Tipe Nyeri
Nyeri akut
Nyeri kronis
Nyeri penjalaran
Pengukuran Nyeri
Visual Analog and Numeric Scale
Perbandingan dengan stimulus predefine
Semantic Differential Scale
Pengukuran lain
Dokumentasi Nyeri
Review Bab
Nyeri
Nyeri adalah pengalaman yang dirasakan berdasarkan interaksi kompleks
dari proses fisik dan psikologi. Ini diartikan sebagai rasa tidak nyaman dan
pengalaman emosi yang berhubungan dengan fakta atau kerusakan jaringan
potensial atau yang dideskripsikan seperti kerusakan. Nyeri biasanya sebagai
tanda untuk melindungi tubuh dari kerusakan dan pertahanan fungsi esensial. Ini
penting untuk diketahui bahwa nyeri tidak hanya sebagai aktivasi dari reseptor
stimulus noxious, yang di kenal Nociception, tapi juga pengalaman sensori,
penderitaan, dan perubahan perilaku.
Nyeri adalah tanda yang sering muncul pada pasien untuk melihat kondisi
mendis dan gejala predominan yang mengarahkan pasien untuk mendapatkan
rehabilitasi. Banyak pasien dengan gangguan musculoskeletal atau neurological
mengeluh nyeri, dan kebanyakan dari pasien memilih mengontrol atau melegakan
nyeri sebagai terapi utama. Nyeri mungkin mengubah struktur dan fungsi tubuh,
menyebabkan keterbatasan aktivitas baik di rumah, kantor, dan tempat rekreasi.
Gejala nyeri banyak ditemukan oleh ahli rehabilitasi sudah disertai dengan
inflamasi pada struktur musculoskeletal atau neurological yang disebabakan oleh
cedera, trauma, atau penyakit degeneratif. Struktur yang terkena, bisa menjadi
sumber nyeri dan bisa meningkatkan responsif dari reseptor nyeri perifer ke
stimulus nyeri lainnya.
Tujuan dari manajemen nyeri termasuk dalam penanganan pada kondisi
yang menjadi target penyebab nyeri. Memodifikasi persepsi pasien terhadap
ketidaknyamanan, dan memaksimalisasi fungsi yang terbatas karena sumber
nyeri, yang mungkin sumber nyeri tersebut bisa ataupun tidak untuk di
modifikasi. Ketika sumber nyeri bisa di identifikasi dan dimodifikasi, kontrol
nyeri selama perbaikan penting. Mengurangi nyeri membantu pasien dalam
rehabilitasi dan pencapaian tujuan untuk meningkatkan aktifitas dan partisipasi
pasien. Contoh, nyeri yang disebabkan oleh struktur malalignmen seperti postur
yang jelek, ketidakseimbangan panjang otot, atau kondisi keterbatasan seperti
inflamasi setelah cedera akut jaringan lunak. Ketika nyeri disebabkan oleh kondisi
yang tidak bisa dimodifikasi seperti nyeri phantom limb atau rheumatoid arthritis,
kontrol nyeri akan meningkatkan pastisipasi dalam program rehabilitasi dan
meningkatan aktifitas dan partisipasi pasien.
Tipe nyeri
Nyeri bisa dikategorikan berdasarkan durasi atau sumber nyeri, akut,
kronis, atau menjalar. Nyeri akut didefinisikan sebagai nyeri yang kurang dari 6
bulan yang diidentifikasi secara patologi. Nyeri akut dirasakan sebagai respon
aktual atau potensial dari kerusakan jaringan yang terjadi ketika jaringan rusak
atau akibat dari kerusakan sebelumnya. Nyeri kronis muncul diluar waktu
normal jaringan sembuh. Kondisi nyeri kronis biasanya sebagai hasil aktivasi dari
disfungsi neurological atau respon fisiologi yang menyebabkan individu secara
terus menerus merasakan sensasi nyeri bahkan tidak terdapat kerusakan jaringan
atau adanya suatu stimulus. Nyeri menjalar adalah perasaan nyeri di suatu area
dimana terdapat kerusakan jaringan akut atau potensial di daerah lain. Mengetahui
nyeri pada pasien baik akut, kronik, atau menjalar akan membantu klinisi
mendeterminasi mekanisme dan proses yang melibatkan sensasi dan fasilitasi dari
banyak intervensi untuk mengontrol atau melegakan gejala-gejala tersebut.
