Anda di halaman 1dari 44

STATUS KEDOKTERAN INDUSTRI

INSTALASI LAUNDRY
RS MUHAMMADIYAH BANDUNG TULUNGAUNG

Disusun oleh:

Helmi Azmi Putra 201520401011


Yudi Siswanto 201520401011157

Pembimbing:
dr. Rubayat Indradi

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017
STATUS KEDOKTERAN INDUSTRI

I. STATUS UMUM TEMPAT KERJA (FACTORY VISIT)


A. Identitas
1. Nama Perusahaan : Instalasi Laundry RS Muhammadiyah Bandung Tulungagung
2. Alamat : Jl. Panglima Sudirman No.42, Mergayu, Bandung, Mergayu,
Tulungagung, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur 66274
3. Jenis usaha : Pelayanan Laundry Rumah Sakit
4. Jumlah tenaga kerja: 2 orang

B. Analisis Komponen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1. Proses Industri/Proses Kerja

No Unit Kerja Bahan Alat Kerja Cara Kerja Bahan


Baku Berbahaya
1. Pengambila - - Handscoon Jam 06.00 WIB - linen yang
n linen - Masker Petugas laundry memakai terkontamin
kotor - plastik perlengkapan APD berupa asi dengan
- troli linen masker,celemek dan darah, cairan
kotor sarung tangan. tubuh,
Mengambil semua linen sekresi dan
kotor baik infeksius ekskresi
maupun non infeksius ke
ruangan menngunakan
troli .
Pelaksana laundry
mengadakan penyortiran
memisahkan antara linen
kotor, infeksius, non
infeksius
Linen kotor yang sudah
disortir tersebut,
dimasukkan ke area
pencucian untuk di cuci

2. Pencucian - Masker Siapkanlah bahan dan alat - Cairan


Bahan - Handscoon pencucian. tubuh
baku: - plastik Pencucian linen non pasien,
- Detergen - Mesin cuci infesius (menggunakan darah
Pembersi linen mesin cuci non infeksius): pasien, dan
h infeksius 1. Dimasukkan ke duh pasien
- Larutan - Mesin cuci dalam mesin cuci - Deterjen
Pewangi non infeksius linen non infeksius pembersih
2. Direndam dengan - Desinfekta
deterjen n
3. Dilakukan - pewangi
pencucian
menggunakan mesin
cuci
4. dilakukan
pembilasan
menggunakan air
dingin
5. Pemerasan linen dan
pengeringan.

Pencucian linen infeksius :


1. Linen infeksius yang
terdapat darah , cairah
atau duh, di bersihkan
dan di siram dulu,
kemudian di rendam
2. Dimasukkan ke dalam
mesin cuci linen
infeksius
3. Direndam dengan
deterjen
4. Dilakukan pencucian
menggunakan mesin
cuci
5. Dilakukan pembilasan
menggunakan air
dingin
6. Pemerasan linen dan
pengeringan

3 Pengeringa Cucian ember Linen yang sudah di cuci - Sinar UV


n linen kemudian di masukkan matahari
ember kemudian jemur di
tempat penjemuran

3. Penyetrikaa - Pewangi - Meja setrika - Pelaksana laundry - Setrika


n - Pelicin yang menyetrika linen pada listrik
- Linen beralaskan meja setrika yang
yang kain selimut beralaskan kain dengan
sudah - Setrika suhu yang sudah
kering - Tempat disesuaikan dengan
setrika indikator pada setrika.
- Kursi Kemudian dilipat sesuai
dengan macam linen
(sprei, selimut,selimut
bayi, sarung bantal, taplak
meja) dan diletakkan di
plastic bersih untuk
kemudian disiapkan untuk
didistribusikan.
4. Pelipatan - - Lemari - Petugas mengelompokkan -
dan penyimpanan jenis linen yang telah
penyimpan linen disetrika dengan rapi,
an linen sesuai kegunaan dan
bersih ruangan kemudian Linen
ditata dan disusun rapi
dalam rak penyimpanan
sesuai kode tempat yang
telah ditentukan

5. Distribusi Linen - Pelaksana laundry: -


linen bersih yang - Penyerahan linen bersih
sudah di bisa dilakukan pada jam
bersih 11.00
dan di - Memasukkan linen
kemas kedalam keranjang linen
bersih dan membawanya
keruangan menggunakan
troli
- Menata linen di almari
penyimpanan linen di
ruangannya dengan rapi
- Sistem penyimpanan linen
bersih, selalu
menempatkan linen bersih
yang baru diterima di
bagian bawah tumpukan
Pintu almari linen selalu
dalam kondisi tertutup..

2. Lingkungan Kerja

No Unit Kerja Ling. Fisik Ling. Biologi Ling. Ling. Ling.


Kimia Sos- Ergonomi
Bud
1. Instalasi -Ruangan pada pengambilan - - -Setiap orang
Laundry unit laundry linen sudah melakukan
belum sesuai sesuai dengan pekerjaan
standar, karena menggunakan sesuai dengan
hanya terdapat APD yang unit kerja
satu ruangan diperlukan namun dapat
laundry yang oleh petugas merangkap ke
menampung seperti unit kerja yang
ruang handscoon dan lain.
dekontaminasi masker -Posisi kerja
linen dan ruang sudah
pencucian ergonomis
menjadi satu. yaitu posisi
Begitu juga punggung lurus
dengan ruangan namun sesekali
setrika dan petugas
penyimpanan membungkuka
linen bersih n punggung
juga menjadi saat
satu. mengambil
- Ruangan linen, dengan
sempit dengan posisi berdiri
di tambah alat bertumpu pada
sterilisasi alat kedua kaki.
yang terkesan Lama posisi
berantakan berdiri dan
berjalan 30
menit.
ya Pencucian - Tata ruang -Tempat - Petugas - -Setiap orang
2. laundry pencucian menggun melakukan
untuk tidak di beri akan pekerjaan
mencuci batas antara APD sesuai dengan
sebesar 4 x linen infeksius untuk unit kerja
3 meter dan dan yang non mencegah namun dapat
cukup infeksius, terpaparn merangkap ke
bersih walaupun ya zat unit kerja yang
- Suhu mesin cuci kimia lain.
ruangan yang di dari - Untuk
panas gunakan di detergent, melakukan
- Berisi 2 bedakan, akan desinfekt tindakan ini,
buah mesin tetapi ember an dan petugas harus
cuci non yang pewangi, membungkukk
infeksius digunakan an badan
- 1 mesin tidak di sedikit untuk
cuci bedakan antara mengambil
infeksius. ember yang linen kotor
- 1 rak infeksius kemudian
- Pencahayaa dengan ember menegakkan
n ruangan yang non badan untuk
baik, infeksius, memasukkan
- Terdapat sehingga kain kotor ke
water masih rentan dalam mesin
heater untuk terjadi cuci. Petugas
- Ventilasi penularan juga harus
baik. infeksi menyikat kain
- Petugas bernoda
selalu sehingga perlu
menggunakan kekuatan
APD untuk tambahan pada
mencegah gerakan tangan
terpaparnya agar noda
langsung dapat hilang.
petugas
dengan cairan,
darah dan
jaringan
pasien.
3. Pengeringan Pengeringan - bakteri - - - pekerja
dan dan penjemuran - jamur melakukan
penjemuran dilakukan di - parasit penjemuran
tempat - virus degan berdiri
penjemuran, di bawah sinar
akan tetapi jika matahari yang
tempat terik, dan
menjemur ketika petugas
sudah penuh, melakukan
penjemuran di penjemuran
lakukan di harus
depan ruang mengambil
instalasi dan jemuran dari
terpapar ember dengan
langsung posisi
dengan sinar membungkuk
matahari dan ke berdiri
debu untuk
menjemur.

3. Penyetrikaan Ruang -bakteri - - Lokasi


penyetrikaan - jamur penyetrikaan
terletak di - parasit dekat dengan
samping ruang - virus tempat
pencucia penjemuran
dengan ukuran sehingga lebih
3x4 m, mudah untuk
didalamnya membawa
terdapat meja linen kering ke
dan kursi untuk tempat
menyetrika dan penyetrikaan
terdapat almari - Posisi kerja
untuk ergonomis
menyimpan yaitu posisi
linen bersih, di punggung lurus
ruangan ini juga dan pusat
terdapat alat sejajar dengan
sterilisasi alat tinggi meja
operasi. setrika.
-Petugas
menyetrika
dengan posisi
duduk
-Petugas
melakukan
gerakan
berulang
menggunakan
tangan hingga
semua kain
selesai di
setrika
4. Pelipatan dan Terdapat - - - Untuk almari
penyimpanan sebuah lemari penyimpanan
linen bersih untuk tempat linen bersih
penyimpanan terletak dekat
linen bersih dengan tempat
ukuran penyetrikaan
p:125cm, l:60
cm t:200 cm
Untuk pelipatan
linen bersih
dilakukan di
meja
penyetrikaan.
5. Penyerahan - Saat - - - Posisi kerja
linen bersih pendistribusian ergonomis
linen bersih ke yaitu posisi
ruangan- punggung
ruangan petugas lurus, sesekali
dengan membungkukk
mendorong troli an punggung
ke pos ruang saat
masing- meletakkan
masing. dan mengambil
linen di dalam
troli, petugas
lebih banyak
posisi berdiri
dan jalan,
dengan lama
10 menit.
3. Karyawan

Rata-
Status
rata Resiko
N Usi Kesehat Penanganan Resiko
Unit kerja Nama Lama Kesehatan
o. a an
kerja

Pengambil Myalgia
an dan 34 6
1. Tn. E Normal
distribusi thn tahun Tidak dilakukan
linen pemeriksaan secara
Myalgia, berkala pada karyawan,
Karyawan 65 10
2. Ny. K Normal gatal-gatal jika sakit, petugas
cuci thn tahun
(DKI), LBP dapat langsung berobat
58 Myalgia, ke RSM Ahmad Dahlan
Karyawan 10
3 Ny. S tah Normal gatal-gatal
cuci tahun
un (DKI), LBP

4. Sistem Manajemen
No Komponen Problem K3 Kebijakan Manajemen
Internal Eksternal
1 Proses - Para pekerja laundry - Selalu mencuci
industri/kerja masih sering terlihat tangan dengan
tidak menggunakan enam langkah
APD lengkap pada cuci tangan
saat melakukan sebelum dan
proses kerja unit sesudah
laundry seperti melakukan
contoh tidak pencucian linen
menggunakan dan setelah
celemek plastik saat kontak dengan
pengambilan linen linen
kotor, tidak infeksiusagar
menggunakan topi tidak
saat pencuciaan dan memindahkan
penyetrikaan.dan bakteri dari linen
handscone yang ke tangan
dipakai handscone maupun tubuh
pendek. pegawai, baik
- Jumlah karyawan menggunakan air
tidak memadai, dan sabun
ditambah usia sudah maupun
tua dengan beban menggunakan
kerja yang berat cairan antiseptik.
- Pekerja selalu - Gunakan APD
bekerja dengan lengkap, mulai
posisi berdiri duduk handscoon untuk
dan terkadang melindungi
membungkuk dan tangan dari
jongkok kontak langsung
dengan detergen
maupun
mengindari
kontaminasi linen
infeksius,hingga
apron, penutup
kepala, dan
masker yang
mempunyai
fungsi sama yaitu
agar tidak
terkontaminasi
dengan bahan
infeksius

2 Lingkungan
kerja
Lingkunga -Faktor cuaca yang -
n fisik tidak menentu dapat
mengganggu proses
penjemuran
-Debu pada bagian
penjemuran

Lingkungan Resiko terpapat Memakai alat pelindung


Biologi penyakit menular diri selama proses
pencucian

Lingkungan Penggunaan larutan pihak RS menyarankan


Kimia chlorine dan detergen pekerja untuk selalu
yang berlebihan dapat memakai alat pelindung
menyebabkan diri dan berusaha
penyakit kulit. menyediakannya

Lingkungan -
Sosbud

Lingkungan Beberapa karyawan memberikan waktu tang


Ergonomi kurang cukup bagi pekerja untuk
memperhatikan posisi istirahat
ergonomi dalam
menjalankan
pekerjaannya

3 Karyawan Resiko CTS -tidak Promotif


Resiko Low Back mendapatkan Memberi penyuluhan
Pain imunisasi dan pelatihan kepada
Resiko Dermatitis Hepatitis B pekerja tentang
kontak, -belum ada pengenalan, penilaian,
pengadaan biaya dan pengendalian resiko
jaminan penggunaan bahan dan
kesehatan untuk alat dalam proses industri
penyakit akibat serta alat pelindung diri.
kerja di instansi
laundry Preventif
-Melakukan pemeriksaan
kesehatan secara berkala
setiap 6 bulan.
-Keharusan penggunaan
alat pelindung diri saat
bekerja, terutama saat
terpapar bahan bahan
kimia (penggunaan
sarung tangan dan tebal
saat pencucian)
- memberika vaksin
hepatitis B pada pekerja
laundry
- pemberian jaminan
kesehatan pada karyawan
Kuratif
Memberi pengobatan
secara menyeluruh sesuai
hasil pemeriksaan
kesehatan pekerja.
Pekerja yang sakit dapat
langsung mendapat
pengobatan dengan gratis

Rehabilitasi
Rehabilitasi dini secara
tepat untuk memperbaiki
kualitas hidup pekerja.

5. Regulasi/Undang-Undang

a. Nasional:
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
2. Kepmenkes RI No.1087 Tahun 2010 tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan
Kerja di Rumah Sakit.
3. Pedoman surveilans Infeksi, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun
2011.
4. Kepmenkes No.432/Menkes/SK/IX/2007 tentang Pedoman Manajemen Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3) di RS.
5. KepMenaker No. Kep. 187/MEN/1999 tentang Pengendalian B3 di tempat kerja
Pasal 3: a. Penyediaan MSDS dan Label
b. Penunjukan petugas K3 Kimia dan AK3 Kimia
6. Permenakertran No. Per. 03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja
7. PERMENAKERTRANS No. Per-01/MEN/1981 tentang Kewajiban melapor
PAK
Pasal 4: pengurus wajib menyediakan cuma-cuma APD yang wajib
penggunaannya oleh pekerja
Pasal 5: Pekerja harus memakai APD yang telah disediakan.
8. UU No. 1 th 1970 tentang Keselamatan kerja
Pasal 3 (1) Dengan peraturan perundangan-undangan ditetapkan syarat-syarat
keselamatan kerja untuk:
a. mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b. mencegah, mengurangi dan memadam kan kebakaran;
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
e. memberi pertolongan pada kecelakaan;
f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g.mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
atau radiasi, suara dan getaran;
h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik
maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan;
i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerjanya;
n. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman
atau barang;
o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan
penyimpanan barang;
q. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r. menyeseuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
b. Internasional:
1. Guidelines on occupational safety and health management systems, 2001
2. An Ergonomic Guide for hospital Laundris, 2003
3. Occupational Health, 2001
II. OCCUPATIONAL DIAGNOSIS (DIAGNOSIS KESEHATAN KERJA)

1. Low Back Pain (LBP)


2. Dermatitis Kontak Iritan dan Dermatitis Kontak Alergi
3. Mialgia
4. Heat stroke

Intervensi faktor Intervensi upaya


Diagnosis Intervensi biomedik
resiko kesehatan
Low back pain Medikamentosa: Mengubah posisi Pemeriksaan
NaDiklofenak oral/ salep dan kerja yang kesehatan
Neurovitamin ergonomis setiap bulan

Melakukan Memberikan
peregangan otot fasilitas yang
dan beristirahat ergonomis
disela-sela kerja
Istirahat dan
memberikan
waktu libur
kerja

Dermatitis Hidrokortison krim Memakai alat Memberikan


Kontak Iritan pelindung saat bekerja fasilitas alat
Prednisone 30mg/hari
seperti sepatu boot, pelindung yang
Kompres dengan larutan sarung tangan panjang lengkap dan
air salisilat 1:1000 memadai

Istirahat dan
memberikan
waktu libur
kerja
Mialgia Istirahat Mengubah posisi Istirahat dan
kerja yang memberikan waktu
Paracetamol/ ibuprofen 3x
ergonomis. libur kerja
1 tablet 500 mg
Melakukan
Kompres es 24-72 jam
peregangan otot
pertama
dan beristirahat
disela-sela kerja

Heat Stroke Memindahkan pekerja ke Memberikan Memberikan fasilitas


tempat yang lebih dingin ventilasi yang pendingin ruangan
cukup yang memadai
Melepaskan pakaian yang
Istirahat dan
melekat di badan pekerja Menghindari
memberikan waktu
paparan suhu
Turunkan suhu tubuh libur kerja
panas yangterlalu
pekerja dengan apapun
lama
yang dekat dengan
jangkauan (misal air Cukup minum
dingin, kompres dingin saat bekerja
atau kompres es).

No Nama Penyakit akibat kerja Penyakit berhubungan dengan


kerja
1. Tn. E LBP, Myalgia -
2. Ny. S LBP, Myalgia -
3. Ny. K LBP, Myalgia -
III.PEMBAHASAN
K3 adalah upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat
kesehatan pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja (PAK),
pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi. Setiap
orang yang terlibat dalam suatu pekerjaan berisiko terkena bahaya kesehatan kerja. Jika
diabaikan, dapat menyebabkan penyakit kerja. Kesehatan dan keselamatan kerja (OHS)
didefinisikan oleh OHS layanan konsultasi 18001 (OHSAS 18001) sebagai "kondisi dan faktor-
faktor yang mempengaruhi, atau dapat mempengaruhi, kesehatan dan keselamatan karyawan,
pekerja sementara, personil kontraktor, pengunjung atau orang lain dalam tempat kerja. Menurut
Dewan Keamanan Nasional AS, upaya keselamatan kerja yang efektif melibatkan kontrol dan
penghapusan bahaya di tempat kerja diakui untuk mencapai tingkat risiko yang dapat diterima
dan untuk mempromosikan kesehatan pekerja. Untuk mendapatkan hasil optimal dari
keselamatan kerja adalah proses proaktif terus menerus mengantisipasi, mengidentifikasi,
merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi praktek pengurangan risiko. Keselamatan dan
kesehatan kerja (OSH) adalah sama pentingnya dalam pengaturan perawatan kesehatan seperti di
setiap pengaturan industri atau pertanian. Petugas kesehatan berisiko dari paparan biologis,
kimia, dan fisika agen berbahaya serta paparan berulang, kekerasan dan kelelahan. Paparan agen
berbahaya tergantung pada kategori pekerjaan dan lingkungan kerja dari petugas kesehatan
tersebut(Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1087, 2010).
Menurut perkiraan Organisasi Kesehatan Dunia, ada 59.800.000 petugas kesehatan di
seluruh dunia. Sekitar dua-pertiga dari mereka (39,5 juta) menyediakan layanan kesehatan; yang
lain sepertiga (19,8 juta) yang manajemen dan dukungan pekerja, yang mencakup mereka yang
bekerja di bagian pendukung seperti laundry, diet, CSSD, laboratorium, layanan ambulans dan
administrasi. Studi mendokumentasikan angka kejadian luka akibat jarum di antara petugas
kesehatan tidaklah sama. Bagian laundry memberikan peran penting dalam mencegah infeksi
dengan menyediakan linen bersih (Department of Commerce, 2009).

Setiap bagian dari Rumah Sakit memiliki risiko terjadinya penyakit akibat kerja. Penyakit
Akibat Kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkanoleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses
maupun lingkungankerja sehingga disebut jugaman made disease.WHO membedakan Penyakit
Akibat Kerja berdasarkan empat kategori, yaitu :
1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnyaPneumoconiosis.
2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan,misalnya Karsinoma
Bronkhogenik.
3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebabdi antara faktor-
faktorpenyebab lainnya, misalnya Bronkhitiskhronis.
4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisiyang sudah ada sebelumnya,
misalnya asma (Sulistomo, 2002).
Faktor penyebab Penyakit Akibat Kerja (PAK) sangat banyak, tergantung pada bahan yang
digunakan dalam proses kerja, lingkungan kerja ataupun cara kerja, sehingga tidak
mungkindisebutkan satu per satu. Pada umumnya faktor penyebab dapatdikelompokkan dalam 5
golongan:
1. Golongan fisik: Suara (bising), radiasi, suhu (panas/dingin), tekanan yangsangat tinggi,
vibrasi, penerangan lampu yang kurang baik.
2. Golongan kimiawi: Bahan kimiawi yang digunakan dalam proses kerja, maupunyang
terdapat dalam lingkungan kerja, dapat berbentukdebu, uap, gas, larutan, awan atau
kabut.
3. Golongan biologis: Bakteri, virus atau jamur
4. Golongan fisiologis: Biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja dan carakerja
5. Golongan psikososial: Lingkungan kerja yang mengakibatkan stress (Sulistomo, 2002).

