabolisme yang disebabkan hampir tidak
terdapat insulin dalam sirkulasi darah, glukagon plasma meningkat dan selsel pankreas
gagal merespons semua stimulus insulinogenik. Oleh karena itu diperlukan pemberian
insulin eksogen untuk memperbaiki katabolisme, menurunkan hiperglukagonemia dan
peningkatan kadar glukosa darah (Karam, 2002). Gejala penderita DM tipe 1 termasuk
peningkatan ekskresi urin poliuria), rasa haus (polidipsia), lapar, berat badan turun,
pandangan terganggu, lelah, dan gejala ini dapat terjadi sewaktuwaktu (tibatiba) (WHO,
2008).
2. Diabetes Melitus Tipe 2 atau Insulin Non-dependent Diabetes Melitus (bervariasi mulai
dari predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang
predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin)
Pada penderita Diabet Mellitus tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi insulin tidak
bisa membawa glukosa masuk kedalam jaringan karena terjadi resistensi insulin yang
merupakan turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh
jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Oleh karena
terjadinya resistensi insulin ( reseptor insulin sudah tidak aktif karena dianggap kadarnya
masih tinggi dalam darah ) akan mengakibatkan defisiensi relatif insulin. Hal tersebut
dapat mengakibatkan berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa bersama
bahan perangsang sekresi insulin lain sehingga sel beta pankreas akan mengalami
Alifa Umami / 1102012016
16
Skenario 1-Penglihatan terganggu

desensitisasi terhadap adanya glukosa. Onset diabetes mellitus tipe ini perlahan lahan
karena itu gejalanya tidak terlihat ( asimtomatik ). Adanya resistensi yang terjadi
perlahan lahan akan mengakibatkan pula kesensitifan akan glukosa perlahan-lahan
berkurang. Oleh karena itu, diabetes tipe ini sering terdiagnosis setelah terjadi
komplikasi. Komplikasi yang terjadi karena ketidakpatuhan pasien dalam menggunakan
obat antibiotik oral.
DM tipe 2 merupakan bentuk DM yang lebih ringan, terutama terjadi pada orang
dewasa. Sirkulasi insulin endogen sering dalam keadaan kurang dari normal atau
secara relatif tidak mencukupi. Obesitas pada umumnya penyebab gangguan kerja
insulin, merupakan faktor risiko yang biasa terjadi pada DM tipe ini dan sebagian
besar pasien dengan DM tipe 2 bertubuh gemuk. Selain terjadinya penurunan
kepekaan jaringan terhadap insulin, juga terjadi defisiensi respons sel pankreas
terhadap glukosa (Karam, 2002). Gejala DM tipe 2 mirip dengan tipe 1, hanya
dengan gejala yang samar. Gejala bisa diketahui setelah beberapa tahun, kadang
kadang komplikasi dapat terjadi. Tipe DM ini umumnya terjadi pada orang
dewasa dan anakanak yang obesitas.
3. Diabetes Melitus Tipe Lain
Defek genetik fungsi sel beta (MODY Maturity Onset Diabetes of the Young):
Kromosom 12, HNF-1 Kromosom 7, glukokinase Kromosom 20,HNF-4
Kromosom 13, insulin promoter factor Kromosom `17, HNF-1
Kromosom 2, Neuro D1 DNA Mitokondria
Defek genetik kerja insulin : resisten insulin tipe A, leprechaunism, Sindrom
Rabson Medenhall, diabetes lipoatropik
Penyakit Eksokrin Pankreas (suatu kelenjar yang mengeluarkan hasil produksinya
melalui pembuluh), yaitu : Pankreatitis (radang pada pankreas)
Trauma/pankreatektomi (pankreas telah diangkat) Neoplasma Fibrosis kistik
Hemokromatosis Pankreatopati Fibro kalkulus (adanya jaringan ikat dan
batu pada pankreas)
Endokrinopati : Akromegali (terlampau banyak hormon pertumbuhan)
Sindrom cushing (terlampau banyak produksi kortikosteroid dalam tubuh)
Feokromositma (tumor anbak ginjal) Hipertiroidisme Somasostatinoma
Aldostreroma
Karena obat atau zat kimia : vacor, pentamidin, asam nikotinat, glukokortikoid,
hormon tiroid, diazoxid, agonis beta adrenergik, tiazid, dilantin, interferon alfa
Infeksi : Rubella Kongenital
Sebab imunologi yang jarang : antibodi, antiiinsulin (tubuh menhasilkan zat anti
terhadap insulin sehingga insulin tidak dapat bekerja memasukkan glugosa ke
dalam sel)
Alifa Umami / 1102012016
17
Skenario 1-Penglihatan terganggu

Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM : sindrom Down, sindrom


Klinefelter, sindrom turner, sindrom Wolframs.
4. Diabetes Melitus Gestasional
DM ini terjadi akibat kenaikan kadar gula darah pada kehamilan (WHO, 2008).
Wanita hamil yang belum pernah mengalami DM sebelumnya namun memiliki kadar
gula yang tinggi ketika hamil dikatakan menderita DM gestationalPada golongan ini,
kondisi diabetes dialami sementara selama masa kehamilan. Artinya kondisi intoleransi
glukosa didapati pertama kali pada masa kehamilan, biasanya pada semester kedua dan
ketiga dan umumnya hilang dengan sendirinya setelah melahirkan. Diabetes melitus
gestasional berhubungan dengan meningkatnya komplikasi perinatal (sekitar waktu
melahirkan) dan sang ibu memiliki resiko untuk menderita penyakit DM yang lebih besar
dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan. Diabetes tipe ini merupakan
intoleransi karbohidrat akibat terjadinya hiperglikemia dengan berbagai keparahan
dengan serangan atau pengenalan awal selama masa kehamilan.
Pada wanita hamil, jumlah hormon estrogen yang dimiliki lebih banyak daripada
wanita normal karena plasenta juga menghasilkan estrogen yang bekerja secara simpatis
sehingga secara tidak langsung menghambat pengeluaran insulin (sehingga terjadi
resistensi insulin), mengakibatkan aktivasi glukagon untuk memecah glikogen yang
menyebabkan kadar gula darah pada wanita hamil meningkat. Resistensi insulin ini
membuat tubuh bekerja keras untuk menghasilkan insulin sebanyak 3 kali dari normal.
DM gestational terjadi ketika tubuh tidak dapat membuat dan menggunakan seluruh
insulin yang digunakan selama kehamilan. Tanpa insulin, glukosa tidak dihantarkan ke
jaringan untuk dirubah menjadi energi, sehingga glukosa meningkat dalam darah yang
disebut dengan hiperglikemia (Anonim, 2009). Faktor risiko nya adalah usia tua, etnik,
obesitas, multiparitas,riwayat keluarga dan riwayat diabetes gestasional terdahulu.
Diabetes gestational terjadi pada 35% wanita hamil (Anonim, 2009). Mekanisme DM
gestational belum diketahui secara pasti. Seseorang diakatakan menderita Diabetes
Melitus Gestasional apabila 2 atau lebih nilai berikutr ditemukan atau dilampaui sesudah
pemberian 75 g glukosa oral
Puasa 105 mg/dl
1 jam 190 mg/dl
2 jam 165 mg/dl
3 jam 145 mg/dl
5. PraDiabetes
Pradiabetes merupakan DM yang terjadi sebelum berkembang menjadi DM tipe
2. Penyakit ini ditandai dengan naiknya KGD melebihi normal tetapi belum cukup tinggi
untuk dikatakan DM. Di Amerika Serikat 57 juta orang menderita pradiabetes.
Penelitian belakangan ini menunjukkan bahwa beberapa kerusakan jangka panjang
khususnya pada jantung dan sistem sirkulasi, kemungkinan sudah terjadi pada pra
diabetes, untuk mencegahnya dapat dilakukan dengan diet nutrisi dan latihan fisik
(Anonim, 2009).
Klasifiaksi DM menurut WHO tahun 1985 :
1. Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)
Alifa Umami / 1102012016
18
Skenario 1-Penglihatan terganggu

Pada jenis ini terdapat reaksi auto imun yang disebabkan karena pandangan pada
sel beta pankreasyang disebut ICA (Islet Cell Antobody). Reaksi ini dapat menimbulkan
kerusakan pda sel beta.
2. Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
3. Malnutrition Related Diabetes Mellitus (MRDM)
Diabetes ini disebabkan oleh adanya malnutrisi disertai defisiensi protein yang kronik yang
berlangsung dalam jangka waktu yang lama.
1. Diabetes Gestasional
2. Diabetes tipe lain
Diebetes ini berhubungan dengan keadaan atau siindroma ini:
Penyakit pankreas
Penyakit hormonal
Kanker
Sindrom genetik tertentu
Sirosis hepatis
Klasifikasi diabetes melitus dan penggolongan glukosa menurut Riyadi (2007 :70) antara lain :
1. Insulin Dependent Diabetes Melitus ( IDDM ) atau DM Tipe 1
Defisiensi insulin karena kerusakan sel-sel langerhans yang berhubungan dengan tipe HLA
(Human Leucocyte Antigen) spesifik, predisposisi pada insulin fenomena autoimun (cenderung
ketosis dan terjadi pada semua usia muda). Kelainan ini terjadi
karena kerusakan sistem imunitas (kekebalan tubh) yang kemudian merusak pulau Langerhans di
pankreas. Kelainan berdampak pada penurunan fungsi insulin.
2. Non Insulin Dependent Diabetes Melitus ( NIDDM ) atau DM Tipe 2
Diabetes resisten, lebih sering pada dewasa, tapi dapat terjadi pada semua umur. Kebanyakan
penderita kelebihan berat badan, ada kecenderungan familiar, mungkin perlu insulin pada saat
hiperglikemik selama stres.
3. Diabetes melitus tipe lain
DM yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu hiperglikemik terjadi karena
penyakit lain : penyakit pankreas, hormonal, alat/ bahan kimia, endrokrinopati, kelainan reseptor
insulin, sindrom genetik tertentu.
4. Impaired Glukosa Tolerance (gangguan toleransi glukosa)
Kadar glukosa antara normal dan diabetes, dapat menjadi normal atau tetap tidak berubah.
5. Gestational Diabetes Melitus ( GDM )
Merupakan intoleransi glukosa yang terjadi selama kehamilan. Dalam kehamilan terjadi
perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang menunjang pemanasan makanan bagi
janin serta persiapan menyusui. Menjelang aterm, kebutuhan insulin
meningkat sehingga mencapai 3 kali lipat dari keadaan normal.
Bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin sehingga relatif hipoinsulin maka
mengakibatkan hiperglikemi. Resisten insulin juga disebabkan oleh adanya hormon estrogen,
progesteron, prolaktin dan plasenta laktogen. Hormon tersebut mempengaruhi reseptor insulin
pada sel sehingga mengurangi aktivitas insulin.

