Anda di halaman 1dari 5

Jenis-Jenis Penyakit Cacing

1. Ascariasis: mebendazol, albendazol, pirantel dan piperazin


Ascaris lumbricoides atau cacing gelang panjangnya 10-15 cm dan biasanya
bermukim dalam usus halus. Kira-kira 25% dari seluruh penduduk dunia terinfeksi cacing ini,
terutama di negara tropis (70-90%). Cacing betina mengeluarkan telur dalam jumlah yang
sangat banyak, sampai 200.000 telur sehari yang dikeluarkan dalam tinja. Penularan terjadi
melalui makanan yang terinfeksi oleh telur dan larvanya ( panjangnya kira-kira 0.25 mm)
yang berkembang dalam usus halus. Larva ini menembus dinding usus, melalui hati untuk
kemudian ke paru-paru. Setelah mencapai tenggorok, lalu larva ditelan untuk kemudian
berkembangbiak menjadi cacing dewasa di usus halus. Jumlahnya dapat menjadi demikian
besar hingga bisa menimbulkan penyumbatan, juga komplikasi seperti ileus, appendicitis,
dan pancreatitis.
Pengobatan. Obat pilihan pertama adalah mebendazol, albendazol dan pirantel.
Sering kali kur harus diulang dengan kur kedua, karena tidak semua cacing telurnya dapat
dimusnahkan pada tahap pertama. Anggota keluarga juga mungkin merupakan pembawa
kista dan sebaiknya juga diobati.
2. Oxyuriasis: mebendazol, albendazol, pirantel dan piperazin.
Enterobius vermicularis (dahulu disebut Oxyuris) atau cacing kermi yang biasanya
terdapat dalam coecum, menimbulkan gatal di sekitar dubur (anus) dan kejang hebat pada
anak-anak. Adakalanya infeksi ini mengakibatkan radang umbai-usus buntu akut
(appendicitis).
Pada wanita cacing ini bisa merambat kesaluran genital dan seterusnya ke rongga
perut sehingga memungkinkan timbulnya salpingitis atau peritonitis. Penularan pada anak
kecil sering kali terjadi dengan jalan auto-reinfeksi, yakni melalui telur yang melekat pada
jari-jari sewaktu menggaruk daerah dubur yang dirasakan sangat gatal dan dengan demkian
memungkinkan terjadinya infeksi sekunder. Penyebabnya adalah cacing betina yang
panjangnya 8-13 mm, keluar dari dubur antara jam 8-9 malam untuk bertelur di kulit
sekitar dubur.
Infeksi cacing kermi adalah infeksi cacing satu-satunya yang penularannya
berlangsung dari orang ke orang, sehinnga semua anggota keluarga harus serentak diobati
pula, walaupun mereka tidak menunjukkan gejala apapun. Soalnya adalah karena cacing
betina baru meletakkan telurnya antara 3-6 minggu setelah infeksi.
Pengobatan. Mebendazol, albendazol dan pirantel tidak mematikan
telurnya,sehingga setelah dua minggu cacing yang menetas harus dimatikan oleh kur kedua.
Piperazin dalah pilihan obat kedua.
3. Taeniasis: praziquantel, niklosamida.
Cacing pita yang pilang umum terdapat adalah Taenia solium dan T. Saginata yang
banyak terdapat pada masing-masing babi dan sapi, juga ikan. Penularannya terjadi karena
memakan daging yang dimasak belum cukup lama dan masih mengandung larva. Cacing
dewasa yang berkembang dalam usus, berbentuk seperti pita bersegmen. T. saginta dapat
mencapai panjang sampai 10 m, sedangkan T. solium lebih pendek, sampai 6 m.
Taenia sukar sekali dibasmi karena kepalanya (scolex) yang relatif kecil dibenamkan
ke dalam selaput lendir usus hingga tidak bersentuhan dengan obat. Bagian cacing (segmen,
proglotida) yang bersentuhan dengan obat dan telah dimatikan, dilepaskan dari scolex yang
kemudian membuat segmen-segmen baru (regenerasi). Segmen dan telurnya dapat dikenali
dalam tinja, tetapi scolexnya pada umumnya sudah dicernakan oleh getah usus. Penularan
terjadi bila telur yang dikeluarkan dengan tinja, dimakan oleh tuan rumah-antara (hewan) dan
kemudian berkembang menjadi larvae. Larvae ini menembus dinding usus dan menyebar ke
berbagai jaringan tubuh antara lain jaringan subkutan, otot dan bahkan ke otak. Di situ larvae
(khusus dari T.solium) dapat berkembang menjadi cysticerci, ialah kista dengan kista dengan
ukuran 0.5-1 cm yang mengandung scolex cacing dewasa. Manusia makan kista ini melalui
daging terinfeksi yang dimasak kurang matang, di lambung parasit keluar dari kistanya dan
dalam usus halus menjadi cacing dewasa. Diagnosanya dilakukan dengan deteksi proglotida
atau telur dalam tinja. Kista yang yang berada di dalam otak dapat dideteksi melalui CT atau
MRI scan.
Gejala umumnya. Infeksi dengan cacing dewasa umunya tak menimbulkan gejala
(asimtomatis), jarang sekali anemia, radang usus buntu atau radang pankreas.
Pengobatan. Obat pilihan pertama terhadap infeksi Tenia adalah praziquentel (10
mg/kg single dose) atau niklosamida (2 x 1 g dengan selingan waktu 2 jam). Pemberian suatu
laksan sesudahnya dianggap tidak perlu.
4. Ancylostomiasis: mebendazol dan albendazol.
Ada dua jenis cacing tambang, yakni Necator americanis yang terutama terdapat di
Amerika dan Ancylostoma duodenale yang terdapat di daerah tropis/subtropis dan
panjangnya 10 mm. Cacing ini disebut cacing tambang atau cacing terowongan
