1.1 Pengertian
Dan memiliki gambaran yang khas yaitu sendi falang distal dan proksimal seringterkenal.
Sedangkan TKR adalah hinge joint atau sendi engsel yang memfasilitasi gerakan pada
paha dan anggota gerak tubuh bawah. Sendi lutut terdiri dari 3 tulang, yakni tulang paha
(femur), tulang kering (tibia) dan tulang tempurung lutut (patella).Fungsi tempurung lutut
adalah untuk mengurangi atau menyerap daya tekanan pada otot-otot tersebut.
1.2 Etiologi
Penyebab dari OA untuk sekarang masih belum jelas tetapi faktor resiko OA dapat
diketahui dari :
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. RAS
4. Faktor keturunan
5. Faktor metabolic endokrin
6. Faktor mekanik serta kelainan geometri sendi
7. Trauma dan faktor okupasi
8. Cuaca atau iklim
9. Diet Kelainan yang dapat ditemukan pada tulang rawan sendi, tulang, membrane
synovial, kapsul sendi, badan lepas (loos bodies), efusi, nodus heberdendanbouchard.
1
Sedangkan penyebab TKR adalah :
1.3 Patofisiologi
Penyakit sendi degenerative merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang, dan
progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi
mengalami kemunduran dan degenerasi di sertai dengan pertumbuhan tulang baru
pada bagian tepi sendi.
Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan
unsure penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress
biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipercayanya
polisakarida protein yang membantu matriks dan sekeliling kondrosit sehingga
mengakibatkan kerusakan tulang rawan.Sendi yang paling sering terkena adalah sendi
yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumana
vertebralis.Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
2
Osteoatritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan. Hal ini
disebabkan oleh adanya nyeri yang di alami atau diakibatkan penyempitan ruang
sendi atau kurang digunakan sendi tersebut.
3
1.4 Pathway
MK : Kurang Deformitas
Penyempitan Kontraktur Hipertermi
pengetahuan sendi
rongga sendi
Distensi cairan
1.Penurunan
MK : MK :
kekuatan
Gangguan Kerusakan
2.nyeri Nyeri Akut
citra tubuh mobilitas fisik
MK : Kurang 4
perawatan
diri
Penatalaksanaan TKR
1.5 Penatalaksanaan
Pengelolaan OA berdasarkan atas sendi yang terkena dan beratringannya OA
yang diderita. Penatalaksanaan OAterbagiatas 3 hal, yaitu :
1. Terapi Non-Farmakologis
a. Edukasi
6
Edukasi atau penjelasan kepada pasien perlu dilakukan agar pasien
dapat mengetahui serta memahami tentang penyakit yang dideritanya,
bagaimana agar penyakitnya tidak bertambah semakin parah,,dan agar
persendiannya tetap terpakai.
b. Terapi fisik atau rehabilitasi
Pasien dapat mengalami kesulitan berjalan akibat terasa sakit. Terapi
ini dilakukan untuk melatih pasien agar persendiannya tetap dapat
dipakai dan melatih pasien untuk melindungi persendian yang sakit
c. Penurunan berat badan
Berat badan yang lebih merupakan faktor yang memperberat OA. Oleh
karena itu, berat badan harus dapat dijaga agar tidak berlebihan dan
diupayakan untuk melakukan penurunan berat badan apabila berat
badan berlebih.
2. Terapi Farmakologis
Penanganan terapi farmakologis melingkupi penurunan rasa nyeri yang
timbul, mengoreksi gangguan yang timbul dan mengidentifikasi
manifestasi manifestasi klinis dari ketidak stabilan sendi.
a. Obat Anti inflamasi Non steroid (AINS), Inhibitor Siklooksigenase-2
(COX 2), dan Asetaminofen
Untuk mengobati rasa nyeri yang timbul pada OA lutut, penggunaan
obat AINS dan Inhibitor COX-2 dinilai lebih efektif daripada
penggunaan Asetaminofen. Namun karena resiko toksisitas obat AINS
lebih tinggi daripada Asetaminofen, Asetaminofen tetap menjadi obat
pilihan pertama dalam penanganan rasa nyeri pada OA. Cara lain
untuk melindungi dampak toksisitas dari obat AINS adalah dengan
cara mengombinasikannya dengan menggunakan Inhibitor COX-2.
