Anda di halaman 1dari 65

58

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskuler dengan

prosentase 45% dari penyakit secara global. Faktor resiko yang dikaitkan dengan

hipertensi meliputi, kurang aktifitas fisik, pola makan yang tidak sehat dan tidak

seimbang, gaya hidup yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres). Stres

psikologi dapat meningkatkan resiko hipertensi yang disebabkan oleh produksi

senyawa berbahaya dalam tubuh (Kemenkes RI, 2010).

Prevalensinya hipertensi tinggi dan cenderung meningkat di setiap tahunya.

Oleh sebab itu, hipertensi menjadi masalah yang serius. Kejadian hipertensi tidak

dapat di sembuhkan melainkan dapat di kontrol dengan pola hidup yang sehat. Ada

beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hipertensi meliputi; umur, jenis kelamin,

riwayat keluarga,genetik ( faktor yang tidak dapat diubah/ dikontrol),kebiasaan

merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan

menkonsumsi minuman beralkohol, obesitas,kurang aktifitas fisik,strees

(Kowalski, 2007).

Isolated systolic hypertension (ISH) merupakan hipertensi yang umunya

ditemukan pada lansia. ISH merupakan hipertensi dengan tekanan sistoliknya saja

yang tinggi (diatas 140 mmHg), namun tekanan diastolik tetap normal (dibawah 90

mmHg). Lansia sering terkena hipertensi disebabkan oleh kekakuan pada arteri

sehingga tekanan darah cenderung meningkat. Biasanya stres bukan karena


2

penyakit fisik tetapi lebih mengenai kejiwaan. Akan tetapi karena pengaruh stres

tersebut maka penyakit fisik bisa muncul akibat lemah dan rendahnya daya tahan

tubuh (Mardiana, 2014).

Menurut WHO (2007) prevalensi hipertensi di indonesia yang di diagnosis

oleh tenaga kesehatan sebesar 26,5%. Berdasarkan data dinas kesehatan kota

malang tahun 2014 hipertensi memasuki sepuluh besar penyakit terbanyak di kota

malang. Menduduki peringkat kedua dari penyakit terbanyak. Penderita hipertensi

sebanyak 50.612 jiwa. Prosentase penderita hipertensi masih tinggi dari tahun 2012

sampai 2014 (Nuswantari, 2014).

Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi tekanan darah tinggi

diantaranya adalah stres. Stres dan aktivasinya pada sistem saraf simpatis, yang

merupakan bagian dari sistem saraf otonom (tidak disadari), mendominasi saat

stres, dan memegang peran penting dalam menciptakan tekanan darah tinggi. Maka

dari itu gaya hidup bisa menurunkan kadar kotekolamin, bahan kimia yang

berpotensi negatif yang meningkat saat stres. Kecemasan dan stres emosional

meningkatkan tekanan darah pada banyak orang. Srees mempercepat produksi

senyawa berbahaya, meningkatkan kecepatan denyut jantung dan kebutuhan akan

suplai darah, dan tidak lama kemudiann akan meningkatkan tekanan darah serta

menimbulkan serangan jantung dan stroke (Kowalski, 2007).

Dari hasil penelitian Sukadiyanto (2010) yaitu jika Individu yang

mengalami stress akan berperilaku lain dibandingkan dengan yang tidak mengalami

stress. Oleh karena itu, kondisi individu yang mengalami stress gejala-gejalanya

dapat dilihat baik secara fisik maupun secara psikologis. Gejala secara fisik

individu yang mengalami stress, antara lain ditandai oleh: gangguan jantung,
3

tekanan darah tinggi, ketegangan pada otot, sakit kepala, telapak tangan dan atau

kaki terasa dingin, pernapasan tersengal-sengal, kepala terasa pusing, perut terasa

mual-mual, gangguan pada pencernaan, susah tidur, bagi wanita akan mengalami

gangguan menstruasi, dan gangguan seksual (impotensi). Berdasarkan uraian di

atas, jelaslah bahwa stres dapat menimbulkan gejala berbagai penyakit. Faktor

lingkungan yang diantaranya gangguan emosional (stres) juga mempengaruhi

hipertensi. Maka dari itu pengobatan hipertensi tidak hanya mengandalkan obat-

obat dari dokter maupun mengatur diet semata, namun penting pula untuk

mengontrol emosi membuat tubuh kita selalu dalam keadaan rileks dengan

memberikan stimulus emosi positif ke otak kita. Berbagai terapi telah diketahui

dapat memberikan stimulus positif pada otak kita, seperti misalnya meditasi, yoga,

maupun terapi musik.

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 28 November

2016 dalam wawancara pada penduduk kecamatan Kepanjen. Dengan responden

yang menderita hipertensi sebanyak 69 orang pada wawancara terdapat 29 orang

merasakan tekanan darah tinggi naik ketika mereka dalam keadaan stress emosional

misalnya sedang ada masalah yang berat. Berdasarkan kasus di atas tersebut, maka

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan pengaruh stres

dengan kejadian tingkat hipertensi pada lansia di puskesmas Kepanjen Kabupaten

Malang

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah hubungan antaran tingkat stres dengan kejadian hipertensi pada

lansia di puskesmas Kepanjen Kabupaten Malang?


4

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat

strees pada lansia dengan kejadian hipertensi pada lansia di puskesmas

Kepanjen Kabupaten Malang

1.3.2 Tujuan khussus

1.3.2.1 Mengetahui distribusi frekuensi berdasarkan tingkat stres pada

lansia di puskesmas Kepanjen Kabupaten Malang

1.3.2.2 Mengetahui distribusi frekuensi kejadian hipertensi pada lansia

di puskesmas Kepanjen Kabupaten Malang

1.3.2.3 Mengetahui hubungan tingkat strees dengan kejadian

hipertensi di puskesmas Kepanjen Kabupaten Malang

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Dari hasil penetian ini diharapkan menjadi referensi dan masukan

bagi perkembangan ilmu keperawatan serta menambah kajian ilmu

keperawatan terutama.

1.4.2 Manfaat praktis

1.4.2.1 Bagi Responden

Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan membuka

wawasan bagi penderita hipertensi untuk mengontrol

keadaan strees emosional.


5

1.4.2.2 Bagi pelayanan kesehatan

Dari hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam

peningkatan pelayanan kesehatan terutama pendidikan bagi

penderita hipertensi yang diharapkan dapat mengontrol

keadaan strees emosional.

1.4.2.3 Bagi Institusi

Dapat digunakan sebagai literatur untuk pengetahuan

kurikulum dalam pembahasan hipertensi terutama yang

membahas tentang hubungan strees dengan kejadian

hipertensi.

1.4.2.4 Bagi peneliti selanjutnya

Dari data penelitian ini dapat berguna sebagai literatur dan

memberikan informasi serta dapat dijadikan sebagai

perbandingan untuk melakukan penelitian tentang

hipertensi.

1.5 Batasan penelitian

Batasan dalam penelitian ini yaitu responden lansia dengan

batasan umur 45-80 tahun dan berdomisili diwilayah kecamatan

Kepanjen. Instrumen yang digunakan berupa tensimeter, stetoskop

dan kuisioner. Hipertensi yang dimaksut dalam penelitian ini adalah

tekanan darah yang pada sistolik 160 dan diastolik 90.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Stres

2.1.1 Pengertian Stres

Stres adalah keadaan apabila seseorang mengalami

ketidakseimbangan antara tuntutan dan sumberdaya yang dimiliki

individu,semakin tinggi kesenjangan terjadi semakin tinggi pula tingkat

stres yang dialami individu, dan akan terancam. Stres adalah

tanggapan/reaksi tubuh terhadap berbagai tuntutan atau beban atasanya

yang bersifat nonspesifik. Namun, disamping itu stres dapat juga

merupakan faktor pencetus, penyebab sekaligus akibat dari suatu

gangguan atau penyakit. Tuntutan terhadap tubuh itu berlebihan, maka hal

ini yang dinamakan distres. Tubuh akan berusaha menyelaraskan

rangsangan atau manusia akan cukup cepat untuk pulih kembali dari

pengaruh-pengaruh pengalaman stres. Manusia mempunyai suplai yang

baik dari energi penyesuaian diri untuk dipakai dan di isi kembali bilamana

perlu (Yosep,2007).