Nyeri akut
Nyeri akut adalah kombinasi komplek rasa tidak nyaman sensori, persepsi
dan pengalaman emosi yang berhubungan dengan reaksi autonomik, psikologik,
emosi dan perilaku yang terjadi dalam merespon stimulus noxious yang
diprovokasi oleh cedera akut atau penyakit penyerta. Nyeri akut ditinjau secara
biologi dalam arti, kegunaan, dan batas waktu. Nyeri akut dimediasi melalui jalur
konduksi cepat dan ini berhubungan dengan peningkatan tonus otot, detak
jantung, tekanan darah, hantaran kulit, dan manifestasi lain dari peningkatan
aktifitas sistem saraf simpatis. Intesitas dan lokasi nyeri biasanya berhubungan
dengan tingkat inflamasi, kerusakan, atau destruksi jaringan di area yang
dirasakan nyeri. Nyeri akut biasanya terlokalisasi dan bisa dideskripsikan,
meskipun tingkat lokalisasi penyebaran beragam dengan tipe jaringan yang
terlibat. Sensasi nyeri dari kulit dilokalisasi dengan akurasi yang tepat, padahal
nyeri otot biasanya menyebar. Nyeri akut muncul selama stimulisasi noxious ada.
Nyeri akut sebagai fungsi protektif setelah terjadi cedera dengan membatasi
aktivitas untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dan mencetuskan terjadinya
proses penyembuhan. Bagaimanapun, bisa timbul efek berlawanan terhadap
kualtias hidup dan keterbatasan kemampuan fungsi suatu individu. Contoh, pasien
dengan cedera rotator cuff ketika bermain raquettball selama beberapa hari
bahkan minggu akan terjadi proses penyembuhan jaringan yang cedera sehingga
berangsur pulih dan kembali ke aktivitas biasanya. Terapi dari nyeri akut sebagai
hasil dari cedera musculoskeletal dilakukan untuk menghilangkan gangguan
utama, mengurangi inflamasi, dan memodifikasi transmisi nyeri dari sistem saraf
perifer ke sistem saraf central (CNS).
Nyeri kronis
Nyeri kronis dimulai saat nyeri akut berhubungan dengan penyakit kronis
dengan polineuropati perifer, pascastroke, sindrom nyeri cedera medullabspinalis,
dan fibromyalgia, atau penyebab yang tidak teridentifikasi. Nyeri kronik biasanya
di definisikan sebagai nyeri yang tidak hilang dalam waktu penyembuhan
normalnya, atau durasinya berlanjut dari stimulasi noxious. Beberapa pengarang
dan organisasi menggunakan definisi berdasarkan waktu, mendefinisikan nyeri
kronik sebagai nyeri yang berlangsung selama lebih dari 3 bulan atau 6 bulan.
Apapun definisinya, nyeri kronik adalah kondisi yang berlangsung dan sulit untuk
di tatalaksana. Estimasi sekitar 1/3 dari populasi United State menderita nyeri
kronis, dan 14% populasi United State menderita nyeri kronis berhubungan
dengan sendi dan sistem musculoskeletal. Penyakit lain seperti kanker, juga sering
berhubungan dengan nyeri kronik. Suatu studi tentang nyeri, didapatkan 13,625
usia tua dan minoritas perawatan di rumah dengan kanker melaporkan 25%
mengeluh nyeri setiap hari.
Nyeri kronik diklasifikasikan berdasarkan patofisiologi. Nyeri nosiseptif
disebabkan oleh stimulasi reseptor nyeri oleh stimulus noxious secara mekanik,
kimia, atau suhu dan berhubungan dengan kerusakan jaringan yang berlangsung.
Kondisi berhubungan dengan nyeri nosiseptif kronik, termasuk arthritis, iskemik,
kanker, dan pankreatitis kronik. Nyeri neuropatik adalah hasil dari disfungsi
sistem saraf perifer dan sistem saraf central tanpa terjadi kerusakan jaringan.
