INSTALASI LAUNDRY
RS MUHAMMADIYAH BANDUNG TULUNGAUNG
Disusun oleh:
Pembimbing:
dr. Rubayat Indradi
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017
STATUS KEDOKTERAN INDUSTRI
2. Lingkungan Kerja
Rata-
Status
rata Resiko
N Usi Kesehat Penanganan Resiko
Unit kerja Nama Lama Kesehatan
o. a an
kerja
Pengambil Myalgia
an dan 34 6
1. Tn. E Normal
distribusi thn tahun Tidak dilakukan
linen pemeriksaan secara
Myalgia, berkala pada karyawan,
Karyawan 65 10
2. Ny. K Normal gatal-gatal jika sakit, petugas
cuci thn tahun
(DKI), LBP dapat langsung berobat
58 Myalgia, ke RSM Ahmad Dahlan
Karyawan 10
3 Ny. S tah Normal gatal-gatal
cuci tahun
un (DKI), LBP
4. Sistem Manajemen
No Komponen Problem K3 Kebijakan Manajemen
Internal Eksternal
1 Proses - Para pekerja laundry - Selalu mencuci
industri/kerja masih sering terlihat tangan dengan
tidak menggunakan enam langkah
APD lengkap pada cuci tangan
saat melakukan sebelum dan
proses kerja unit sesudah
laundry seperti melakukan
contoh tidak pencucian linen
menggunakan dan setelah
celemek plastik saat kontak dengan
pengambilan linen linen
kotor, tidak infeksiusagar
menggunakan topi tidak
saat pencuciaan dan memindahkan
penyetrikaan.dan bakteri dari linen
handscone yang ke tangan
dipakai handscone maupun tubuh
pendek. pegawai, baik
- Jumlah karyawan menggunakan air
tidak memadai, dan sabun
ditambah usia sudah maupun
tua dengan beban menggunakan
kerja yang berat cairan antiseptik.
- Pekerja selalu - Gunakan APD
bekerja dengan lengkap, mulai
posisi berdiri duduk handscoon untuk
dan terkadang melindungi
membungkuk dan tangan dari
jongkok kontak langsung
dengan detergen
maupun
mengindari
kontaminasi linen
infeksius,hingga
apron, penutup
kepala, dan
masker yang
mempunyai
fungsi sama yaitu
agar tidak
terkontaminasi
dengan bahan
infeksius
2 Lingkungan
kerja
Lingkunga -Faktor cuaca yang -
n fisik tidak menentu dapat
mengganggu proses
penjemuran
-Debu pada bagian
penjemuran
Lingkungan -
Sosbud
Rehabilitasi
Rehabilitasi dini secara
tepat untuk memperbaiki
kualitas hidup pekerja.
5. Regulasi/Undang-Undang
a. Nasional:
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
2. Kepmenkes RI No.1087 Tahun 2010 tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan
Kerja di Rumah Sakit.
3. Pedoman surveilans Infeksi, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun
2011.
4. Kepmenkes No.432/Menkes/SK/IX/2007 tentang Pedoman Manajemen Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3) di RS.
5. KepMenaker No. Kep. 187/MEN/1999 tentang Pengendalian B3 di tempat kerja
Pasal 3: a. Penyediaan MSDS dan Label
b. Penunjukan petugas K3 Kimia dan AK3 Kimia
6. Permenakertran No. Per. 03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja
7. PERMENAKERTRANS No. Per-01/MEN/1981 tentang Kewajiban melapor
PAK
Pasal 4: pengurus wajib menyediakan cuma-cuma APD yang wajib
penggunaannya oleh pekerja
Pasal 5: Pekerja harus memakai APD yang telah disediakan.