2.1.2 Penyebab Stres

Menurut Yosep (2009), Stresor psikososial adalah setiap keadaan

atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang

(anak, remaja, atau dewasa), sehingga orang tersebut terpaksa mengadakan

adaptasi atau menaggulangi stresor yang timbul. Terdapat 5 faktor

penyebab terjadinya stres pada lansia sebagai berikut :

a. Kondisi kesehatan fisik


7

Proses penuaan mengakibatkan perubahan (penurunan)

struktur dan fisiologis pada lanjut usia seperti : penglihatan,

pendengaran, sistem paru, persendian tulang. Karena penurunan

fungsi fisiologis tersebut, ketahanan tubuh lansia pun semakin

menurun sehingga terjangkit berbagai penyakit.

b. Kondisi psikologis

Kondisi psikologis yang dialami lansia, meliputi pengalaman,

sifat, jenis kepribadian dan cara pandang. dapat berpengaruh dalam

menghadapi stress.

c. Keluarga

Lansia sangat membutuhkan peran besar keluarga dalam menjauhkan

atau menghindari stress. Kurangnya perhatian pada lansia

dipersepsikan sebagai sikap mengabaikan.

d. Lingkungan

Stress juga dapat dipicu oleh hubungan sosial dengan orang

lain di sekitarnya atau akibat situasi sosial lainnya. Contohnya seperti

stres adaptasi lingkungan baru, beberapa teman yang sudah tidak ada

lagi (meninggal dunia), penurunan fungsi indera pengelihatan

menyebabkan sulit mengenal tempat, penurunan muskuloskeletal

sehingga sulit berjalan dan sebagainya.

e. Pekerjaan

Pekerjaan dapat menjadi pemicu stres bagi lansia. Penurunan

kondisi fisik dan psikis berpengaruh pada turunnya produktifitas para

lansia (Hidaayah,2014).
8

2.1.3 Tingkat stres

Menurut Mubarok (2015), gejala gangguan stres biasanya timbul

secara lamban, tidak jelas kapan timbulnya dan seringkali kita tidak

menyadari. Adapun tingkatan stres antara lain:

1. Stres ringan

Stres ringan adalah stres yang tidak merusak aspek fisiologis dari

seseorang. Stres ringan umumnya dirasakan dan dihadapi oleh setiap

orang secara teratur seperti lupa, kebanyakan tidur, kemacetan,

dikritik. Situasi seperti ini biasanya berakhir dalam beberapa menit

atau beberapa jam dan biasanya tidak akan menimbulkan penyakit

kecuali jika dihadapi terus menerus.

2. Stres sedang

Stres sedang adalah stres yang terjadi lebih lama dari beberapa jam

sampai beberapa hari seperti pada waktu perselisihan, kesepakatan

yang belum selesai, sebab kerja yang berlebih, mengharapkan

pekerjaan baru, permasalahan keluarga. Situasi seperti ini dapat

berpengaruh pada kondisi kesehatan seseorang.

3. Stres berat

Stres berat merupakan stres kronis yang terjadi beberapa minggu

sampai beberapa tahun yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti

hubungan suami istri yang tidak harmonis, kesulitan finansial, dan

penyakit fisik yang lama.


9

2.1.4 Reaksi Tubuh Terhadap Stres

Beberapa reaksi tubuh terhadap stres yang dapat muncul antara lain

adalah (Sriati A. 2008):

1. Rambut

Warna rambut akan mengalami berupahan pada awalnya

rambut berwarna hitam pekat akan berupa warna menjadi kecoklatan

serta kusam. Ubanan (rambut memutih) terjadi sebelum waktunya,

demikian pula dengan kerontokan rambut.

2. Mata

Otot-otot bola mata mengalami kekenduran atau sebaliknya sehingga

mempengaruhi fokus lensa mata. Dan akan mempengaruhi

Ketajaman mata.

3. Telinga

Pendengaran seringkali terganggu dengan suara berdenging (tinitus).

4. Daya pikir

Kemampuan dalam bepikir, mengingat dan konsentrasi

menurun. Orang akan menjadi pelupa dan sering mengeluh sakit

kepala pusing.

5. Ekspresi wajah

Ekspresi wajah seseorang yang stres akan tampak tegang, dahi

berkerut, mimik nampak serius, tidak santai, bicara berat, sukar untuk

senyum/tertawa dan kulit muka kedutan (tic facialis).


10

6. Mulut

Mulut dan bibir terasa kering, tenggorokan terasa menganjal

sehingga sukar menelan, hal ini disebabkan karena otot-otot lingkar

di tenggorokan mengalami spasme (muscle cramps) sehingga serasa

tercekik.

7. Kulit

Pada orang yang mengalami stres reaksi kulit bermacam-

macam; pada kulit dari sebahagian tubuh terasa panas atau dingin atau

keringat berlebihan, kulit menjadi kering.

8. Sistem Pernafasan

Pernafasan seseorang yang sedang mengalami stres dapat

terganggu misalnya nafas terasa berat dan sesak disebabkan terjadi

penyempitan pada saluran pernafasan mulai dari hidung, tenggorokan

dan otot-otot rongga dada.

9. Sistem Kardiovaskuler

Sistem jantung dan pembuluh darah atau kardiovaskuler dapat

terganggu faalnya karena stres. Misalnya, jantung berdebar-debar,

pembuluh darah melebar (dilatation) atau menyempit (constriction).

10. Sistem Pencernaan

Orang yang mengalami stres seringkali mengalami gangguan

pada sistem pencernaannya. Misalnya, pada lambung terasa kembung,

mual dan pedih; hal ini disebabkan karena asam lambung yang

berlebihan (hiperacidity).
11

11. Sistem Perkemihan.

Orang yang sedang menderita stres dalam sistem perkemihan

(air seni) dapat juga terganggu. Yang sering dikeluhkan orang adalah

frekuensi untuk buang air kecil lebih sering dari biasanya, meskipun

ia bukan penderita kencing manis (diabetes mellitus).

12. Sistem Otot dan tulang

Stres dapat menimbulkan keluhan-keluhan pada otot dan

tulang (musculoskeletal). Yang bersangkutan sering mengeluh otot

terasa sakit (keju) seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang.

13. Sistem Endokrin

Gangguan pada sistem endokrin (hormonal) pada orang yang

mengalami stres kadar gula akan meninggi dan gangguan hormonal

pada wanita adalah gangguan menstruasi yang tidak teratur dan rasa

sakit (dysmenorrhoe).

2.1.5 Dampak Stres

Dampak stres dibedakan dalam tiga kategori yaitu (Mubarok, dkk

2015):

1. Dampak fisiologik

Secara umum orang yang mengalami stres mengalami sejumlah

gangguan fisik meliputi:

a. Gangguan pada organ tubuh yang hiperaktif dalam salah satu

sistem tertentu, misalnya muscle myopathy, otot tertentu

mengencang/melemah, tekanan darah naik (kerusakan jantung

dan arteri), sistem pencernaan terdapat gastritis, diare.


12

b. Gangguan pada sistem reproduksi, misalnya emenore

(tertahanya menstruasi), kegagalan ovulasi pada wanita,

impoten pada pria, kurang produksi semen pada pria, kehilang

gairah seks.

c. Gangguan pada sistem pernafasan, misal astma, bronkitis.

2. Dampak psikologis

a. Keletihan emosi, jenuh, penghayatan ini merupakan tanda

pertama dan punya peran sentral bagi terjadinya burnout

b. Terjadi depersonalisasi yaitu dalam keadaan stres

berkepanjanagan seiring dengan kewalahan/keletihan emosi,

kita dapat melihat ada kecenderungan yang bersangkutan

memperlakukan orang lain sebagai sesuatu dari pada seseorang.

c. Pencapaian pribadi yang bersangkutan menurun, sehingga

berakibat pula menurunya rasa kompeten dan rasa sukses.

3. Dampak perilaku (behaviour)

Saat stres menjadi distres, terjadi tingkah laku yang tidak

dapat diterima oleh masyarakat. Level stres yang cukup tinggi

berdampak negatif pada kemampuan menginggat informasi,

mengambil keputusan, dan mengambil langkah tepat.

2.1.6 Cara Mengukur Tingkat Stres

Tingkat stres diukur menggunakan Perceived Stress Scale (PSS-

10) yang dibuat oleh Sheldon Cohen pada tahun 1988. Kuesioner ini

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh peneliti dengan bantuan

ahli. Perceived Stress Scale adalah self report questionnaireyang terdiri


13

dari 10 pertanyaan dan dapat mengevaluasi tingkat stres satu bulan yang

lalu dalam kehidupan subjek penelitian. Skor PSS-10 diperoleh

dengan reversing responses(sebagai contoh, 0=4, 1=3, 2=2, 3=1, 4=0)

terhadap tujuh soal yang bersifat positif (pertanyaan4, 5, 6, 7, 9, 10, 13)

dan tujuh soal bersifat negatif (pertanyaan 1, 2, 3, 8, 11, 12, 14 )

menjumlahkan skor jawaban masing-masing. Jumlah skor dalam PSS-14

adalah 0-56. Interpretasi pengukuran PSS-14 dengan skor tersebut

dikategorikan menjadi: (1) skor 0 38: ringan, (2) skor 38 48: sedang,

(3) skor >49: berat.

