Anda di halaman 1dari 8

GAMBARAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENDERITA

TUBERKULOSIS PARU BAKTERI TAHAN ASAM (BTA) POSITIF DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS SETU KOTA TANGERANG SELATAN PROVINSI BANTEN

TAHUN 2017

Proposal Disusun untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah Rancangan Sampel

Dosen Pengampu: Monalisa, SKM, MKM.

Disusun Oleh:

Karunia Putri Saleha 111510100000029

Nadya Rahmafitri 111510100000031

Ainun Nurul Azizah 111510100000055

Zelda Oktaviani 111510100000050

Muhammad Muhsi Sidiq 111510100000074

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017
A. Latar Belakang

Tuberkulosis atau biasa dikenal dengan TB merupakan salah satu peyakit menular

yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri tersebut dianggap

paling berbahaya dalam dunia kesehatan karena dapat menyerang paru-paru dan juga

luar paru-paru seperti kelenjar getah bening, kulit, usus/pencernaan, selaput otak, dan

tulang. Selain berbahaya, tuberkulosis juga dapat menyerang semua golongan usia.

Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan

tuberkulosis sebagai Global Emergency. Laporan WHO pada tahun 2009 menerangkan

bahwa sepertiga warga di dunia terinfeksi basil TB. WHO dalam Annual Report on

Global TB Control (2012) menyebutkan bahwa estimasi kasus TB baru di Indonesia

setiap tahunnya terdapat 130 per 100.000 penduduk untuk semua jenis baik BTA positif,

BTA negatif, dan TB ekstra paru dengan prevalensi sebesar 281 per 100.000 penduduk

dan insiden rate sebesar 187 per 100.000 penduduk (Pradnyadewi and Putra, 2013).

Di Indonesia TB merupaka masalah utama dalam kesehatan masyarakat. Menurut

data Riskesdas tahun 2013 prevalensi penduduk Indonesia yang didiagnosis TB paru

oleh tenaga kesehatan adalah 0.4 persen, tidak berbeda dengan 2007. Lima provinsis

dengan TB Paru tertinggi adalah Jawa Barat (0.7%), Papua (0.6%), DKI Jakarta (0.6%),

Gorontalo (0.5%), Banten (0.4%) dan Papua Barat (0.4%). Dari seluruh penduduk yang

didiagnosis TB paru oleh tenaga kesehatan, hanya 44.4% diobati dengan obat program.

Lima provinsi terbanyak yang mengobati TB dengan obat program adalah DKI Jakarta

(68.9%). DI Yogyakarta (67,3%), Jawa Barat (56,2%), Sulawesi Barat (54,2%) dan Jawa

Tengah (50.4%) (Kemenkes RI, 2013).

Jumlah penduduk kota Tangerang Selatan pada tahun 2012 adalah sebesar

1.411.765 jiwa dan memiliki 25 puskesmas yang seluruhnya telah melaksanakan

Program TB paru Directly Observed Treatment Short-course (DOTS) yang melayani dan
menangani penderita TB. Pada tahun 2012 penderita TB paru ditemukan sebanyak 7.151

suspek TB, 1.889 pasien TB paru diobati, 841 kasus TB paru baru BTA positif dan 953

kasus TB paru BTA negatif rontgen positif (Dinas Kesehatan Tangerang Selatan, 2013).

Puskesmas Setu merupakan salah satu puskesmas wilayah Tangerang Selatan

yang melaporkan TB paru BTA positif pada tahun 2012 yaitu sebanyak 17 kasus.

Proporsi kasus suspect TB paru pada tahun 2013 adalah 1,4% dengan kasus BTA positif

sebanayk 9,1%. Sedangkan proporsi kasus suspect paru pada tahun 2014 mengalami

penurunan kasus, yaitu sebanyak 0,8% dengan kasus BTA positif sebanyak 8,2%

(Romlah, 2015).

Selain bakteri tuberkulosis, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian

tuberkulosis seperti karakteristik individu, pengetahuan individu tentang tuberkulosis,

keadaan gizi kurang, gaya hidup, sosial ekonomi, status imunisasi, sarana kesehatan,

lingkungan dan perilaku penderita tuberkulsis dalam kehidupan sehari-hari (Mahfuzhah,

2014).

Dari penjelasan tersebut peneliti tertarik untuk meneliti terkait masalah TB paru

dengan melihat gambaran karakteristik, pengetahuan dan perilaku pasien TB paru BTA

positif pada wilayah kerja puskesmas Setu kota Tangerang Selatan.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum

Mengetahui proporsi penderita TB paru BTA positif di wilayah puskesmas Setu kota

Tangerang Selatan.

b. Tujuan Khusus

1. Mendeskripsikan karakteristik pendeita TB paru BTA positif di wilayah kerja

puskesmas Setu kota Tangerang Selatan


2. Mendeskripsikan pengetahuan penderita TB paru BTA positif di wilayah kerja

puskesmas Setu kota Tangerang Selatan

3. Mendeskripsikan perilaku penderita TB paru BTA positif di wilayah kerja

puskesmas Setu kota Tangerang Selatan

C. Manfaat

1. Manfaat bagi Peneliti Lain


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar dan acuan bagi peneliti
selanjutnya untuk melakukan penelitian lain.
2. Manfaat bagi Institusi Pelayanan Kesehatan/Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan pada
Puskesmas Setu Kota Tangerang Selatan sebagai bahan landasan untuk
menanggulangi penyebaran penyakit TB paru selanjutnya. Selain itu, dapat
menambah informasi mengenai karakteristik penderita TB paru sehingga dapat
memberikan pelayanan yang lebih tepat sesuai dengan karakteristik penderita.
3. Manfaat bagi Masyarakat
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan dan wawasan masyarakat
dalam mengenali penderita TB paru dengan mengetahui karakteristik penderita TB
paru sehingga dapat diobati sedini mungkin untuk mencegah komplikasi-komplikasi
yang dapat terjadi.
4. Manfaat bagi Peneliti
Menambah wawasan mengenai Karakteristik, Pengetahuan dan Perilaku penderita TB
paru.

D. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif

dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu rancangan penelitian dimana variabel

dependen dan independen diteliti sekaligus pada saat yang sama dan pada waktu yang

terbatas serta dapat diamat berapa variabel pada saat yang sama untuk mendeskripsikan

besarnya hasil pengamatan.


E. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja puskesmas Setu, kotaTangerang Selatan,

provinsi Banten pada bulan Oktober Desember 2017.

F. Populasi Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pasien di wilayah kerja puskesmas Setu

kota Tangerang Selatan.

G. Sampel Penelitian

Sampel dari penelitian ini adalah seluruh penderita TB paru BTA positif di wilayah

kerja puskesmas Setu kota Tangerang Selatan. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah

penderita TB paru yang masih aktif minum obat sedangkan kriteria eksklusinya adalah

penderita TB paru yang sudah mencapai tahap akhir dengan hasil uji BTA adalah negatif

dan dinyatakan sembuh.

a. Perhitungan Sampel

Perhitungan besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus estimasi proporsi

simpangan relatif.
z12 / 2 (1 P)
n
2P
Keterangan:

n = jumlah sampel minimal

z12 / 2 = nilai Z pada derajat kepercayaan 95% yaitu 1,96

P = estimasi proporsi TB paru BTA (+) 60% atau 0.60

d = simpangan mutlak yaitu 10% atau 0.1


maka besar sampel minimal yang diperoleh adalah

z12 / 2 (1 P)
n
2P

1,96 * (1 0,60)
=
0,120,60

= 257 orang

b. Pengambilan Sampel

Jumlah sampel minimal yang telah ditetapkan adalah sebanyak 257 orang, dimana

metode pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability sampling yaitu

purposive sampling. Hal ini karena sampel yan diperoleh merupakan sampel yang

mempunyai kriteria khusus yang sudah dipertimbangkan sebelumnya oleh peneliti.

H. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua

yaitu telaah dokumen dan wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner. Telaah

dokumen didapatkan dari formulir daftar penderita (suspek yang diperiksa dahak SPS)

pada wilayah kerja puskesmas Setu tahun 2017 yang digunakan untuk memperoleh

informasi untuk kasus terkait variabel kasus TB paru BTA positif yang terdiri dari nama,

umur pertama kali terdiagnosis TB paru dan jenis kelamin. Medote wawancara

terstruktur digunakan untuk memperoleh informasi mengenai tingkat pendidikan, jenis

pekerjaan, status merokok, perilaku minum alkohol, keteraturan minum obat dan

pengetahuan responden terkait tuberkulosis.

I. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder.

1. Data Primer
Semua variabel independen tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, status merokok,

perilaku minum alkohol, keteraturan minum obat dan pengetahuan responden terkait

tuberkulosis yang dikumpulkan melalui lembar kuesioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pendukung seperti

data jumlah penderita TB paru BTA positif, hasil pemeriksaan laboratorium pasien

nama dan alamat tempat tinggal, umur pertama kali terdiagnosis TB, dan jenis

kelamin yang didapatkan dari formulir daftar penderita (suspek yang diperiksa dahak

SPS) dan kartu pengobatan pasien TB puskesmas Setu tahun 2017.

J. Ancaman Bias

Ancaman bias yang mungkin terjadi dalam pengambilan sampel menggunakan purposive
sampling adalah:

1. Memerlukan kejelian peneliti dalam mendefinisikan populasi dan membuat


pertimbangannya.
2. Tidak ada jaminan sepenuhnya bahwa sampel representatif dan validitas
generalisasinya kurang baik.
3. Setiap individu tidak memiliki kesempatan atau probabilitas yang sama untuk menjadi
sampel.
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Tangerang Selatan, 2013. Profil Kesehatan Kota Tangerang Selatan Tahun
2012.
Kemenkes RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013.
Mahfuzhah, I., 2014. Gambaran faktor risiko penderita TB paru berdasarkan status gizi dan
pendidikan di RSUD dokter Soedarso. J. Mhs. PSPD FK Univ. Tanjungpura 1.
Pradnyadewi, N.L.N.T.A., Putra, I.W.G.A.E., 2013. GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP,
PERILAKU DAN KONVERSI PENDERITA TUBERKULOSIS PARU BAKTERI
TAHAN ASAM (BTA) POSITIF DI KOTA DENPASAR TAHUN 2012. Arch.
COMMUNITY Health 2, 111.
Romlah, L., 2015. Hubungan Merokok dengan Kejadian Penyakit Tuberkulosis Paru di
Wilayah Kerja Puskesmas Setu Kota Tangerang Selatan. UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai