Anda di halaman 1dari 9

ANTELMINTIK

Antelmintika atau obat cacing adalah obat yang dapat memusnahkan cacing dalam tubuh
manusia dan hewan. Dalam istilah ini termasuk semua zat yang bekerja local menghalau cacing
dari saluran cerna maupun obat-obat sistemik yang membasmi cacing sertalarvanya yang
menghinggapi organ dan jaringan tubuh. Obat-obat yang tidak di resorpsi lebih diutamakan
untuk cacing di dalam rongga usus agar kadar setempat setinggi mungkin, lagi pula karena
kebanyakan antelmintika juga bersifat toksis bagi tuan rumah. Sebaliknya, terhadap cacing yang
dapat menembus dinding usus dan menjalar kejaringan dan organ lain, misalnya cacing gelang,
hendaknya di gunakan obat sistemik yang justru diresopsi baik ke dalam darah hingga mencapai
jaringan.

PENYAKIT CACING

Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan
menjangkiti lebih dari 2 miliar manusia di seluruh dunia, walaupun tersedia obat-obat baru yang
lebih spesifik dengan kerj lebih efektif, pembasmian penyakit cacing masih tetap merupakan
suatu masalah a.1. disebabkan oleh kondisi sosial-ekonomi di beberapa bagian dunia. Jumlah
manusia yang dihinggapinya juga semakin bertambah akibat migrasi , lalu-lintas dan
kepariwisataan udara. Proyek-proyek irigasi untuk meningkatkan agrikultur dapat pula
menyebabkan perluasan kemungkinan infeksi. Misalnya schistomiasis (bilharziasi), penyakit ini
berkembang karena timbulnya kondisi yang menunjang pengembangan keong-keong, yang
menjadi tuan rumah antara bagi cacing schistosoma.

Pada umunya cacing jarang menimbulkan penyakit serius, tetapi dapat menyebabkan
gangguan kesehatan kronis yang merupakan suatu factor ekonomi sangat penting. Di negara
berkembang termasuk Indonesia, penyakit cacing adalah penyakit rakyat umum yang sama
pentingnya dengan misalnya malaria atau TBC infeksinyapun dapat terjadi simultan oleh
bebrapa jenis cacing sekaligus.

PENULARAN

Ifeksi cacing umunya terjadi melaui mulut, adakalanya langsung melalui luka di kulit (cacing
tambang benang) atau lewat telur (kista) atau larvanya, yang ada dimana-mana diatas tanah.
Terlebih pula pembuangan kotoran (tinja) dilakukan dengan sembarangan (sisitem roil terbuka)
dan tidak memenuhi persyaratan higiene. Terutama anak kecil yang lazimnya belum mengerti
azaz higiene, mudah sekali terkena infeksi. Tergantung dari jenisnya, cacing tetap bermukim
dalam seluruh cerna atau berpenetrasi ke jaringan. Jumlah cacing merupakan factor menentukan
apakah orang menjadi saki atau tidak.

Diagnosis . prosedur esensial untuk mendiaknosa infeksi cacing adalah melalui


pemeriksaan mikroskopis dari telur larvanya dalam tinja, urin, darah dan jaringan. Penentuan ini
adalah penting sekali karena daya kerja obat cacing kebanyakan tergantung dari jenis parasitnya.

PENCEGAHANNYA

Tindakan umum yeng perlu dilakukan adalah menaati aturan higiene dengan tegas dan
konsekuen, terutama oleh anak-anak. Yang terpenting diantaranya adalah selalu mencuci tangan
sebelum makan atau sebelum mengolah bahan-bahan makanan. Jangan, memakan sesuatu yang
telah jatuh di tanah tanpa mencucinya terlebih dahuku dengan bersih. Dengan demikian infeksi
melalui mulut yang sering terjadi, dapat dihindarkan. Selanjutnya untuk pemberantasan infeksi
cacing perlu diambil tindakan higieni umum yang mencakup perbaikan perumahan, lingkungan
hidup dan sosial ekonomi.