LO 3.3. Epidemiologi
Tingkat prevalensi DM tipe 2 cukup tinggi, diperkirakan sekitar 16 juta kasus DM di
Amerika Serikat dan setiap tahunnya didiagnosis 600.000 kasus baru. DM merupakan penyebab
kematian di Amerika Serikat dan merupakan penyebab utama kebutaan pada orang dewasa
Alifa Umami / 1102012016
19
Skenario 1-Penglihatan terganggu

akibat retinopati diabetik. Pada usia yang sama, penderita DM paling sedikit 2,5 kali lebih sering
terkena serangan jantung dibandingkan mereka yang tidak menderita DM. Tujuh puluh lima
persen penderita DM akhirnya meninggal karena penyakit vaskular. Serangan jantung, gagal
jantung, gagal ginjal, stroke, dan gangren adalah komplikasi utama. Selain itu kematian fetus
intrauterine pada ibu penderita DM yang tidak terkontrol juga meningkat. Dampak ekonomi
pada DM jelas terlihat akibat biaya pengobatan dan hilangnya pendapatan, selain konsekwensi
finansial karena banyaknya komplikasi seperti kebutaan dan penyakit vaskuler (Price danWilson,
2002).

LO 3.4. Etiologi
DM dicirikan dengan peningkatan sirkulasi konsentrasi glukosa akibat metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak yang abnormal dan berbagai komplikasi mikrovaskuler dan
makrovaskuler. Semua keadaan diabetes merupakan akibat suplai insulin atau respon jaringan
terhadap insulin yang tidak adekuat (Inzucchi, 2005), ada bukti yang menunjukkan bahwa
etiologi DM bermacam-macam. Meskipun berbagai lesi dan jenis yang berbeda akhirnya akan
mengarah pada insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya memegang peranan
penting pada mayoritas penderita DM. Manifestasi klinis DM terjadi jika lebih dari 90% sel-sel
beta telah rusak. Pada DM yang lebih berat, sel-sel beta telah rusak semuanya, sehingga terjadi
insulinopenia dan semua kelainan metabolik yang berkaitan dengan defisiensi insulin (Anonim,
1999).
Penyebab-penyebab tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes
melitus tipe II menurut Guyton & Hall (2002), yaitu:
1. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun)
2. Obesitas
3. Riwayat keluarga

FAKTOR RISIKO
Faktor risiko diabetes tipe 2 terbagi atas:
1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah:
Ras dan Etnik
Resiko Diabetes melitus tipe 2 lebih besar pada hispani, kulit hitam, penduduk
asli amerika dan Asia.
Riwayat keluarga dengan diabetes
Seseorang dapat mewarisi gen penyebab diabetes melitus dari orang tua. Biasnaya
, seseorang yang mengalami diabetes melitus mempunyai anggota keluarga yang juga
terkena diabaetes melitus.
Usia > 45 tahun
Resistensi insulin biasanya meningkat pada usia diatas 65 tahun.
Riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir lebih dari 4 kg
Riwayat pernah menderita DM Gestasional
Riwayat berat badan lahir rendah < 2,5 kg
2. Faktor risiko yang dapat diperbaiki
Berat badan lebih (indeks massa tubuh > 23kg/m2)
HDL dibawah 35 mg/dL dan atau tingkat TGA >250 mg/dL dapat meningkatkan
resiko diabetes melitus tipe 2
Kurang aktivitas fisik
Alifa Umami / 1102012016
20
Skenario 1-Penglihatan terganggu

Hipertensi(>140/90 mmHg)
Dislipidemia (HDL <35 mg/dl dan atau trigliserida > 250 mg/dl
Diet tinggi gula rendah serat
Pola makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang diperlukan oleh
utbuh dapat memicu diabetes melitgus tipe 2 karena pankreas memiliki kadar pankreas
yang disekresikan dalam julam tertentu.
Gaya hidup
Makanan cepat saji dan olahraga tidak teratur merupakan gaya hidup yang dapat
memicu terjadi diabetes melitus tipe 2
Faktor risiko lain yang terkait dengan risiko diabetes:-
Penderita sindrom ovarium poli-kistik
Keadaan klinis lain yang terkait dengan ressitensi insulin
Sindrom metabolik
Riwayat toleransi glukosa terganggu/glukosa darah puasa terganggu
Riwayat penyakit kardiovascular (stroke, penyempitan pembuluh darah koroner jantung,
pembuluh darah arteri kaki) (Tedjapranata M, 2009).

LO 3.5. Patofisiologi
Diabetes Tipe 1
Akibat destruksi autonom sel beta,bentuk diabetes tipe 1 yang parah memerlukan insulin
biasanya terjadi pada kanak-kanak dan remaja, tetapi penyakit ini juga bermanifestasi pada orng
dewasa dalam bentuk yang lebih ringan, mula-mula dalam bentuk yang tidak memerlukan
insulin.
Alifa Umami / 1102012016
21
Skenario 1-Penglihatan terganggu

Bagan 7. Patofisiologi Diabetes Melitus

Diabetes tipe 2
Alifa Umami / 1102012016
22
Skenario 1-Penglihatan terganggu

Bagan 8. Patofisiologi DM tipe 2

Dalam patofisiologi DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang berperan yaitu :


1. Resistensi insulin
2. Disfungsi sel pancreas
Akhir-akhir ini banyak juga dibahas mengenai peran sel pancreas, amilin dan
sebagainya. Resistensi insulin adalah keadaan dimana insulin tidak dapat bekerja optimal
pada sel-sel targetnya seperti sel otot, sel lemak dan sel hepar. Keadaan resisten terhadap
efek insulin menyebabkan sel pancreas mensekresi insulin dalam kuantitas yang lebih
besar untuk mempertahankan homeostasis glukosa darah, sehingga terjadi
hiperinsulinemia kompensatoir untuk mempertahankan keadaan euglikemia. Pada fase
tertentu dari perjalanan penyakit DM tipe 2, kadar glukosa darah mulai meningkat
walaupun dikompensasi dengan hiperinsulinemia, disamping itu juga terjadi peningkatan
asam lemak bebas dalam darah. Keadaan glukotoksistas dan lipotoksisitas akibat
kekurangan insulin relatif (walaupun telah dikompensasi dengan hiperinsulinemia)
mengakibatkan sel pancreas mengalami disfungsi dan terjadilah gangguan
Alifa Umami / 1102012016
23
Skenario 1-Penglihatan terganggu

metabolisme glukosa berupa Glukosa Puasa Terganggu, Gangguan Toleransi Glukosa


dan akhirnya DM tipe 2.
Akhir-akhir ini diketahui juga bahwa pada DM tipe 2 ada peran sel pancreas
yang menghasilkan glukagon. Glukagon berperan pada produksi glukosa di hepar pada
keadaan puasa. Pengetahuan mengenai patofisiologi DM tipe 2 masih terus berkembang,
masih banyak hal yang belum terungkap. Hal ini membawa dampak pada pengobatan
DM tipe 2 yang mengalami perkembangan yang sangat pesat, sehingga para ahli masih
bersikap hati-hati dalam membuat panduan pengobatan.

Diabetes gestasional

Bagan 9. Patofisiologi diabetes gestasional

Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang


menunjang pemasokan makan bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat
berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir
menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tidak dapat mencapai janin, sehingga kadar gula ibu
yang mempengaruhi kadar pada janin. Pengendalian kadar gula terutama dipengaruhi oleh
insulin. Akibat lambatnya reabsorpsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan
ini menuntut kebutuhan insulin.Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat sehingga
mencapai 3 kali dari keadaan normal.Hal ini disebut tekanan deabetogenik dalam kehamilan.
Secara fisiologis telah terjadi resistensi insulin yaitu bila ia ditambah dengan insulin eksogen ia
tidak mudah menjadi hipoglikemia yang menjadi masalah ialah bila seorang ibu tidak mampu
meningkatkan produksi insulin sehingga ia relatif hipoinsulin yang mengakibatkan hiperglikemia
atau diabetes kehamilan. Resistensi insulin juga disebabkan adanya hormon estrogen,
progesteron, kortisol, prolaktin dan plasenta laktogen. Kadar kortisol plasma wanita hamil
meningkat dan mencapai 3 kali dari keadaan normal hal ini mengakibatkan kebutuhan insulin
menjadi lebih tinggi, demikian juga dengan Human Plasenta Laktogen (HPL) yang dihasilkan
oleh plasenta yang mempunyai sifat kerja mirip pada hormon tubuh yang bersifat diabetogenik.
Alifa Umami / 1102012016
24
Skenario 1-Penglihatan terganggu

Pembentukan HPL meningkat sesuai dengan umur kehamilan.Hormon tersebut mempengaruhi


reseptor insulin pada sel sehingga mempengaruhi afinitas insulin. Hal ini patut diperhitungkan
dalam pengendalian diabetes.
Mekanisme resistensi insulin pada wanita hamil normal adalah sangat
kompleks.Kitzmiller, 1980 (dikutip oleh Moore) telah mempublikasikan suatu pengamatan
menyeluruh mekanisme endokrin pada pankreas dan metabolisme maternal selama kehamilan
yakni plasenta mempunyai peranan yang khas dengan mensintesis dan mensekresi peptida dan
hormon steroid yang menurunkan sensitivitas maternal pada insulin. Puavilai dkk (dikutip oleh
Williams) melaporkan bahwa resistensi insulin selama kehamilan terjadi karena rusaknya
reseptor insulin bagian distal yakni post reseptor. Hornes dkk (dikutip oleh Moore) melaporkan
terdapat penurunan respon Gastric Inhibitory Polipeptida (GIP) pada tes glukosa oral dengan
tes glukosa oral pada kehamilan normal dan DMG. Mereka meyakini bahwa kerusakan respon
GIP ini yang mungkin berperanan menjadi sebab terjadinya DMG.
Faktor-faktor di atas dan mungkin berbagai faktor lain menunjukkan bahwa kehamilan
merupakan suatu keadaan yang mengakibatkan resistensi terhadap insulin meningkat. Pada
sebagian besar wanita hamil keadaan resistensi terhadap insulin dapat diatasi dengan
meninggikan kemampuan sekresi insulin oleh sel beta.Pada sebagian kecil wanita hamil,
kesanggupan sekresi insulin tidak mencukupi untuk melawan resistensi insulin, dengan demikian
terjadilah intoleransi terhadap glukosa atau DM gestasi.

LO 3.6. Manifestasi klinis


Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada pasien diabetes melitus menurut Riyadi (2007)
yaitu:
Poliuria (Peningkatan pengeluaran urin)

Polidipsia (Peningkatan rasa haus)


Akibat volume urin yang sangat besar dan keluarnya air menyebabkan dehidrasi ekstrasel.
Dehidrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel
mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat peka). Dehidrasi
intrasel merangsang pengeluaran ADH (antidiuretik hormone) dan menimbulkan rasa haus.

Rasa lelah dan kelemahan otot


Akibat gangguan aliran darah pada pasien diabetes lama , katabolisme protein di otot dan
ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan gkukosa sebagai sumber energi.

Polifagia (Peningkatan rasa lapar)

Peningkatan angka infeksi


Akibat penurunan protein sebagai bahan pembentukan antibodi, peningkatan konsentrasi
glukosa disekresi mukus, gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran darah pada penderita
diabetes kronik.

Kelainan kulit
Kelaianan kulit berupa gatal gatal, biasanya terjadi didaerah ginjal. Lipatan kulit seperti di
ketiak dan dibawah payudara. Biasanya akibat tumbuhnya jamur.
Alifa Umami / 1102012016
25
Skenario 1-Penglihatan terganggu

Kelaianan ginekologis
Keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur terutama candida.

Kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati.


Pada penderita diabetes melitus regenerasi sel persarafan mengalami gangguan akibat
kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari unsur protein. Akibatnya banyak sel
persarafan terutama perfifer mengalami kerusakan.