b. Chondroprotective Agent
Chondroprotective Agent adalah obat-obatan yang dapat menjaga atau
merangsang perbaikan dari kartilago pada pasien OA. Obat-obatan
yang termasuk dalam kelompok obat ini adalah :tetrasiklin,
asamhialuronat, kondroitinsulfat, glikosaminoglikan, vitamin C, dan
sebagainya.
7
1.6 Komplikasi
Komplikasi osteoatritis adalah :
1. gangguan atau kesulitan gerak
Gangguan yang terjadi pada persendian yang tidak berfungsi dengan
normal.
2. kelumpuhan yang menurunkan kualitas hidup penderita
Psikologi pada pasien lumpuh menyebabkan harga diri rendah (HDR)
pada pasien sehingga menurunkan kualitas hidup penderita
3. resiko jatuh
resiko yang bisa saja terjadi pada pasien dari tempat tidur
4. patah tulang
terputusnya kontunitas tulang
8
BAB 2
2.1.Pengkajian Keperawatan
1. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (Breathing)
Pada inspeksi, bila tidak mengenai system pernafasan, biasanya
ditemukan kesimestrisan rongga dada normal, klien tidak sesak nafas,
tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan. Pada palpasi, taktil fremitus
seimbang kanan dan kiri. Pada perkusi, ada suara resonan pada seluruh
lapang paru. Pada auskultasi, suara nafas hilang atau melemah pada sisi
yang sakit, biasanya didapatkan suara ronchie atau mengi.
b. B2 (Blood)
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering ditemukan keringat
dingin dan pusing. Adanya pulsus perifer member makna terjadi
gangguan pembuluh darah atau edema yang berkaitan dengan efek obat
atau penyakit ostheoartristis.
c. B3 (Brain)
Kesadaran biasanya kompos mentis. Pada kasus yang lebih parah,
klien biasanya mengeluh pusing dan gelisah.
- Kepaladanwajah : Ada sianosis
- Mata : Sklera biasanya tidak ikterik, konjungtiva
anemis pada kasus efusi pleura hemoragik ronis
- Leher : Biasanya JVP dalam batas normal
-
d. B4 (Bladder)
Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan
pada system perkemihan
9
e. B5 (Bowel)
f. B6 (Bone)
1. Hidrasi
10
2. Riwayat pengobatan
3. Infeksi
11
b. Derajat kesadaran
c. Cairan yang keluar dari luka
d. Suara nafas
e. Bising usus
f. Keseimbangan cairan
g. Nyeri
4. Observasi resiko syok hipovolemia akibat kehilangan darah pada
pembedahan mayor (frekuensi nadi meningkat, tekanan darah turun,
konfusi, dan gelisah)
5. Kaji kemungkinan komplikasi paru dan jantung (observasi perubahan
frekuensi nadi, pernafasan, warna kulit, suhu tubuh, riwayat penyakit
paru, dan jantung sebelumnya
6. System perkemihan : pantau pengeluaran urine, apakah terjadi retensi
urine. Retensi dapat disebabkan oleh posisi berkemih yang tidak
alamiah, pembesaran prostat, dan adanya tanda infeksi saluran kemih
7. Observasi tanda infeksi (infeksi luka terjadi 5-9 hari, flebitis biasanya
timbul selama minggu kedua) dan taanda-tanda vital
8. Kaji komplikasi tromboembolik : kaji tungkai untuk tandai nyeri
tekan, panas, kemerahan, dan edema pada betis
9. Kaji komplikasi emboli lemak : perubahan pola nafas, tingkah laku,
dan tingkat kesadaran
2. Pemeriksaan penunjang
a. Sinar-X.
Gambar sinar X pada engsel akan menunjukkan perubahan yang
terjadi pada tulang seperti pecahnya tulang rawan.
b. Tes darah.