JENIS CACING

cacing yang merupakan parasit manusia dapat dibagi dalam dua kelompok, yakni cacing pipih
dan cacing bundar.

1. Plathelminthes (flatworms): Cestoda dan Trematoda .

Ciri-ciri cacing ini adalah bentunya yang pipih dan tidak memiliki rongga tubuh.

a. Cacing pita (Cestoda): Taenia, Echinococcus, Hymenolepsis, dll


Parasit ini memiliki kelamin ganda (Hermafrodit), berbentuk pita yang bersegmen, dan tidak
memiliki saluran cerna. Echinococcus memiliki tuan-rumah tetap (anjing) dan larvanya
membentuk kista di organ dalam.
b. Cacing pipih (Trematoda): Schistosoma, Fasciola dll
Umumnya cacing ini berbentuk seperti daun dan juga bersifat hermafrodit, kecuali spesies
schistosoms ysng berbentuk lebih memanjang dan memiliki kelamin terpisah. Schistosoma
(bilharzia) ditulari oleh bentuk aktifnya (cerariae). Fasciola (cacing hati) khusus terdapat
pada domba dan menimbulkan a.1. pembesaran hati, jarang sekali menulari manusis. Infeksi
cacing ini dinamakan masing-masing (bilharziasis) dan fascioliasis.
2. Nematoda (roundworms): Oxyuris, Ascaris, Ancylostoma, Strogyloides, Trichuris.

Infeksi dengan cacing ini dinamakan masing-masing Oxyuriasis (cacing kermi), ascaris
(cacing gelang), ancylostomiasis (cacing tambang), strongyloidiasis dan trichuriaris (cacing
cambuk). Infeksi dapat terjadi melalui telur, larva atau cacingnya sendiri, melalui mulut atau
langsung melalui kulit.

Cirri-cirinya: bertubuh bulat, tidak bersegmen, memiliki rongga tubuh dengan saluran
cerna nyata dan kelamin terpisah. ISiklus hidup cacing ini cukup komples dan sering kali
membutuhkan tuan rumah antara sebelum terjadi perkembangan dari telur hingga cacing dewasa.
Pada manusia, tergantung jenisnya, cacing tetap bermukim dalam saluran cerna atau menembus
hingga jaringan. Untuk penyakit, cara infeksi, penyebaran dan pengobatanya, lihat label berikut.

Penyakit yang ditimbulkan oleh infeksi cacing.

C= cestoda (cacing pita) N= nematode (cacing gelang)

Penyakit dan parasit Lokasi di Cara Penyebaran pengobatan


tubuh penularan geografis

Ascaris Unsur halus; Makanan / Seluruh Piperazin


tanah dunia; sangat thiabendazol
Ascaris lumbricoides Larva melalui
terinfeksi tinja umum
(N) paru-paru
dg telur

(cacing gelang biasa) cacing.

Enterobiasis Coecum, Anal-oral, Seluruh dunia Piperazin


colon auto-infeksi pyrvinum
E, vermicularis (N)
pamoat
cacing kermi
Filiariasis Wucheria Simpul limfe, Gigitan Daerah tropis dietilkarbamazin
bancrofti (N) mikrifilaria nyamuk dan subtropis
dalam darah.

Hookworms Usus halus; Melalui kulit, Daerah tropis Befenium


Ancylostoma duodenale larva via tanah yg tetrakloretilen.
Necator americanus paru terinfeksi thiabendazol

Strongiloidiasis Duodenum, Melalui kulit Seluruh dunia Thiabenzol,


Strongyl.stercoralis (N) jejunum; pyruvinum
larva via kulit pamoat
paru

Taeniasis (cacing pita) Usus halus Daging mentah Seluruh dunia Niklosamida,
Tengia saginata/solium quinakrin