Manajemen K3 RS merupakan upaya terpadu dari seluruh SDM RS, pasien, serta
pengunjung atau pengantar orang sakit untuk menciptakan lingkungan kerja RS yang sehat,
aman dan nyaman termasuk pemukiman masyarakat sekitarnya (Kepmenkes RI, 2010).
Agar K3RS dapat dipahami secara utuh, perlu diketahui pengertian 3 (tiga) komponen yang
saling berinteraksi, yaitu :
1. Kapasitas kerja adalah status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta
kemampuan fisik yang prima setiap pekerja agar dapat melakukan pekerjaannya
dengan baik. Contoh; bila seorang pekerja kekurangan zat besi yang menyebab
kan anemia, maka kapasitas kerja akan menurun karena pengaruh kondisi lemah
dan lesu.
2. Beban kerja adalah beban fisik dan mental yang harus di tanggung oleh pekerja
dalam melaksanakan tugasnya. Contoh; pekerja yang bekerja melebihi waktu
kerja maksimum dll.
3. Lingkungan kerja adalah lingkungan terdekat dari seorang pekerja. Contoh;
seorang yang bekerja di instalasi radiologi, maka lingkungan kerjanya adalah
ruangan-ruangan yang berkaitan dengan proses pekerjaannya di instalasi radiologi
(kamar X Ray, kamar gelap, kedokteran nuklir dan lain-lain) (Kepmenkes RI,
2010).

Laundry
Loundry Service baik yang berada dalam perhotelan atau rumah sakit, sangat berkaitan
dengan bahan kimia yang kuat, mengangkut beban yang berat, dan juga jam bekerja
dengan jadwal yang sudah di sesuaikan dengan tempat bekerja ( Sukumar dan Karthiga,
2014; Lyne M, 2015)
a. Pengertian
Laundry rumah sakit adalah tempat pencucian yang dilengkapi dengan sarana
penunjang berupa mesin cuci, alat dan desinfektan, mesin uap,pengering, meja dan
mesin setrika.
b. Persyaratan :
1. Suhu air panas untuk pencucian 70 C dalam waktu 25 menit atau 95C dalam
waktu 10 menit
2. Penggunaan jenis detergen dan desinfektan untuk proses pencucian yang ramah
lingkungan agar limbah cair yang dihasilkan mudah terurai oleh lingkungan
3. Standar kuman bagi linen yang bersih setelah keluar dari proses tidak
mengandung 6x10 spora spesies Bacillus per inci persegi
c. Tata laksana
1. Di tempat laundry tersedia keran air bersih dengan kualitas dan tekanan aliran
memadai, air panas untuk desinfeksi dan desinfektan
2. Peralatan cuci dipasang permanen dan diletakkan dekat dengan saluran
pembuangan air limbah serta tersedia mesin cuci yang dapat mencuci jenis-jenis
linen yang berbeda
3. Tersedia ruangan dan mesin cuci yang terpisah untuk linen infeksius dan non
infeksius
4. Laundry harus dilengkapi saluran limbah air tertutup yang dilengkapi dengan
pengelolahan awal )pre-treatment) sebelum dialirkan ke instalasi pengolahan
limbah
5. Laundry harus disediakan ruang-ruang terpisah sesuai kegunaannya yaitu ruang
linen kotor, ruang linen bersih, ruang untuk perlengkapan kebersihan, ruang
perlengkapan cuci, ruang kereta linen, kamar mandi dan ruang peniris atau
pengering untuk alat-alat termasuk linen
6. Untuk rumah sakit yang tidak mempunyai laundry sendiri , pencuciannya dapat
bekerjasama dengan pihak lain dan pihak lain tersebut harus mengikuti
persyaratan dan tatalaksana yang telah ditetapkan
7. Perlakuan tergadap linen:
a) Pengumpulan, dilakukan :
Pemilahan antara linen infeksius dan non-infeksius dimulai dari sumber
dan memasukkan linen ke dalam kantong plastic sesuai jenis serta
diberi label
Menghitung dan mencatat linen di ruangan
b) Penerimaan
Mencatat linen yang diterima dan telah terpilah antara infeksius dan
non-infeksius
Linen dipilah berdasarkan tingkat kekotorannya
c) Pencucian
Menimbang berat linen untuk menyesuaikan dengan kapasitas mesin
cuci dan kebutuhan etergrn dan desinfektan
Membersihkan linen kotor dari tinja, urin, arah, dan muntahan
kemudian merendamnya dengan menggunakan desinfektan
Mencuci dikelompokkan berdasarkan tingkat kekotorannya
d) Pengeringan
e) Penyetrikaan
f) Penyimpanan
1. Linen harus dipisahkan sesuai jenisnya
2. Linen baru yang iterima ditempatkan di lemari bagian bawah
3. Pintu lemari yang tertutup
g) Distribusi dilakukan berdasarkan kartu tanda terima ari petugas penerima,
kemudian petugas menyerahkan linen bersih kepada petugas ruangan
sesuai kartu tana terima
h) Pengangkutan
Kantong untuk membungkus linen bersih harus dibedakan engan
kantong yang digunakan untuk membungkus linen kotor
Menggunakan kereta dorong yang berbea dan tertutup antara linen
bersih an linen kotor. kereta dorong harus dibersihkan dengan
desinfektan setelah mengambil linen kotor
Waktu pengangkutan linen bersih dan kotor tidak dilakukan secara
bersamaanrumah sakit yang tidak mempunyai laundry tersendiri ,
pengangkutannya dari dank e tempat laundry harus menggunakan
mobil khusus
8. Petugas yang bekerja dalam pengolaan laundry linen harus menggunakan
pakaian kerja khusus, alat pelindung diri dan dilakukan pemeriksaan kesehatan
secara berkala, serta dianjurkan untuk memperoleh imunisasi hepatitis B
(Kepmenkes RI, 2004)

Ergonomi merupakan ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitan dengan
pekerjaanmereka. Tujuan ergonomi adalah menyesuaikanpekerjaan dengan kondisi tubuh
manusia melaluiupaya penyesuaian ukuran tempat kerja dengandimensi tubuh, pengaturan suhu,
cahaya dankelembaban yang sesuai dengan kebutuhantubuh manusia. Masalah yang berkaitan
dengan ergonomi pegawai laundry adalah musculoskeletal disorder, yaitu myalgia, low back
pain, atau kelainan bentuk tulang belakang seperti kifosis. Berlebihan mencapai, mendorong atau
mengangkat laundry berat basah dapat menyebabkan gangguan muskuloskeletal Solusi ergonomi
yang memungkinkan untuk dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Gunakan teknik mengangkat yang benar
2. Hindari mengangkat benda besar
3. Hindari mengangkat, mencapai dengan menopang pada bahu.
4. Hindari postur canggung, seperti memutar sambil mengangkat.
5. Mengangkat barang dekat dengan tubuh.
6. Membatasi berat barang yang akan diangkat.
7. Gunakan gerobak terawat dengan baik dengan besar, bergulir rendah, roda resistansi
rendah, yang dapat mudah memutar.
8. Menggunakan alat bantu mekanik untuk mengurangi kebutuhan untuk mengangkat,
seperti:Spring-Loaded Platform Laundryatau katrol untuk membantu mengangkat
laundry berat basah, dan menjaga laundry tetap bersih.
9. Pencuci yang secara otomatis mengeringkan linen sehingga pekerja tidak perlu
mencapai dan menarik keluar laundry berat basah secara manual (OHSAH, 2003).