Kelemahan tubuh
Kelemahan tubuh terjadi akibat penurunan produksi energi metabolik yang dilakukan oleh
sel melalui proses glikolisis tidak dapat berlangsung secar optimal.

Luka/ bisul yang tidak sembuh-sembuh


Proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar utama dari protein dan unsur makanan
yang lain. Pada penderita diabetes melitus bahan protein banyak diformulasikan untuk
kebutuhan energi sel sehingga bahan yang dipergunakan untuk penggantian jaringan yang
rusak mengalami gangguan. Selain itu luka yang sulit sembuh yg juga dapat disebabkan oleh
pertumbuhan mikroorganisme yang cepat pada penderita diabetes melitus.

Pada laki-laki terkadang mengeluh impotensi


Penderita diabetes melitus mengalami penurunan produksi hormon seksual akibat kerusakan
testosteron dan sistem yang berperan.

Mata kabur
Disebabkan oleh katarak/ gangguan refraksi akibat perubahan pada lensa oleh hiperglikemia,
mungkin juga disebabkan kelainan pada korpus vitreum.

LO 3.7. Diagnosis
Anamnesis
a.Keluhan khas DM :
poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya
b.Keluhan tidak khas DM :
lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria, pruritus vulvae pada wanita
Alifa Umami / 1102012016
26
Skenario 1-Penglihatan terganggu

Pemeriksaan Fisik
Pengukuran tinggi badan, berat badan, dan lingkar pinggang
Pengukuran tekanan darah, termasuk pengukuran tekanan darah dalam posisi berdiri
untuk mencari kemungkinan adanya hipotensi ortostatik, serta ankle brachial index
(ABI), untuk mencari kemungkinan penyakit pembuluh darah arteri tepi
Pemeriksaan funduskopi
Pemeriksaan rongga mulut dan kelenjar tiroid
Pemeriksaan jantung
Evaluasi nadi, baik secara palpasi maupun dengan stetoskop
Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah, termasuk jari
Pemeriksaan kulit (acantosis nigrican dan bekas tempat penyuntikan insulin) dan
pemeriksaan neurologis.

Tanda-tanda penyakit lain yang dapat menimbulkan DM tipe-lain

Kriteria Diagnosis:
1. Gejala klasik DM + gula darah sewaktu 200 mg/dl. Gula darah sewaktu merupakan
hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu makan terakhir.
Atau:
2. Kadar gula darah puasa 126 mg/dl. Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori
tambahan sedikitnya 8 jam. Atau:
3. Kadar gula darah 2 jam pada TTGO 200 mg/dl. TTGO dilakukan dengan Standard
WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang
dilarutkan dalam air.
Cara pelaksanaan TTGO (WHO, 1994) :
1. Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan
karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa
2. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum
air putih tanpa gula tetap diperbolehkan
3. Diperiksa kadar glukosa darah puasa
4. Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa), atau 1,75 g/Kg BB (anak-anak),
dilarutkan dalam 250 ml air dan diminum dalam waktu 5 menit
5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam
setelah minum larutan glukosa selesai
Alifa Umami / 1102012016
27
Skenario 1-Penglihatan terganggu

6. Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa


7. Selama proses pemeriksaan, subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak
merokok.
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka dapat digolongkan ke
dalam kelompok TGT (Toleransi GlukosaTerganggu) atau GDPT (Glukosa Darah Puasa
Terganggu) dari hasil yang diperoleh.
Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembebanan dibagi menjadi 3, yaitu :
a. < 140mg/dL : Normal
b. 140 - <200 mg/dL : Toleransi Glukosa Terganggu
c. 200 mg/dL : Diabetes
Diagnosis Banding
1. Hiperglikemia reaktif
2. toleransi glukosa terganggu (TGT )
3. glukosa darah puasa terganggu (TTGO)

Pemeriksaan Penunjang
Hb, leukosit, hiting jenis leukosit, laju endap darah
Glukosa darah puasa dan 2 jam sesudah makan
Urinalisis rutin, protenuria 24 jam, CCT ukur, kreatinin
SGPT, albumin/globulin
Kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, trigliserida, Albuminuri mikro
Pemeriksaan penunjang lain:
EKG, foto toraks, funduskopi.
Alifa Umami / 1102012016
28
Skenario 1-Penglihatan terganggu

Pemeriksaan penyaring
Pemeriksaan penyaring dilakukan pada mereka yang mem- punyai risiko DM (seperti terlihat
pada halaman 33), namun tidak menunjukkan adanya gejala DM. Pemeriksaan penyaring
bertujuan untuk menemukan pasien dengan DM, TGT, mau- pun GDPT, sehingga dapat
ditangani lebih dini secara tepat. Pasien dengan TGT dan GDPT juga disebut sebagai intoleran-
si glukosa, merupakan tahapan sementara menuju DM. Kedua keadaan tersebut juga merupakan
faktor risiko untuk terjadinya DM dan penyakit kardiovaskular dikemudian hari.
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu atau
kadar glukosa darah puasa. Skema langkah-langkah pemeriksaan pada kelompok yang memiliki
risiko DM dapat dilihat pada bagan1.
Pemeriksaan penyaring untuk tujuan penjaringan masal (mass screening) tidak dianjurkan
mengingat biaya yang mahal, yang pada umumnya tidak diikuti dengan rencana tindak lanjut
bagi merekayang diketemukan adanya kelainan. Pemeriksaan penyaring dianjurkan dikerjakan
pada saat pemeriksaan Kadar glukosa darah sewaktu dan glukosa darah puasa sebagai untuk
penyakit lain atau general check-up.
Kadar glukosa darah puasa sebagai patokan penyaring dapat dilihat pada tabel 3.

Catatan : Untuk kelompok


risiko tinggi yang tidak
menunjukkan kelainan

Catatan :
hasil, dilakukan ulangan
tiap tahun. Bagi mereka
yang berusia Untuk kelompok risiko tinggi yang tidak menunjukkan kelainan hasil, >45 tahun
tanpa faktor risiko lain, pemeriksaan penyaring dapat dilakukan ulangan tiap tahun. Bagi mereka
yang berusia >45 tahun tanpa factor resiko dapat dilakukan setiap 3 tahun.
Alifa Umami / 1102012016
29
Skenario 1-Penglihatan terganggu

Test benedict

Interpretasi (mulai dari tabung paling kanan) :


0 = Berwarna Biru. Negatif. Tidak ada Glukosa.. Bukan DM
+1 = Berwarna Hijau . Ada sedikit Glukosa. Belum pasti DM, atau DM stadium dini/awal
+2 = Berwarna Orange. Ada Glukosa. Jika pemeriksaan kadar glukosa darah
mendukung/sinergis, maka termasuk DM
+3 = Berwarna Orange tua. Ada Glukosa. Positif DM
+4 = Berwarna Merah pekat. Banyak Glukosa. DM kronik

Rothera test

Pada tes ini, digunakan urin sebagai spesimen, sebagai reagen dipakai, Rothera agents, dan
amonium hidroxida pekat
Test ini untuk berguna untuk mendeteksi adanya aceton dan asam asetat dalam urin, yang
mengindikasikan adanya kemungkinan dari ketoasidosis akibat DM kronik yang tidak ditangani.
Zat zat tersebut terbentuk dari hasil pemecahan lipid secara masif oleh tubuh karena glukosa
tidak dapat digunakan sebagai sumber energi dalam keadaan DM, sehingga tubuh melakukan
mekanisme glukoneogenesis untuk menghasilkan energi. Zat awal dari aceton dan asam asetat
tersebut adalah Trigliseric Acid/TGA, yang merupakan hasil pemecahan dari lemak.

LO 3.8. Penatalaksanaan
Pengelolaan Diabetes mellitus dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani selama
beberapa waktu (2-4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum mencapai sasaran, dilakukan
intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dan atau suntikan insulin. Pada
keadaan tertentu, OHO dapat segera diberikan secara tunggal atau langsung kombinasi , sesuai
Alifa Umami / 1102012016
30
Skenario 1-Penglihatan terganggu

indikasi. Dalam keadaan dekompensasi metabolic berat, misalnya ketoasidosis , stress berat,
berat badan yang menurun dengan cepat, dan adanya ketonuria, insulin dapat segara diberikan.
Edukasi
Diabtes tipe 2 umunya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah terbentuk dengan
mapan. Pemberdayaan penyandang daibets memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarg dan
masyarakat. Tim kesehatan mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku sehat.
Dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi.Pengetahuan tentang
pemantauan glukosa darah mandiri tanda dan gejala hipoglikemia serta cara mengatasinya harus
diberikan kepada pasien. Pemantaun kadara glukosa darahndapat dilakukan secara mandiri,
setelah mendapat pelatihan khusus.
Farmakologis
1. GOLONGAN SULFONILUREA
MEKANISME KERJA.
Golongan obat ini sering disebut sebagai insulin secretstogues, kerjanya merangsang sekresi
insulin dari granul sel-sel Langerhans pancreas. Rangsangannya melalui interaksinya dengan
ATP-sensitive K channel pada membrane sel-sel yang menimbulkan depolarisasi membrane
dan keadaan ini akan membuka kanal Ca. dengan terbukanya kanal Ca maka ion Ca++ akan
masuk sel-sel , merangsang granula yang berisi insulin dan akan terjadi sekresi insulin dengan
jumlah yang ekuivalen dengan peptida C. kecuali itu sulfonylurea dapat mengurangi klirens
insulin di hepar.
Pada penggunaan jangka panjang atau dosis yang besar dapat menyebabkan
hipoglikemia.
FARMAKOKINETIK.
Berbagai sulfonylurea mempunyai sifat kinetic berbeda, tetapi absorpsi melalui saluran cerna
cukup efektif. Makanan dan keadaan hiperglikemia dapat mengurangi absorpsi. Untuk mencapai
kadar optimal di plasma, sulfonylurea dengan masa paruh pendek akan lebih efektif bila
diminum 30 menit sebelum makan. Dalam plasma sekitar 90%-99% terikat protein plasma
terutama albumin; ikatan ini paling kecil untuk klorpropamid dan paling besar untuk gliburid.
Masa paruh dan metabolisme sulfonylurea generasi I sangat bervariasi. Masa paruh
asetoheksamin pendek tetapi metabolit aktifnya, 1-hidroksiheksamid masa paruhnya lebih
panjang, sekitar 4-5 jam, sama dengan tolbutamid dan tolazamid. Sebaiknya sediaaan ini
diberikan dengan dosis terbagi. Sekitar 10% dari metabolitnya diekskresi melalui empedu dan
keluar bersama tinja.
Klorpropamid dalam darah terikat albumin, masa paruhnya panjang, 24-48 jam, efeknya
masih terlihat beberapa hari setelah obet dihentikan. Metabolismenya di hepar tidak lengkap,
20% diekskresi utuh di urin.
Mula kerja tolbutamid cepat, masa paruhnya sekitar 4-7 jam. Dalam darah sekitar 91-
96% tolbutamid terikat protein plasma, dan di hepar di ubah menjadi karboksitolbutamid.
Ekskresinya melalui ginjal.
Tolazamid, absorpsinya lebih lambat dari yang lain; efeknya pada glukosa darah belum
nyata untuk beberapa jam setelah obat diberikan. Masa paruh sekitar 7 jam, di hepar di ubah
menjadi p-karboksitolazamid, 4-hidroksimetitolazamid dan senyawa lain, yang diantaranya
memiliki sifat hipoglikemik cukup kuat.
Sulfonilurea generasi II, umumnya potensi hipoglikemiknya hampir 100 kali lebih besar
dari generasi I. Meski masa paruhnya pendek, hanya sekitar 3-5 jam, efek hipoglikemiknya
Alifa Umami / 1102012016
31
Skenario 1-Penglihatan terganggu