8. UU No. 1 th 1970 tentang Keselamatan kerja
Pasal 3 (1) Dengan peraturan perundangan-undangan ditetapkan syarat-syarat
keselamatan kerja untuk:
a. mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b. mencegah, mengurangi dan memadam kan kebakaran;
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
e. memberi pertolongan pada kecelakaan;
f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g.mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
atau radiasi, suara dan getaran;
h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik
maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan;
i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerjanya;
n. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman
atau barang;
o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan
penyimpanan barang;
q. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r. menyeseuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
b. Internasional:
1. Guidelines on occupational safety and health management systems, 2001
2. An Ergonomic Guide for hospital Laundris, 2003
3. Occupational Health, 2001
II. OCCUPATIONAL DIAGNOSIS (DIAGNOSIS KESEHATAN KERJA)
Melakukan Memberikan
peregangan otot fasilitas yang
dan beristirahat ergonomis
disela-sela kerja
Istirahat dan
memberikan
waktu libur
kerja
Istirahat dan
memberikan
waktu libur
kerja
Mialgia Istirahat Mengubah posisi Istirahat dan
kerja yang memberikan waktu
Paracetamol/ ibuprofen 3x
ergonomis. libur kerja
1 tablet 500 mg
Melakukan
Kompres es 24-72 jam
peregangan otot
pertama
dan beristirahat
disela-sela kerja
Setiap bagian dari Rumah Sakit memiliki risiko terjadinya penyakit akibat kerja. Penyakit
Akibat Kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkanoleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses
maupun lingkungankerja sehingga disebut jugaman made disease.WHO membedakan Penyakit
Akibat Kerja berdasarkan empat kategori, yaitu :
1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnyaPneumoconiosis.
2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan,misalnya Karsinoma
Bronkhogenik.
3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebabdi antara faktor-
faktorpenyebab lainnya, misalnya Bronkhitiskhronis.
4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisiyang sudah ada sebelumnya,
misalnya asma (Sulistomo, 2002).
Faktor penyebab Penyakit Akibat Kerja (PAK) sangat banyak, tergantung pada bahan yang
digunakan dalam proses kerja, lingkungan kerja ataupun cara kerja, sehingga tidak
mungkindisebutkan satu per satu. Pada umumnya faktor penyebab dapatdikelompokkan dalam 5
golongan:
1. Golongan fisik: Suara (bising), radiasi, suhu (panas/dingin), tekanan yangsangat tinggi,
vibrasi, penerangan lampu yang kurang baik.
2. Golongan kimiawi: Bahan kimiawi yang digunakan dalam proses kerja, maupunyang
terdapat dalam lingkungan kerja, dapat berbentukdebu, uap, gas, larutan, awan atau
kabut.
3. Golongan biologis: Bakteri, virus atau jamur
4. Golongan fisiologis: Biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja dan carakerja
5. Golongan psikososial: Lingkungan kerja yang mengakibatkan stress (Sulistomo, 2002).
Manajemen K3 RS merupakan upaya terpadu dari seluruh SDM RS, pasien, serta
pengunjung atau pengantar orang sakit untuk menciptakan lingkungan kerja RS yang sehat,
aman dan nyaman termasuk pemukiman masyarakat sekitarnya (Kepmenkes RI, 2010).
Agar K3RS dapat dipahami secara utuh, perlu diketahui pengertian 3 (tiga) komponen yang
saling berinteraksi, yaitu :
1. Kapasitas kerja adalah status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta
kemampuan fisik yang prima setiap pekerja agar dapat melakukan pekerjaannya
dengan baik. Contoh; bila seorang pekerja kekurangan zat besi yang menyebab
kan anemia, maka kapasitas kerja akan menurun karena pengaruh kondisi lemah
dan lesu.
2. Beban kerja adalah beban fisik dan mental yang harus di tanggung oleh pekerja
dalam melaksanakan tugasnya. Contoh; pekerja yang bekerja melebihi waktu
kerja maksimum dll.
3. Lingkungan kerja adalah lingkungan terdekat dari seorang pekerja. Contoh;
seorang yang bekerja di instalasi radiologi, maka lingkungan kerjanya adalah
ruangan-ruangan yang berkaitan dengan proses pekerjaannya di instalasi radiologi
(kamar X Ray, kamar gelap, kedokteran nuklir dan lain-lain) (Kepmenkes RI,
2010).
Laundry
Loundry Service baik yang berada dalam perhotelan atau rumah sakit, sangat berkaitan
dengan bahan kimia yang kuat, mengangkut beban yang berat, dan juga jam bekerja
dengan jadwal yang sudah di sesuaikan dengan tempat bekerja ( Sukumar dan Karthiga,
2014; Lyne M, 2015)
a. Pengertian
Laundry rumah sakit adalah tempat pencucian yang dilengkapi dengan sarana
penunjang berupa mesin cuci, alat dan desinfektan, mesin uap,pengering, meja dan
mesin setrika.
b. Persyaratan :
1. Suhu air panas untuk pencucian 70 C dalam waktu 25 menit atau 95C dalam
waktu 10 menit
2. Penggunaan jenis detergen dan desinfektan untuk proses pencucian yang ramah
lingkungan agar limbah cair yang dihasilkan mudah terurai oleh lingkungan
3. Standar kuman bagi linen yang bersih setelah keluar dari proses tidak
mengandung 6x10 spora spesies Bacillus per inci persegi
c. Tata laksana
1. Di tempat laundry tersedia keran air bersih dengan kualitas dan tekanan aliran
memadai, air panas untuk desinfeksi dan desinfektan
2. Peralatan cuci dipasang permanen dan diletakkan dekat dengan saluran
pembuangan air limbah serta tersedia mesin cuci yang dapat mencuci jenis-jenis
linen yang berbeda
3. Tersedia ruangan dan mesin cuci yang terpisah untuk linen infeksius dan non
infeksius
4. Laundry harus dilengkapi saluran limbah air tertutup yang dilengkapi dengan
pengelolahan awal )pre-treatment) sebelum dialirkan ke instalasi pengolahan
limbah
5. Laundry harus disediakan ruang-ruang terpisah sesuai kegunaannya yaitu ruang
linen kotor, ruang linen bersih, ruang untuk perlengkapan kebersihan, ruang
perlengkapan cuci, ruang kereta linen, kamar mandi dan ruang peniris atau
pengering untuk alat-alat termasuk linen
6. Untuk rumah sakit yang tidak mempunyai laundry sendiri , pencuciannya dapat
bekerjasama dengan pihak lain dan pihak lain tersebut harus mengikuti
persyaratan dan tatalaksana yang telah ditetapkan
7. Perlakuan tergadap linen:
a) Pengumpulan, dilakukan :
Pemilahan antara linen infeksius dan non-infeksius dimulai dari sumber
dan memasukkan linen ke dalam kantong plastic sesuai jenis serta
diberi label
Menghitung dan mencatat linen di ruangan
b) Penerimaan
Mencatat linen yang diterima dan telah terpilah antara infeksius dan
non-infeksius
Linen dipilah berdasarkan tingkat kekotorannya
c) Pencucian
Menimbang berat linen untuk menyesuaikan dengan kapasitas mesin
cuci dan kebutuhan etergrn dan desinfektan
Membersihkan linen kotor dari tinja, urin, arah, dan muntahan
kemudian merendamnya dengan menggunakan desinfektan
Mencuci dikelompokkan berdasarkan tingkat kekotorannya
d) Pengeringan
e) Penyetrikaan
f) Penyimpanan
1. Linen harus dipisahkan sesuai jenisnya
2. Linen baru yang iterima ditempatkan di lemari bagian bawah
3. Pintu lemari yang tertutup
g) Distribusi dilakukan berdasarkan kartu tanda terima ari petugas penerima,
kemudian petugas menyerahkan linen bersih kepada petugas ruangan
sesuai kartu tana terima
h) Pengangkutan
Kantong untuk membungkus linen bersih harus dibedakan engan
kantong yang digunakan untuk membungkus linen kotor
Menggunakan kereta dorong yang berbea dan tertutup antara linen
bersih an linen kotor. kereta dorong harus dibersihkan dengan
desinfektan setelah mengambil linen kotor
Waktu pengangkutan linen bersih dan kotor tidak dilakukan secara
bersamaanrumah sakit yang tidak mempunyai laundry tersendiri ,
pengangkutannya dari dank e tempat laundry harus menggunakan
mobil khusus
8. Petugas yang bekerja dalam pengolaan laundry linen harus menggunakan
pakaian kerja khusus, alat pelindung diri dan dilakukan pemeriksaan kesehatan
secara berkala, serta dianjurkan untuk memperoleh imunisasi hepatitis B
(Kepmenkes RI, 2004)
Ergonomi merupakan ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitan dengan
pekerjaanmereka. Tujuan ergonomi adalah menyesuaikanpekerjaan dengan kondisi tubuh
manusia melaluiupaya penyesuaian ukuran tempat kerja dengandimensi tubuh, pengaturan suhu,
cahaya dankelembaban yang sesuai dengan kebutuhantubuh manusia. Masalah yang berkaitan
dengan ergonomi pegawai laundry adalah musculoskeletal disorder, yaitu myalgia, low back
pain, atau kelainan bentuk tulang belakang seperti kifosis. Berlebihan mencapai, mendorong atau
mengangkat laundry berat basah dapat menyebabkan gangguan muskuloskeletal Solusi ergonomi
yang memungkinkan untuk dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Gunakan teknik mengangkat yang benar