Trichinosis Trichinella Larva dalam Daging mentah Seluruh dunia thiabendazol


spiralis (N) otot

Thicuriasis Coecum, Tanah yang Seluruh Heksolresorsinol


colon terinfeksi tinja cdunia thiabendazol
Trichuiris trichuria (N)
dengan telur
Cacing cambuk
cacing

Jenis-Jenis Penyakit Cacing

1. Ascariasis: mebendazol, albendazol, pirantel dan piperazin


Ascaris lumbricoides atau cacing gelang panjangnya 10-15 cm dan biasanya bermukim
dalam usus halus. Kira-kira 25% dari seluruh penduduk dunia terinfeksi cacing ini, terutama di
negara tropis (70-90%). Cacing betina mengeluarkan telur dalam jumlah yang sangat banyak,
sampai 200.000 telur sehari yang dikeluarkan dalam tinja. Penularan terjadi melalui makanan
yang terinfeksi oleh telur dan larvanya ( panjangnya kira-kira 0.25 mm) yang berkembang dalam
usus halus. Larva ini menembus dinding usus, melalui hati untuk kemudian ke paru-paru. Setelah
mencapai tenggorok, lalu larva ditelan untuk kemudian berkembangbiak menjadi cacing dewasa
di usus halus. Jumlahnya dapat menjadi demikian besar hingga bisa menimbulkan penyumbatan,
juga komplikasi seperti ileus, appendicitis, dan pancreatitis.
Pengobatan. Obat pilihan pertama adalah mebendazol, albendazol dan pirantel. Sering
kali kur harus diulang dengan kur kedua, karena tidak semua cacing telurnya dapat dimusnahkan
pada tahap pertama. Anggota keluarga juga mungkin merupakan pembawa kista dan sebaiknya
juga diobati.
2. Oxyuriasis: mebendazol, albendazol, pirantel dan piperazin.
Enterobius vermicularis (dahulu disebut Oxyuris) atau cacing kermi yang biasanya
terdapat dalam coecum, menimbulkan gatal di sekitar dubur (anus) dan kejang hebat pada anak-
anak. Adakalanya infeksi ini mengakibatkan radang umbai-usus buntu akut (appendicitis).
Pada wanita cacing ini bisa merambat kesaluran genital dan seterusnya ke rongga perut
sehingga memungkinkan timbulnya salpingitis atau peritonitis. Penularan pada anak kecil sering
kali terjadi dengan jalan auto-reinfeksi, yakni melalui telur yang melekat pada jari-jari sewaktu
menggaruk daerah dubur yang dirasakan sangat gatal dan dengan demkian memungkinkan
terjadinya infeksi sekunder. Penyebabnya adalah cacing betina yang panjangnya 8-13 mm,
keluar dari dubur antara jam 8-9 malam untuk bertelur di kulit sekitar dubur.
Infeksi cacing kermi adalah infeksi cacing satu-satunya yang penularannya berlangsung
dari orang ke orang, sehinnga semua anggota keluarga harus serentak diobati pula, walaupun
mereka tidak menunjukkan gejala apapun. Soalnya adalah karena cacing betina baru meletakkan
telurnya antara 3-6 minggu setelah infeksi.
Pengobatan. Mebendazol, albendazol dan pirantel tidak mematikan telurnya,sehingga
setelah dua minggu cacing yang menetas harus dimatikan oleh kur kedua. Piperazin dalah pilihan
obat kedua.
3. Taeniasis: praziquantel, niklosamida.
Cacing pita yang pilang umum terdapat adalah Taenia solium dan T. Saginata yang
banyak terdapat pada masing-masing babi dan sapi, juga ikan. Penularannya terjadi karena
memakan daging yang dimasak belum cukup lama dan masih mengandung larva. Cacing dewasa
yang berkembang dalam usus, berbentuk seperti pita bersegmen. T. saginta dapat mencapai
panjang sampai 10 m, sedangkan T. solium lebih pendek, sampai 6 m.