Nyeri neuropatik dapat ditemukan pada neuropati diabetik, neuralgia posterpatik,
dan nyeri phantom limb. Nyeri campuran adalah sindrom dengan patofisiologi
multiple yang kurang jelas. Contoh, sakit kepala berulang dan beberapa sindrom
vaskulitis. Sindrom nyeri psikologi adalah serangkaian proses psikologi yang
berperan besar. Tipe nyeri ini ditemukan pada gangguan somatoform dan reaksi
konversi. Walaupun klasifikasi nyeri ini bisa membantu untuk pendekatan secara
sistematis pada pasien dengan nyeri, patofisiologi nyeri kronik pada pasien secara
individual hanya sebagian dimengerti. Sabagai tambahan, nyeri kronik punya
lebih dari 1 penyebab. Nyeri yang berhubungan dengan arthritis contohnya,
disebabkan oleh inflamasi, distorsi sendi, tarikan otot dan jaringan ikat, dan
mikrofraktur dari pengikisan kartilago atau tulang. Nyeri ini juga bisa terjadi
akibat distress psikologi yang berhubungan dengan hilangnya fungsi.
Nyeri kronik sebagai hasil dari perubahan pada sistem saraf simpatis dan
aktivitas adrenal, menurunkan produksi dari opioid endogen atau sensitisasi saraf
afferen primer (sensitisasi perifer) dan saraf medulla spinalis. Penurunan level
enkephalins dan peningkatan jumlah sansitivitas nosiseptor telah di observasi
pada individu dengan nyeri konik. Frekuensi individu meningkatkan sensitivitas
stimulus noxious (hiperalgesia) dan innocuous (aklodynia). Perubahan persepsi
nyeri sebagai bagian dari proses yang dikenal sebagai sensitisasi sentral, dimana
jalur yang mentransmisi nyeri terus berlanjut setelah penghentian stimulasi yang
berlanjut maupun berulang. Meskipun, hanya sedikit stimulus yang melampui
ambang batas, dipersepsikan sebagai rasa nyeri. Jadi, bagi seseorang dengan
kondisi nyeri yang berat ataupun lama, stimulasi noxious muncul akibat
peningkatan aktivitas reseptor nyeri dan konsekuensi penurunan pada stimulus
noxious atau stimulus innocuous. Pemahaman dari mekanisme sensitisasi
mengarah pada perkembangan studi dan penggunaan analgesik sebelum prosedur
yang diketahui menyakitkan dalam usaha untuk mengurangi nyeri postprosedural
dan durasi perbaikan.
Walaupun banyak pasien dengan nyeri kronik telah menemukan jalan
untuk beradaptasi dan mengatasi dengan kondisinya, ada beberapa yang
mempersepsikan gejala-gejalanya sebagai suatu kelemahan. Pasien-pasien ini
biasanya mengalami kesulitan dalam fungsi sosial dan pekerjaan. Beberapa
individu dengan gangguan afektif, gangguan cemas, atau ketergantungan zat
kimiawi, berpredisposisi mengalami disfungsi dalam menghadapi nyeri kronik.
Faktor psikologi dan sosial berhubungan dengan nyeri kronis seperti depresi,
penurunan fungsi, kualitas hidup, dan kemampuan kerja . Dalam suatu penelitian
pada 5800 pasien, 41% pasien depresi dilaporkan mengalami nyeri kronik
dibandingkan 10% tanpa depresi. Pasien depresi langsung dengan nyeri kronik
memliki kualitas hidup yang jauh lebih buruk, tingkat keparahan gejala somatik
yang lebih besar, dan prevalensi gangguan cemas yang lebih tinggi daripada
pasien lainnya. Dalam suatu penelitian dari 1800 pasien dewasa tua dengan
depresi juga menemukan bahwa pasien dengan arthritis yang diobati untuk
depresi tidak hanya memiliki gejala depresi yang menurun tetapi juga mengurangi
rasa nyeri dan memperbaiki fungsi dan kualitas hidup. Bencana berkorelasi
positif dengan tingkat keparahan nyeri yang dilaporkan, tekanan afektif, otot, dan
nyeri tekan sendi, disensasi rasa nyeri , hasil pengobatan nyeri yang buruk, dan
kemungkinan aktivitas penyakit inflamasi. Hubungan ini bahkan ada setelah
mengendalikan depresi. Efek yang ditimbulkan dari berbagai bencana dari
pengaruh maladaptif pada lingkungan sosial untuk mengarahkan penguatan
pengolahan rasa nyeri oleh system saraf pusat. Meskipun beberapa penelitian
menemukan hubungan antara nyeri kronik dan faktos psikologi, tidak ada
penelitian yang mengkonfirmasi hubungan keduanya, membuat daerah ini
melakukan penelitian lebih lanjut.