2. Hindari mengangkat benda besar
3. Hindari mengangkat, mencapai dengan menopang pada bahu.
4. Hindari postur canggung, seperti memutar sambil mengangkat.
5. Mengangkat barang dekat dengan tubuh.
6. Membatasi berat barang yang akan diangkat.
7. Gunakan gerobak terawat dengan baik dengan besar, bergulir rendah, roda resistansi
rendah, yang dapat mudah memutar.
8. Menggunakan alat bantu mekanik untuk mengurangi kebutuhan untuk mengangkat,
seperti:Spring-Loaded Platform Laundryatau katrol untuk membantu mengangkat
laundry berat basah, dan menjaga laundry tetap bersih.
9. Pencuci yang secara otomatis mengeringkan linen sehingga pekerja tidak perlu
mencapai dan menarik keluar laundry berat basah secara manual (OHSAH, 2003).
Musculoskeletal injury
Hal yang sering terjadi di bagian laundry adalah musculoskeletal injuries.
Musculosceletal injuries adalah cedera atau gangguan dari jaringan lunak, yang
termasuk tendon, ligamen, pembuluh darah, dan saraf atau jaringan lunak yang lain.
timbul akibat paparan faktor risiko seperti postur yang tidak sempurna, gerakan
berulang, dan pengerahan tenaga pada beban yang berlebihan. Cedera ini dapat bersifat
akut maupun kumulatif. Gejalanya dapat berupa nyeri, kelemahan, kesemutan,
gangguan tidur, pembengkakan, mati rasa, nyeri tanpa sebab, dan kesulitan melakukan
tugas atau memindahkan bagian-bagian tertentu dari tubuh. Derajat musculoscletal
injuries:
1. Stage 1: ketidaknyamanan ringan, timbul saat bekerja, namun menghilang ketika tidak
bekerja. Tidak mempengaruhi pekerjaan atau kehidupan sehari-hari. Sepenuhnya
reversibel.
2. Stage 2: Nyeri hadir saat bekerja dan menetap ketika tidak bekerja. Dapat diredakan
dengan mengkonsumsi obat penghilang rasa sakit. Mulai mempengaruhi pekerjaan dan
tugas sehari-hari. Sepenuhnya reversibel.
3. Stage 3: Nyeri hadir sepanjang waktu dan mempengaruhi kerja. Mulai tidak dapat
menyelesaikan tugas sehari-hari yang sederhana. Irreversibel, dapat disembuhkan namun
tidak sembuh total (Worksafe, 2010).
Myalgia juga sering dialami para pekerja di bagian laundry. Beberapa pekerja
membawa beban secara berlebihan pada trolly barang. Sehingga mereka harus
menyesuaikan posisi agar mampu mendorong beban tersebut. Ini dipraktekkan untuk
mempercepat pekerjaan dan menghemat waktu. Ketinggian mesin pencuci dan pengering
menyebabkan pekerja harus membungkuk di daerah lumbal tulang belakang. Hal ini
dapat menyebabkan musculoskeletal disorder dengan gejala berupa myalgia. Sebuah
studi yang dilakukan oleh Lloyd, tercantum bahwa postural stres dan pekerjaan yang
mendekati batas kekuatan kerja adalah dua dari tiga penyebab paling umum dari sakit
pada otot daerah punggung. Sebuah survei yang dilakukan di Australia telah melaporkan
bahwa di laundry, 19% dari manajer OHS dan 24% dari pekerja sepakat bahwa bergerak
dan menyortir linen adalah tugas yang paling berbahaya sehubungan dengan tugas-tugas
manual yang dapat menyebabkan musculoskeletal disorder seperti myalgia dan low back
pain (Kumar, 2014).