berlangsung 12-24 jam, sering cukup diberikan 1 kali sehari. Alasan mengapa masa paruh yang
pendek ini, memberikan efek hipoglikemik panjang, belum diketahui.
Glibizid, absorpsinya lengkap, masa paruhnya 3-4 jam. Dalam darah 98% terikat protein
plasma, potensinya 100 kali lebih kuat dari tolbutamid, tetapi efek hipoglikemik maksimalnya
mirip dengan sulfonilurea lain, metabolismenya di hepar, menjadi metabolit yang tidak aktif,
sekitar 10% diekskresi melalui ginjal dalam keadaan utuh.
Gliburid (glibenklamid) potensinya 200 x lebih kuat dari tolbutamid, masa paruhnya
sekitar 4 jam. Metabolismrnya di ahepar, pada pemberian dosis tunggal hanya 25% metabolitnya
diekskresi melalui urun, sisanya melalui empedu. Pada penggunaan dapat terjadi kegagalan
primer dan sekunder, dengan seluruh kegagalan kira-kira 21% selama 1,5 tahun.
Karena semua sulfonilurea di metabolisme di hepar dan diekskresi melalui ginjal, sediaan
ini tidak boleh diberikan pada pasien gangguan fungsi hepar atau ginjal yang berat.
EFEK SAMPING.
Insidens efek samping generasi I sekitar 4%, insidensnya lebih rendah lagi untuk generasi II.
Hipoglikemia, bahkan sampai koma tentu dapat timbul.reaksi ini lebih sering terjadi pada pasien
usia lanjut dengan gangguan fungsi hepar atau ginjal, terutama yang menggunakan sediaan
dengan masa kerja panjang.
Efek samping lain,, reaksi alergi jarang sekali terjadi, mual, muntah, diare, gejala
hematologi, susunan saraf pusat, mata dan sebagainya.
Gangguan saluran cerna ini dapat berkurang dengan mengurangi dosis, menelan obat
bersama makanan atau membagi obat dalam beberapa dosis. Gejala sususnan saraf pusat berupa
vertigo, bingung, atraksia dan sebagainya. Gejala hematologik al. Leukopenia dan
agranulositosis. Efek samping lain gejala hipotiroidisme, ikterus obstruktuf, yang bersifat
sementara dan lebih sering timbul akibat klorpropamid (0,4%). Berkuarngnya toleransi terhadap
alkohol juga telah dilaporkan pada pemakaian tolbutamid dan klorpropamid.
Hipoglikemia dapat terjadi pada pasien yang tidak mendapat dosis tepat, tidak makan
cukup atau dengan gangguan fungsi hepar dan/atau ginjal. Kecenderungan hipoglikemia pada
orang tua disebabkan oleh mekanisme kompensasi berkurang dan asupan makanan yang
cenderung kurang. Selain itu, hipoglikemia tidak mudah dikenali pada orang tua karena timbul
perlahan tanpa tanda akut (akibat tidak ada refleks simpatis) dan dapat menimbulkan disfungsi
otak sampai koma. Penurunan kecepatan ekskresi klo, propamid dapat meningkatkan
hipoglikemia.
INDIKASI.
Memilih sulfonilurea yang tepat untuk pasien tertentu sangat penting untuk suksesnya terapi.
Yang menentukan bukanlah umur pasien waktu terapi dimulai, tetapi usia pasien waktu penyakit
DM mulai timbul. Pada umumnya hasil yang baik diperoleh pada pasien yang diabetesnya mulai
timbul pada usia diatas 40 tahun. Sebelum menentukan keharusan penggunaan sulfonilurea,
selalu harus dipertimbangkan kemungkinan mengatasi hiperglikemia dengan hanya mengatur
diet serta mengurangi berat badan pasien.
Kegagalan pasien dengan salah satu derivat sulfonilurea, mungkin juga disebabkan oleh
perubahan farmakokinetik obat, misal penghancuran yang terlalu cepat. Obat hasil terapi yang
baik tidak dapat dipertahankan dengan dosis 0.5 g klorpropamid, 0.75 g tolazamid, sebaiknya
dosis jangan ditambah lagi.
Selama terapi, pemeriksaan fisik dan laboratorium harus tetap dilakukan secara teratur.
Pada keadaan yang gawat seperti stres, komplikasi, infeksi dan pembedahan, insulin tetap
merupakan terapi standar.
Alifa Umami / 1102012016
32
Skenario 1-Penglihatan terganggu

1.1. MEGLITINID
Repaglinid dan nateglinid
Merupakan golongan meglitinid, mekanisme kerjanya sama dengan sulfonilurea tetapi
struktur kimianya sangat berbeda. Golongan ADO ini merangsang insulin dengan menutup kanal
K yang ATP-independent di sel pankreas.
Pada pemberian oral absorpsinya cepat dan kadar puncaknya dicapai dalam waktu 1 jam.
Masa paruhnya 1 jam, karena harus diberikan beberapa kali sehari, sebelum makan. Metabolisme
utamanya di hepar dan metabolitnya tidak aktif. Sekitar 10% dimetabolisme di ginjal. Pada
pasien dengan gangguan fungsi hepar atau ginjal harus diberikan secara berhati-hati. Efek
samping utamanya hipoglikemia dan gangguan saluran cerna. Reaksi alergi juga pernah
dilaporkan.

1.2. BIGUANID
Sebenarnya dikenal 3 golongan ADO dari golongan biguanid : fenformin, buformin, dan
metformin, tetapi yang pertama telah ditarik dari peredaran karena sering menyebabkan asidosis
laktat. Sekarang yang banyak digunakan adalah metformin.
MEKANISME KERJA.
Biguanid tidak menyebabkan rangsangan sekresi insulin dan umumnya tidak menyebabkan
hipoglikemia. Metformin menurunkan produksi glukosa dihepar dan menungkatkan sensitivitas
jaringan otot dan adiposa terhadap insulin. Efek ini terjadi karena adanya aktivasi kinase di sel
(AMP-activated protein kinase). Meski masih kontroversial, adanya penurunan produksi glukosa
hepar, banyak data yang menunjukkan bahwa efeknya terjadi akibat penurunan glukoneogenesis.
Preparat ini tidak mempunyai efek yang berarti pada sekresi glukagon, kortisol, hormon
pertumbuhan, dan somatostatin.
Biguanid tidak merangsang ataupun menghambat perubahan glukosa menjadi lemak.
Pada pasien diabetes yang gemuk, biguanid dapat menurunkan berat badan dengan mekanisme
yang belum jelas pula; pada orang nondiabetik yang gemuk tidak timbul penurunan berat badan
dan kadar glukosa darah.
Metformin oral akan mengalami absorpsi di intestin, dalam darah tidak terikat protein
plasma, ekskresinya melalui urin dalam keadaan utuh. Masa paruhnya sekitar 2 jam.
Dosis awal 2 x 500 mg, umumnya dosis pemeliharaan (maintenance dose) 3 x 500 mg,
dosis maksimal 2,5 g. Obat diminum pada waktu makan. Pasien DM yang tidak memberikan
respon dengan sulfonilurea dapat diatasi dengan metformin, atau dapat pula diberikan sebagai
terapi kombinasi dengan insulin atau sulfonylurea.

EFEK SAMPING.
Hampir 20% pasien dengan metformin mengalami : mual; muntah, diare serta kecap logam
(metalic taste); tetapi dengan menurunkan dosis keluhan-keluhan tersebut segera hilang. Pada
beberapa pasien yang mutlak bergantung insulin eksogen, kadang-kadang biguanid menimbulkan
ketosis yang tidak disertai dengan hiperglikemia (starvation ketosis). Hal ini harus dibedakan
dengan ketosis karena defisiensi insulin.
Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau sistem kardiovaskular, pemberian
biguanid dapat menimbulkan peningkatan kadar asam laktat dalam darah, sehingga hal ini dapat
mengganggu keseimbangan elektrolit dalam cairan tubuh.
INDIKASI.
Alifa Umami / 1102012016
33
Skenario 1-Penglihatan terganggu

Sediaan biguanid tidak dapat menggantikan fungsi insulin endogen, dan digunakan pada terapi
diabetes dewasa.
Dari berbagai derivat biguanid, data fenformin yang paling banyak terkumpul tetapi
sediaan ini kini dilarang dipasarkan di Indonesia karena bahaya asidosis laktat yang mungkin
ditimbulkannya. Di Eropa fenformin digantikan dengan metformin yang kerjanya serupa
fenformin tetapi diduga lebih sedikit menyebabkan asidosis laktat. Dosis metformin ialah 1-3
gram sehari dibagi dalam 2 atau 3 kali pemberian.
KONTRA INDIKASI.
Biguanid tidak boleh diberikan pada kehamilan, pasien penyakit hepar berat, penyakit ginjal
dengan uremia dan penyakit jantung kongestif dan penyakit paru dengan hipoksia kronik. Pada
pasien yang akan diberi zat kontras intravena atau yang akan di operasi, pemberian obat ini
sebaiknya dihentikan dahulu. Setelah lebih dari 48 jam, biguanid baru boleh diberikan dengan
catatan fungsi ginjal harus tetap normal. Hal ini untuk mencegah terbentuknya laktat yang
berlebihan dan dapat berakhir fatal akibat asidosis laktat. Insidens asidosis akibat metformin
kurang dari 0.1 kasus per 1000 patient-years, dan mortalitasnyalebih rendah lagi.