Nyeri kronik dapat menurunkan aktivitas seseorang. Penelitian di eropa
menemukan lebih dari setengah grup pasien dengan nyeri kronik kurang mampu
atau tidak mampu untuk bekerja di luar rumah, 19 % kehilangan pekerjaan, 13 %
mengganti pekerjaanya karena nyeri. Nyeri kronik juga berdampak pada
hubungan seseorang dengan lainnya, terutama dalam peran pengasuhan. Dalam
hubungan yang terjalin atau penuh perhatian, pasien mengasumsikan peran nyeri
yang tanpa sadar diperkuat oleh pengasuh melalui perilaku "memeriksa" dan
respons yang sangat mendukung. Penting untuk dicatat bahwa meskipun
profesional perawatan kesehatan mungkin menduga bahwa pasien menggunakan
rasa nyeri kronis untuk mendapatkan keuntungan sekunder, memainkan peran
nyeri, atau untuk membenarkan perilaku tertentu, perilaku ini dapat menghalangi
penyesuaian pasien terhadap rasa nyeri kronis, memperpanjang cuti nyeri, dan
menghambat rehabilitasi.
Idealnya perkembangan rasa nyeri kronis harus dicegah dengan
mengidentifikasi dini individu yang berisiko. Pasien dengan nyeri akut yang
berkepanjangan, parah, atau melumpuhkan berisiko tinggi mengalami nyeri
kronis. Untuk mengurangi risiko ini, intervensi pengendalian nyeri, seperti agen
fisik atau obat-obatan, harus diterapkan selama tahap akut cedera dan selama fase
pemulihan kemudian saat rasa nyeri masih ada merupakan hasil aktivasi reseptor
rasa nyeri . Pencegahan nyeri kronis pada pasien yang telah menjalani operasi
harus mencakup menghindari kerusakan saraf saat dioperasi dan pengendalian
nyeri yang efektif segera setelah operasi karena intensitas nyeri post operatif akut
berkorelasi dengan risiko timbulnya nyeri kronis.
Jika nyeri kronis berkembang, pengobatan yang berhasil biasanya
mengharuskan semua komponen disfungsi ditangani. Program pengobatan
multidisiplin berdasarkan model nyeri biopsikososial telah dikembangkan secara
khusus untuk mengatasi masalah ini. Program treatment ini dijelaskan di bagian
penanganan nyeri.
Nyeri Alih
Nyeri alih dirasakan di lokasi yang jauh dari sumbernya. Rasa nyeri dapat
disembuhkan dari satu sendi ke sendi lainnya, dari saraf perifer ke daerah distal
persarafan atau dari organ dalam, ke daerah jaringan muskuloskeletal. Sebagai
contoh, Patologi sendi pinggul kadang-kadang nyeri alih ke lutut, terutama pada
anak-anak, dan kompresi akar saraf tulang belakang pada tingkat L5 sampai S1
saat mereka keluar melalui foramen tulang belakang dapat menyebabkan rasa
nyeri di lateral kaki karena ini area inervasi sensoris. Pola rujukan yang umum
dari organ dalam ke jaringan muskuloskeletal meliputi nyeri yang berhubungan
dengan infark miokard atau angina yang disebabkan oleh iskemia jantung yang
dirasakan di dada bagian atas, bahu kiri, rahang, dan lengan, dan nyeri yang
timbul dari bagian tengah diafragma. Sering terasa di ujung lateral kedua bahu.
Kandung empedu juga serin nyeri alih ke bahu kanan atau sudut inferior skapula
kanan dan limfa sering nyeri alih ke bahu kiri.
Dijelaskan bahwa rasa nyeri alih melalui salah satu dari tiga cara: dari
saraf ke daerah persarafannya, dari satu daerah ke daerah lain yang berasal dari
dermatom yang sama, atau dari satu daerah ke area lain berasal dari segmen
embrio yang sama. Jalur saraf perifer dari daerah yang berbeda ini berkumpul
pada medula spinalis yang sama atau serupa dan sinaps dengan neuron kedua
yang sama untuk naik sumsum tulang belakang dan mencapai korteks sentral.