2.2 Konsep Hipertensi

2.2.1 Pengertian Hipertensi

Menurut American Heart Association (AHA),hipertensi didefinisikan

sebagai meningkatnya tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg dan

tekanan darah diastolik diatas 90 mmHg (Alan dkk,2013).

Hipertensi (Tekanan darah tinggi) adalah suatu peningkatan abnormal

tekanan darah dalam pembulu darah arteri secara terus menerus dalam 2

periode bila, terjadi kontriksi arterioli maka akan mengakibatkan darah

sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri.

Hipertensi akan menambah beban kerja jantung dan apabila berkelanjutan

akan menimbulkan kerujakan jantung dan pembulu darah (Udjianti,2010).

2.2.2 Jenis-jenis Hipertensi

Menurut Aspiani (2010) Hipertensi dibagi menjadi 3 kelompok :


14

1. Hipertensi primer atau esensial

Penderita hipertensi primer sekitar 9% dan belum diketahui

penyebabnya . Maka dari itu, penelitian dan pengobatan lebih ditujukan

bagi penderita esensial. Hipertensi primer diperkirakan disebabkan

oleh beberapa faktor yaitu meliputi, faktor keturunan yang cenderung

memiliki kemungkinan lebih besar untuk menderita hipertensi,

kebiasaan hidup yang sering menimbulkan hipertensi seperti, konsumsi

garam yang tinggi, kegemukan,stres, merokok minum alkohol dll,

faktor umur juga mempengaruhi (jika umur bertambah naka tekanan

darah akan meningkat),pada laki-laki hipertensi lebih tinggi dari pada

perempuan dan pada ras kulit hitam lebih banyak dari pada ras kulit

putih.

2. Hipertensi skunder

Hipertensi skunder terjadi akibat penyebab yang jelas. Salah satu

contohnya yaitu:

a) hipertensi vaskular renal yaitu terjadi akibat stenosis arteri renal.

Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis.

b) Feokromositoma yaitu tumor penghasil epineprin di kelenjar

adrenal, yang menyebabkan peningkatan kecepatan denyut

jantung dan volume sekuncup, dan penyakit cushing.

3. Hipertensi akibat kehamilan atau gestasional

Hipertensi gestasional adalah peningkatan tekanan darah (140

mmHg pada sistolik 90 mmHg diastolik) terjadi setelah kehamilan 20


15

minggu pada wanita non-hipertensi dan membaik dalam 12 minggu

pascapartum.

2.2.3 Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi menurut AHA (American Heart Association)

hipertensi dalam 3 derajat yaitu sebagai berikut (Alan,dkk2013):

Kategori Sistolik Diastolik

Normal 120 80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi stage 1 140-159 90-99

Hipertensi stage 2 160 100

Hipertensi krisi (membutuhkan 180 110


perawatan kegawatdaruratan)

Table 2.1 klasifikasi hipertensi menurut AHA (Alan,dkk2013)

2.2.4 Tanda gejala Hipertensi

Tanda gejala akibat hipertensiyang dapat timbul menurut Elizabeth J.

Corwin ialah sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami

hipertensi bertahun-tahun. Tanda gejala yang timbul dapat berupa nyeri

kepala disertai mual dan muntah akibat peningkatan tekanan darah

intrakranium, penglihatan kabur yang diakibatkan oleh kerusakan retina,

karena kerusakan susunan saraf maka penderita saat berjalan ayunan

langkahnya tidak mantap, nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari)

karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus, edema

dependen yang diakibatkan oleh peningkatan tekanan kapiler.

Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau


16

serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara

pada satu sisi atau hemiplegia atau gangguan tajam penglihatan.

Tanda dan gejala pada hipertensi yang sering ditemukan yaitu

( Nuraini,2015):

1) Epistaksis

2) Mudah marah

3) Telinga berdengung

4) Rasa berat di tengkuk

5) Sukar tidur

6) Mata berkunangkunang.

2.2.5 Patofisiologi Hipertensi

Volume sekuncup dan total peripheral resistance mempengaruhi

tekanan darah. Terjadi apabila peningkatan salah satu dari variabel

tersebut yang tidak terkompensasi maka dapat menyebabkan timbulnya

hipertensi. Tubuh memiliki sistem pengendali yang komplek berfungsi

mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh

gangguan sirkulasi dan mempertahankan stabilitas tekanan darah dalam

jangka panjang. Pengendalian sistem reaksi cepat seperti reflex

kardiovaskuler melalui sistem saraf, refleks kemoreseptor, respon

iskemia, susunan saraf pusat yang berasal dari atrium, dan arteri

pulmonalis otot polos. Sedangkan sistem pengendalian reaksi lambat

melalui perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga intertisial

yang dikontrol oleh hormon angiotensin dan vasopresin. Kemudian

dilanjutkan sistem poten dan berlangsung dalam jangka panjang yang


17

dipertahankan oleh sistem pengaturan jumlah cairan tubuh yang

melibatkan berbagai organ.

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya

angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme

(ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur

tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di

hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah

menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin

I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki

peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.

Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik

(ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari)

dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin.

Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke

luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi

osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler

akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler.

Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan

meningkatkan tekanan darah.

Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks

adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan

penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler,

aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara

mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan


18

diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan

ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan

tekanan darah ( Nuraini,2015).

2.2.6 Pemeriksaan Diagnostik

Pada penderita hipertensi dapat ditegakkan dengan pemeriksaan

fisik yang meliputi pengukuran secara akurat. Yang meliputi beristirahat

yang cukup, minimal setelah 5 menit sebelum pengukuran. Pengukuran

dilakukan pada posisi berbaring, duduk, ataupun berdiri dan dilakukan

beberapa kali untuk mendapatkan keakuratan. Menurut (Aspiani,2010)

pemeriksaan lain yang dapat dilakukan meliputi:

1. Laboratorium

Untuk pemeriksaan albuminuria akibat kelainan parenkin, pada saat

kreatinin serum dan BUN meningkat akibat parenkimginjal dengan

gagal ginjal akut, darah perifer lengkap, kimia darah,

(kalium,natrium,kreatinin, gula darah puasa).

2. EKG

Untuk pemeriksaan EKG pada penderita hipertens ketika, adanya

hipertrofi ventrikel kiri, iskemi atau infark miokard, adanya

peninggian gelombang p, gangguan konduksi

3. Foto rontgen

Untuk pemeriksaan foto rontgen pada penderita hipertensi ketika,

adanya pembendungan lebarnya paru, hipertrofi parenkim ginjal,

hipertrofi vaskuler ginjal.


19

2.2.7 Penatalaksanaan

Penanganan hipertensi menurut JNC VII. penatalaksanaan

pertama hipertensi adalah pencapaian tekanan sistolik target <140/90

mmHg. Pada pasien dengan hipertensi dan diabetes atau panyakit ginjal,

target tekanan darahnya adalah <130/80 mmHg. Pencapaian tekanan

darah target secara umum dapat dilakukan dengan dua cara sebagai

berikut ( Nuraini, 2015):

1. Non famakologi

Terapi non farmakologis terdiri dari menghentikan kebiasaan

merokok, menurunkan berat badan berlebih, konsumsi alkohol

berlebih, asupan garam dan asupan lemak, latihan fisik serta

meningkatkan konsumsi buah dan sayur.

a) Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih. peningkatan

berat badan berpengaruh terhadap tekanan darahnya.

b) Meningkatkan aktifitas fisik: orang yang aktivitasnya rendah

berisiko terkena hipertensi 30-50% daripada yang aktif.

c) Mengurangi asupan natrium

d) Menurunkan konsumsi kafein dan alkohol karena, kafein dapat

memacu jantung bekerja lebih cepat, sehingga mengalirkan lebih

banyak cairan pada setiap detiknya.

2. Farmakologi

Terapi farmakologis yaitu obat antihipertensi yang dianjurkan

oleh JNC VII yaitu diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz) atau

aldosteron antagonis, beta blocker, calcium chanel blocker atau


20

calcium antagonist, Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor

(ACEI), Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor

antagonist/ blocker (ARB) diuretik tiazid (misalnya

bendroflumetiazid).

2.2.8 Etiologi Hipertensi

Hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Terjadi

sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan

perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya

hipertensi antara lain (Aspiani, 2010) :

1. Genetik

Adanya faktor genetik pada keluarga akan menyebabkan

keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini

berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan

rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan

orang tua.

2. Obesitas

Barat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah.

Menurut National Institutes for Health USA (NIH,1998), prevalensi

tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)

>30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita,

dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita

bagi yang memiliki IMT <25 (status gizi normal menurut standar

internasional).
21

3. Stres

Stres dapat meningkatkan tekanah darah sewaktu. Hormon

adrenalin akan meningkat sewaktu kita stres, dan itu bisa

mengakibatkan jantung memompa darah lebih cepat sehingga tekanan

darah pun meningkat.

4. Kurang olahraga.

5. Pola asupan garam dalam diet

6. Kebiasaan Merokok

Setelah usia 20 tahun kemampuan jantung memompa darah

menurun 1% setiap satu tahun sehingga menyebabkan menurunya

kontraksi dan volume. Pada orang lanjut usia, penyebab hipertensi

disebabkan terjadinya perubahan pada elastisitas diding aorta menurun,

katup jantung menebal kemudian menjadi kaku,kemampuan jantung

memompa darah, kehilangan elastisitas pembulu darah, dan

meningkatkan resistensi pembulu darah perifer.

2.2.9 Epidemologi Hipertensi

1. Tempat

Prevalensi hipertensi ditiap daerah berbeda-beda tergantung pada

pola kehidupan masyarakatnya. Dari hasil riskesda (riset kesehatan

dasar) 2013 diketahui prevalensi nasional hipertensi pada penduduk

umur > 18 tahun sebesar 26,5 persen (25,8% + 0,7 %). tertinggi di

Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%),

Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%), sedangkan terendah

di Pegunungan Jayawijaya sebanyak 6,8%. Penduduk yang tinggal di


22

daerah kota lebih banyak ditemukan adanya hipertensi dibandingan

dengan orang yang hidup di desa, selain itu letak geografis dimana daerah

pantai lebih banyak kejadian hipertensi dari pada daerah pegunungan

dengan prevalensi perdesaan (5,1%) lebih tinggi dari perkotaan (5,6%)

(Sukarno,dkk 2014).

2. Orang

Pada negara yang sudah maju, hipertensi merupakan masalah

kesehatan yang memerlukan penanganan yang baik karena angka

morbiditas dan mortalitasnya yang tinggi. Hipertensi lebih sering

ditemukan pada pria terjadi setelah usia 31 tahun sedangkan pada

wanita terjadi setelah umur 45 ( setelah menopause). Dari tahun 2007

sampai 2013 prevalensi hipertensi berdasarakan jenis kelamin. Lebih

tinggi perempuan dari pada laki-laki dan. Didapatkan prevalensi

nasional sebesar 5,3 persen laki-laki 6,0% dan perempuan 4,7%,

(Riskesdas 2013).

2.3 Konsep Lansia

2.3.1 Pengertian lansia

Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan

manusia sedangkan, menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 tahun

1998 tentang kesehatan. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia

lebih dari 60 tahun. Dikatakan lanjut usia dimana fase menurunya

kemampuan akal dan fisik, yang dimulai dengan adanya perubahan dalam

hidup.
23

Proses menua adalah suatu keadaan yang terjadi dalam kehidupan

manusia. Proses menua dimulai sejak permulaan kehidupan dan

merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tahap-

tahap kehidupanya yaitu, neonatus, toddler, pra school, school, remaja,

dewasa dan lansia. Tahap berbedaan ini di mulai baik secara biologis

maupun psikologis (Padila, 2013).

2.3.2 Batasan lansia

Batasan lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) ada

empat tahap yaitu (Padila, 2013). :

1. Usia pertengahan (middlw age) usia 45-59

2. Lanjut usia (eldery) usia 60-74 tahun

3. Lanjut usia tua (old) 75-90

4. Usia sangat tua (very old) >90 tahun

2.3.3 Karateristik Lansia

Lansia memiliki karateristik sebagai berikut (Maryam,2008):

1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai pasal 1 ayat 2 (2) UU No. 13

tentang kesehatan).

2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai

sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari

kondisi adaptif hingga maladaptif

3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi


24

2.3.4 Klasifikasi Lansia

Lima klasifikasi pada lansia adalah sebagai berikut (Maryam,2008):

1. Pralansia (prasenilis)

Seseorang yang berusia anatara 45 sampai 59 tahun.

2. Lansia

Seseorang yang berusia berusia 60 tahun atau lebih.

3. Lansia beresiko tinggi

Seseorang yang berusia 70 atau lebih dengan masalah kesehatan

4. Lansia potensial

Lansia yang mampu melakukan pekerjaan atau mampu melakukan

kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.

5. Lansia tidak potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,sehingga hidupnya

terganttung orang lain.

2.3.5 Perubahan pada lansia

1. Perubahan fisiologis

Menurut Dewi (2012) perubahan system organ akibat menua

dijelaskan sesuai system organ tubuh. Mengarah pada kemampuan lansia

untuk melakukan aktivitas sehari hari (ADL) yang berpengaruh terhadap

kualitas kehidupan individu lansia . ketika lansia mengalami perubahan

akibat proses menua, fungsi independen lansia akan mengalami gangguan.

a) Sistem kardiovaskular
25

System kardiovaskular mengalami penurunan efisien sejalan

dengan proses menua. Pada sistem kardiovaskuler akan mengalami

banyak gangguan, antara lain sebagai berikut:

1. Jantung

Pada jantung kekuatan otot akan menurun, katup jantung mengalami

penebalan dan menjadi lebih kaku dan pada nodus sinoatrial yang

bertanggung jawab terhadap kelistrikan jantung menjadi kurang

efektif dalam menjalankan tugasnya dan implus yang dihasilkan

lemah.

2. Pembuluh darah

Dinding arteri menjadi kurang elastis. Pada dinding kapiler terjadi

penebalan sehingga menyebabkan melambatnya pertukaran antara

nutrisi dan zat sisa metabolism antara sel dan darah. Ketika dinding

pembuluh darah yang semakin kaku akan meningkatkan tekanan

darah sistolik maupun diastolic

3. Darah

a. Volume darah menurun sejalan penurunan cairan tubuh akibat

proses menua

b. Aktivitas sumsum tulang mengalami penurunan sehingga terjadi

penurunan jumlah sel darah merah, kadar hematocrit dan kadar

hemoglobin

c. Kontraksi jantung melemah, volume darah yang di pompa

menurun, dan cardiac output mengalami penurunan sekitar 1%


26

pertahun dari volume cardiac output orang dewasa normal

sebesar 5 liter.

b) System pernafasan

Perubahan fungsi respirasi akibat proses menua terjadi secara

bertahap sehingga umumnya lansia sudah dapat mengkompensasi

perubahan yang terjadi.

1. Cavum thorax

Cavum thorax menjadi kaku seiring dengan proses klasifikasi

kartilago dan pada vertebrae thorakalis mengalami pemendekan,

dan osteoporosis menyebabkan postur bungkuk yang akan

menurunkan ekspansi paru dan membatasi pergerakan thorak

2. Otot bantu pernafasan

Otot abdomen melemah sehingga menurunkan usaha nafas baik

inspirasi maupun ekspirasi.

3. Perubahan intrapulmonal

a. Daya recoil paru semakin menurun seiring bertambahnya usia

b. Alveoli melar dan menjadi lebih tipis, walaupun jumlahnya

konstan, jumlah alveoli yang berfungsi menurun secara

keseluruhan

c. Peningkatan kekebalan membrane alveoli kapiler,

menurunkan area permukaan fungsional untuk terjadinya

pertukaran gas.
27

Perubahan structural pada system respirasi berpengaruh

terhadap jumlah aliran udara yang mengalir dari dalam paru,

demikian pula pertukaran gas di tingkat alveolar.

c) Sistem musculoskeletal

Sebagian besar lansia mengalami perubahan postur, penurunan

rentang gerak, dan gerakan yang melambat. Perubahan ini merupakan

contoh dari banyaknya karakteristik normal lansia yang berhubungan

dengan proses menua.

1. Struktur tulang

Penurunan massa tulang menyebabkan tulang menjadi rapuh dan

lemah dan pada Columna vetrebalis mengalami kompresi sehingga

menyebabkan penurunan tinggi badan.

2. Kekuatan otot

Regenerasijaringan otot berjalan lambat dan massa otot berkurang.

Pada otot lengan dan betis mengecil dan bergelambir. Inaktivitas otot

juga akan mengakibatkan kehilangan fleksibilitas dan ketahanannya.

3. Sendi

a. Keterbatasan rentan gerak

b. Kartilago menipis sehingga sendi menjadi kaku, nyeri dan

mengalami inflamasi.

d) Sistem integument

Perubahan yang terjadi pada rambut dan kulit barangkali

merupakn perubahan yang menjadi simpol terjadinya proses penuaan.


28

Kulit keriput, terbentuknya age spot, rambut beruban dan kebotakan

merupakan tanda seseorang telah berubah menjadi tua.

1. Kulit

Pada kulit elatisitas kulit akan menurun, sehingga kulit berkerut dan

kering. Kulit juga akan menipis mengakibatkan fungsi kulit sebagai

pelindung bagi pembuluh darah akan berkurang.

2. Rambut

Rambut menipis karena aktivitas folikek rambut menurun dan

Penurunan melanin mengakibatkan perubahan warna rambut.

3. Kuku

Penurunan aliran darah ke kuku menyebabkan bantalan kuku

menjadi tebal, keras dan rapuh dengan garis longitudional.

