Anda di halaman 1dari 8

Mesin bensin atau mesin Otto dari Nikolaus Otto adalah sebuah tipe mesin pembakaran dalam yang

menggunakan
nyala busi untuk proses pembakaran. Penemu mesin bensin adalah Nikolaus August Otto (14 Juni 1832 28 Januari
1891) ialah penemu mesin pembakaran dalam asal Jerman.

Mesin atmosfer pertamanya selesai pada Mei 1867. 5 tahun kemudian ia disusul oleh Gottlieb Daimler dan Wilhelm
Maybach dan bersama mereka ciptakan gagasan putaran empat tak atau putaran Otto.

1. Siklus Termodinamika

Konversi energi yang terjadi pada motor bakar torak berdasarkan pada siklus termodinamika. Proses
sebenarnya amat komplek, sehingga analisa dilakukan pada kondisi ideal dengan fluida kerja udara.
Idealisasi proses tersebut sebagai berikut:

1. Fluida kerja dari awal proses hingga akhir proses.


2. Panas jenis dianggap konstan meskipun terjadi perubahan temperatur pada udara.
3. Proses kompresi dan ekspansi berlangsung secara adiabatik, tidak terjadi perpindahan panas antara
gas dan dinding silinder.
4. Sifat-sifat kimia fluida kerja tidak berubah selama siklus berlangsung.
5. Motor 2 (dua) langkah mempunyai siklus termodinamika yang sama dengan motor 4 (empat) langkah.

Gambar 2. 1. Diagram P-V dan T-S siklus otto


(Cengel & Boles, 1994 : 451)

1. Siklus Otto (Siklus udara volume konstan)

Pada siklus otto atau siklus volume konstan proses pembakaran terjadi pada volume konstan, sedangkan
siklus otto tersebu ada yang berlangsung dengan 4 (empat) langkah atau 2 (dua) langkah. Untuk mesin 4
(empat) langkah siklus kerja terjadi dengan 4 (empat) langkah piston atau 2 (dua) poros engkol. Adapun
langkah dalam siklus otto yaitu gerakan piston dari titik puncak (TMA=titik mati atas) ke posisi bawah
(TMB=titik mati bawah) dalam silinder.

Gambar 2. 2. Diagram P-V dan T-S siklus otto


(Cengel & Boles, 1994 : 458)
Proses siklus otto sebagai berikut :
Proses 1-2 : proses kompresi isentropic (adiabatic reversible) dimana piston bergerak menuju (TMA=titik
mati atas) mengkompresikan udara sampai volume clearance sehingga tekanan dan temperatur udara
naik.
Proses 2-3 : pemasukan kalor konstan, piston sesaat pada (TMA=titik mati atas) bersamaan kalor suplai
dari sekelilingnya serta tekanan dan temperatur meningkat hingga nilai maksimum dalam siklus.
Proses 3-4 : proses isentropik udara panas dengan tekanan tinggi mendorong piston turun menuju
(TMB=titik mati bawah), energi dilepaskan disekeliling berupa internal energi.
Proses 4-1 : proses pelepasan kalor pada volume konstan piston sesaat pada (TMB=titik mati bawah)
dengan mentransfer kalor ke sekeliling dan kembali mlangkah pada titik awal.
Beberapa rumus yang digunakan untuk menganalisa sebuah siklus Otto adalah sebagai berikut :
1. Proses Kompresi Adiabatis
T2/T1 = r^(k-1); p2/p1 = r^k

2. Proses Pembakaran Isokhorik


T3 = T2 + (f x Q / Cv) ; p3 = p2 ( T3 / T2)

3. Proses Ekspansi / Langkah Kerja


T4/T3 = r^(1-k) ; p4/p3 = r^(-k)

4. Kerja Siklus
W = Cv [(T3 T2) (T4 T1)]

5. Tekanan Efektif Rata-rata (Mean Effective Pressure)


pme = W / (V1 V2)

6. Daya Indikasi Motor


Pe = pme . n . i . (V1-V2) . z

Dimana parameter parameternya adalah :


p = Tekanan gas (Kg/m^3)
T = Temperatur gas (K; Kelvin)
V = Volume gas (m^3)
r = Rasio kompresi (V1 V2)
Cv = Panas jenis gas pada volume tetap ( kj/kg K)
k = Rasio panas jenis gas (Cp/Cv)
f = Rasio bahan bakar / udara
Q = Nilai panas bahan bakar (kj/kg)
W = Kerja (Joule)
n = Putaran mesin per detik (rps)
i = Index pengali; i=1 untuk 2 tak dan i=0.5 untuk 4 tak
z = Jumlah silinder
P = Daya ( Watt )

Siklus Otto
Ini adalah gambar mesin pembakaran dalam empat langkah alias empat tak Mula-mula campuran
udara dan uap bensin mengalir dari karburator menuju silinder pada saat piston bergerak ke
bawah (langkah masukan). Selanjutnya campuran udara dan uap bensin dalam silinder ditekan secara
adiabatik ketika piston bergerak ke atas (langkah kompresi alias penekanan). Karena ditekan secara
adiabatik maka suhu dan tekanan
campuran meningkat. Pada saat yang sama, busi memercikkan bunga api sehingga campuran udara dan
uap bensin terbakar. Ketika terbakar, suhu dan tekanan gas semakin bertambah. Gas bersuhu tinggi dan
bertekanan tinggi tersebut memuai terhadap piston dan mendorong piston ke bawah (langkai pemuaian).
Selanjutnya gas yang terbakar dibuang melalui katup pembuangan dan dialirkan menuju pipa
pembuangan (langkah pembuangan).Katup masukan terbuka lagi dan keempat langkah diulangi.

Perlu diketahui bahwa tujuan dari adanya langkah kompresi alias penekanan adiabatik adalah menaikkan
suhu dan tekanan campuran udara dan uap bensin. Proses pembakaran pada tekanan yang tinggi akan
menghasilkan suhu dan tekanan (P = F/A) yang sangat besar. Akibatnya gaya dorong (F = PA) yang
dihasilkan selama proses pemuaian menjadi sangat besar. Mesin motor atau mobil menjadi lebih
bertenaga Walaupun tidak ditekan, campuran udara dan uap bensin bisa terbakar ketika si busi
memercikkan bunga api. Tapi suhu dan tekanan gas yang terbakar tidak terlalu tinggi sehingga gaya
dorong yang dihasilkan juga kecil. Akibatnya mesin menjadi kurang bertenaga.

Proses perubahan bentuk energi dan perpindahan energi pada mesin pembakaran dalam empat langkah
di atas bisa dijelaskan seperti ini : Ketika terjadi proses pembakaran, energi potensial kimia dalam bensin
+ energi dalam udara berubah menjadi kalor alias panas. Sebagian kalor berubah menjadi energi
mekanik batang piston dan poros engkol, sebagian kalor dibuang melalui pipa pembuangan (knalpot).
Sebagian besar energi mekanik batang piston dan poros engkol berubah menjadi energi mekanik
kendaraan (kendaraan bergerak), sebagian kecil berubah menjadi kalor alias panas Panas timbul
akibat adanya gesekan.

Proses pemuaian dan penekanan secara adiabatik pada siklus otto bisa digambarkan melalui diagram di
bawah (Diagram ini menunjukkan model ideal dari proses termodinamika yang terjadi pada mesin
pembakaran dalam yang menggunakan bensin).
Campuran udara dan uap bensin masuk ke dalam silinder (a). Selanjutnya campuran udara dan uap
bensin ditekan secara adiabatik (a-b). Perhatikan bahwa volume silinder berkurang Campuran udara
dan uap bensin dipanaskan pada volume konstan campuran dibakar (b-c). Gas yang terbakar
mengalami pemuaian adiabatik (c-d). Pendinginan pada volume konstan gas yang terbakar dibuang ke
pipa pembuangan dan campuran udara + uap bensin yang baru, masuk ke silinder (d-a).