Low back pain (LBP) merupakan salahsatu gangguan muskuloskletal
yangdisebabkan olehaktivitas tubuh yangkurang baik. Low Back Pain (LBP),
disebabkan karena posisi kerja yang tidak benar/tidak ergonomis (seperti jongkok,
membungkuk) terutama padaproses pencucian. Banyak faktor yang menyebabkan nyeri
pinggang bawah ini, antara lain posisi berdiri yang terlalu lama dan janggal, kesalahan
postur sewaktu mengangkat beban berat, serta posisi duduk yang terlalu lama. Gaya
berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan berjalan dapat mengakibatkan
rasa nyeri pada punggung/pinggang dan dapat menimbulkan komplikasi pada bagian
tubuh yang lain, misalnya genu valgum, genu varum, coxa valgum dan sebagainya.
Beberapa pekerjaan yang mengharuskan berdiri dan duduk dalam waktu yang lama juga
dapat mengakibatkan terjadinya LBP (Panjabi, 2003). Selain itu suatu gerakan yang
sama yang dilakukan terus menerus mengakibatkan otot kaku. Adanya spasme otot ini
dapat menimbulkan rasa nyeri. Apabila berdiri secara terusmenerus dapat
menyebabkan tekanan pada bantalan saraf tulang belakang yang mengakibatkan hernia
nukleus pulposus (HNP) (Perdani, 2010).
Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut bawah kosta
(tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri juga bisa menjalar ke
daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal paha LBP atau nyeri punggung
bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas
tubuh yang kurang baik (Samara, 2004). Nyeri pinggang dapat diatasi dengan
pemberiaan obat-obatan, istirahat dan modalitas, pemberiaan obat anti inflamasi non
steroid diperlukan untuk jangka waktu pendek. Tidak dianjurkan penggunaan muscle
relaxant karena memiliki efek depresan (Van, 2004).
Hal yang sering terjadi di bagian laundry adalah musculoskeletal injuries.
Musculosceletal injuries adalah cedera atau gangguan dari jaringan lunak, yang
termasuk tendon, ligamen, pembuluh darah, dan saraf atau jaringan lunak yang lain.
timbul akibat paparan faktor risiko seperti postur yang tidak sempurna, gerakan
berulang, dan pengerahan tenaga pada beban yang berlebihan. Cedera ini dapat bersifat
akut maupun kumulatif. Gejalanya dapat berupa nyeri, kelemahan, kesemutan,
gangguan tidur, pembengkakan, mati rasa, nyeri tanpa sebab, dan kesulitan melakukan
tugas atau memindahkan bagian-bagian tertentu dari tubuh. Derajat musculoscletal
injuries:
4. Stage 1: ketidaknyamanan ringan, timbul saat bekerja, namun menghilang ketika tidak
bekerja. Tidak mempengaruhi pekerjaan atau kehidupan sehari-hari. Sepenuhnya
reversibel.
5. Stage 2: Nyeri hadir saat bekerja dan menetap ketika tidak bekerja. Dapat diredakan
dengan mengkonsumsi obat penghilang rasa sakit. Mulai mempengaruhi pekerjaan dan
tugas sehari-hari. Sepenuhnya reversibel.
6. Stage 3: Nyeri hadir sepanjang waktu dan mempengaruhi kerja. Mulai tidak dapat
menyelesaikan tugas sehari-hari yang sederhana. Irreversibel, dapat disembuhkan namun
tidak sembuh total (Worksafe, 2010).
Myalgia juga sering dialami para pekerja di bagian laundry. Beberapa pekerja
membawa beban secara berlebihan pada trolly barang. Sehingga mereka harus
menyesuaikan posisi agar mampu mendorong beban tersebut. Ini dipraktekkan untuk
mempercepat pekerjaan dan menghemat waktu. Ketinggian mesin pencuci dan pengering
menyebabkan pekerja harus membungkuk di daerah lumbal tulang belakang. Hal ini
dapat menyebabkan musculoskeletal disorder dengan gejala berupa myalgia. Sebuah
studi yang dilakukan oleh Lloyd, tercantum bahwa postural stres dan pekerjaan yang
mendekati batas kekuatan kerja adalah dua dari tiga penyebab paling umum dari sakit
pada otot daerah punggung. Sebuah survei yang dilakukan di Australia telah melaporkan
bahwa di laundry, 19% dari manajer OHS dan 24% dari pekerja sepakat bahwa bergerak
dan menyortir linen adalah tugas yang paling berbahaya sehubungan dengan tugas-tugas
manual yang dapat menyebabkan musculoskeletal disorder seperti myalgia dan low back
pain (Kumar, 2014).