Misalnya nyeri alih dari diafragma ke ujung bahu karena kedua daerah ini pada
awalnya berkembang di daerah leher selama perkembangan embrio, menyebabkan
keduanya memiliki persarafan eferen sampai ke tingkat keempat kedua tulang
belakang servikal. Ketika rasa nyeri yang mungkin disebabkan oleh penyebaran
dari viseral atau muskuloskeletal pada neuron yang sama di sumsum tulang
belakang. biasanya diinterpretasikan berasal dari muskuloskeletal. Hal ini
mungkin karena cedera muskuloskeletal dan nyeri jauh lebih umum sehingga otak
"mengira" bahwa aktivitas yang sampai di sepanjang jalur tersebut dikaitkan
dengan stimulus nyeri di daerah muskuloskeletal tertentu.
Dokter yang mengobati disfungsi neuromuskuloskeletal harus menyadari
potensi nyeri alih dan terbiasa dengan pola nyeri alih yang umum untuk
menentukan sumber keluhan pasien dan memilih teratment yang sesuai. Oleh
karena itu, ketika pasien dengan rasa nyeri di daerah musculoskeletal dan mencari
pengobatan, dokter harus terlebih dahulu menentukan apakah sumber rasa nyeri
berada di daerah sensasi ini. Nyeri dari muskuloskeletal umumnya bervariasi
dengan posisi atau pergerakan area yang menyakitkan, sedangkan rasa nyeri
umumnya akibat disfungsi pada sistem lain. Misalnya, nyeri bahu yang diperparah
dengan mengangkat lengan kemungkinan berasal dari bahu, sedangkan nyeri bahu
kiri yang diperparah oleh segala pola latihan berat bisa disebabkan oleh kondisi
jantung. Ketika menilai nyeri yang ditentukan berasal dari muskuloskeletal,
penting juga untuk menentukan secara pasti struktur yang salah untuk
memberikan perawatan yang paling efektif. Hal ini dapat dilakukan dengan
melakukan tes provokatif untuk menilai keluhan utama pasien. Agen fisik dapat
secara efektif mengurangi rasa nyeri alih; Namun, seharusnya tidak digunakan
sebagai pengganti untuk menentukan sumber sebenarnya rasa nyeri atau untuk
mengobati penyebab utamanya. Agen fisik digunakan untuk menghilangkan rasa
nyeri sementara, sumber rasa nyeri sedang diselidiki, selama proses pemulihan,
dan untuk mengendalikan rasa nyeri alih di mana penyebabnya tidak dapat
ditangani secara langsung.
Serabut aferen first order C dan A-delta memproyeksikan stimulus dari saraf
perifer menuju substansia grisea dari medula spinalis. Serabut C dan A-delta
bersinaps secara langsung atau melalui interneuron, dengan second order neuron
pada kornu posterior bagian superfisial dari substansia grisea. Beberapa serabut
serabut A-delta berpenetrasi lebih dalam pada kornu posterior dan berakhir pada
area terminasi serabut A-beta aferen. Interneuron yang berada pada kornu
posterior dikenal sebagai Sel-sel Transmisi atau sel T.
Sel T memiliki koneksi dengan medula spinalis, yaitu pada sersbut eferen
dan sersbut aferen. Aktivasi serabut saraf C yang bersifat repetitif dapat
mensensitisasi sel T, menyebabkan sel T terlepas lebih cepat dan meningkatkan
area reseptor sel T, dan adanya interneuron yang berasal dari sibstansia gelatinosa
dari medula spinalis atau yang berasal dari serabut desenden yang berasa dari
saraf pusatdapat menghambat aktivitas sel T. Interneuron-interneuron yang
bersifat inhibitor pada substansia gelatinosa diaktifkan oleh masuknya impuls
yang berasal dari neuron sensori yang berdiameter besar, bermyelin, memiliki
treshold yang rendah (umumnya serabut A-beta) yang respon terhadap rangsangan
bukan nyeri. Interneuron inhibitor mengeluarkan berbagai neurotransmiter, yaitu
norepinefrin, serotonin, dan enkefalin, untuk memodulasi jalur nyeri sensori. Sel
Transmisi menerima stimuli eksitatori dari serabut C dan nosiseptor aferen A-delta
dan stimuli inhibisi dari non nosiseptor aferen berdiameter besar dan serabut
desenden dari saraf pusat.