Pada prinsipnya motor bakar 2 langkah (2 tak) melakukan siklus Otto hanya dalam dua langkah piston atau
satu putaran poros engkol. Penemuan motor bakar 2 tak yang sukses oleh Sir Dougald Clerk tahun 1876.
(Anonim.2008).
Jika mesin 4 tak memerlukan 2 putaran crankshaft dalam satu siklus kerjanya, maka untuk mesin 2-tak
hanya memerlukan satu putaran saja. Hal ini berarti dalam satu siklus kerja 2 tak hanya terdiri dari 1 kali gerakan
naik dan 1 gerakan turun dari piston saja. Desain dari ruang bakar mesin 2 tak memungkinkan terjadunya hal
semacam itu. Ketika piston naik menuju TMA untuk melakukan kompresi maka katup hisap terbuka dan masuklah
campuran bahan bakar dan udara, sehingga dalam satu gerakan piston dari TMB ke TMA menjalankan dua langkah
sekaligus yaitu kompresi dan isap. Pada saat sesaat sebelum piston mencapai TMA maka busi menyala, gas
campuran meledak dan memaksa piston kembali bergerak ke bawah menuju TMB. Gerakan piston yang ini disebut
langkah ekspansi. Namun sembari piston melakukan langkah ekspansi atau usaha, sesungguhnya juga melakukan
langkah buang melalui katup buang (sisi kanan dinding silinder pada gambar) . Hal ini bisa terjadi karena gas hasil
pembakaran terdorong keluar akibat campuran bahan bakar dan udara baru yang juga masuk dari sisi kiri dinding
silinder.
Lebih jelasnya system pada motor bakar 2 tak dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Langkah Masuk (Intake). Campuran bahan bakar dan udara dihisap masuk ke dalam rumah engkol akibat tekanan
vakum yang terjadi pada saat piston bergerak ke atas.
Langkah Penyaluran (Transfer/Exhaust). Pada saat mendekati posisi titik mati bawah, saluran masuk terbuka dan
campuran bahan bakar dan udara masuk ke dalam silinder. Pada saat yang sama masuknya campuran bahan bakar
dan udara tersebut mendorong sisa hasil pembakaran keluar melalui saluran pengeluaran pada sisi yang berlawanan
dari lubang pemasukan.

Langkah Tekan (Compression). Selanjutnya piston bergerak ke atas dan menekan campuran bahan bakar dan
udara. (pada saat yang sama terjadi langkah masuk yang berikutnya di bagian bawah piston).
Langkah Tenaga (Power). Pada saat pendekati posisi titik mati atas busi akan menyala dan menyundut campuran
bahan bakar dan udara sehingga terjadi ledakan yang mendorong piston ke bawah.
Mesin 2 tak harus memakai oli pelumas samping selain pelumas mesin sudah jelas, karena model kerja yang seperti
ini membuat tenaga yang dihasilkan lebih besar. Perbandingannya pada mesin 4 tak dalam 2 kali putaran crankcase
= 1 x kerja sedangkan untuk 2 tak 2 kali putaran crankcase = 2 x kerja. Karena itu dibutuhkan pelumas yang lebih,
sebab putaran yang dihasilkan lebih cepat. Hal ini juga menjawab kenapa mesin 2 tak lebih berisik, boros bahan
bakar, menghasilkan asap putih dari knalpotnya, tetapi unggul dalam kecepatan dibandingkan mesin 4 tak. Istilahnya
No Engine is Perfect ! Perbedaan yang lain juga terdapat pada bentuk fisik pistonnya. Piston 2 tak lebih panjang
dibanding piston 4 tak. Selain itu bentuk piston head-nya juga berbeda, piston 2 tak memiliki semacam kubah untuk
memuluskan gas buang untuk bisa keluar sedangkan 4 tak tidak. Piston 2 tak juga memiliki slot lubang yang
berhubungan dengan reed valve yang berhubungan dengan cara kerja masukan campuran bahan bakar udara ke
ruang bakar.