DERMATITIS
DKI merupakan reaksi peradangan non imunologik pada kulit yang disebabkan
oleh kontak dengan faktor eksogen maupun endogen.Faktor eksogen berupa bahan-
bahan iritan (kimiawi, fisik, maupun bilogik) dan faktor endogen (genetik, usia, jenis
kelamin, riwayat atopi, ras) memegang peranan penting pada penyakit ini (Wolff et al,
2012). Bahan-bahan iritan seperti bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam, alkali,
dan serbuk kayu. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah lama kontak, frekuensi, adanya
oklusi menyebabkan kulit lebih permeabel, factor gesekan, trauma, suhu, dan
kelembapan. Pada DKI, pajanan pertama terhadap iritan telah mampu menyebabkan
respons iritasi pada kulit. Sel T memori tidak berperan dalam timbulnya DKI. Terdapat
empat mekanisme utama yang saling berinteraksi dalam kejadian DKI: kehilangan lipid
dan substansi pengikat air epidermis, kerusakan membran sel, denaturasi keratin pada
epidermis, dan efek sitotoksik langsung. Telah dibuktikan bahwa sistem imun
nonspesifik berperan dalam patogenesis DKI. Pajanan terhadap iritan menyebabkan
reaksi inflamasi berupa vasodilatasi dan infiltrasi sel pada dermis dan epidermis akibat
pelepasan sitokin proinflamatorik IL-1 sebelum terjadi kerusakan kulit. Sel-sel yang
berperan dalam proses ini adalah keratin, makrofag, netrofil, eosinofil, dan sel T nave.
Gambaran histologis respons inflamasi DKI berupa spongiosis dan pembentukan
mikrovesikel.Dermatitis kontak merupakan respons kulit terhadap kontak dengan faktor
luar, dalam hal ini iritan dan alergen. Iritan merupakan senyawa kimia, bahan biologik,
pajanan suhu tinggi, maupun tekanan/trauma fisik yang dapat menyebabkan disintegrasi
membran atau mengganggu proses metabolik pada dermis dan epidermis. Umumnya
iritan merupakan molekul yang berukuran kecil. Iritan harus mampu melakukan
penetrasi pada stratum korneum, kemudian mencapai lapisan hidup dari epidermis yang
menyebabkan respons inflamasi diperantarai sistem imun nonspesifik. Iritan yang sering
ditemui sehari-hari berupa: suhu tinggi, kelembaban, gesekan, deterjen, asam dan alkali,
pelarut organik, garam organik ( Sulistyaningrum et al, 2011)
MIALGIA
Mialgia atau nyeri otot adalah suatu keadaan dimana badan terasa pegal-pegal.
Nyeri otot paling sering dihubungkan dengan ketegangan atau kerja otot yang
berlebihan, serta cedera otot dari latihan atau pekerjaan yang mengandalkan fisik.
Dalam kondisi ini, rasa sakit mengenai otot-otot tertentu dan terjadi selama atau setelah
aktivitas. Penyebab mialgia yang paling sering antara lain: cedera atau trauma termasuk
keseleo atau terkilir; kerja yang berlebihan: menggunakan otot terlalu banyak, terlalu
cepat dan terlalu sering; ketegangan atau stres (White, 2008). Untuk nyeri otot karena
kerja yang berlebihan atau karena cedera, dapat diatasi dengan mengistirahatkan bagian
tubuh atau otot yang sakit dan meminum acetaminophen atau ibuprofen. Kompres
dengan es 24 - 72 jam pertama setelah cedera untuk mengurangi rasa sakit dan
peradangan. Nyeri otot karena kerja berlebihan dan fibromyalgia sering berespon baik
dengan pemijatan. Latihan peregangan secara perlahan setelah istirahat yang lama juga
dapat membantu (Kompier, 2008).
Myalgia dapat dicegah dengan cara:
Pemanasan sebelum berolahraga atau beraktivitas fisik yang berat, dan
pendinginan sesudahnya.
