TAHUN 2017
Proposal Disusun untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah Rancangan Sampel
Disusun Oleh:
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
A. Latar Belakang
Tuberkulosis atau biasa dikenal dengan TB merupakan salah satu peyakit menular
paling berbahaya dalam dunia kesehatan karena dapat menyerang paru-paru dan juga
luar paru-paru seperti kelenjar getah bening, kulit, usus/pencernaan, selaput otak, dan
tulang. Selain berbahaya, tuberkulosis juga dapat menyerang semua golongan usia.
tuberkulosis sebagai Global Emergency. Laporan WHO pada tahun 2009 menerangkan
bahwa sepertiga warga di dunia terinfeksi basil TB. WHO dalam Annual Report on
setiap tahunnya terdapat 130 per 100.000 penduduk untuk semua jenis baik BTA positif,
BTA negatif, dan TB ekstra paru dengan prevalensi sebesar 281 per 100.000 penduduk
dan insiden rate sebesar 187 per 100.000 penduduk (Pradnyadewi and Putra, 2013).
data Riskesdas tahun 2013 prevalensi penduduk Indonesia yang didiagnosis TB paru
oleh tenaga kesehatan adalah 0.4 persen, tidak berbeda dengan 2007. Lima provinsis
dengan TB Paru tertinggi adalah Jawa Barat (0.7%), Papua (0.6%), DKI Jakarta (0.6%),
Gorontalo (0.5%), Banten (0.4%) dan Papua Barat (0.4%). Dari seluruh penduduk yang
didiagnosis TB paru oleh tenaga kesehatan, hanya 44.4% diobati dengan obat program.
Lima provinsi terbanyak yang mengobati TB dengan obat program adalah DKI Jakarta
(68.9%). DI Yogyakarta (67,3%), Jawa Barat (56,2%), Sulawesi Barat (54,2%) dan Jawa
Jumlah penduduk kota Tangerang Selatan pada tahun 2012 adalah sebesar
Program TB paru Directly Observed Treatment Short-course (DOTS) yang melayani dan
menangani penderita TB. Pada tahun 2012 penderita TB paru ditemukan sebanyak 7.151
suspek TB, 1.889 pasien TB paru diobati, 841 kasus TB paru baru BTA positif dan 953
kasus TB paru BTA negatif rontgen positif (Dinas Kesehatan Tangerang Selatan, 2013).
yang melaporkan TB paru BTA positif pada tahun 2012 yaitu sebanyak 17 kasus.
Proporsi kasus suspect TB paru pada tahun 2013 adalah 1,4% dengan kasus BTA positif
sebanayk 9,1%. Sedangkan proporsi kasus suspect paru pada tahun 2014 mengalami
penurunan kasus, yaitu sebanyak 0,8% dengan kasus BTA positif sebanyak 8,2%
(Romlah, 2015).
keadaan gizi kurang, gaya hidup, sosial ekonomi, status imunisasi, sarana kesehatan,
2014).
Dari penjelasan tersebut peneliti tertarik untuk meneliti terkait masalah TB paru
dengan melihat gambaran karakteristik, pengetahuan dan perilaku pasien TB paru BTA
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui proporsi penderita TB paru BTA positif di wilayah puskesmas Setu kota
Tangerang Selatan.
b. Tujuan Khusus
C. Manfaat
D. Desain Penelitian
dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu rancangan penelitian dimana variabel
dependen dan independen diteliti sekaligus pada saat yang sama dan pada waktu yang
terbatas serta dapat diamat berapa variabel pada saat yang sama untuk mendeskripsikan
F. Populasi Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pasien di wilayah kerja puskesmas Setu
G. Sampel Penelitian
Sampel dari penelitian ini adalah seluruh penderita TB paru BTA positif di wilayah
kerja puskesmas Setu kota Tangerang Selatan. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah
penderita TB paru yang masih aktif minum obat sedangkan kriteria eksklusinya adalah
penderita TB paru yang sudah mencapai tahap akhir dengan hasil uji BTA adalah negatif
a. Perhitungan Sampel
Perhitungan besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus estimasi proporsi
simpangan relatif.
z12 / 2 (1 P)
n
2P
Keterangan:
z12 / 2 (1 P)
n
2P
1,96 * (1 0,60)
=
0,120,60
= 257 orang
b. Pengambilan Sampel
Jumlah sampel minimal yang telah ditetapkan adalah sebanyak 257 orang, dimana
metode pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability sampling yaitu
purposive sampling. Hal ini karena sampel yan diperoleh merupakan sampel yang
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua
yaitu telaah dokumen dan wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner. Telaah
dokumen didapatkan dari formulir daftar penderita (suspek yang diperiksa dahak SPS)
pada wilayah kerja puskesmas Setu tahun 2017 yang digunakan untuk memperoleh
informasi untuk kasus terkait variabel kasus TB paru BTA positif yang terdiri dari nama,
umur pertama kali terdiagnosis TB paru dan jenis kelamin. Medote wawancara
pekerjaan, status merokok, perilaku minum alkohol, keteraturan minum obat dan
I. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Semua variabel independen tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, status merokok,
perilaku minum alkohol, keteraturan minum obat dan pengetahuan responden terkait
2. Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pendukung seperti
data jumlah penderita TB paru BTA positif, hasil pemeriksaan laboratorium pasien
nama dan alamat tempat tinggal, umur pertama kali terdiagnosis TB, dan jenis
kelamin yang didapatkan dari formulir daftar penderita (suspek yang diperiksa dahak
J. Ancaman Bias
Ancaman bias yang mungkin terjadi dalam pengambilan sampel menggunakan purposive
sampling adalah:
Dinas Kesehatan Tangerang Selatan, 2013. Profil Kesehatan Kota Tangerang Selatan Tahun
2012.
Kemenkes RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013.
Mahfuzhah, I., 2014. Gambaran faktor risiko penderita TB paru berdasarkan status gizi dan
pendidikan di RSUD dokter Soedarso. J. Mhs. PSPD FK Univ. Tanjungpura 1.
Pradnyadewi, N.L.N.T.A., Putra, I.W.G.A.E., 2013. GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP,
PERILAKU DAN KONVERSI PENDERITA TUBERKULOSIS PARU BAKTERI
TAHAN ASAM (BTA) POSITIF DI KOTA DENPASAR TAHUN 2012. Arch.
COMMUNITY Health 2, 111.
Romlah, L., 2015. Hubungan Merokok dengan Kejadian Penyakit Tuberkulosis Paru di
Wilayah Kerja Puskesmas Setu Kota Tangerang Selatan. UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Jakarta.