Keseimbangan antara stimuli eksitatori dan inhibitor memengaruhi rasa
sakit pada seseorang dan derajat nyeri. Stimuli inhibisi yang dilepaskan oleh
aferen nosiseptor dikenal dengan sebutan Pain Gating dan akan dibahas
selanjutnya di bab modulasi rasa nyeri dan teori-teori pengontrolan rasa nyeri.
Aktivasi sel transmisi meningkatkan spasm otot karena aktifnya refleks
medula spinalis akibat sinaps pada kornu anterior yang menyebabkan kontraksi
otot. Kontraksi otot selanjutnya dapat menyebabkan terkumpulnya cairan dan
terjadinya iritasi pada jaringan. Otot-otot yang berkontraksi juga menginisiasi
impuls nosiseptif melalui tekanan pada saraf nosiseptor secara mekanik.
Kombinasi stimuli kimia dan mekanik membentuk siklus nyeri terus-menerus
yang menyebabkan spasme otot, sehingga menimbulkan rasa nyeri yang berlebih.
Hal ini dikenal sebagai Siklus Nyeri-Spasme-Nyeri. Berbagai intervensi indirek
dapat mengurangi rasa nyeri, bahkan setelah efek analgetik lokal telah habis,
karena intervensi yang dilakukan dapat mengurangi spasme otot, sehingga siklus
terganggu.
Serabut saraf asenden second-order membawa stimuli disepanjang medula
spinalis menuju saraf pusat. Perjalanan saraf second-order yang membawa stimuli
nyeri berlokasi utama di bagian anterolateral dari medula spinalis. Area ini juga
mentransmisikan suhu dan sentuhan. Kebanyakan akson pada sistem anterolateral
menyilang midline medula spinalis naik menuju arah kontralateralnya. Stimuli
nyeri ditransmisikan oleh anterolateral medula spinalis oleh traktus
spinotalamikus dan traktus anterospinotalamikus yang lebih besar untuk
diproyeksikan ke thalamus. Traktus spinotalamik lateral memproyeksikan
langsung ke talamus bagian medial, sedangkan spinotalamik anterior berpisah dari
spinotalamik lateral pada batang otak dan bersinaps dengan neuron retikular,
hipotalamus, dan sistem limbik yang nantinya akan diproyeksikan ke bagian
lateral, ventral, dan kaudal talamus. Traktus anterospinotalamikus juga membawa
informasi ke substansia periakuaduktus alba, memiliki reseptor opiat dalam
konsentrasi yang tinggi, sehingga memiliki peran pada proses modulasi rasa nyeri.
Impuls yang melewati traktus spinotalamik bagian lateral adalah rasa nyeri yang
tajam. Neuron second-order bersinaps di talamus dengan neuron third-order untuk
diproyeksikan pada korteks, tempat sensasi nyeri diterima pada keadaan sadar.
Pengaruh Sistem Saraf Simpatis
Sistem saraf simpatis termasuk dalam sistem saraf otonom. Sistem saraf
otonom terdiri dari simpatis dan parasimpatis yang mengatur aktivitas dari otot
polos dan oto jantung serta sekresi kelenjar. Hal ini berbeda dari sistem saraf
somatis yang secara sadar mengaktifkan otot skletal atau dengan transmisi impuls
dari persarafan perifer. Sistem saraf simpatis dikatakan berperan utama dalam
fight kr flight, seperti meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah,
vasokontriksi dari pembuluh darah dan meningkatkan ekskresi keringat pada
telapak tangan. Walaupun dalam keadaan normal sistem saraf simpatik diaktifkan
oleh nyeri akut atau adanya luka, stimulasi sistem saraf simpatis itu sendiri tidak
menybabkan rasa nyeri. Aktivasi saraf simpatis yang abnormal disebabkan oleh
respon hiperaktif oleh saraf simpatis terhadap luka akut atau kegagalan tubuh
untuk mengurangi respon tubuh, menyebabkan peningkatan tingkat keparahan
nyeri dan menimbulkan gejala klinis dari aktivasi saraf simpatis seperti
berkeringat. Pada pasien yang telah memiliki gejala simpatis, rasa nyeri dapat
dihilangkan dengan mengganggh sistem saraf simpatis menggunakan obat-obatan
dan tindakan pembedahan. Dikatakan bahwa stimulus yang menyebabkan
lepasnya rangsang simpatis, seperti kejutan atau kejadian yg memengaruhi
emosional akan menimbulkan rasa nyeri dan aktivasi simpatis yang berlebihan
dapat meningkatkan atau memertahankan rasa nyeri. Walaupun blokade anestesi
sistem saraf simpatik banyak digunakan untuk mengurangi sindrom nyeri regional
yang kompleks, efektivitasnya belum terbukti.