4. Kelenjar keringat

Kulit yang intak merupakan pertahan pertama terhadap invasi

mikrobakteri. Kekeringan dan penurunan elastisitas kulit

meningkatkan resiko gangguan intergritas kulit meningkatkan.

Regulasi suhu tubuh terganggu karena penurunan produksi keringat.

Sehingga meskipun suhu lingkungan lebih tinggi, lansia biasa saja

tidak berkeringat. Sebaliknya, penurunan insulasi akibat penurunan

ketebalan lemak subkutan membuat lanisa mudah merasa dingin.

e) Sistem Gastrointestinal

Perubahan yang terjadi pada system gastrointestinal, meskipun

bukan kondisi yang mengancam nyawa, namun tetap menjadi perhatian

utama bagi para lansia


29

1. Cavum oris

a. Reabsorbsi tulang bagian rahang dapat menyebabkan

tanggalnya gigi sehingga menurunkan kemampuan

mengunyaha yang mengenakan gigi palsu harus mengecek

ketepatan posisinya.

2. Esofagus

a. Reflek telan melemah sehingga meningkatkan resiko aspirasi

b. Melemahnya otot halus sehingga memperlambat waktu

pengosongan

3. Lambung

Penurunan sekresi asam lambung menyebabkan gangguan

absorbs besi, vitamin B12, dan protein.

4. Intestinum

a. Peristaltik menurun

b. Melemahnya peristaltic usu menyebabkan inkompetensi

pengosongan bowel

Menurunnya peristaltic usus disertai hilangnya tonus otot

lambung menyebabkan pengososngan lambung menurun

sehingga lansia akan merasa penuh setelah mengkonsumsi

makanan meski dalam jumlah yang sedikit.

f) Sistem Genitourinaria

Perubahan system genitourinaria mempengaruhi fungsi dasar

tubuh dalam BAK dan penampilan seksual. Kepercayaan yang

dipegang masyarakat bahwa masalah pada sistem genitourinaria


30

merupakan hal yang wajar seiring bertambahnya usia. Akibatnya ketika

terjadi masalah pada system ini lansia terlambat mencari pertolongan.

1. Fungsi ginjal

Aliran darah ke ginjal menurun karena penurunan cardiacoutput

dan laju filtrasi glomelurus menurun dan terjadinya gangguan

kemampuan mengkonsentrasi urine

2. Kandung kemih

Penurunan kandung kemih dan Tonus otot menghilang dan terjadi

gangguan pengosongan kandung kemih.

3. Miksi

Untuk proses milsi pada pria, dapat terjadi peningkatan frequensi

miksi akibat pembesaran prostat dan Pada wanita, peningkatan

frekuensi miksi dapat terjadi akibat melemahnya otot perineal.

4. Reproduksi wanita

Penurunan jumlah rambut pubis, Terjadi atrovi vullva

Sekresi vaginal menurun, diding vagina menjadi tipis dan kurang

elastis

5. Reproduksi pria

Ukuran testis mengecil dan pada ukuran prostat membesar.

Pembesaran prostat dapat menyebabkan retensi urin, gangguan

frekuensi miksi dan inkontinensia overflow bahkan kerusakan pada

ginjal. Sehingga seorang pria yang telah memasuki usia lanjut

harus melakukan pemeriksaan prostat secara rutin.


31

g) perubahan sistem syaraf

Perubahan pada system saraf mempengaruhi semua system tubuh

termasuk system vaskuler, mobilitas, koordinasi, aktivitas visual dan

kemampuan kognitif.

1. Neuron

Penurunan dan jumlah neuron menurun mengakibatkan efisiensi

kerja neuron, reaction time akan melambat dan kemampuan untuk

berespon terhadap stimulus menjadi lambat. Meskipun reaction

time melambat, keakuratan dan pressi respon lansia semakin

meningkat.

2. Pergerakan

Lansia beresiko mengalami jatuh karena reaksion time

mempertahankan keseimbangan menurun dan mengalami reaksi

hipotesi sekunder akibat penurunan volume darah.

3. Tidur

Pada pola tidur lansia akan mudah terbangun di malam hari

(insomnia). Tidur dalam (tahap IV) dan tidur REM berkurang

h) Sistem sensori

Pada sistem sensori penurunan fungsi organ sensori

mempengaruhi kemampuan dan kualitas hidup lansia.

1. Perubahan pasa indra penglihatan lansia, mempengaruhi pemenuhan

kebutuhan ADLnya.
32

2. Lensa mata mengalami perubahan warna menjadi kuning

menyebabkan penglihatan pada beberapa warna antara lain biru,

hijau, dan ungu menjadi sulit.

3. Penurunan produksi air mata menyebabkan mata rentan mengalami

iritasi dan infeksi.

4. Kemampuan mendengar juga berkurang, terutama pada suara

bernada tinggi.

5. Indra perasa juga mengalami penurunan fungsi, sehingga lansia tidak

peka terhadap perubahan rasa.

2. Perubahan patologis

Perubahan dan konsekuensi patologis lansia pada system kardiovaskuler.

Penyakit kardiovaskuler yang sering terjadi pada lansia meliputi (Padila,

2013) :

1) Hipertensi

Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik

sama atau lebih tinggi dari 140 mmHG dan tekanan diastolik lebih dari

90mmHG,yang terjadi karena menurunya elastisitas arteri pada proses

menua.

2) Penyakit jantung coroner

Penyempitan pembulu darah jantung sehingga aliran darah menuju

jantung terganggu.

3) Distrimia

Kejadian disritmis atrial dan ventrikuler meningkat pada lansia karena

perubahan structural dan fungsional pada penuaan.


33

4) Penyakit vaskuler periver

5) Penyakit katub jantug

3. Perubahan psikologis

Perubahan Psikologis Perubahan psikologis lansia sering terjadi

karena perubahan fisik, dan mengakibatkan berbagai masalah kesehatan

jiwa di usia lanjut. Beberapa masalah psikologis lansia antara lain sebagai

berikut (Padilah,2013):

1. Paranoid

Respons perilaku yang ditunjukkan dapat berupa curiga, agresif,

atau menarik diri.

2. Gangguan tingkah laku

Lansia merasa kehilangan harga diri, kehilangan peran, merasa

tidak berguna, tidak berdaya, sepi, pelupa, kurang percaya diri, dan

sebagainya.

3. Gangguan tidur

Lansia mengalami tidur superfisial, tidak pernah mencapai total

bed sleep, merasa tengen, setiap detik dan jam selalu terdengar, desakan

mimpi buruk, serta bangun lebih cepat dan tidak dapat tidur lagi.

4. Keluyuran (wandering)

Hal ini biasanya terjadi akibat bingung dan demensia. Lansia

keluar rumah dan tidak dapat pulang, hilang, berkelana, atau

menggelandang. Sebenarnya ini tidak dikehendaki oleh lansia. Hal

tersebut terjadi karena lansia tidak betah di rumah, tetapi saat keluar

tidak tahu jalan untuk pulang.


34

5. Sun downing

Lansia mengalami kecemasan meningkat saat menjelang malam

(di rumah), terus mengeluh, agitasi, gelisah, atau teriak ketakutan.

6. Depresi

Depresi yang terjadi pada lansia, di antaranya depresi

terselubung, keluhan fisik menonjol, berkonsultasi dengan banyak

dokter (umum/spesialis), merasa lebih pusing, nyeri, dan sebagainya.

Depresi sering dialami oleh lansia muda wanita karena terjadinya

menopause karena, tidak siap menghadapi menopause, maka depresi

sangat menonjol.

7. Demensia

Demensia adalah suatu sindrom gejala gangguan fungsi luhur

kortikal yang multipel, seperti daya ingat, daya pikir, daya tangkap,

orientasi, berhitung, berbahasa, dan fungsi nilai sebagai akibat dari

gangguan fungsi otak. Demensia banyak jenisnya yang bergantung

pada penyebab dan gejala yang timbul, di antaranya demensia,

multiinfark demensia, alzheimer, atau bahkan retardasi mental.

8. Sindrom pascakekuasaan (post power syndrom)

Sindrom pascakekuasaan adalah sekumpulan gejala yang timbul

setelah lansia tidak punya; kekuasaan, kedudukan, penghasilan,

pekerjaan, pasangan, teman, dan sebagainya.

2.4 Hubungan tingkat stres dengan kejadian hipertensi

Stres merupakan aktivitas saraf simpatis, peningkatan ini

mempengaruhi meningkatnya tekanan darah secara bertahap. Apabila stres


35

menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi.

Penyakit hipertensi timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor.