Taenia sukar sekali dibasmi karena kepalanya (scolex) yang relatif kecil dibenamkan ke
dalam selaput lendir usus hingga tidak bersentuhan dengan obat. Bagian cacing (segmen,
proglotida) yang bersentuhan dengan obat dan telah dimatikan, dilepaskan dari scolex yang
kemudian membuat segmen-segmen baru (regenerasi). Segmen dan telurnya dapat dikenali
dalam tinja, tetapi scolexnya pada umumnya sudah dicernakan oleh getah usus. Penularan terjadi
bila telur yang dikeluarkan dengan tinja, dimakan oleh tuan rumah-antara (hewan) dan kemudian
berkembang menjadi larvae. Larvae ini menembus dinding usus dan menyebar ke berbagai
jaringan tubuh antara lain jaringan subkutan, otot dan bahkan ke otak. Di situ larvae (khusus dari
T.solium) dapat berkembang menjadi cysticerci, ialah kista dengan kista dengan ukuran 0.5-1 cm
yang mengandung scolex cacing dewasa. Manusia makan kista ini melalui daging terinfeksi yang
dimasak kurang matang, di lambung parasit keluar dari kistanya dan dalam usus halus menjadi
cacing dewasa. Diagnosanya dilakukan dengan deteksi proglotida atau telur dalam tinja. Kista
yang yang berada di dalam otak dapat dideteksi melalui CT atau MRI scan.
Gejala umumnya. Infeksi dengan cacing dewasa umunya tak menimbulkan gejala
(asimtomatis), jarang sekali anemia, radang usus buntu atau radang pankreas.
Pengobatan. Obat pilihan pertama terhadap infeksi Tenia adalah praziquentel (10 mg/kg
single dose) atau niklosamida (2 x 1 g dengan selingan waktu 2 jam). Pemberian suatu laksan
sesudahnya dianggap tidak perlu.
4. Ancylostomiasis: mebendazol dan albendazol.
Ada dua jenis cacing tambang, yakni Necator americanis yang terutama terdapat di
Amerika dan Ancylostoma duodenale yang terdapat di daerah tropis/subtropis dan panjangnya
10 mm. Cacing ini disebut cacing tambang atau cacing terowongan (penyebab tunnel disease)
karena terdapat di daerah tambang dan terowongan di gunung. Penularannya terjadi oleh larva
yang memasuki kulit kaki yang terluka dan menimbulkan reaksi lokal. Setelah memasuki vena,
larva menuju ke paru-paru dan bronchi, akhirnya ke saluran cerna. Seperti Taenia cacing
tambang juga mengaitkan diri pada mukosa usus dan menghisap darah tuan-rumah hingga
menimbulkan anemia yang cukup serius.
Pengobatannya. Diarahkan pada dua tujuan, yakni memperbaiki gambaran darah
(makanan yang bergizi dan senyawa besi) dan membrantas cacing. mebendazol dan pirantel
merupakan pilihan obat pertama, yang sekaligus juga dapat membasmi cacing gelang bila terjadi
infeksi campuran.
5. Strongyloidiasis: tiabendazol, ivermectin, albendazol.
Strongyloidiasis stercoralis atau cacing benang sering kali terdapat di daerah tropis dan
subtropis. Penularannya lewat larva yang berbentuk benang yang menembus kulit. Larva ini
dapat dikenal dalam tinja tetapi tidak mengandung telurnya. Berhubung terjadinya auto-reinfeksi,
maka cacing dapat bertahan puluhan tahun lamanya di mukosa bagian atas usus halus. Di tempat
ini cacing merusak jaringan dan menimbulkan raksi radang. Gejalanya yang khas adalah gatal
hebat (urticaria) di bagian bokong yang bersifat sementara, juga gangguan perut dan iritasi
saluran pernapasan (batuk,engap) akibat migrasi cacing.
Pengobatan. Tiabendazol dan ivermectin merupakan obat pilihan pertama terhadap
cacing benang; albendazol juga efektif.