Tes darah akan membantu member informasi untuk memeriksa
rematik.
c. Analisa cairan engsel
12
Dokter akan mengambil contoh sampel cairan pada engsel untuk
kemudian diketahui apakah nyeri/ngilu tersebut disebabkan oleh encok
atau infeksi.
d. Artroskopi
Artroskopi adalah alat kecil berupa kamera yang diletakkan dalam
engsel tulang. Dokter akan mengamati ketidak normalan yang terjadi.
e. Foto Rontgen
menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi sebagai
penyempitan rongga sendi
f. Serologi dan cairan synovial dalam batas normal
g. Pemeriksaan zat besi dan kalsium
2.2.Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa Pre Operatif :
1. Nyeri b/d fraktur, masalah ortopedik, pembengkakan, atau inflamasi.
2. Perubahan perfusijaringan perifer b/d pembengkakan, alat yang
mengikat, dan gangguan aliran balik vena.
3. Hambatan mobilitas fisik b/d nyeri , pembengkakan, dan alat
imobilisasi (traksi, gips)
4. Hambatan pemeliharaan kesehatan b/d hilangnya kemandirian
5. Gangguan citra tubuh dan harga diri b/d dampak masalah
musculoskeletal.
b. Diagnosa Pasca Operatif :
1. Nyeri b/d prosedur pembedahan, pembengkakan, dan imobilisasi
2. Potensial perubahan perfusi jaringan perifer b/d pembengkakan, alat
yang mengikat, dan gangguan peredaran darah
3. Perubahan pemeliharaan kesehatan b/d kehilangan kemandirian
4. Hambatan mobilitas fisik b/d nyeri, pembengkakan, prosedur
pembedahan, serta adanya imobilisasi, bidai, traksi, gips
5. Resti syok hipovolemik
13
c. Intervensi Keperawatan
a. Pre Operatif
No. Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional
1. Nyeri b/d fraktur, masalah 1. Imbolisisasi daerah yang 1. Tindakan ini dapat meningkatkan
ortopedik, pembengkakan, atau mengalami fraktur atau cidera, kenyamanan, sehingga nyeri dapat
inflamasi inflamasi sendiri berkurang
Tujuan : Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama
3x24 jam diharapkan nyeri 2. Tinggikan ekstremitas yang 2. Posisi tersebut dapat memperbaiki aliran
berkurang, hilang, atau teratasi bengkak balik vena dan mengurangi rasa tidak
dengan criteria hasil : nyaman
-Klien melaporkan penurunan
nyeri 3. Beri kompres dingin pada 3. Hal ini dapat mengurangi pembengkakan
-Menunjukkan perilaku rileks lokasi nyeri dan secara langsung dapat mengurangi
-Memperagakan keterampilan ketidaknyamanan dengan mengurangi
reduksi nyeri yang dipelajari rangsangan syaraf
dengan peningkatan kestabilan
skala nyeri 0-1 atau teradaptasi.
4. Ajarkan metode distraksi, 4. Hal ini dapat dilakukan untuk
pemfokusan,imajinasi mengontrol persepsi nyeri
terpimpin
14
2
Perubahan perfusi jaringan 1. Kaji status neurovaskuler 1. Warna kulit, suhu, pengisian kapiler,
2. perifer b/d pembengkakan, alat denyut nadi, nyeri, oedema, parestesi,
yang mengikat, dan gangguan gerakan pada ekstremitas
aliran balik vena.
Tujuan : Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 2. Tinggikan ekstremitas 2. Untuk mempertahankan sirkulasi yang
3x24 jam diharapkan klien adekuat
mempertahankan perfusi jaringan
adekuat dengan kriteria hasil :
- 3. Penggunaan gips dan perawatan 3. Mempertahankan gips tetap kering dan
kulit bersih. Terlalu banyak bedak dapat
membuat lengket bila kontak dengan air
atau keringat
3
Hambatan pemeliharaan 1. Bantu pasien dalam setiap 1. Nutrisi merupakan merupakan cerminan
3. kegiatan atau aktivitas yang pola makan normal. Program puasa
kesehatan b/d hilangnya
dapat meningkatkan kesehatan preopratif biasanya dapat di toleransi
kemandirian dengan baik.