2. GOLONGAN TIAZOLIDINEDION
MEKANISME KERJA.
Tiazolidinedion merupakan agonist potent dan selektif PPAR, mengaktifkan PPAR
membentuk kompleks PPAR-RXR dan terbentuklah GLUT baru. Di jaringan adiposa PPAR
mengurangi keluarnya asam lemak menuju ke otot, dan karenanya dapat mengurangi resistensi
insulin. Pendapat lain, aktivasi hormon adiposit dan adipokin, yang nampaknya adalah
adiponektin. Senyawa ini dapat meningkatkan sensitivitas insulin melalui peningkatan AMP
kinase yang merangsang transport glukosa ke sel dan meningkatkan oksidasi asam lemak. Jadi
agar obat dapat bekerja harus tersedia insulin.
Selain itu glitazon juga menurunkan produksi glukosa hepar, menurunkan asam lemak
bebas di plasma dan remodeling jaringan adipose.
Pioglitazon dan rosiglitazon dapat menurunkan HBA1c (1,0-1,5%) dan
berkecenderungan meningkatkan HDL, sedang efeknya pada trigliserid dan LDL bervariasi.
Pada pemberian oral absorpsi tidak dipengaruhi makanan, berlangsung 2
jam.metabolismenya di hepar, oleh sitokrom P-450 rosiglitazon dimetabolisme oleh isozim 2C8,
sedangkan pioglitazon oleh 2C8 & 3A4. meski demikian, penggunaan rosiglitazon 4 mg 2 x
sehari bersama nifedipin atau kontrasepsi oral (etinil estradiol + noretindron) yang juga
dimetabolisme isozim 3A4 tidak menujukkan efek klinik negatif yang berarti.
Ekskresinya melalui ginjal, keduanyadapat diberikan pada insufisiensi renal, tetapi
dikontraindikasikan pada gangguan fungsi hepar (ALT>2,5 x nilai normal). Meski laporan
hepatotoksik baru ada pada troglitazon, FDA menganjurkan agar pada awal dan setiap 2 bulan
sekali selama 12 bulan pertama penggunaan kedua preparat diatas dianjurkan pemeriksaan tes
fungsi hepar. Penelitian population pharmacokinetic, menunjukkan bahwa usia tidak
mempengaruhi kinetiknya.
Glitazon digunakan untuk DM tipe 2 yang tidak memberi respons dengan diet & latihan
fisik, sebagai monoterapi atau ditambahkan pada mereka yang tidak memberi respons pada obat
hipoglikemik lain (sulfonilurea, metformin) atau insulin.
Dosis awal rosiglitazon 4 mg, bila dalam 3-4 minggu kontrol glisemia belum adekuat,
dosis ditingkatkan 8mg/hari, sedangkan pioglitazon dosis awal 15-30mg bila kontrol glisemia
Alifa Umami / 1102012016
34
Skenario 1-Penglihatan terganggu

belum adekuat, dosis dapat ditingkatkan sampai 45 mg. Efek klinis maksimalnya tercapai setelah
penggunaan 6-12 minggu.
EFEK SAMPING.
Efek samping antara lain, peningkatan berat badan, edema, menambah volume plasma dan
memperburuk gagal jantung kongestif. Edema sering terjadi pada penggunaannya bersama
insulin. Kecuali penyakit hepar, tidak dianjurkan pada gagal jantung kelas 3 dan 4 menurut
klasifikasi New York Heart Association. Hipoglikemia pada penggunaan monoterapi jarang
terjadi.

3. PENGHAMBAT ENZIM -GLIKOSIDASE


MEKANISME KERJA.
Obat golongan ini dapat memperlambat absorpsi polisakarida (starch), dekstrin, dan disakarida
di intestin. Dengan menghambat kerja enzim -glikosidase di brush border intestin, dapat
mencegah peningkatan glukosa plasma pada orang normal dan pasien DM.
Karena kerjanya tidak mempengaruhi sekresi insulin, maka tidak akan menyebabkan efek
samping hipoglikemia. Akarbose dapat digunakan sebagai monoterapi pada DM usia lanjut atau
DM yang glukosa postprandialnya sangat tinggi. Di klinik sering digunakan bersama antidiabetik
oral lain dan/atau insulin.
Obat ini diberikan pada waktu mulai makan; dan absorpsi buruk.
Akarbose merupakan oligosakarida yang berasal dari mikroba, dan miglitol suatu derivat deseksi
nojirimisin, secara kompetitif juga menghambat glukoamilase dan sukrase, tetapi efeknya pada
-amilase pankreas lemah. Kedua preparat dapat menurunkan glukosa plasma postprandial pada
DM tipe 1 & 2, dan pada DM tipe 2 dengan hiperglisemia yang hebat dapat menurunkan HbA1c
secara bermakna. Pada pasien DM dengan hiperglisemia ringan sampai sedang, hanya dapat
mengatasi hiperglisemia sekitar 30%-50% dibandingkan antidiabetik oral lainnya (dinilai dengan
pemeriksaan HbA1c).
EFEK SAMPING.
Efek samping yang bersifat dose-dependent antara lain: malabsorpsi, flatulen, diare, dan
abdominal bloating. Untuk mengurangi efek samping ini sebaiknya dosis dititrasi, mulai dosis
awal 25 mg pada saat mulai makan untuk selama 4-8 minggu sampai dosis maksimal 75mg
setiap tepat sebelum makan. Dosis yang lebih kecil dapat diberikan dengan makanan kecil
(snack).
Akarbose paling efektif bila diberikan bersama makanan yang berserat, mengandung
polisakarida, dengan sedikit kandungan glukosa dan sukrosa. Bila akarbose diberikan bersama
insulin, atau dengan golongan sulfonilurea, dan menimbulkan hipoglikemia, pemberian glukosa
akan lebih baik daripada pemberian sukrose, polisakarida atau maltosa.

OBAT HIPERGLIKEMIK

1.GLUKAGON
MEKANISME KERJA.
Glukagon menyebabkan glikogenolisis di hepar dengan jalan merangsang enzim adenilsiklase
dalam pembentukan siklik AMP, kemudian siklik AMP ini mengaktifkan fosforilase, suatu
enzim penting untuk glikogenolisis. Efek glukagon ini hanya terbatas pada hepar saja dan tidak
dapat dihambat dengan pemberian adrenoreseptor .
Alifa Umami / 1102012016
35
Skenario 1-Penglihatan terganggu

Glukagon juga meningkatkan glukoneogenesis. Efek ini mungkin sekali disebabkan oleh
menyusutnya simpanan glikogen dalam hepar, karena dengan berkurangnya glikogen dalam
hepar proses deaminasi dan transaminasi menjadi lebih aktif. Dengan meningkatnya proses
tersebut maka pembentukan kalori juga makin besar. Ternyata efek kalorigenik glukagon hanya
dapat timbul bila ada tiroksin dan adrenokortikosteroid.
Sekresi glukagon pankreas meninggi dalam keadaan hipoglikemia dan menurun dalam
keadaan hiperglikemia. Sebagian besar glukagon endigen mengalami metabolisme di hati.

INDIKASI.
Glukagon terutama digunakan pada pengobatan hipoglikemia yang ditimbulkan oleh insulin.
Hormon tersebut dapat diberikan secara IV, IM atau SK dengan dosis 1 mg. Bila dalam 20 menit
setelah pemberian glukagon SK pasien koma hipoglikemik tetapi tidak sadar, maka glukosa IV
harus segera diberikan karena mungkin sekali glikogen dalam hepar telah habis atau telah terjadi
kerusakan otak yang menetap.
Glukagon HCl tersedia dalam ampul berisi bubuk 1 dan 10mg.

2.DIAZOKSID
Obat ini memperlihatkan efek hiperglikemia bila diberikan oral dan efek antihipertensi bila
diberikan IV. Sediaan ini meningkatkan kadar glukosa sesuai besarnya dosis dengan
menghambat langsung sekresi insulin; mungkin juga dengan menghambat penggunaan glukosa
dan perifer dan merangsang langsung sekresi insulin; mungkin juga dengan menghambat
penggunaan glukosa di perifer dan merangsang pembentukan glukosa dalam hepar. Diazoksid
digunakan pada hiperinsulinisme misalnya pada insulinoma atau hipoglikemia yang sensitif
terhadap leusin. Diazoksid 90% terikat plasma protein dalam darah. Masa paruh bentuk oral 24-
36 jam, tetapi mungkin memanjang pada takar lajak atau pada apsien dengan kerusakan dengan
kerusakan fungsi ginjal. Karena masa paruh yang panjang, diperlukan pengamatan jangka
panjang. Takar lajak dapat menyebabkan hiperglikemia berat, kadang-kadang disertai
ketoasidosis atau koma hiperosmolar tanpa ketosis.
Meskipun diazoksid termasuk golongan tiazid, obat ini meretensi air dan natrium.
Diuretik tiazid meninggikan efek hiperglikemi dan hiperurisemi obat ini. Diazoksid oral
menimbulkan potensiasi efek obat antihipertensi lain, meskipun bila obat ini digunakan sendiri
efeknya tidak kuat. Efek hiperglikemi diazoksid dilawan oleh obat penghambat adrenoreseptor .
Diazoksid dapat menimbulkan iritasi saluran cerna, trombositopeni dan netropeni. Diazoksid
bersifat teratogenik pada hewan (kelainan kardiovaskular dan tulang), juga menyebabkan
degenerasi sel pankreas fetus sehingga obat ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil.
Dosis pada orang dewasa adalah 3-8 mg/kgBB/hari, sedangkan pada anak kecil 8-15
mg/kgBB/hari. Obat ini diberikan dalam dosis terbagi 2-3 x sehari.

TERAPI INSULIN
KLASIFIKASI INSULIN
Jenis sediaan Bufer Mula kerja Puncak Masa kerja Kombinasi
(jam) (jam) dengan (jam)
Kerja cepat
Regular solube - 0,1-0,7 1,5-4 5-8 Semua jenis
(kristal) Fosfat 0,25 0,5-1,5 2-5
Lispro lente
Alifa Umami / 1102012016
36
Skenario 1-Penglihatan terganggu

Kerja sedang
NPH (isophan) Fosfat 1-2 6-12 18-24 Regular
Lente Asetat 1-2 6-12 18-24 Senilente
Kerja panjang
Protamin zinc Fosfat asetat 4-6 14-20 24-36 Regular
Ultralente - 4-6 16-18 20-36
Glargin 2-5 5-24 18-24

INDIKASI DAN TUJUAN.


Insulin subkutan terutama diberikan pada DM tipe 1, DM tipe 2 yang tidak dapat diatasi hanya
dengan diet dan atau antidiabetik oral, pasien DM pascapankreaktomi atau DM dengan
kehamilan, DM dengan ketoasidosis, koma nonketosis, atau komplikasi lain, sebelum tindakan
operasi (DM tipe 1 dan 2). Tujuan pemberian insulin pada semua keadaan tersebut bukan saja
untuk menormalkan glukosa darah tetapi juga memperbaiki semua aspek metabolisme, dan yang
terakhir inilah umumnya yang suka dicapai.
Keadaan mendekati normoglisemia dicapai pada DM dengan multipel dosis harian
insulin atau dengan infusion pump therapy, yang tujuannya mencapai glukosa darah puasa antara
90-120 mg/dL (5-6,7 mM), glukosa 2 jam postprandial kurang dari 150 mg/dL (8,3 mM). Pada
pasien yang kurang disiplin atau kurang patuh terhadap terapi, mungkin perlu dicapai nilai
glukosa darah puasa yang lebih tinggi (140 mg/dL atau 7,8 mM) dan postprandial 200 sampai
250 mg/dL atau11,1-13,9 mM.