Cara Kerja Mesin 4 Tak


Istilah Kompresi Mesin menjadi salah satu kosa kata di bidang otomotif. Ada yang berpendapat bahwa hal itu
menunjukkan perbandingan tekanan udara berbanding bensin/BBM. Benarkah demikian?
Gambar 1. Skema Mesin 4 tak
Mesin 4 tak memiliki 4 langkah kerja yang didasarkan pada konsep siklus Carnot (Fisika Sains). Yang memenuhi
hukum2 termodinamika. Keempat siklus tersebut adalah sebagai berikut:
1. Intake (langkah hisap/suction stroke) : penghisapan campuran udara dan bahan bakar (bisa berasal dari
karburator atau dari sistem injeksi)
2. Compression Stroke(langkah penambah tekanan) : campuran udara dan bahan bakar dimampatkan dengan cara
piston bergerak ke arah titik mati atas (ke arah i pada gambar). Campuran terbaik yang sesuai (stochiometric)
adalah 15:1, 15 bagian volume udara dan 1 bagian volume bahan bakar (bensin).
3. Combustion (langkah usaha/power stroke) : disini campuran bahan bakar dan udara yang telah dimampatkan
dibakar dengan menggunakan kejutan bunga api listrik yang berasal dari busi. Akibatnya terjadi pembakaran dan
volume fluida/gas hasil pembakaran akan memuai secara mendadak (dengan suatu nilai daya ) dan akan mendorong
silinder piston ke arah bawah (menuju titik mati bawah; ke arah G pada gambar 1). Dan beberapa derajad sebelum
piston mencapai titik mati atas, busi memercikkan bunga api untuk menyalakan bahan bakar udara, Di sini tekanan
gas hasil pembakaran akan meningkat kira-kira 10x lipat dibandingkan pada langkah kompresi.
4. Exhaust Stroke (Langkah pembuangan) : di sini gas sisa pembakaran akan dibuang keluar (ke knalpot)
melalui exhaust port (J).
Keempat proses tersebut bisa digambarkan sebagai berikut:
Tekanan kompresi adalah tekanan efektif rata-rata yang terjadi di ruang bakar tepat di atas piston. Tekanan kompresi
ini juga dibagi dengan 2 definisi, tekanan kompresi motorik dan tekanan kompresi pembakaran.
Tekanan kompresi motorik ini adalah tekanan yang sering di ukur oleh mekanik dengan alat compression gauge
dengan satuan kPa, psi atau bar. Tekanan motorik akhirnya lebih dikenal dengan tekanan kompresi. Tekanan ini
membaca tekanan kompresi di ruang bakar tanpa adanya penyalaan busi, caranya dengan memasang compression
gauge pada lubang busi kemudian handle gas kita tarik penuh (full open throttle) kemudian kita engkol dengan kick
starter hingga jarum bergerak naik dan berhenti pada angka tertentu. Nah angka tadi adalah tekanan kompresi
motorik.
Tekanan kompresi motorik ini kisaran 900 kPa hingga 1400kPa untuk motor standar, atau 9 13 psi.
Yang kedua adalah tekanan ruang bakar. Tekanan ini dihitung saat mesin menyala atau terjadi proses pembakaran.
Pengukuran ini tidak menggunakan alat compression gauge lagi, namun memakai sensor pressure yang ditanam di
silinder head. Tekanan kompresi pembakaran ini bisa mencapai 10x lipat dari tekanan motorik. Tekanan ini akhir nya
di gambarkan dalam sebuah diagram grafik P teta (pressure vs derajad poros engkol).
Pada mesin 2 tak hanya ada 2 langkah:
1. langkah hisap (intake) dan combustion berlangsung bersama-sama, di bagian atas dan bawah piston.
2. langkah buang (exhaust) dan compresi dilakukan bersama2.

Anda mungkin juga menyukai