Peregangan sebelum dan setelah berolahraga atau beraktivitas fisik yang
berat.
Minum yang cukup sebelum, selama, dan setelah berolahraga atau
beraktivitas fisik yang berat.
Jika bekerja di posisi yang sama sepanjang hari (seperti duduk di depan
komputer), maka lakukan peregangan setidaknya satu jam sekali (Vorvick,
2013).
HEAT STROKE
Dehidrasi dapat terjadi, mengingat cuaca di kota Kediri cukup panas.Paparan
panas yang berlebihan dapat mengakibatkan kelelahan panas dan heat stroke. Pada suhu
tinggi, tubuh beredar dalam jumlah besar darah ke kulit dalam upaya untuk
menghilangkan panas melalui keringat. Akibatnya, kurang darah ke organ-organ vital
tubuh termasuk otak. Panas kelelahan dapat menyebabkan pusing, penglihatan kabur,
mual, dan akhirnya runtuh. Jika tidak segera diobati, dengan menurunkan suhu tubuh
seseorang, seseorang yang menderita kelelahan panas bisa menderita kerusakan
otak.Bahkan lebih serius daripada kelelahan panas. Selama serangan panas tubuh
berhenti berkeringat, sehingga mustahil untuk mengusir panas. Suhu tubuh akan naik ke
tingkat tinggi yang berbahaya dalam waktu singkat dan menyebabkan kematian. Pekerja
dapat terkena panas yang berlebihan dari bekerja di daerah laundry. Paparan panas yang
berlebihan dapat menyebabkan kelelahan panas, heat stroke, dan kematian mungkin
(OSHA, 2014).
Solusi yang memungkinkanpraktik kerja yang baik termasuk mendidik dan
pelatihan karyawan dan supervisor untuk mendeteksi tanda-tanda awal dari penyakit
yang berhubungan dengan panas dan memiliki pekerja pertolongan pertama yang
tersedia untuk mengenali dan mengobati penyakit ini. Kenali tanda-tanda pertama dari
kelelahan panas (misalnya, pusing, kelemahan, penglihatan kabur, mual) dan segera
mengambil tindakan untuk menurunkan suhu tubuh karyawan untuk mencegah
perkembangan gejala. Pekerja menderita kelelahan panas harus dijauhkan dari
lingkungan yang panas dan segera diberi air dingin untuk diminum. Berbaring dan
mengangkat kaki mereka. Jika orang tersebut tidak merasa lebih baik dalam beberapa
menit meminta bantuan gawat darurat. Gejala heat stroke adalah sakit kepala parah,
kebingungan mental, kehilangan kesadaran, memerah wajah, dan panas, kulit kering,
tanpa berkeringat. Jika seseorang telah berhenti berkeringat, segera menghubungi
tenaga medis. Jika seorang pekerja menunjukkan tanda-tanda kemungkinan heat stroke,
perawatan medis profesional harus diperoleh segera. Pekerja harus ditempatkan dalam
pendingin, berventilasi dan pakaian luar harus dihapus. Kulit pekerja harus basah dan
pergerakan udara di sekitar pekerja harus ditingkatkan untuk meningkatkan pendinginan
evaporative sampai metode profesional pendinginan yang diprakarsai dan keseriusan
kondisi dapat dinilai. Cairan harus diganti sesegera mungkin. Hasil medis dari sebuah
episode dari heat stroke tergantung pada kebugaran fisik korban dan waktu dan
efektivitas pertolongan pertama dan perawatan medis. Dengan demikian di bagian
laundry perlu adanya ventilasi umum dan ventilasi pembuangan lokal pada titik-titik
produksi panas tinggi. Spot kipas pendingin. Melindungi dari panas radiasi. Alat
pendinginan dan AC, pakaian pelindung dan peralatan. Menyediakan banyak air
minum. Acclimatize, atau secara bertahap memperkenalkan karyawan dengan
lingkungan yang panas, karena tubuh secara bertahap membangun toleransi terhadap
suhu tinggi. Proses ini biasanya memakan waktu hingga 2 minggu. Mendorong
karyawan untuk memakai cahaya, longgar, pakaian berbahan katun. Pertimbangkan
kondisi fisik karyawan dan mengakui bahwa pekerja yang lebih tua atau obesitas dan
personil pada beberapa jenis obat memiliki risiko lebih besar. Mendorong karyawan
untuk menghindari menggunakan kafein dan minuman beralkohol saat bekerja di
lingkungan panas. Minuman ini membuat tubuh kehilangan air dan meningkatkan risiko
penyakit panas. Perlu adanya waktu istirahat. Diperlukan monitor suhu, kelembaban dan
tanggapan pekerja untuk memanaskan setidaknya per jam (OSHA, 2014).