CRPS umumnya mencakup tanda dan gejala berikut ini: nyeri parah yang
tidak sesuai dengan cedera atau penyakit yang timbul, reaksi hiperestesi
hipereksesi terhadap rangsangan yang menyakitkan), dan alodinia (sensasi rasa
nyeri sebagai respons terhadap rangsangan yang biasanya tidak menyakitkan).
CRPS sering, juga mencakup perubahan trofik seperti atrofi kulit dan
hiperhidrosis, edema, kekakuan, keringat meningkat, dan penurunan pertumbuhan
rambut. Gejala ini pada umumnya berakibat pada penurunan fungsi dan jika
sindrom ini berkepanjangan, osteoporosis bergejolak di daerah yang nyeri,
vasomotor, dan kelainan motor skeletal juga dikaitkan dengan sindrom ini. CRPS
dapat terjadi di bagian tubuh manapun tapi yang paling umum terjadi pada kasus
ini, dan seringkali dikaitkan dengan pembatasan gerak bahu ipsilateral. CRPS
dapat berkembang sebagai konsekuensi trauma mayor atau minor, setelah
penyakit viseral atau lesi CNS, atau tanpa kejadian anteseden yang diketahui.
Mekanisme dimana saraf simpatik, sistem kita mempengaruhi rasa nyeri
tidak dipahami dengan baik; Namun, ini mungkin akibat eksitasi langsung
nosiseptor oleh serat eferen simpatik atau oleh neurotransmiter yang dilepaskan
oleh aktivitas normal simpatik aktivitas simpatik yang disebabkan oleh rasa nyeri
pada beberapa kasus mengaktifkan serabut aferen C, meningkatkan rasa nyeri
lebih lanjut, yang kemudian dapat meningkatkan aktivasi simpatik, menciptakan
lingkaran siklus yang berkelanjutan. Siklus ini bisa memperkuat sensasi rasa nyeri
dan tanda-tanda aktivitas simpatik, menyebabkan sensasi tersebut bertahan lama
setelah mengalami cedera atau penyakit. Juga telah diusulkan bahwa mekanisme
efektor simpatis yang salah yang menyebabkan vasokonstriksi tidak tepat,
vasodilatasi, peningkatan permeabilitas kapiler atau nada otot halus secara tidak
langsung dapat menyebabkan atau memperparah rasa nyeri.
PERAN SUBSTANSI
POIN KLINIS
RESEPTOR NYERI
PENGUKURAN NYERI
Untuk menentukan pengobatan yang paling tepat untuk rasa sakit pasien
dan untuk menilai keefektifan pengobatan tersebut, sangat membantu dengan
menilai sifat dan tingkat keparahan nyeri pasien. Penilaian semacam itu harus
berusaha untuk memastikan penyebab dan sumber rasa sakit, intensitas dan durasi
rasa sakit, dan tingkat di mana rasa sakit mempengaruhi fungsi tubuh, aktivitas
dan partisipasi.
Mutiara Klinis
Saat mengevaluasi rasa sakit pasien, pertimbangkan sumber seperti intensitas dan
durasi rasa sakit, dan bagaimana hal itu mempengaruhi fungsi, aktivitas dan
partisipasi seseorang.
Berbagai metode dan alat penilaian telah dikembangkan untuk
mengukur dan memenuhi syarat yang disebabkan oleh eksperimen maupun nyeri
klinis. Metode ini didasarkan pada penilaian pasien terhadap nyeri pada skala
analog atau numerik visual; membandingkan rasa sakit mereka saat ini dengan
yang dialami sebagai respons terhadap stimulus nyeri yang telah ditentukan
sebelumnya; atau memilih kata-kata dari daftar untuk menggambarkan
pengalaman nyeri saat ini. Dalam sebuah kasus di mana seseorang tidak dapat
mengungkapkan rasa sakit mereka dengan salah satu metode ini, seperti pada
bayi, skala pengamatan digunakan. Alat ini memberikan jumlah dan jenis
informasi yang berbeda dan memerlukan jumlah waktu dan kemampuan kognitif
yang bervariasi untuk menyelesaikannya.