15
3. Kaji adanya tanda ISK 3. Hindari penggunaan kateter menetap
untuk mengurangi resiko infeksi saluran
kemih
4
Hambatan mobilitas fisik b/d 1. Bantu pasien menggerakkan 1. Agar tetap menjaga/melatih kekuatan
4. nyeri , pembengkakan, dan alat bagian yang cedera dengan otot seperti pada fungsi awal
imobilisasi (traksi, gips) tetap memberi sokongan yang
Tujuan : Setelah dilakukan adekuat
tindakan keperawatan selama
3x24 jam diharapkan klien dapat
memelihara kesehatan
16
2. Tinggikan ekstremitas yang 2. untuk mengurangi pembengkakan pada
bengkak dan sokong dengan daerah ekstremitas yang bengkak
bantal
17
3.1 Intervensi Keperawatan
b. Pasca Operatif
18
kemandirian 2. Diet seimbang dengan protein dan vitamin 2. Sangat diperlukan untuk
adekuat kesehatan jaringan dan
penyembuhan luka
3. Anjurkan banyak minum 2-3 liter per hari 3. menghindari faktor dehidrasi
5. Ubah posisi tidur setiap 2-3 jam sekali 5. Untuk mencegah terjadinya
penekanan pada kulit
4. Hambatan mobilitas fisik 1. Kaji tingkat kemampuan mobilitas fisik 1. untuk mengetahui skala otot pasien
b/d nyeri, pembengkakan,
prosedur pembedahan, serta 2. Bantu passion selama melakukan aktifitas 2. agar pasien tidak kesulitan dan
adanya imobilisasi, bidai, traksi, selama pasien mengalami memberikan edukasi
gips ketidaknyamanan
3. Tinggikan ekstremitas yang bengkak 3. Untuk memperlancar aliran darah
sehingga mengurangi pembengkakan
19
5. Pantau daerah yang terpasang pin, sekrup, 5. Dilakukan untuk dapat
batang, dan plat logam yang digunakan mempertahankan posisi tulang sampai
sebagai fiksasi interna dirancang terjadi penulangan, tetapi tidak
dirancang untuk menahan berat badan
6. Anjurkan menggunakan alat bantu saat 6. Untk mengurangi beban berat badan
sedang pasca operasi,seperti tongkat, walker sehingga mengurangi stress yang
berlebihan pada tulang
5. Perubahan citra diri dan 1. Rencana perawatan pra operatif 1. Untuk melanjutkan intgervensi
harga diri b/d dampak masalah dilanjutkan
musculoskeletal
2. Libatkan pasien dalam menyusun rencana 2. Agar pasien bisa mandiri
kegiatan yang akan dilakukan
3. Peningkatan aktifitas perawatan diri dalam 3. Untuk terus melatih otot
batas program terapi
6. Resiko tinggi syok 1. Pantau dan catat kehilangan darah pada 1. Untuk mengkaji
hipovolemik pasien (jumlah, warna)
20
5. Pantau pemeriksaan laboratorium, 5. Segera lapor ke ahli bedah
terutama penurunan Hb dan Ht ortopedi untuk penanganan
selanjutnya
7. Resiko tinggi infeksi 1. Pemberian antibiotic intravena jangka 1. Untuk mencegah osteomyelitis
panjang
2. Ganti balutan luka dengan teknik aseptic 2. Mencegah terjadinya infeksi
sesuai program pada daerah bekas operasi
3. Pantau tanda-tanda vital 3. Peningkatan suhu tubuh di atas
4. Pantau luka operasi dan catat cairan yang 4. Adanya cairan yang keluar dari
keluar dari luka luka merupakan tanda infeksi pada luka
5. Pantau adanya tanda infeksi saluran kemih. 5. Hal ini disebabkan retensi urine
Lapor dokter jika ditemukan tanda infeksi sering terjadi setelah pembedahan
ortopedi
21