2. Lingkungan Kerja
Permasalahan pada bagian laundry adalah tidak adanya kursi yang ergonomis untuk
karyawan di bagian peyetrikaan dan di bagian pencucian, diharapkan dengan adanya kursi
yang ergonomis dapat meminimalkan penyakit akibat kerja.
Menyediakan tempat khusus untuk membedakan antara linen infeksius dan linen non
infeksius untuk mengurangi infeksi di rumah sakit.
3. Kondisi Karyawan
Hendaknya dilakukan penambahan jumlah karyawan agar dapat dilakukan
pembagian tugas yang sesuai, sehingga beban kerja dapat berkurang. Kurangnya jumlah
karyawan juga dapat menimbulkan masalah yang nantinya berhubungan dengan penyakit
akibat kerja, karena seringnya paparan terhadap zat-zat iritan serta penyakit akibat kerja
lainnya.
Sebaiknya juga agar pekerja memperoleh vaksin Hepatitis B agar para karyawan
tidak lagi cemas akan penularan penyakit tersebut. Hal ini tentunya sangat diperlukan
terkait terhadap perlindungan terhadap para pekerja, karena kontak dengan limbah yang
sangat infeksius dimana dapat tertular penyakit-penyakit tersebut.
4. Kebijakan Manajemen
Rumah Sakit juga sebaiknya mensosialisasikan mengenai undang-undang yang
mengatur perlindungan kesehatan kerja, dan mewajibkan seluruh karyawan untuk
mentaati peraturan. Memberikan reward kepada karyawan yang berprestasi dan
memberikan sangsi kepada karyawan yang tidak menaati peraturan. Meninjau kembali
Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Instalasi Laundry Rumah Sakit dengan
menyesuaikan lingkungan kerja di instalasi laundry
Penanganan kesehatan kerja dapat dilakukan melalui upaya pelayanan kesehatan
dengan memperhatikan pencegahan, yaitu:
a. Pencegahan primer, meliputi Health promotion dan Specific protection, dengan
cara:
Memberikan penyuluhan mengenai pentingnya penggunaan APD
Penyuluhan mengenai penyakit-penyakit yang ditimbulkan akibat pekerjaan
(LBP, Myalgia, DKI, Luka Bakar, dan Penyakit Infeksi) diantaranya
mengenai bahaya dan bagaimana mencegah agar meminimalkan risiko terkena
penyakit akibat kerja.
Penyuluhan mengenai posisi ergonomis saat mengambil barang, mendorong,
dan posisi duduk
Rutin dalam mengontrol kesehatan di puskesmas atau rumah sakit terdekat,
untuk pencegahan dini terhadap penyakit yang mungkin disebabkan oleh
pekerjaan.
b. Pencegahan sekunder
Bila ada keluhan atau terjadi kecelakan kerja agar segera melakukan pengobatan ke
fasilitas kesehatan terdekat untuk mencegah timbulnya kecacatan.
c. Pencegahan tersier
Bagi karyawan yang mengalami penyakit akibat kerja disarankan untuk pindah
tugas, dan juga RS dapat menambah jumlah karyawan sehingga dapat menambah
jam beristirahat dan mengurangi paparan terhadap zat kimia yang ada dalam
instalasi laundry,
Rumah Sakit juga sebaiknya mensosialisasikan mengenai undang-undang
yang mengatur perlindungan kesehatan kerja, dan mewajibkan seluruh karyawan
untuk mentaati peraturan. Memberikan reward kepada karyawan yang berprestasi
dan memberikan sangsi kepada karyawan yang tidak menaati peraturan. Meninjau
kembali Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Instalasi Laundry Rumah
Sakit dengan menyesuaikan lingkungan kerja di instalasi laundry.