Skala persamaan sematic terdiri dari daftar kata dan kategori yang terdapat
dalam berbagai macam aspek nyeri yang dirasakan oleh pasien. Pasien diminta
untuk memilih dari daftar kata yang menggambarkan pengalamaan nyerinya. Tipe
ini dirancang untuk mengumpulkan jangkauan luas informasi tentang pengalaman
pasien dan memberi jumlah data intra subjek dan subjek pembanding. Skala
persamaan sematic meliputi McGill Pain Question atau variasi dari skala ini
sering digunakan dalam menilai nyeri. Skala ini meliputi penggambaran
rangsangan, afek, dan evaluasi aspek nyeri pada pasien dan kelompok kata yang
termasuk berbagai macam kategori dalam setiap aspek. Kategori ini termasuk
temporal, spasial, tekanan, dan panas untuk menggambarkan rangsangan sensoris
pada nyeri. Takut, cemas, dan tegang menggambarkan aspek afek dari nyeri, dan
aspek pikiran dari nyeri berdasarkan pengalaman lama dan mempelajari kebiasaan
menggambarkan evaluasi aspek pada nyeri. Pasien melingkari satu Kata pada
setiap kategori yang menggambarkan pengalam nyeri mereka. Skala persamaan
sematik memiliki angka dari keuntungan dan kerugian dibandingkan dengan tipe
lain dari pengukuran nyeri. Skala ini memungkinkan penilaian dan kuantifdikasi
dari cakupan, kualitas, dan intensitas nyeri. Menghitung tital angka dari kata yang
dipilih menghasilkan alat pengukuran dari keparahan nyeri. penilaian keparahan
Semakin sensitive nyeri jika diperoleh dari penambahan peringkat jumlah dari
seluruh kata yang dipilih untuk menghasilkan urutan index nyeri. Untuk
speifisitas yang baik dengan memperhatikan hal yang paling bermasalah, index
untuk 3 kategori besar dari kuisioner juga dapat dihitung. Kerugian utama dari
skala ini yaitu penggunaan waktu untuk mendaftarkan dan membutuhkan pasien
yang memiliki status kognisis yang tinggi. Adanya keuntungnan dan keterbatasan,
paling sesuai digunakan untuk tipe skala ketika informasi rinci yang dibutuhkan
dari pasien seperti nyeri kronik. Contohnya pada pasien dengan nyeri pada luka,
McGill Pain Quisioner lebih sensitive dari pada single rating anyeri, dan
berhubungan dengan tingkatan luka, stress perasaan dan gejala depresi.
Pengukuran lainnya
Pendokumentasian nyeri
Beberapa kata di bawah ini mendeskripsikan rasa nyerimu. Pilih salah satu kata
yang cocok. Tinggalkan kata yang tidak cocok. Gunakan hanya satu kata yang
cocok di tiap grup, satu kata yang terbaik yang mendeskripsikan nyerimu.
1 2
1 Berkedip 1 Melompat 3
5 6 7 8
5 Hancur
9 10
1 Tumpul 1 Lembut 11 12
5 Berat
13 14 15 16
5 Terobek 5 Tersiksa
Pada saat tingkat keparahan dari nyeri seseorang telah dievaluasi dan sumbernya telah
diketahui, tujuan dari pengobatan ini adalah termasuk mengeliminasi penyebab nyeri,
mengontrol input nosiseptor, dan meningkatkan fungsi pasien. Pendekatan manajemen nyeri
yang benar bisa membantu mencapai tujuan ini. Pendekatan pendekatan ini didasarkan dari
pemahaman tentang transmisi nyeri dan mekanisme kontrol nya. Hal itu seperti mengontrol
inflamasi, mengubah sensitivitas dari nosiseptor, meningkatkan ikatan dari reseptor opiat,
memodifikasi konduksi saraf, memodulasi transmisi nyeri pada saraf tulang belakang, atau
mengubah persepsi dari aspek nyeri. Beberapa pendekatan juga mengarah ke psikologi dan
aspek sosial dari nyeri. Pendekatan yang berbeda berguna untuk situasi dan presentasi klinis
yang berbeda dan sangat efektif ketika digunakan bersama.