Faktor utama yang lebih berperan terhadap timbulnya hipertensi tidak di

ketahui dengan pasti. Pencegahan penyakit hipertensi yang efektif antara

lain dapat dilakukan dengan menjalankan gaya hidup sehat. Stres adalah

rasa takut dan cemas dari perasaaan dan tubuh kita terhadap perubahan di

lingkungan. Secara fisiologis, bila ada sesuatu yang mengancam, kelenjar

pituitary otak mengirimkan alarm dan hormon kekelenjar endokrin, yang

kemudian mengalirkan hormon adrenalin dan hidrokortison kedalam darah.

Hasilnya, tubuh menjadi siap untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan

yang muncul. Secara alamiah yang kita rasakan adalah degup jantung yang

berpacu lebih cepat, dan keringat dingin yang biasanya mengalir di tengkuk

(Braverman E. R, 2008).

Perubahan fungsional tekanan darah pada beberapa tempat dapat

disebabkan oleh stres akut, bila berulang secara intermiten beberapa kali,

dapat menyebabkan suatu adaptasi struktural hipertropi kardiovaskuler. Bila

stress berkepanjangan akan mempengaruhi tekanan darah pada penderita

hipertensi. Stress akan mempengaruhi peningkatan tekanan darah, jika

penderita hipertensi mengalami stress, cenderung akan tetap tekanan

darahnya bahkan bisa bertambah tinggi atau menjadi berat tingkat

hipertensinya. Bila ini terjadi pada tingkat vaskuler akan ada peningkatan

tahanan (resistensi), yang disebabkan peningkatan rasio dinding pembuluh

dengan lumennya. Hal ini kemudian mempertinggi pengaruh homodinamik

tekanan. Kemungkinan besar bahwa faktorfactor tropik neurohormonal


36

adalah penting dalam perkembangan hipertensi jangka panjang yang

mengikuti perpanjangan stres penginduksi hipertensi. Misalnya, suatu

penelitian yang baru-baru ini menunjukkan bahwa angiotensin II, suatu

hormon yang sering meningkat dalam situasi-situasi yang penuh stres,

menyebabkan peningkatan sintesis protein dalam sedian sel otot polos

vaskuler (pembuluh darah). Efek ini dapat menyebabkan hipertropi

endothelial dan agaknya menurunkan ukuran lumen, sehingga

menyebabkan peningkata tekanan. Disamping itu peningkatan

atheroslerosis sering kali tampak pada orang setelah stres kronik

penginduksi hipertensi, yang juga mengurangi lumen dan dapat

menyebabkan peningkatan tekanan darah yang irreversibel. Dengan

munculnya teknik-teknik baru dalam bidang biologi seluler dan molekuler,

mungkin akan ditemukan beberapa faktor-faktor penginduksi tekanan darah

yang merangsang hipertropi dinding pembuluh darah.

2.5 Kerangka konsep

Pada penelitian ini terdapat beberapa variabel yang akan diteliti yang

didasarkan atas opini peneliti dan kemungkinan dapat dilaksanakannya

penelitian, maka dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut:


37
38

Keterangan : : variable yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

2.6 Penjelasan kerangka konsep

Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan

manusia. pada lansia akan terjadi beberapa berupahan diantaranya perubahan

fisiologis,perubahan patologis dan berubahan psikologis. Dari ketiga

perubahan tersebut akan mengalami beberapa penurunan sistem dari dalam

tubuh. Pada perubahan patologis akan terjadi beberapa penyakit yang terjadi

pada lansia diantaranya pada sistem kardiovaskuler yaitu hipertensi

merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama atau lebih tinggi dari

140 mmHG dan tekanan diastolik lebih dari 90mmHG,yang terjadi karena

menurunya elastisitas arteri pada proses menua. Dan pada perubahan lansia

sering terjadi karena perubahan fisik, dan mengakibatkan berbagai masalah

kesehatan jiwa diantaranya adalah stres. tingkat stres yang tinggi akan

mengakibatkan hipertensi.

Tingkat hipertensi akan dihitung dengan sphygnomanometer dan

stetoskop untuk menentukan stage/ derajat hipertensi. Dengan kategori stage1,

stage 2, krisis hipertensi.

Pada tinggkat stres dihitung dengan menggunakan kuisioner PSS

(Perceived Stress Scale ). Dengan kategori ringan, sedang, berat

2.7 Hipotesis

Ha : Ada hubungan tingkat stress dengan kejadian hipertensi di Puskesmas

Kepanjen Kabupaten Malang


39

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitaian ini adalah survei

analitik dengan menggunakan desain cross-sectional yang merupakan jenis

penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel

independen dan dependen dinilai hanya satu kali pada satu saat. Dalam studi

ini akan didapat prevalensi atau efek suatu fenomena yaitu variabel dependen

dan dihubungkan dengan penyebab yaitu variabel independen (Nursalam,

2013).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan

kejadian hipertensi pada lansia di puskesmas Kepanjen Kabupaten Malang.

3.2 Waktu dan tempat penelitian

1. waktu penelitian

Penelitian ini di lakukan pada bulan februari 2017

2. Tempat penelitian

Tempat penelitian ini di lakukan di Puskesmas Kepanjen Kabupaten Malang.

3.3 Kerangka kerja

Kerangka operasional atau kerangka kerja adalah tahapan atau langkah-

langkah kegiatan penelitian yang akan dilakukan untuk mengumpulkan data

yag diteliti untuk mencapai tujuan penelitian (Setiadi, 2007).


40

Populasi
Semua lansia penderita Hipertensi yang berada di wilayah kerja
Puskesmas Kepanjen Kabupaten Malang yang berjumlah 69

Sampel
Semua lansi penderita hipertensi yang berkunjung ke puskesmas
Kepanjen Kabupaten Malang yang berjumlah 58 orang

Sampling
Teknik sampling yang diggunakan yait purposive sampling

Desain Penelitian
Menggunakan desain penelitian cross-sectional

Variabel independen Variabel dependen


Tingkat stres Hipertensi

Pengumpulan data Pengumpulan data


kuisioner Pengukuran tekanan darah

Analisa data
Spearman Rank

Gambar 3.1 kerangka kerja Hubungan Tingkat Stres Dengsn Kejadian


Hipertensi Pada Lansia di Puskesmas Kepanjen Kabupaten Malang
41

3.4 Desain sampling

3.4.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generasi yang terdiri atas ojek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan (Setiadi, 2013).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia penderita Hipertensi

yang berjumlah 69 orang dan berada di wilayah kerja Puskesmas Kepanjen

Kabupaten Malang.

3.4.2 Sampel

Sampel terdiri atas bagian terjangkau yang dapat dipergunakan

sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam,2013). Sampel pada

peneliti ini adalah semua lansia yang menderita hipertensi yang

berkunjung ke puskesmas Kepanjen Kabupaten Malang, yang sesuai

dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Cara menentukan sampel penelitian

yaitu dengan menggunakan rumus slovin, yaitu :


n = 1+( 2 )

Keterangan :

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

e = batas toleransi kesalahan yaitu 5%

Sehingga diperoleh besar sampel dalam penelitian ini yaitu


42

69
n = 1+69(0,052 )

69
= 1+69(0,0025)

69
= 1,1725

= 58 Responden

3.4.3 Kriteria sampel

Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk

mengurangi bias hasil penelitian. Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi

dua bagian, yaitu inklusi dan eksklusi (Nursalam, 2008).

1. Kriteria Inklusi

Merupakan karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2014).

Kriteria inklusi dari penelitian ini yaitu :

a. Lansia yang hadir saat pengambilan data

b. Bersedia menjadi responden

c. Lansia yang tidak mengalami kelemahan fisik dan gangguan

mental

2. Kriteria Eklusi

Merupakan kriteria yang dapat menghilangkan atau

mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dikarenakan

berbagai sebab (Nursalam, 2014). Kriteria eksklusi dalam penelitian

ini adalah :
43

a. Lansia yang tidak datang pada saat pengambilan data

b. Lansia tidak menolak menjadi responden

3.5 Teknik Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat

mewakili populasi yang ada. Teknik sampling merupakan cara-cara yang

ditempuh dalam pengambilan sampel,agar msemperoleh sampel yang benar-

benar sesuai dengan keseluruhan subjek peneliti (Nursalam,2013). Pada

penelitian ini sampel diambil secara puposive sampling, adalah teknik

pengambilan sampling yang tidak memberikan kesempatan sama bagi anggota

populasi untuk dipilih menjadi sample (Setiadi, 2013). Purposive sampling

adalah teknik pengambilan sampel dengan cara memilih sampel di antara

populasi yang diinginkan oleh peneliti sesuai dengan tujuan atau masalah

dalam penelitian, sehingga dapat mewakili karakteristik populasi penelitian

(Nursalam, 2014). Pada penelitian ini yang menjadi sampel yaitu lansia yang

hipertensi yang berada di wilayah kerja puskesmas kepanjen dengan jumalah

58 orang.