Gambar 1.1 Cara Mendorong Troly dengan benar

Gambar 1.2 Spring loaded platform


Gambar 1.3 Automatic dumping washer

Musculoskeletal injury
Hal yang sering terjadi di bagian laundry adalah musculoskeletal injuries.
Musculosceletal injuries adalah cedera atau gangguan dari jaringan lunak, yang
termasuk tendon, ligamen, pembuluh darah, dan saraf atau jaringan lunak yang lain.
timbul akibat paparan faktor risiko seperti postur yang tidak sempurna, gerakan
berulang, dan pengerahan tenaga pada beban yang berlebihan. Cedera ini dapat bersifat
akut maupun kumulatif. Gejalanya dapat berupa nyeri, kelemahan, kesemutan,
gangguan tidur, pembengkakan, mati rasa, nyeri tanpa sebab, dan kesulitan melakukan
tugas atau memindahkan bagian-bagian tertentu dari tubuh. Derajat musculoscletal
injuries:
1. Stage 1: ketidaknyamanan ringan, timbul saat bekerja, namun menghilang ketika tidak
bekerja. Tidak mempengaruhi pekerjaan atau kehidupan sehari-hari. Sepenuhnya
reversibel.
2. Stage 2: Nyeri hadir saat bekerja dan menetap ketika tidak bekerja. Dapat diredakan
dengan mengkonsumsi obat penghilang rasa sakit. Mulai mempengaruhi pekerjaan dan
tugas sehari-hari. Sepenuhnya reversibel.
3. Stage 3: Nyeri hadir sepanjang waktu dan mempengaruhi kerja. Mulai tidak dapat
menyelesaikan tugas sehari-hari yang sederhana. Irreversibel, dapat disembuhkan namun
tidak sembuh total (Worksafe, 2010).
Myalgia juga sering dialami para pekerja di bagian laundry. Beberapa pekerja
membawa beban secara berlebihan pada trolly barang. Sehingga mereka harus
menyesuaikan posisi agar mampu mendorong beban tersebut. Ini dipraktekkan untuk
mempercepat pekerjaan dan menghemat waktu. Ketinggian mesin pencuci dan pengering
menyebabkan pekerja harus membungkuk di daerah lumbal tulang belakang. Hal ini
dapat menyebabkan musculoskeletal disorder dengan gejala berupa myalgia. Sebuah
studi yang dilakukan oleh Lloyd, tercantum bahwa postural stres dan pekerjaan yang
mendekati batas kekuatan kerja adalah dua dari tiga penyebab paling umum dari sakit
pada otot daerah punggung. Sebuah survei yang dilakukan di Australia telah melaporkan
bahwa di laundry, 19% dari manajer OHS dan 24% dari pekerja sepakat bahwa bergerak
dan menyortir linen adalah tugas yang paling berbahaya sehubungan dengan tugas-tugas
manual yang dapat menyebabkan musculoskeletal disorder seperti myalgia dan low back
pain (Kumar, 2014).
Low back pain (LBP) merupakan salahsatu gangguan muskuloskletal
yangdisebabkan olehaktivitas tubuh yangkurang baik. Low Back Pain (LBP),
disebabkan karena posisi kerja yang tidak benar/tidak ergonomis (seperti jongkok,
membungkuk) terutama padaproses pencucian. Banyak faktor yang menyebabkan nyeri
pinggang bawah ini, antara lain posisi berdiri yang terlalu lama dan janggal, kesalahan
postur sewaktu mengangkat beban berat, serta posisi duduk yang terlalu lama. Gaya
berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan berjalan dapat mengakibatkan
rasa nyeri pada punggung/pinggang dan dapat menimbulkan komplikasi pada bagian
tubuh yang lain, misalnya genu valgum, genu varum, coxa valgum dan sebagainya.
Beberapa pekerjaan yang mengharuskan berdiri dan duduk dalam waktu yang lama juga
dapat mengakibatkan terjadinya LBP (Panjabi, 2003). Selain itu suatu gerakan yang
sama yang dilakukan terus menerus mengakibatkan otot kaku. Adanya spasme otot ini
dapat menimbulkan rasa nyeri. Apabila berdiri secara terusmenerus dapat
menyebabkan tekanan pada bantalan saraf tulang belakang yang mengakibatkan hernia
nukleus pulposus (HNP) (Perdani, 2010).
Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut bawah kosta
(tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri juga bisa menjalar ke
daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal paha LBP atau nyeri punggung
bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas
tubuh yang kurang baik (Samara, 2004). Nyeri pinggang dapat diatasi dengan
pemberiaan obat-obatan, istirahat dan modalitas, pemberiaan obat anti inflamasi non
steroid diperlukan untuk jangka waktu pendek. Tidak dianjurkan penggunaan muscle
relaxant karena memiliki efek depresan (Van, 2004).
Hal yang sering terjadi di bagian laundry adalah musculoskeletal injuries.
Musculosceletal injuries adalah cedera atau gangguan dari jaringan lunak, yang
termasuk tendon, ligamen, pembuluh darah, dan saraf atau jaringan lunak yang lain.
timbul akibat paparan faktor risiko seperti postur yang tidak sempurna, gerakan
berulang, dan pengerahan tenaga pada beban yang berlebihan. Cedera ini dapat bersifat
akut maupun kumulatif. Gejalanya dapat berupa nyeri, kelemahan, kesemutan,
gangguan tidur, pembengkakan, mati rasa, nyeri tanpa sebab, dan kesulitan melakukan
tugas atau memindahkan bagian-bagian tertentu dari tubuh. Derajat musculoscletal
injuries:
4. Stage 1: ketidaknyamanan ringan, timbul saat bekerja, namun menghilang ketika tidak
bekerja. Tidak mempengaruhi pekerjaan atau kehidupan sehari-hari. Sepenuhnya
reversibel.
5. Stage 2: Nyeri hadir saat bekerja dan menetap ketika tidak bekerja. Dapat diredakan
dengan mengkonsumsi obat penghilang rasa sakit. Mulai mempengaruhi pekerjaan dan
tugas sehari-hari. Sepenuhnya reversibel.
6. Stage 3: Nyeri hadir sepanjang waktu dan mempengaruhi kerja. Mulai tidak dapat
menyelesaikan tugas sehari-hari yang sederhana. Irreversibel, dapat disembuhkan namun
tidak sembuh total (Worksafe, 2010).
Myalgia juga sering dialami para pekerja di bagian laundry. Beberapa pekerja
membawa beban secara berlebihan pada trolly barang. Sehingga mereka harus
menyesuaikan posisi agar mampu mendorong beban tersebut. Ini dipraktekkan untuk
mempercepat pekerjaan dan menghemat waktu. Ketinggian mesin pencuci dan pengering
menyebabkan pekerja harus membungkuk di daerah lumbal tulang belakang. Hal ini
dapat menyebabkan musculoskeletal disorder dengan gejala berupa myalgia. Sebuah
studi yang dilakukan oleh Lloyd, tercantum bahwa postural stres dan pekerjaan yang
mendekati batas kekuatan kerja adalah dua dari tiga penyebab paling umum dari sakit
pada otot daerah punggung. Sebuah survei yang dilakukan di Australia telah melaporkan
bahwa di laundry, 19% dari manajer OHS dan 24% dari pekerja sepakat bahwa bergerak
dan menyortir linen adalah tugas yang paling berbahaya sehubungan dengan tugas-tugas
manual yang dapat menyebabkan musculoskeletal disorder seperti myalgia dan low back
pain (Kumar, 2014).