6. Trichiuriasis: mebendazol, pirantel, albendazol.
Trichiuris trichiura atau cacing cambuk umumnya terdapat di negara beriklim panas dan
lembab. Dalam tubuh manusia biasanya cacing cambuk terdapat dalam coecum dan bermukim di
mukosa ileum dan colon, dengan menimbulkan kerusakan dan peradangan. Telurnya dikeluarkan
dalam tinja dan dapat di deteksi untuk keperluan diagnosa. Telur dapat berkembang di tanah.
Penularannya terjadi melalui makanan dan air yang terinfeksi.
Gejalanya: pada anak kecil dapat mengakibatkan appendicitis akut. Akibat kehilangan
darah juga dapat timbul anemia. Pengobatan efektif dengan mebendazol, pirantel dan
albendazol.
7. Filariasis: dietilkarbamazin (DEC), Hetrazan.
Wucheria bancrofti atau cacing benang merupakan nematoda dari famili Filaria, yang
menimbulkan penyakit tropis elephantiasis (kaki gajah) atau filariasis Bancrofti. Cacing ini
terdapat antara lain di Afrika Tengah, Amerika Selatan, India, dan negara tropis lainnya, begitu
pula di Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Vietnam dan China Selatan). Menimbulkan radang
pembuluh limfa (lymphangitis) disusul dengan penyumbatan oleh cacing dewasa (panjangnya 8-
10 cm). Akibatnya adalah hipertrofi dari jaringan sel, terutama dibagian kaki yang dapat
membesar sampai diameter 30 cm, makanya disebut kaki gajah. Penularannya ke manusia
terjadi melaui tuan rumah antaranya: yaitu nyamuk Culex fatigans yang menyengat pada waktu
malam.
Pengobatan: Obat utama terhadap infeksi ini adalah dietilkarbamazin, khususnya bila
diberikan pada waktu dini. Kadangkala diperlukan pembedahan untuk memperbaiki penyaluran
getah bening dan membuang jaringan yang berlebihan.
8. Schistosomiasis: praziquentel.
Schistosoma haematobium merupakan cacing pipih yang tidak bersegmen dan terdapat
di Amerika Selatan, Negara Arab, Afrika, China, dan beberapa negara Asia, antara lain Indonesia
(S.japonicum). Cacing ini merupakan penyebab penyakit schistosomiasis atau bilharziasis yang
ditularkan melaui sejenis keong pembawa larvanya. Setelah berkembang parasit ini menembus
kulit manusia dan memasuki peredaran darah. Di beberapa bagian dunia schistosomiasis
merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang disebarkan melalui mandi di air yang
terinfeksi.
Penularan terjadi oleh cercariae dengan bentuk khas yang dilepaskan ke dalam air oleh
tuan ruamah antaranya (keong), yang kemudian menembus kulit atau selaput lendir manusia.
Siklus seksualnya terjadi di dalam tubuh manusia dengan pembentukan banyak telur, yang
dikeluarkan lewat tinja atau urin. Di dalam air larva keluar dari telur dan menulari keong, yang
kemudian memproduksi puluhan ribu cercariae.
Terapi. Obat pilihan pertama adalah praziquentel terhadap semua jenis schistosomiasis
yang menyerang manusia.
Tabel. Antelmintika yang digunakan pada berbagai jenis infeksi cacing.
Obat Terpilih Pilihan Kedua

Ascaris (gelang) meb pir alb pip lev


Oxyuris (kermi) meb pir pip
Taenia (pita) nik pra alb meb
Necator (tambang) meb alb pir lev
Strongyl. (benang) alb meb
Trichuris (cambuk) meb pir alb
Filaria (benang) dietilkarbamazin -
Bilharzia pra -
echinococcus meb - alb

meb = mebendazol pip = piperazin ivr = ivermectin


pir = pirantel lev = levamisol
alb = albendazol pra = praziquentrel nik = niklosamida

Anda mungkin juga menyukai