3.6 Identifikasi Variabel

1. Variabel dependen

Variabel dependen adalah variabel yang mempengaruhi atau nilainya

menentukan variabel lainya (Nursalam, 2013). Variabel dependen pada

penelitian ini adalah lansia yang menderita hipertensi.


44

2. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang dimanipulasi oleh peneliti

untuk menciptakan suatu dampak pada variable terkait (variabel dependent)

(Setiadi,2013). Variabel independent pada penelitian ini adalah tingkat stres

3.7 Definisi operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah

yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya

mempermuda pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2013).


45
46
47

3.8 Tenik pengumpulan data

3.8.1 Sumber data

Jenis pengumpulan data yang dilakukan peneliti untuk

memperoleh data yaitu :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh sendiri oleh peneliti

dengan cara pengukuran, pengamatan, survey, dan lain-lain (Setiadi,

2013). Data primer pada penelitian ini yaitu diperoleh dengan cara

menyebarkan kuisoner pada pasien yang melakukan pengobatan di

puskesmas Kepanjen Kabupaten Malang.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain

yang secara rutin mengumpulkan data (Setiadi, 2013). Data sekunder

pada penelitian ini yaitu jumlah penderita hipertensi dari register

Puskesmas Kepanjen Kabupaten Malang.

3.8.2 Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek

dan proses pengumpulan karateristik subjek yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2013). Peneliti mengumpulkan data dari lansia yang

menderita hipertensi dari puskesmas Kepanjen Kabupaten Malang.

1. Tahap persiapan

a. Peneliti meminta surat ijin penelitian kepada ketua STIKes Kepanjen

Pemkab Malang.
48

b. Peneliti penyerahkan surat ijin kepada BANKPOL, DINKES dan

Puskesmas Kepanjen

c. Peneliti memperoleh ijin dari Kepala Puskesmas Kepanjen untuk

dapat melakukan penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Peneliti dan dibantu dengan rekan yang berjumlah 3 orang

mendatangi posyandu lansia kecamatan Kepanjen.

b. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dari kegiatan penelitian.

c. Peneliti membagikan lembar persetujuan menjadi responden

kepada lansia untuk selanjutnya ditandatangai jika responden

bersedia berpartisipasi dalam penelitian.

d. Peneliti menjelaskan tata cara pengisian kuisioner.

e. Penelitian membagikan lembar kuesioner kepada responden,

peneliti juga akan memberikan arahan jika responden merasa

kesulitan untuk mengisi kuesioner.

f. Setelah kuesioner terisi, responden mengumpulkan kembali lembar

kuesioner kepada peneliti.

g. Peneliti mengecek kelengkapan jawaban dari responden, apabila

belum lengkap peneliti meminta responden untuk mengisinya

kembali.

3.8.3 Alat pengumpulan data

Instrumen pada penelitian ini adalah kuisioner. Kuisioner dalah suatu

cara pengumpulan data yang dilakukan dengan mengedrakan suatu daftar

pertanyaan yang berupa formulir (Setiadi,2013). Dalam penelitian ini


49

instrument yang di gunakan yaitu lembar kuisoner yang di gunakan untuk

memperolah data. Untuk mengukur tingkat stress menggunakan PSS

(Perceived stress scale). Untuk mengetahui tingkat strees yang terdiri dari 14

pertanyaan. Tes ini merupakan tes yang sudah diterima secara internasional

(sudah baku).

3.8.4 Analisa data

1. Analisa univariat

Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan menganalisis tiap

variabel (Notoadmodjo, 2005). Analisa univariat berfungsi untuk meringkas

kumpulan data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data

tersebut berubah menjadi informasi yang berguna, dan pengolahan datanya

hanya satu variabel (Setiadi, 2013).

2. Analisa Bifariat

Analisa bivariat dilakukan adalah analisa yang dilakukan lebih dari

dua variabel (Notoadmodjo, 2005). Analisa bivariat dilakukan adalah

analisa yang dilakukan lebih dari dua variabel (Notoadmodjo, 2005).

Analisa bivariat berfungsi untuk menguji hipotesis hubungan antara

tingkat stres dengan kejadian hipertensi. Analisa bivariat ini menggunakan

SPSS versi 20. Pemilihan uji statistik pada penelitian ini didasarkan pada

skala data, karena skala data pada penelitian ini merupakan skala ordinal

dan ordinal, maka uji statistik menggunakan Spearman rank. Dengan

menggunakan bantuan software komputer (SPSS versi 20), dasar

pengambilan keputusan penerimaan hipotesis penelitian berdasarkan

tingkat signifikansi (nilai ) adalah:


50

1. Jika value > 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak, berarti tidak ada

hubungan antara tingkat stres dengan kejadian hipertensi.

2. Jika value 0,05 maka hipotesis penelitian diterima, berarti ada

hubungan antara tingkat stres dengan kejadian hipertensi.

(Pakaya, 2013).

3.9 Pengelolahan data

Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk

memperoleh data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data

mentah dengan menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan

informasi yang diperlukan (Setiadi, 2007). Langkah-langkah pengolahan data

sebagai berikut:

a. Pengeditan data (Editing)

Dimana peneliti melakukan penelitian terhadap data yang diperoleh

dan diteliti apakah terdapat kekeliruan atau tidak dalam pencatatan.

b. Pengodean data (Coding)

Setelah dilakukan editing, selanjutnya penulis memberikan kode

tertentu pada tiap-tiap variabel sehingga memudahkan dalam melakukan

analisis data.

c. Entry Data

Setelah di lakukan koding data, maka dilakukan entry data.

d. Memproses Data (Processing)

Setelah data di kumpulkan kemudian diproses dengan computer

dengan menggunakan program SPSS untuk di analisis.


51

e. Cleaning

Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali

data yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan

tersebut sangat mungkinkan terjadi pada saat kita meng-entry data ke

komputer (Setiadi, 2013).

3.10 Etika Penelitian

Secara umum prinsip etika dalam penenlitian/ pengumpulan data dapat

dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu prinsip manfaat, prinsip menghargai hak-

hak subjek, dan prinsip keadilan (Nursalam, 2013).

1. Prinsip Manfaat

a. Bebas dari penderitaan

Penelitian ini dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan

kepada responden seperti melakukan tindakan khusus.

b. Bebas dari eksploitasi

Partisipasi responden dalam penelitian harus dihindarkan dari

keadaan yang merugikan. Peneliti memberikan penjelasan bahwa

partisipasi responden dalam penelitian atau informasi yang telah

diberikan tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan

responden.

c. Risiko (benefits ratio)

Peneliti harus berhati-hati dalam mempertimbangkan risiko dan

keuntungan yang akan berakibat kepada responden pada setiap tindakan.

4. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)

a. Hak untuk ikut/ tidak menjadi responden (righ to self determination)


52

Responden mempunyai hak untuk memutuskan apakah mereka bersedia

menjadi responden ataupun tidak, tanpa adanya sangsi.

b. Hak untuk mendapat jaminan dari perlakuan yang diberikan (righ to full

disclosure). Peneliti memberikan penjelasan secara rinci serta

bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada responden.

c. Informed concent

Responden harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang

tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak kebebasan

untuk berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada hal ini juga

perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan

untuk pengembangan ilmu.

5. Prinsip keadilan (right to justice)

a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (righ in fair treatment).

Responden harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan

sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi

apabila ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian.

b. Hak dijaga kerahasiannya (right to privacy)

Responden mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan

harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan

rahasia (confidentiality).
53

DAFTAR PUSTAKA

Aspiani yuli.2010.Buku ajar asuhan keperawatan klien gangguan kardiovaskular

aplikasi NIC dan NOC,Jakarta:EGC.

AA.Sriati.2008.Tinjauan tentang stress,Jatinagor

Biandara ira.2008.An update management concept in hypertension.FK

UNPAD,Bandung.

Hidaayah nur.2014.Stres pada lansia menjadi faktor penyebab dan akibat terjadinya

penyakit.Surabaya.

Kowalski robert.2007.Terapi Hipertensi: Program 8 Minggu Menurunkan Tekanan

Darah Tinggi Dan Menggurangi Resiko Jantung Dan Stroke Secara Alami,

Bandung:Qonita

Kemenkes RI 2013.Riset Kesehatan Dasar 2013 Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan

(http://dinkesbantenprovgo.idupload/articeldoc/HasilRiskesdas2013pdf )

diakses dan diperoleh pada tanggal 14 November 2016.

Mubarok wahid iqbal.2015.Buku ajar ilmu keperawatan dasar,Jakarta:Salemba

Medika.

Mutaqin arif.2009.pengantar asuhan keperawatan klien gangguan system

kardiovaskuler.Jakarta:Salemba Medika.

Maryam, siti dkk.2008.Mengenal usia lanjut dan perawatanya.Jakarta:Salemba

Medika.
54

Mardiana, yanih dan Zelfino.2014.Hubungan antara tingkat stres lansia dan

kejadian hipertensi pada lansia di RW 01 Kuncirang Tangerang.forum

ilmiah, Volume 11 Nomer 2.