DERMATITIS
DKI merupakan reaksi peradangan non imunologik pada kulit yang disebabkan
oleh kontak dengan faktor eksogen maupun endogen.Faktor eksogen berupa bahan-
bahan iritan (kimiawi, fisik, maupun bilogik) dan faktor endogen (genetik, usia, jenis
kelamin, riwayat atopi, ras) memegang peranan penting pada penyakit ini (Wolff et al,
2012). Bahan-bahan iritan seperti bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam, alkali,
dan serbuk kayu. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah lama kontak, frekuensi, adanya
oklusi menyebabkan kulit lebih permeabel, factor gesekan, trauma, suhu, dan
kelembapan. Pada DKI, pajanan pertama terhadap iritan telah mampu menyebabkan
respons iritasi pada kulit. Sel T memori tidak berperan dalam timbulnya DKI. Terdapat
empat mekanisme utama yang saling berinteraksi dalam kejadian DKI: kehilangan lipid
dan substansi pengikat air epidermis, kerusakan membran sel, denaturasi keratin pada
epidermis, dan efek sitotoksik langsung. Telah dibuktikan bahwa sistem imun
nonspesifik berperan dalam patogenesis DKI. Pajanan terhadap iritan menyebabkan
reaksi inflamasi berupa vasodilatasi dan infiltrasi sel pada dermis dan epidermis akibat
pelepasan sitokin proinflamatorik IL-1 sebelum terjadi kerusakan kulit. Sel-sel yang
berperan dalam proses ini adalah keratin, makrofag, netrofil, eosinofil, dan sel T nave.
Gambaran histologis respons inflamasi DKI berupa spongiosis dan pembentukan
mikrovesikel.Dermatitis kontak merupakan respons kulit terhadap kontak dengan faktor
luar, dalam hal ini iritan dan alergen. Iritan merupakan senyawa kimia, bahan biologik,
pajanan suhu tinggi, maupun tekanan/trauma fisik yang dapat menyebabkan disintegrasi
membran atau mengganggu proses metabolik pada dermis dan epidermis. Umumnya
iritan merupakan molekul yang berukuran kecil. Iritan harus mampu melakukan
penetrasi pada stratum korneum, kemudian mencapai lapisan hidup dari epidermis yang
menyebabkan respons inflamasi diperantarai sistem imun nonspesifik. Iritan yang sering
ditemui sehari-hari berupa: suhu tinggi, kelembaban, gesekan, deterjen, asam dan alkali,
pelarut organik, garam organik ( Sulistyaningrum et al, 2011)

MIALGIA
Mialgia atau nyeri otot adalah suatu keadaan dimana badan terasa pegal-pegal.
Nyeri otot paling sering dihubungkan dengan ketegangan atau kerja otot yang
berlebihan, serta cedera otot dari latihan atau pekerjaan yang mengandalkan fisik.
Dalam kondisi ini, rasa sakit mengenai otot-otot tertentu dan terjadi selama atau setelah
aktivitas. Penyebab mialgia yang paling sering antara lain: cedera atau trauma termasuk
keseleo atau terkilir; kerja yang berlebihan: menggunakan otot terlalu banyak, terlalu
cepat dan terlalu sering; ketegangan atau stres (White, 2008). Untuk nyeri otot karena
kerja yang berlebihan atau karena cedera, dapat diatasi dengan mengistirahatkan bagian
tubuh atau otot yang sakit dan meminum acetaminophen atau ibuprofen. Kompres
dengan es 24 - 72 jam pertama setelah cedera untuk mengurangi rasa sakit dan
peradangan. Nyeri otot karena kerja berlebihan dan fibromyalgia sering berespon baik
dengan pemijatan. Latihan peregangan secara perlahan setelah istirahat yang lama juga
dapat membantu (Kompier, 2008).
Myalgia dapat dicegah dengan cara:
Pemanasan sebelum berolahraga atau beraktivitas fisik yang berat, dan
pendinginan sesudahnya.
Peregangan sebelum dan setelah berolahraga atau beraktivitas fisik yang
berat.
Minum yang cukup sebelum, selama, dan setelah berolahraga atau
beraktivitas fisik yang berat.
Jika bekerja di posisi yang sama sepanjang hari (seperti duduk di depan
komputer), maka lakukan peregangan setidaknya satu jam sekali (Vorvick,
2013).
HEAT STROKE
Dehidrasi dapat terjadi, mengingat cuaca di kota Kediri cukup panas.Paparan
panas yang berlebihan dapat mengakibatkan kelelahan panas dan heat stroke. Pada suhu
tinggi, tubuh beredar dalam jumlah besar darah ke kulit dalam upaya untuk
menghilangkan panas melalui keringat. Akibatnya, kurang darah ke organ-organ vital
tubuh termasuk otak. Panas kelelahan dapat menyebabkan pusing, penglihatan kabur,
mual, dan akhirnya runtuh. Jika tidak segera diobati, dengan menurunkan suhu tubuh
seseorang, seseorang yang menderita kelelahan panas bisa menderita kerusakan
otak.Bahkan lebih serius daripada kelelahan panas. Selama serangan panas tubuh
berhenti berkeringat, sehingga mustahil untuk mengusir panas. Suhu tubuh akan naik ke
tingkat tinggi yang berbahaya dalam waktu singkat dan menyebabkan kematian. Pekerja
dapat terkena panas yang berlebihan dari bekerja di daerah laundry. Paparan panas yang
berlebihan dapat menyebabkan kelelahan panas, heat stroke, dan kematian mungkin
(OSHA, 2014).
Solusi yang memungkinkanpraktik kerja yang baik termasuk mendidik dan
pelatihan karyawan dan supervisor untuk mendeteksi tanda-tanda awal dari penyakit
yang berhubungan dengan panas dan memiliki pekerja pertolongan pertama yang
tersedia untuk mengenali dan mengobati penyakit ini. Kenali tanda-tanda pertama dari
kelelahan panas (misalnya, pusing, kelemahan, penglihatan kabur, mual) dan segera
mengambil tindakan untuk menurunkan suhu tubuh karyawan untuk mencegah
perkembangan gejala. Pekerja menderita kelelahan panas harus dijauhkan dari
lingkungan yang panas dan segera diberi air dingin untuk diminum. Berbaring dan
mengangkat kaki mereka. Jika orang tersebut tidak merasa lebih baik dalam beberapa
menit meminta bantuan gawat darurat. Gejala heat stroke adalah sakit kepala parah,
kebingungan mental, kehilangan kesadaran, memerah wajah, dan panas, kulit kering,
tanpa berkeringat. Jika seseorang telah berhenti berkeringat, segera menghubungi
tenaga medis. Jika seorang pekerja menunjukkan tanda-tanda kemungkinan heat stroke,
perawatan medis profesional harus diperoleh segera. Pekerja harus ditempatkan dalam
pendingin, berventilasi dan pakaian luar harus dihapus. Kulit pekerja harus basah dan
pergerakan udara di sekitar pekerja harus ditingkatkan untuk meningkatkan pendinginan
evaporative sampai metode profesional pendinginan yang diprakarsai dan keseriusan
kondisi dapat dinilai. Cairan harus diganti sesegera mungkin. Hasil medis dari sebuah
episode dari heat stroke tergantung pada kebugaran fisik korban dan waktu dan
efektivitas pertolongan pertama dan perawatan medis. Dengan demikian di bagian
laundry perlu adanya ventilasi umum dan ventilasi pembuangan lokal pada titik-titik
produksi panas tinggi. Spot kipas pendingin. Melindungi dari panas radiasi. Alat
pendinginan dan AC, pakaian pelindung dan peralatan. Menyediakan banyak air
minum. Acclimatize, atau secara bertahap memperkenalkan karyawan dengan
lingkungan yang panas, karena tubuh secara bertahap membangun toleransi terhadap
suhu tinggi. Proses ini biasanya memakan waktu hingga 2 minggu. Mendorong
karyawan untuk memakai cahaya, longgar, pakaian berbahan katun. Pertimbangkan
kondisi fisik karyawan dan mengakui bahwa pekerja yang lebih tua atau obesitas dan
personil pada beberapa jenis obat memiliki risiko lebih besar. Mendorong karyawan
untuk menghindari menggunakan kafein dan minuman beralkohol saat bekerja di
lingkungan panas. Minuman ini membuat tubuh kehilangan air dan meningkatkan risiko
penyakit panas. Perlu adanya waktu istirahat. Diperlukan monitor suhu, kelembaban dan
tanggapan pekerja untuk memanaskan setidaknya per jam (OSHA, 2014).