EFEK SAMPING.
Hipoglikemia, merupakan efek samping paling sering terjadi dan trjadi akibat dosis insulin yang
terlalu besar, tidak tepatnya waktu makan dengan waktu tercapainya kadar puncak insulin, atau
karena adanya faktor yang dapat meningkatkan sensitivitas terhadap insulin, misal insufisiensi
adrenal atau pituitary, ataupun akibat kerja fisik yang berlebihan.
Reaksi alergi dan resistensi, kadang-kadang reaksi ini terjadi akibat adanya bekuan atau
terjadinya denaturasi preparat insulin, atau kontaminan, atau akibat pasien sensitif terhadap
senyawa yang ditambahkan pada proses formulasi preparat insulin (misal: Zn2+, protamin,
fenol,dll). Reaksi alergi lokal sering terjadi akibat IgE atau resistensi akibat timbulnya antibodi
IgG.
Lipoartrofi dan lipohipertrofi. Lipoartrofi jaringan lemak subkutan ditempat suntikan
dapat timbul akibat variant respon imun terhadap insulin; sedangkan lipohipertrofi dimana terjadi
penumpukan lemak subkutan terjadi akibat efek lipogenik insulin yang kadarnya tinggi pada
daerah tempat suntikan. Hal ini diduga akibat adanya kontaminan dalam preparat insulin, dan
reaksi lebih jarang terjadi pada penggunaan insulin, dan reaksi lebih jarang terjadi pada
penggunaan insulin yang lebih murni. Pada kenyataannya lipohipertrofi lebih sering terjadi
dengan human insulin apabila pasien yang menyuntikan sendiri pada tempat yang sama. Hal ini
dapat disebabkan karena terjadinya absorpsi insulin yang kurang baik atau tidak teratur.
Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan
secara bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah. Bersamaan pengaturan diet dan
kegiatan jasmani, diperlukan dapat dilakukan pemberian OHO tunggal atau kombinasi OHO
Alifa Umami / 1102012016
37
Skenario 1-Penglihatan terganggu

sejak dini. Terapi dengan OHO kombinasi, harus dipilih dua macam obat dari kelompok yang
mempunyai mekanisme kerja berbeda.
Bila sasaran kadar glukosa darah belum tercapai, dapat pula diberikan kombinasi tiga OHO dari
kelompok yang berbeda atau kombinasi OHO dengan insulin. Pada pasien yang disertai dengan
alasan klinik di mana insulin tidak memungkinkan untuk dipakai dipilih terapi dengan kombinasi
tiga OHO. (lihat bagan 2 tentang algoritma pengelolaan DM tipe-2).Untuk kombinasi OHO dan
insulin, yang banyak dipergunakan adalah kombinasi OHO dan insulin basal (insulin kerja
menengah atau insulin kerja panjang) yang diberikan pada malam hari menjelang tidur. Dosis
awal insulin kerja menengah adalah 6-10 unit yang diberikan sekitar jam 22.00, kemudian
dilakukan evaluasi dosis tersebut dengan menilai kadar glukosa darah puasa keesokan harinya.
Bila dengan cara seperti di atas kadar glukosa darah sepanjang hari masih tidak terkendali, maka
obat hipoglikemik oral dihentikan dan diberikan insulin saja.

Pemeberian kombinasi OHO dan insulin


Kriteria pengendalian DM
Untuk dapat mencegah terjadinya komplikasi kronik, diperlukan pengendalian DM yang baik
yang merupakan sasaran terapi. Diabetes terkendali baik, apabila kadar glukosa darah mencapai
kadar yang diharapkan serta kadar lipid dan A1C juga mencapai kadar yang diharapkan.
Demikian pula status gizi dan tekanan darah. Kriteria keberhasilan pengendalian DM dapat
dilihat pada Tabel 7.
Alifa Umami / 1102012016
38
Skenario 1-Penglihatan terganggu

Non Farmakologis
Terapi nutrisi medis
A.komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari:
Karbohidrat
- Dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi
- Pembatasan karbohidrat total < 130 g/hari tidak dianjurkan
- Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi
Lemak

- Dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kaloritidak diperkenankan melebihi 30 % total


asupan energi
- Lemak jenuh <7% kebutuhan kalori
- Lemak tidak jenuh ganda <10%, selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal
- Anjuran konsumsi kolesterol <200 mg/hari
Protein
- Dibutuhkan sebesar 10-20% total asupan energi
Alifa Umami / 1102012016
39
Skenario 1-Penglihatan terganggu

Natrium
- asupan natrium tidak lebih dar000mg atau amadengan 6-7 gram (1 sendok teh) garam dapur.
- sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda, dan bahan pengawet seperti
natrium benzoat dan natrium nitrit
Serat
- Anjuran konsumsi serat adalah 25 g/hari
Pemanis alternatif
- Dikelompokkan menjadi pemanis berkalori dan pemanis tak berkalori. Termasuk
pemanis berkalori adalah gula alkohol dan fruktosa
- Gula alkohol antara lain isomalt, lactitol, maltitol, sorbitol, dan xylitol
- Fruktosa tidak dianjurkan pada penyandang diabetes karena efek samping pada lemak
darah
Piramida makanan diabetes

Semakin tinggi kelompok makanan yang terdapat di dalam piramida makanan diabetes, semakin
sedikit kelompok makanan tersebut dapat dikonsumsi atau dihindari oleh seorang pasien
diabetes.
Biji-bijian dan Tepung (kelompok 1):
Makanan yang terbuat dari biji-bijian dan tepung terdapat di dasar piramida makanan diabetes.
Kelompok makanan biji-bijian dan tepung yang banyak mengandung karbohidrat seperti beras,
gandum, rye, gandum, jagung, kacang polong kentang, kacang pinto, dan makanan lainnya yang
biasa menggunakan biji-bijian masuk dalam kelompok ini.
Sayuran (kelompok 2):
Kelompok makanan sayuran ini terletak tepat di atas dasar piramida makanan diabetes. Sayuran
secara alami rendah dalam konten lemak, rendah kalori dan kaya vitamin, mineral, serat dan zat
gizi mikro.
Buah-buahan (kelompok 3):
Kelompok buah-buahan ini juga terletak tepat di atas dasar piramida makanan diabetes bersama
dengan kelompok sayuran. Buah-buahan kaya akan vitamin, mineral, serat dan juga karbohidrat.
Alifa Umami / 1102012016
40
Skenario 1-Penglihatan terganggu

Susu (kelompok 4):


Kelompok ini berada di atas lapisan kedua (sayuran dan buah) dari piramida makanan diabetes.
Kelompok susu mengandung banyak protein dan kalsium serta vitamin banyak. Dari kategori
susu pasien diabetes harus memilih produk susu dengan kadar lemak rendah.
Daging, Pengganti Daging dan Protein Lainnya (kelompok 5):
Kelompok ini bersama kelompok susu dalam piramida makanan diabetes mengandung protein
dalam jumlah yang sangat tinggi dan mengandung vitamin serta mineral sangat banyak.
Lemak, Minyak, Manis dan Alkohol (kelompok 6):
Kelompok makanan ini terdapat di puncak piramida makanan diabetes, yang menandakan bahwa
kelompok makanan hanya boleh dikonmsi sedikit oleh penderita diabetes dan sebaiknya
dihindari.

B.kebutuhan kalori
Dengan mengonsumsi makanan sehari-hari yang beranekaragam, kekurangan zat gizi pada jenis
pangan yang satu akan dilengkapi oleh keunggulan susunan zat gizi jenis pangan yang lain,
sehingga diperoleh masukan zat gizi yang seimbang. Terdapat tiga kata kunci dalam
makanan (menu) berbasis gizi seimbang, yaitu 1) seimbang antara asupan (konsumsi) zat gizi
dengan kebutuhan setiap orang sehari; 2) seimbang jumlah antar kelompok pangan dan fungsi
yaitu sebagi sumber tenaga (pangan sumber karbohidrat dan lemak mencakup pangan pokok
yaitu serealia, umbi-umbian, makanan berpati; gula; buah/biji berminyak; lemak & minyak),
sebagai sumber pembangun (pangan sumber protein hewani, yang dikenal sebagai lauk yaitu
daging, telur, susu, ikan serta pangan sumber protein nabati, yang dikenal sebagai pauk yaitu
berasal dari kacang-kacangan), sebagai sumber pengatur (pangan sumber vitamin mineral yang
berasal dari sayur dan buah); serta 3) serimbang jumlah antar waktu makan berdasarkan
kebiasaan frekuensi makan sehari.
Penetapan berat badan ideal juga dapat digunakan rumus Brocca, yaitu sebagai berikut :
Berat Badan Ideal (kg) = (Tinggi Badan dalam cm 100) 10%

Berat badan ideal tergantung pada besar kerangka dan komposisi tubuh, yaitu otot dan
lemak. Seseorang yang mempunyai kerangka badan yang lebih besar atau mempunyai komposisi
otot yang lebih besar mempunyai berat badan ideal yang lebih besar daripada yang sebaliknya.
Oleh karena itu, terhadap rumus berat badan diatas diberi kelonggaran 10%.
Contoh Kasus :
(165 100) 10% (+ 10%) = 71.5 kg
Bila kerangka badannya kecil, berat badan idealnya adalah :
(165 100) 10% (-10%) = 58.5
Cara lain menilai berat badan adalah dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT).
IMT = Berat Badan (kg)
Tinggi Badan (m2)
Penilaian berat badan berdasarkan IMT menggunakan batas ambang seperti dapat dilihat pada
Tabel 2. dibawah ini :
Tabel 2. Kategori Batas Ambang IMT
Kategori Batas Ambang
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekerangan berat badan tingkat ringan 17,0 18,5
Alifa Umami / 1102012016
41
Skenario 1-Penglihatan terganggu

Normal > 18,5 22,9


Gemuk obesitas > 23,0 25,0
Obesitas I > 25,0
Obesitas II > 27,0

Bila berat badan dinilai kurang dari berat badan ideal, maka kebutuhan energinya
ditambah sebanyak 500 Kalori sehari, sedangkan bila lebih, dikurangi sebanyak 500 Kalori
sehari. Penyesuaian kebutuhan energi tersebut dimaksudkan agar dapat dicapai berat badan
ideal.
Contoh Perhitungan IMT:
Pada pasien di kasus tergolong gemuk, obesistas tipe 2.
Pada penghitungan kebutuhan kalori :
BBI x Kebutuhan kalori/kg BB = 58.5 x 25 = 1462.5 = 1500 kal

C. latihan jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu selama kurang
lebih 30 menit), merupakan salah satupilar dalam pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari
sepertiberjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan. Latihan
jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki
sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang
dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai,
jogging, danberenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur danstatus kesegaran
jasmani. Untuk mereka yang relatif sehat, intensitas latihan jasmani bisa ditingkatkan, sementara
yang sudah mendapat komplikasi DM dapat dikurangi. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang
gerak atau bermalas-malasan.
Alifa Umami / 1102012016
42
Skenario 1-Penglihatan terganggu

LO 3.9. Komplikasi
1. Komplikasi Metabolik Akut
Komplikasi metabolik diabetes disebabkan oleh perubahan yang relatif akut dari
konsentrasi glukosa plasma. Komplikasi metabolik yang paling serius pada diabetes
tipe 1 adalah:
A. Ketoasidosis Diabetik (DKA).
Merupakan komplikasi metabolik yang paling serius pada DM tipe 1. Hal ini
bisa juga terjadi pada DM tipe 2. Hal ini terjadi karena kadar insulin sangat menurun,
dan pasien akan mengalami hal berikut:7
Hiperglikemia
Hiperketonemia
Asidosis metabolik
Hiperglikemia dan glukosuria berat, penurunan lipogenesis ,peningkatan
lipolisis dan peningkatan oksidasi asam lemak bebas disertai pembentukan benda
keton (asetoasetat, hidroksibutirat, dan aseton). Peningkatan keton dalam plasma
mengakibatkan ketosis. Peningkatan produksi keton meningkatkan beban ion
hidrogen dan asidosis metabolik. Glukosuria dan ketonuria yang jelas juga dapat
mengakibatkan diuresis osmotik dengan hasil akhir dehidrasi dan kehilangan
elektrolit. Pasien dapat menjadi hipotensi dan mengalami syok.
Akhimya, akibat penurunan penggunaan oksigen otak, pasien akan
mengalami koma dan meninggal. Koma dan kematian akibat DKA saat ini jarang
terjadi, karena pasien maupun tenaga kesehatan telah menyadari potensi bahaya
komplikasi ini dan pengobatan DKA dapat dilakukan sedini mungkin.
Tanda dan Gejala Klinis dari Ketoasidosis Diabetik
1. Dehidrasi 8. Poliuria
2. Hipotensi (postural atau supine) 9. Bingung
3. Ekstremitas Dingin/sianosis perifer 10. Kelelahan
4. Takikardi 11. Mual-muntah
5. Kusmaul breathing 12. Kaki kram
6. Nafas bau aseton 13. Pandangan kabur
7. Hipotermia 14. Koma (10%)

B. Hiperglikemia, Hiperosmolar, Koma Nonketotik (HHNK)


Komplikasi metabolik akut lain dari diabetes yang sering terjadi pada
penderita diabetes tipe 2 yang lebih tua. Bukan karena defisiensi insulin absolut,
Alifa Umami / 1102012016
43
Skenario 1-Penglihatan terganggu

namun relatif, hiperglikemia muncul tanpa ketosis. Ciri-ciri HHNK adalah sebagai
berikut:
Hiperglikemia berat dengan kadar glukosa serum > 600 mg/dl.
Dehidrasi berat
Uremia
Pasien dapat menjadi tidak sadar dan meninggal bila keadaan ini tidak segera
ditangani. Angka mortalitas dapat tinggi hingga 50%. Perbedaan utama antara
HHNK dan DKA adalah pada HHNK tidak terdapat ketosis.
Penatalaksanaan HHNK
Penatalaksanaan berbeda dari ketoasidosis hanya dua tindakan yang
terpenting adalah:Pasien biasanya relatif sensitif insulin dan kira-kira diberikan dosis
setengah dari dosis insulin yang diberikan untuk terapi ketoasidosis, biasanya 3
unit/jam.7

C. Hipoglikemia (reaksi insulin, syok insulin)


Hipoglikemia adalah keadaan klinik gangguan saraf yang disebabkan
penurunan glukosa darah. Gejala ini dapat ringan berupa gelisah sampai berat berupa
koma dengan kejang. Penyebab tersering hipoglikemia adalah obat-obatan
hipoglikemik oral golongan sulfonilurea, khususnya glibenklamid. Hasil penelitian di
RSCM 1990-1991 yang dilakukan Karsono dkk, memperlihatkan kekerapan episode
hipoglikemia sebanyak 15,5 kasus pertahun, dengan wanita lebih besar daripada pria,
dan sebesar 65% berlatar belakang DM. Meskipun hipoglikemia sering pula terjadi
pada pengobatan dengan insulin, tetapi biasanya ringan. Kejadian ini sering timbul
karena pasien tidak memperlihatkan atau belum mengetahui pengaruh beberapa
perubahan pada tubuhnya.
Penyebab Hipoglikemia :
1. Makan kurang dari aturan yang ditentukan
2. Berat badan turun
3. Sesudah olah raga
4. Sesudah melahirkan
5. Sembuh dari sakit
6. Makan obat yang mempunyai sifat serupa
Tanda hipoglikemia mulai timbul bila glukosa darah < 50 mg/dl, meskipun
reaksi hipoglikemia bisa didapatkan pada kadar glukosa darah yang lebih tinggi.
Tanda klinis dari hipoglikemia sangat bervariasi dan berbeda pada setiap orang.
Tanda-tanda Hipoglikemia
1. Stadium parasimpatik: lapar, mual, tekanan darah turun.
2. Stadium gangguan otak ringan: lemah, lesu, sulit bicara, kesulitan menghitug
sederhana.
3. Stadium simpatik: keringat dingin pada muka terutama di hidung, bibir atau tangan,
berdebar-debar.
4. Stadium gangguan otak berat: koma dengan atau tanpa kejang.
Keempat stadium hipoglikemia ini dapat ditemukan pada pemakaian obat oral
ataupun suntikan. Ada beberapa catatan perbedaan antara keduanya:
1) Obat oral memberikan tanda hipoglikemia lebih berat.
Alifa Umami / 1102012016
44
Skenario 1-Penglihatan terganggu

2) Obat oral tidak dapat dipastikan waktu serangannya, sedangkan insulin bisa
diperkirakan pada puncak kerjanya, misalnya:
Insulin reguler : 2-4 jam setelah suntikan
Insulin NPH : 8-10 jam setelah suntikan
P.Z.I : 18 jam setelah suntikan
3) Obat oral sedikit memberikan gejala saraf otonom (parasimpatik dan simpatik),
sedangkan akibat insulin sangat menonjol.

2. Komplikasi Kronik Jangka Panjang


A. Mikrovaskular / Neuropati
- Retinopati, catarak penurunan penglihatan
- Nefropati gagal ginjal
- Neuropati perifer hilang rasa, malas bergerak
- Neuropati autonomik hipertensi, gastroparesis
- Kelainan pada kaki ulserasi, atropati
B. Makroangiopati
- Pembuluh darah jantung
- Pembuluh darah tepi: penyakit arteri perifer sering terjadi pada penyandang
diabetes. Biasanya terjadi dengan gejala tipikal clauditio intermittent, meskipun
sering tanpa gejala. Terkadang ulkus iskemik kaki merupakan kelainan yang pertama
muncul.
- Pembuluh darah otak
LO 3.10. Prognosis
Prognosis DM tipe 2 tanpa komplikasi tidak seberat DM tipe 1 karena DM tipe 1 memiliki
resiko hipoglikemia lebih tinggi dari pada DM tipe 2.Hipoglikemia bisa mengakibatkan
kesadaran menurun.Akan tetapi jika DM tipe 2 ditambah komplikasi makrovaskular resiko
kematian 50%

LO 3.11. Pencegahan

Ada beberapa pencegahan menurut WHO,1994:


1. Pencegahan primer
Semua aktivitas yang dilakukan untuk pencegah timbulnya hiperglikemia pada individu
yang beresiko untuk jadi diabetes atau pada populasi umum.
2. Pencegahan sekunder
Menemukan pengidap DM sedini mungkin,misalnya dengan tes penyaringan terutama
pada populasi beresiko tinggi dengan demikian dapat dilakukan upaya untuk mencegah
komplikasi atau kalaupun sudah ada komplikasi masih reversibel
3. Pencegahan tersier
Semua upaya untuk mencegah komplikasi atau kecacatan akibat komplikasi itu.
Usaha ini meliputi :
mencegah timbulnya komplikasi,mencegah progresi dari pada komplikasi itu supaya
tidak menjadi kegagalan organ,mencegah kecacatan tubuh

Strategi pencegahan
Ada 2 macam strategi yang dijalankan :
Alifa Umami / 1102012016
45
Skenario 1-Penglihatan terganggu

a) Pendekatan populasi/masyarakat
Bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat umum.Yang dimaksud adalah mendidik
masyarakat agar menjalankan cara hidup sehat dan menghindari cara hidup beresiko
b) Pendekatan individu beresiko tinggi
Ditujukan pada individu-individu yang beresiko menderita DM kelak misal
:obesitas,hipertensi,riwayat keluarga DM,riwayat melahirkan bayi >4000 gram,riwayat
DM saat kehamilan dan dislipdemia.

LI 4. Memahami & Menjelaskan cara menghitung kebutuhan kalori pada pasien Diabetes
Mellitus
Hal yang utama mutlak diperlukan sebelum menghitung jumlah kalori penderita
diabetes adalah tentukan terlebih dahulu berat badan ideal untuk mengetahui jumlah
kalori basal pasien DM.Cara termudah adalah menggunakan rumus Bocca :

BB Ideal = ( TB dalam cm - 100 ) x 10%

Pada laki-laki yang tingginya < 160 cm atau perempuan yang tingginya < 150 cm
berlaku rumus :

BB Ideal = ( TB dalam cm - 100 ) x 1 kg

Kemudian hitung jumlah kalori yang dibutuhkan.Ada beberapa cara untuk menetukan
jumlah kalori yang dibutuhkan seorang pasien diaabetes mellitus ( DM ) :

1.Menghitung kebutuhan basal dengan cara mengalikan berat badan ideal dengan 30
untuk laki-laki dan 25 untuk wanita.Kebutuhan kalori sebenarnya harus ditambah lagi
sesuai dengan kegiatan sehari-hari.

Lihat tabel berikut :


Alifa Umami / 1102012016
46
Skenario 1-Penglihatan terganggu

2.Kebutuhan basal dihitung seperti cara pertama, tetapi ditambah kalori berdasarkan
persentase kalori basal :
Kerja ringan, ditambah 10% dari kalori basal.
Kerja sedang, ditambah 20% dari kalori basal.
Kerja berat, ditambah 40 - 100% dari kalori basal
Pasien kurus, masih tumbuh kembang, terdapat infeksi, sedang hamil atau menyusui,
ditambah 20 - 30 % kalori basal.
3.Kebutuhan kalori dihitung berdasarkan tabel berikut ini :

4.Suatu pegangan kasar dapat dibuat sebagai berikut :


Pasien Kurus : 2.300 - 2.500 kkal
Pasien Normal : 1.700 - 2.100 kkal
Pasien gemuk : 1.300 - 1.500 kkal
Alifa Umami / 1102012016
47
Skenario 1-Penglihatan terganggu

LI 5. Memahami dan menjelaskan tentang makanan yang halal dan baik sesuai ajaran
Islam
A. Prinsip
1. Diniatkan bahwa tujuan makan dan minum adalah untuk menambah ketaqwaan
kepada Allah SWT.
2. Makanan dan minuman yang dikonsumsi adalah yang halal dan baik
(halalanthoyyiban) serta bersih.
B. Larangan.
1. Apabila makanan dan minuman dalam keadaan panas, tunggulah sampai dingin dan
jangan ditiup
2. Tidak menggunakan peralatan makanan/ minuman berupa bejana dari emas atau
perak.
3. Jangan makan sambil berdiri.
C. Tata cara makan Rasulullah SAW .
1. Cara/adab makan:
a. Mencuci (wudhu) tangan terlebih dahulu.
b. Duduk, tidak bersandar pada punggung atau bersila. Cara duduk nabi saw adalah
duduk berlutut, duduk diatas kaki yang kiri dan menegakkan kaki kanannya.
c. Meletakkan makanan di sebelah kanan.
d. Makan bersama keluarga dan mengajak orang banyak, dengan duduk mengitari
makanan.
e. Mengambil makanan yang terdekat.
f. Tidak mencelamakanan.
g. Menggunakan tangan kanan.
h. Hanya menggunakan 3 jari: ibu jari, jari telunjuk, dan jari tengah.
i. Membaca bismillah ( ) setiap kali memasukkan makanan atau minuman ke
dalam mulut, ; apabila lupa sewaktu teringat
bacalahbismillahiawwallohuwaaakhirohu.
j. Menjilati jari-jari tangan atas makanan yang menempel dijari tersebut.
k. Makan ketika terasa lapar dan berhenti sebelum kenyang, prinsipnya ruang
lambung dibagi 3 bagian: yaitu 1/3 air, 1/3 makanan, dan 1/3 udara.
l. Bersyukur dan berdoa sesudah makan,
mengucapkan:alhamdulillahiladziiathamanawasaqoonawajaalanamuslimin.
m. Mencuci tangan sesudah makan.
n. Berkumur-kumur dan bersiwak (menyikat gigi) sesudah makan.
o. Mencuci bejana bekas makanan dan minuman.
p. Menutup kembali wadah tempat makanan dan minuman.
2. Sifat makanan.
a. Ikan lauk Berimbang,maksudnya: setiap jenis makanan yang dimakan disesuaikan
dengan kebutuhan porsi/ gizinya masing-masing, dan tidak berlebihan.
b. Makanan dapat berupa apa saja, asalkan terhindar dari hal yang diharamkan,
3. Jenis makanan yang pernah dimakan Rasulullah SAW:
a. Roti dan kue (makanan yang terbuat dari tepung dan rempah-rempah)
b. Bubur
c. Mentimun
Alifa Umami / 1102012016
48
Skenario 1-Penglihatan terganggu

d. Semangka
e. Kurma, ruthab, tamar (kurma kering)
f. Labu (dicampur roti atau tidak
g. Keju
h. Gula-gula dan madu
i. Mentega
j. Daging kelinci
k. Daging kambing (bagian lengan atau punggung)
l. Daging burung hubara (burung yang panjang lehernya)
m. Dendeng
n. Belalang