Nuraini, bianti.2015.Risk of factor of hipertensi.faculty of medicin university of

lampung.Lampung.

Nursalam.2013.Metode penelitian ilmu keperawatan edisi 3 .Jakarta:Salemba

Medika.

Padilah.2013.Buku ajar keperawatan gerontik.Jakarta:Salemba Medika.

Setiadi.2013.Konsep dan praktik penulisan riset keperawatan.Yogyakarta:Graha

ilmu.

Sukadiyanto.2010.Stres dan Cara Menguranginya.Cakrawala Pendidikan FIK

Universitas Negeri Yogyakarta,No1

Udjianti, wajan juni.2010 keperawatan kardiovaskuler,Jakarta:Salemba medika.

Yosep iyus.2007.Buku ajar keperawatan jiwa,Bandung:PT Refika Aditama.


55

Lampiran 1

INFORMED CONSENT

Kepada

Yth. Bpk/Ibu

Di

PUSKESMAS KEPANJEN

MALANG

Dengan hormat,

Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir Program Studi S1 Keperawatan


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen, maka saya :

Nama : Silvi Zahrotul Laily

NIM : 13.20.032

Semester : VII

Bermaksud mengadakan penelitian yang berjudul Hubungan Tingkat Stres


Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Puskesmas Kepanjen Kabupaten
Malang. Demi kelancaran penelitian ini saya mengharapkan partisipasi ibu atau
bapak bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

Adapun hal-hal yang bersangkutan dengan diri ibu atau bapak saya jamin
kerahasiaannya. Oleh karena itu tidak akan dicantumkan nama terang demi menjaga
kerahasiaannnya.

Hormat Saya,

SILVI ZAHROTUL LAILY

NIM. 13.20.032
56

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ..

Umur : ..tahun

Pekerjaan : ..

Usia Anak : ..

Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti tentang maksud dan tujuan


untuk berbartisipasi dalam penelitian yang berjudul Hubungan Timgkat Stres
Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansi di Puskesmas Kepanjen Kabupaten
Malang , maka saya dengan penuh kesadaran serta tanpa paksaan (bersedia/tidak
bersedia)* menjadi responden penelitian dengan menandatangani surat persetujuan
ini.

Malang, Februari 2017

Responden

( )**

Keterangan :

* : coret yang tidak perlu

** : isi dengan inisial nama


57

Lampiran 3

LEMBAR KUISIONER

Kuisioner Penelitian

Hubungan Tingkat Stres Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di

Puskesmas Kepanjen Kabupaten Malang

Tujuan: Untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan kejadian hipertensi

pada lansia di puskesmas kepanjen Kabupaten Malang.

Petunjuk pengisian:

Berilah tanda checklist () pada kotak yang telah disediakan sesuai dengan jawaban

anda.

1. Identitas
Nomor Responden :
Nama Inisial :
Umur :
60-65 tahun Status :
66-75 tahun Belum kawin
75-80 tahun Kawin
>80 tahun Cerai mati
Jenis kelamin : Cerai hidup
Laki laki
Perempuan Pekerjaan :
Swasta
Pendidikan : Wiraswasta
SD PNS
SMP/sederajat TNI/POLRI
SMU/sederajat Buruh
Perguruan Tinggi Tidak bekerja
Tidak sekolah Lain lain (*diisi
sendiri)....
58
Petunjuk Pengisian:

- Berilah tanda checklist () pada kotak yang telah disediakan sesuai dengan
jawaban anda.
- Pertanyaan dibawah ini berdasarkan kejadian yang anda alami selama satu
bulan terakhir
Pernyataan
Kadang
No. Pertanyaan Tidak Hampir cukup Sangat

pernah tidak pernah Sering sering
kadang
1 Seberapa sering Anda
merasa terganggu mengenai
sesuatu yang terjadi tanpa
terduga? (misalnya, tak
sengaja anda dibentak)
2 Seberapa sering Anda
merasa bahwa tidak dapat
mengendalikan hal-hal
penting dalam kehidupan
Anda? (misalnya, tidak
dapat mengontrol pola
hidup yang baik bagi lansia)
3 Seberapa sering Anda
merasa gelisah dan tegang?
?(misalnya, perasaan tidak
nyaman dan timbul rasa
khawatir)
4 Seberapa sering anda
berhasil mengatasi masalah
dan gangguan dari hari ke
hari? Usaha anda dalam
mengatasi masalah
misalnya, memakai
kacamata untuk penglihatan
yang menurun, memakai
tongkat untuk pergerakan
yang terbatas,
minumvitamin untuk
menjaga kesehatan)
5 Seberapa sering anda
merasa bahwa anda berhasil
mengatasi perubahan
penting yang terjadi dalam
diri anda? (misalnya, saat
anda mengalami kekakuan
sendi yang mengakibatkan
anda mengalami
59

keterbatasan dalam
beraktivitas)
6 Seberapa sering Anda
merasa yakin mengenai
kemampuan Anda dalam
menangani masalah-
masalah pribadi Anda?
(misalnya, yakin bahwa
setiap masalah terdapat
jalan keluarnya)
7 Seberapa sering Anda
merasa bahwa segalanya
berjalan mengikut kehendak
Anda? (misalnya,
pengobatan yang dijalani
mendapatkan hasil /
kesembuhan)
8 Seberapa sering Anda
menemukan bahwa Anda
tidak dapat mengatasi segala
hal yang harus Anda
lakukan? (misalnya, tidak
bisa masak sendiri, cuci
pakaian sendiri/bergantung
pada orang lain)
9 Seberapa sering Anda
mampu mengontrol
gangguan dalam kehidupan
Anda? (misalnya, menderita
penyakit hipertensi, lansia
dapat mengontrol makanan
yang harus dihindari)
10 Seberapa sering Anda
merasa senang dalam segala
hal yang Anda lakukan?
(misalnya, membuat cucu
senang (membelikan
mainan))
11 Seberapa sering Anda
merasa marah karena hal-
hal yang berada di luar
pengawasan Anda?
?(misalnya,terganggu
dengan suara yang bising
saat waktu istirahat)
12 Seberapa sering anda
berpikir tentang hal yang
harus anda capai?
(misalnya, saat anda
menginginkan sesuatu)
60

13 Seberapa sering anda bisa


mengontrol bagaimana cara
anda menghabiskan waktu
luang?(misalnya berkebun,
main catur, mengobrol,
mengikuti acara keagamaan,
menonton TV,dll)
14 Seberapa sering Anda
merasa kesulitan yang
menumpuk sehingga Anda
tidak dapat mengatasinya?
(misalnya,terdapat hutang
yang banyak dan tidak dapat
membayarnya karena
pendapatan yang tidak
mencukupi)
61

Lampiran 4
Kisi kisi Kuisioner
Perceived stress scale (PSS)
Variable Indikator No. Soal Jumlah
Independen Positif Negarif
Lansia yang 4, 5, 6, 7, 9, 7
mengalami 10, dan 13
gangguan pada
psikologisnya 1, 2, 3, 8, 11, 7
yang memiliki 12, dan 14
tingkatan
1. Tingkat
Tingkat Stres stres
ringan
2. Tingkat
stres
sedang
3. Tingkat
stres
berat

Keterangan :
Pertanyaan positif
Skor 4 untuk setiap pernyataan tidak pernah
Skor 3 untuk setiap pernyataan hampir tidak pernah
Skor 2 untuk setiap pernyataan jarang
Skor 1 untuk setiap pernyataan cukup sering
Skor 0 untuk setiap pernyataan sangat sering

Pernyataan negatif
Skor 0 untuk setiap pernyataan tidak pernah
Skor 1 untuk setiap pernyataan hampir tidak pernah
Skor 2 untuk setiap pernyataan jarang
Skor 3 untuk setiap pernyataan cukup sering
Skor 4 untuk setiap pernyataan sangat sering
62

Skor untuk tingkatan stres


Jumlah skor 0 56
1. Untuk skor (0 38) menunjukan tingkat stres ringan
2. Untuk skor (38 48) menunjukan tingkat stres sedang
3. Untuk skor (>49) menunjukan tingkat stres berat
63

Lampiran 5

Lembar observasi

Nomer responden :
TTV
Frekuensi pernafasan :

Frekuensi nadi :

Tekanan darah :

Lama menderita (HT) :


< 2 tahun
2-5 tahun
>5 tahun
Pernah masuk rumah sakit dengan hipertensi :
Tanpa keluhan

Pernah 1-2 hari

>2 hari

Pernah mendapat penyuluhan tentang hipertensi :


Pernah
Tidak pernah
Pengobaat hipertensi :
secara teratur
Bila ada tanda gejala
64
65

Anda mungkin juga menyukai