(penyebab tunnel disease) karena terdapat di daerah tambang dan terowongan di gunung.
Penularannya terjadi oleh larva yang memasuki kulit kaki yang terluka dan menimbulkan
reaksi lokal. Setelah memasuki vena, larva menuju ke paru-paru dan bronchi, akhirnya ke
saluran cerna. Seperti Taenia cacing tambang juga mengaitkan diri pada mukosa usus dan
menghisap darah tuan-rumah hingga menimbulkan anemia yang cukup serius.
Pengobatannya. Diarahkan pada dua tujuan, yakni memperbaiki gambaran darah
(makanan yang bergizi dan senyawa besi) dan membrantas cacing. mebendazol dan pirantel
merupakan pilihan obat pertama, yang sekaligus juga dapat membasmi cacing gelang bila
terjadi infeksi campuran.
5. Strongyloidiasis: tiabendazol, ivermectin, albendazol.
Strongyloidiasis stercoralis atau cacing benang sering kali terdapat di daerah tropis
dan subtropis. Penularannya lewat larva yang berbentuk benang yang menembus kulit. Larva
ini dapat dikenal dalam tinja tetapi tidak mengandung telurnya. Berhubung terjadinya auto-
reinfeksi, maka cacing dapat bertahan puluhan tahun lamanya di mukosa bagian atas usus
halus. Di tempat ini cacing merusak jaringan dan menimbulkan raksi radang. Gejalanya yang
khas adalah gatal hebat (urticaria) di bagian bokong yang bersifat sementara, juga gangguan
perut dan iritasi saluran pernapasan (batuk,engap) akibat migrasi cacing.
Pengobatan. Tiabendazol dan ivermectin merupakan obat pilihan pertama terhadap
cacing benang; albendazol juga efektif.
6. Trichiuriasis: mebendazol, pirantel, albendazol.
Trichiuris trichiura atau cacing cambuk umumnya terdapat di negara beriklim panas
dan lembab. Dalam tubuh manusia biasanya cacing cambuk terdapat dalam coecum dan
bermukim di mukosa ileum dan colon, dengan menimbulkan kerusakan dan peradangan.
Telurnya dikeluarkan dalam tinja dan dapat di deteksi untuk keperluan diagnosa. Telur dapat
berkembang di tanah. Penularannya terjadi melalui makanan dan air yang terinfeksi.
Gejalanya: pada anak kecil dapat mengakibatkan appendicitis akut. Akibat
kehilangan darah juga dapat timbul anemia. Pengobatan efektif dengan mebendazol,
pirantel dan albendazol.
7. Filariasis: dietilkarbamazin (DEC), Hetrazan.
Wucheria bancrofti atau cacing benang merupakan nematoda dari famili Filaria, yang
menimbulkan penyakit tropis elephantiasis (kaki gajah) atau filariasis Bancrofti. Cacing ini
terdapat antara lain di Afrika Tengah, Amerika Selatan, India, dan negara tropis lainnya,
begitu pula di Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Vietnam dan China Selatan).
Menimbulkan radang pembuluh limfa (lymphangitis) disusul dengan penyumbatan oleh
cacing dewasa (panjangnya 8-10 cm). Akibatnya adalah hipertrofi dari jaringan sel, terutama
dibagian kaki yang dapat membesar sampai diameter 30 cm, makanya disebut kaki gajah.
Penularannya ke manusia terjadi melaui tuan rumah antaranya: yaitu nyamuk Culex fatigans
yang menyengat pada waktu malam.
Pengobatan: Obat utama terhadap infeksi ini adalah dietilkarbamazin, khususnya
bila diberikan pada waktu dini. Kadangkala diperlukan pembedahan untuk memperbaiki
penyaluran getah bening dan membuang jaringan yang berlebihan.
8. Schistosomiasis: praziquentel.
Schistosoma haematobium merupakan cacing pipih yang tidak bersegmen dan
terdapat di Amerika Selatan, Negara Arab, Afrika, China, dan beberapa negara Asia, antara
lain Indonesia (S.japonicum). Cacing ini merupakan penyebab penyakit schistosomiasis atau
bilharziasis yang ditularkan melaui sejenis keong pembawa larvanya. Setelah berkembang
parasit ini menembus kulit manusia dan memasuki peredaran darah. Di beberapa bagian
dunia schistosomiasis merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang disebarkan
melalui mandi di air yang terinfeksi.
Penularan terjadi oleh cercariae dengan bentuk khas yang dilepaskan ke dalam air
oleh tuan ruamah antaranya (keong), yang kemudian menembus kulit atau selaput lendir
manusia. Siklus seksualnya terjadi di dalam tubuh manusia dengan pembentukan banyak
telur, yang dikeluarkan lewat tinja atau urin. Di dalam air larva keluar dari telur dan menulari
keong, yang kemudian memproduksi puluhan ribu cercariae.
Terapi. Obat pilihan pertama adalah praziquentel terhadap semua jenis
schistosomiasis yang menyerang manusia.
Tabel. Antelmintika yang digunakan pada berbagai jenis infeksi cacing.
Obat Terpilih Pilihan Kedua
Ascaris (gelang) meb pir alb pip lev
Oxyuris (kermi) meb pir pip
Taenia (pita) nik pra alb meb
Necator (tambang) meb alb pir lev
Strongyl. (benang) alb meb
Trichuris (cambuk) meb pir alb
Filaria (benang) dietilkarbamazin -
Bilharzia pra -
echinococcus meb - alb
meb = mebendazol pip = piperazin ivr = ivermectin
pir = pirantel lev = levamisol
alb = albendazol pra = praziquentrel nik = niklosamida

Anda mungkin juga menyukai