LI 6. Memahami dan menjelaskan tentang cara hitung kebutuhan kalori pada pasien DM
menurut Broca dan Harris
Tujuan Terapi Gizi Medis
Tujuan terapi gizi medis ini adlah untuk mencapai dan mempertahankan:
o Kadar glukosa darah mendekati normal
o Glukosa puasa berkisar 90-130 mg/dl.
o Glukosa darah 2 jam setelah makan <180 mg/dl.
o Kadar A1c <7%.
o Tekanan darah <130/80 mmHg.
o Profil Lipid
o Kolesterol LDL<100 mg/dl
o Kolesterol HDL >40 mg/dl.
o Trigliserida < 150 mg/dl.
o Beran badan senormal mungkin.

Penghitungan Jumlah Kalori


Perhitungan julah kalori ditentukan oleh stasus gizi, umur, ada tidaknya stress akut, dan
kegiatan jasmani. Penetuan stasu s gizi dapat dipakai indeks massa tubuh (IMT) atau rumus
Brocca.

Penentuan stasus gizi berdasarkan rumus Brocca


Pertama-tama dilakukan perhitungan berat badan idaman berdasarkan rumus:
berat badan idaman (BBI kg) = (TB cm - 100) -10%.

Penetuan stasus gizi dihitung dari : (BB aktual : BB idaman) x 100%


o Berat badan kurang BB <90% BBI
o Berat badan normal BB 90-110% BBI
o Berat badan lebih BB 110-120% BBI
o Gemuk BB>120% BBI

Penentuan kebutuhan kalori perhari:


1. Kebutuhan basal:
Alifa Umami / 1102012016
49
Skenario 1-Penglihatan terganggu

o Laki-laki : BB idaman (Kg) x 30 kalor


o Wanita : BB idaman (Kg) x 25 kalori
2. Koreksi atau penyesuaian:
o Umur diatas 40 tahun : -5%
o Aktivitas ringan : +10%
o Aktifitas sedang : +20%
o Aktifitas berat : +30%
o Berat badan gemuk : -20%
o Berat badan lebih : -10%
o Berat badan kurus : +10%

3. Stress metabolik : +10-30%


4. Kehamilan trimester I dan II : +300 kalori
5. Kehamilan trimester II dan menyusui : +500 kalori
Makanan tersebut dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi (20%), makan siang
(25%), serta 2-3 porsi ringan (10-15%) di antara makan besar. Pengaturan makan ini tidak
berbeda dengan orang normal, kecuali dengan pengaturan jadwal makan dan jumlah kalori.
Usahakan untuk merubah pola makan ini secara bertahap sesuai kondisi dan kebiasaan penderita.

Syarat Diet Menurut Pranadji (2000), syarat diet DM antara lain:


(1) Jumlah energi ditentukan menurut umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi
badan, aktivitas, suhu tubuh dan kelainan metabolik. Untuk kepentingan klinik praktis,
kebutuhan energi dihitung berdasarkan status
gizi penderita, dengan rumus Broca, yaitu : BB idaman = (TB 100) 10% Status gizi : Berat
badan kurang = 120% BB idaman Jumlah energi yang dibutuhkan = Laki-laki: BBI x (30 kkal/kg
BB) + Aktivitas (10-30%) + koreksi status gizi Perempuan: BBI x (25 kkal/kg BB) + Aktivitas
(10-30%) +koreksi status gizi Koreksi status : gemuk dikurangi - kurus ditambah (Perkeni,
1998)
(2) Hidrat arang diberikan 60-70% dari total energi, disesuaikan dengan
kesanggupan tubuh untuk menggunakannya.
(3) Makanan cukup protein dianjurkan 12% dari total energi.
(4) Cukup vitamin dan mineral.
(5) Pemberian makanan disesuaikan dengan macam obat yang diberikan (Persagi,
1999).
(6) Lemak dianjurkan 2025% dari total energi.
(7) Asupan kolesterol hendaknya dibatasi, tidak lebih dari 300/mg perhari.
(8) Mengkonsumsi makanan yang berserat,anjuranya adalah kira-kira 25g/hari
dengan mengutamakan serat larut.

d) Makanan yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan


Semua bahan makanan boleh diberikan dalam jumlah yang telah ditentukan kecuali gula murni
seperti terdapat pada: gula pasir, gula jawa, gula batu, sirop, jam, jelly, buah-buahan yang diawet
dengan gula, susu kental manis, minuman botol ringan, es krim, kue-kue manis, dodol, cake,
tarcis, abon, dendeng, sarden dan semua produk makanan yang diolah dengan gula murni.
e) Macam diet Menurut Persagi (1999), pedoman diet bagi penderita DM dapat dilihat seperti
dalam Tabel 1.
Alifa Umami / 1102012016
50
Skenario 1-Penglihatan terganggu

Tabel 1. MACAM DIET UNTUK PENDERITA DM


Macam Diet I II III IV V VI VII VIII
Energi (kal) 1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500
Protein (gr) 50 55 60 65 70 80 85 90
Lemak (gr) 30 35 40 45 50 55 65 65
Hidrataran (gr) 160 195 225 260 300 325 350 390
Sumber : Persagi, 1999
Diet I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk Diet IV s/d V : diberikan kepada
penderita yang mempunyai berat badan normal Diet VI s/d VIII : diberikan kepada penderita
yang kurus, diabetes remaja atau juvenille diabetes serta diabetes dengan komplikasi.
f) Standar diet Untuk perencanaan pola makan sehari, pasien diberi petunjuk berupa kebutuhan
bahan makanan setiap kali makan dalam sehari dalam bentuk penukar. Makanan sehari-hari
pasien dapat disusun berdasarkan pola makan pasien dan daftar bahan makanan penukar
(Sukardji, 2002).
g) Daftar Bahan Makanan Penukar DBMP adalah suatu daftar yang memuat nama bahan
makanan dengan ukuran tertentu dan dikelompokan berdasarkan kandungan energi, protein,
lemak dan hidrat arang. Setiap kelompok bahan makanan dianggap mempunyai nilai gizi yang
kurang lebih sama (Sukardji, 2002).
h) Pedoman diet Dalam melaksanakan diet diabetes sehari-hari, hendaknya pasien mengikuti
pedoman 3J yaitu tepat jumlah, jadwal dan jenis, artinya J1: energi yang diberikan harus habis,
J2: Jadwal diet harus diikuti sesuai dengan interval yaitu 3jam, J3: Jenis makanan yang manis
harus dihindari, termasuk pantang buah golongan A(Tjokroprawiro, 1998).

STANDAR DIET DIABETES MELITUS 1900 KAL


Protein- 64 gram Lemak- 51 gram Karbohidrat- 295,5 gram

Total kebutuhan bahan makanan sehari


Nasi 5 penukar karbohidrat
Ayam tanpa kulit/ ikan 2 penukar hewani
Telur 1 penukar hewani *
Kacang tolo/ tempe/ tahu 3 penukar nabati
Sayuran A Sekehendak
Sayuran B 2 penukar sayuran
Buah 4 penukar buah
Minyak 6 penukar minyak

Bahan Berat URT Penukar (p) Contoh Menu


PAGI
Nasi 150 g 1 gls 1 Karbohidrat Nasi
Telur Ayam 55 g 1 butir 1 hewani * Telur dadar
Kacang tolo 20 g 2 sdm 1 nabati Tumis kacang
tolo
Sayuran A Sekehendak
Minyak 10 g 2 sdt 2 minyak Sup labu kuning
SNACK PAGI
Alifa Umami / 1102012016
51
Skenario 1-Penglihatan terganggu

Buah 70 g 1 ptg sdg 1 buah Jus blewah


SIANG
Nasi 200 g 1 gls 2 karbohidrat Nasi
Ayam tanpa 40 g 1 ptg sdg 1 hewani Ayam goreng
kulit
Tahu 110 g 1 bj besar 1 nabati Tahu masak
jamur
Sayuran B 100 g 1 gls 1 sayuran Tumis kembang
Buah 110 g 1 ptg bsr 1 buah Kol
Minyak 10 g 2 sdt 2 minyak Pepaya
Keterangan:
Protein rendah lemak (2 g) *Protein lemak sedang (5 g) # Protein tinggi lemak (13 g)

DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood. L.2004. Fisiologi Manusia: Dari sel ke Sistem


2. Murray, Robert K.,dkk. 2003. Biokimia Harper. Jakarta: EGC.
3. Guyton dan Hall.2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.Jakarta: EGC.
Alifa Umami / 1102012016
52
Skenario 1-Penglihatan terganggu

4. PERKENI.2002. Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus Type 2 Di Indonesia.


5. Sudoyo, aru. dkk. 2009. Ilmu penyakit dalam. Jakarta: interna publishing
6. Gan S, Setiabudi R, Suyatna FD, dkk. 1995. Farmakologi dan Terapi, ed 4, Jakarta.
Bagian farmakologi FK UI.
7. http://indodiabetes.com/piramida-makanan-diabetes.html
8. http://id.shvoong.com/medicine-and-health/nutrition/2075036-diet-tepat-bagi-penderita-
diabetes/#ixzz27Kvc4pO3
9. 1. http://mentoringku.wordpress.com/2012/07/15/pola-hidup-sehat-ala-rasulullah/
10. 2. Sherwood. L.2004. Fisiologi Manusia: Dari sel ke Sistem
11. 3. http://indodiabetes.com/piramida-makanan-diabetes.html
12. 4. PERKENI.2002. Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus Type 2 Di Indonesia.
13. 5. Sudoyo, aru. dkk. 2009. Ilmu penyakit dalam. Jakarta: interna publishing
14. 6. Gan S, Setiabudi R, Suyatna FD, dkk. 1995. Farmakologi dan Terapi, ed 4, Jakarta.
Bagian farmakologi FK UI.
15.
16. Ganong, W.F.. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed 22. Jakarta : EGC
17.
18. Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta : EGC
19.
20. Gunawan, Sulistia Gan. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI
21.
22. Sudoyo, Aru W. 2010. Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi 5. Jakarta: InternaPublishing
23.
24. Price, Sylvia Anderson (2005), Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit edisi
6,ab. Huriawati Hartanto, Jakarta, EGC.
25.

Anda mungkin juga menyukai