a. Kesesuaian/Ketidaksesuaian terhadap Pustaka


- Karyawan yang bekerja pada instalasi laundry sudah memakai alat pelindung diri, namun
untuk beberapa alat pelindung diri yang digunakan seperti sarung tangan masih kurang
dikatakan aman, karena sarung tangan mash kurang panjang dan masih dapat
menyebabkan dermatitis kontak pada pekerja
- Ventilasi sudah cukup memadai karena pekerja selalu membiarkan pintu dan jendela
yang ada selalu terbuka agar aliran udara dapat masuk dan tidak membuat ruangan
pengap dan lembab. Di dalam ruangan juga terdapat kipas angin yang dapat membantu
lancarnya aliran udara di dalam tempat pekerja melakukan pekerjaan seperti setrika
- Posisi ergonomi yang tidak nyaman saat bekerja karena harus berdiri, jongkok, dan
membungkuk dalam waktu yang lama, berdasarkan tinjauan pustaka, hal tersebut dapat
merupakan faktor resiko terjadinya LBP.
- Untuk melakukan setrika pekerja masih menggunakan setrika manual, hal ini dapat
menimbulkan terjadinya resiko luka bakar pada pekerja.
- Durasi waktu kerja pekerja di rumah sakit ini yaitu
Pekerja wajib bekerja Pada Hari senen - Hari minggu
Pekerja bekerja dari jam 06.00 sampai jam 13.00 (untuk shift pagi) sebanyak 4 orang
sedangkan dari jam 11.00 sampai jam 18.00 (untuk shift siang) sebanyak 2 orang.
Untuk jadwal libur diberikan pekerja sebanyak 4 kali pada pekerja.
III. INTERVENSI
1. Proses Kerja
Seluruh karyawan bagian laundry di wajibkan untuk untuk menggunakan APD, ini
difungsikan untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja dan di harapkan seluruh karyawan
agar selalu berhati-hati dalam melakukan pekerjaan, karena rawan terjadi kecelakaan kerja.
Karyawan juga di wajibkan untuk menerapkan budaya perilaku cuci tangan, untuk mencegah dan
mengendalikan infeksi yang ada di rumah sakit.
Seluruh karyawan di harapkan mendapatkan vaksin hepatitis B, karena tingginya risiko
untuk terjadi infeksi hepatitis B, pada proses pencucian, risiko untuk terkena bahan kimia saat
mencuci sangat tinggi, karena sarung tangan yang digunakan hanya sarung tangan pendek dan
tidak menggunakansarung tangan panjang.
Pada saat penjemuran, diharapkan karyawan untuk menggunakan masker, karena paparan
debu dapat menyebabkan risiko untuk terkena ISPA.
Oleh karena keterbatasan jumlah karyawan, usia karyawan yang sudah tua, serta beban
pekerjaan yang besar dan risikoyang tinggi, diarapkan penambahan karyawan dapat dilakukan,
ini bermanfaat untuk menghemat waktu pekerjaan, mengurangi beban pekerjaan karyawan yang
terlalu tinggi serta bermanfaat meminimalkan risiko kecelakaan kerja akibat kelelahan.

2. Lingkungan Kerja
Permasalahan pada bagian laundry adalah tidak adanya kursi yang ergonomis untuk
karyawan di bagian peyetrikaan dan di bagian pencucian, diharapkan dengan adanya kursi
yang ergonomis dapat meminimalkan penyakit akibat kerja.
Menyediakan tempat khusus untuk membedakan antara linen infeksius dan linen non
infeksius untuk mengurangi infeksi di rumah sakit.

3. Kondisi Karyawan
Hendaknya dilakukan penambahan jumlah karyawan agar dapat dilakukan
pembagian tugas yang sesuai, sehingga beban kerja dapat berkurang. Kurangnya jumlah
karyawan juga dapat menimbulkan masalah yang nantinya berhubungan dengan penyakit
akibat kerja, karena seringnya paparan terhadap zat-zat iritan serta penyakit akibat kerja
lainnya.
Sebaiknya juga agar pekerja memperoleh vaksin Hepatitis B agar para karyawan
tidak lagi cemas akan penularan penyakit tersebut. Hal ini tentunya sangat diperlukan
terkait terhadap perlindungan terhadap para pekerja, karena kontak dengan limbah yang
sangat infeksius dimana dapat tertular penyakit-penyakit tersebut.

4. Kebijakan Manajemen
Rumah Sakit juga sebaiknya mensosialisasikan mengenai undang-undang yang
mengatur perlindungan kesehatan kerja, dan mewajibkan seluruh karyawan untuk
mentaati peraturan. Memberikan reward kepada karyawan yang berprestasi dan
memberikan sangsi kepada karyawan yang tidak menaati peraturan. Meninjau kembali
Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Instalasi Laundry Rumah Sakit dengan
menyesuaikan lingkungan kerja di instalasi laundry
Penanganan kesehatan kerja dapat dilakukan melalui upaya pelayanan kesehatan
dengan memperhatikan pencegahan, yaitu:
a. Pencegahan primer, meliputi Health promotion dan Specific protection, dengan
cara:
Memberikan penyuluhan mengenai pentingnya penggunaan APD
Penyuluhan mengenai penyakit-penyakit yang ditimbulkan akibat pekerjaan
(LBP, Myalgia, DKI, Luka Bakar, dan Penyakit Infeksi) diantaranya
mengenai bahaya dan bagaimana mencegah agar meminimalkan risiko terkena
penyakit akibat kerja.
Penyuluhan mengenai posisi ergonomis saat mengambil barang, mendorong,
dan posisi duduk
Rutin dalam mengontrol kesehatan di puskesmas atau rumah sakit terdekat,
untuk pencegahan dini terhadap penyakit yang mungkin disebabkan oleh
pekerjaan.
b. Pencegahan sekunder
Bila ada keluhan atau terjadi kecelakan kerja agar segera melakukan pengobatan ke
fasilitas kesehatan terdekat untuk mencegah timbulnya kecacatan.
c. Pencegahan tersier
Bagi karyawan yang mengalami penyakit akibat kerja disarankan untuk pindah
tugas, dan juga RS dapat menambah jumlah karyawan sehingga dapat menambah
jam beristirahat dan mengurangi paparan terhadap zat kimia yang ada dalam
instalasi laundry,
Rumah Sakit juga sebaiknya mensosialisasikan mengenai undang-undang
yang mengatur perlindungan kesehatan kerja, dan mewajibkan seluruh karyawan
untuk mentaati peraturan. Memberikan reward kepada karyawan yang berprestasi
dan memberikan sangsi kepada karyawan yang tidak menaati peraturan. Meninjau
kembali Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Instalasi Laundry Rumah
Sakit dengan menyesuaikan lingkungan kerja di instalasi laundry.

5. Regulasi yang berlaku


Penanganan masalah kesehatan kerja secara holistic dan komprehensif dapat tercapai
melalui peraturan dan perundangan yang bertujuan melindungi karyawan.Undang-undang yang
menangani masalah keselamatan dan kesehatan kerja adalah:
a. PERMENAKERTRANS No. Per-01/MEN/1981 tentang Kewajiban melapor PAK
Pasal 4: pengurus wajib menyediakan cuma-cuma APD yang wajib penggunaannya oleh
pekerja
Pasal 5: Pekerja harus memakai APD yang telah disediakan.
b. UU No. 1 th 1970 tentang Keselamatan kerja
Pasal 3 (1) Dengan peraturan perundangan-undangan ditetapkan syarat-syarat
keselamatan kerja untuk:
a. mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadiankejadian lain yang berbahaya;
e. memberi pertolongan pada kecelakaan;
f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g.mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban,
debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan
getaran;
h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun
psikis, keracunan, infeksi dan penularan;
i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya;
n. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau
barang;
o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan
penyimpanan barang;
q. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r. menyeseuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

CDC, 2007. Mother-to-Child (Perinatal) HIV Transmission and Prevention. In English


Depkes RI. 2008. Modul Pelatihan Pencegahan Penularan dari Ibu ke Bayi.
Fauci, Anthony S, Lane HC. 2011. Human Immunodeficiency Virus Disease: AIDS and Related
Disorders. In: Kasper, Dennis S., ed. Harrisons Principles of Internal Medicin 18th
edition. United States of America: Mc Graw Hill;1076, 2372-2390
Keputusan Menteri Kesehatan R.I. No. 1204/Menkes/SK/X/2004, Persyaratan Kesehatan
Lngkungan Rumah Sakit
Keputusan Menteri Kesehatan R.I. No. 1087/Menkes/SK/VIII/2010, Standar Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit, Jakarta
Kliegman: Nelson Textbook of Pediatrics, 18th ed.chapter 355 viral hepatitis , Copyright 2007
Saunders, An Imprint of Elsevier
Kompier, Michiel AJ, and Allard J. van der Beek. "Psychosocial factors at work and
musculoskeletal disorders." Scandinavian journal of work, environment & health
(2008): 323-325
Lyne M, 2015, Healthcare Laundry and Textiles in the United States: Review and Commentary
on Contemporary Infection Prevention Issues.Infection Control & Hospital
Epidemiology Journal. Vol : 00 pp 1- 16
Nurdjanah Siti. Sirosis Hati. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I.
EdisiIV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2006. 443-
4463
Panjabi MM, Clinical Spinal Instability and Low Back Pain. J Electromyogr Kinesneol. Aug
2003;13(4):371-9
Perdani, 2010. Pengaruh Postur dan Posisi Tubuh Terhadap Timbulnya Nyeri Punggung Bawah.
Program Pendidikan Sarjana Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Prasetyo et al. 2007. Family and Children Affected by HIV and AIDS in Indonesia. Jakarta:
Pusat Penelitian Kesehatan UI.
Samara D, 2004. Lama dan Sikap Duduk Sebagai Faktor Resiko Terjadinya Nyeri Pinggang
Bawah. J Kedokter Trisakti. April 2004. Vol23 No2
Sjamsuhidajat, R., de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC
Sukumar, Khartiga, 2014. A Study on Laundry Workers Attitude towards Health Care Industry in
Trichy City.International Journal of Scientific and Research Publications. Vol : 4 pp 2-
8.Sulistiyaningrum et al. 2011. Dermatitis Kontak Iritan dan Alergi pada Geriatri.
MDVI Vol. 38 No. 1. Jakarta Pusat: FK UI
Van PM, Hoofman. An Update of a Systematic Review of Controlled Clinical Trial on The
Primary Prevention of Back Pain at The Workplace. Occup Med (lond). Aug
2004;54(5):342-52
Vorvick LJ, 2013. Muscle Pain. U.S. National Library of Medicine. Medical Encyclopedia
< https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/19676.htm> diakses tanggal
21 Maret 2016.
White, Leigh Ann, et al. "Employees with fibromyalgia: medical comorbidity, healthcare costs,
and work loss." Journal of Occupational and Environmental Medicine 50.1 (2008): 13-
24.
Wolff K, Johnson RA. 2009. Fitzpatricks Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. 6th
ed. New York: The McGraw-Hill Companies; h. 20-33.
Zein U dan Habib. 2007. 111 Pertanyaan Seputar HIV/AIDS Yang Perlu Anda Ketahui. Medan:
USU press.

Anda mungkin juga menyukai