Anda di halaman 1dari 21

OSTEOARTRITIS

1.1 Pengertian

Osteoatritis (OA) merupakan penyakit sendi degenerative yang berkaitan dengan


kerusakan kartilago sendi. Vertebrata, panggul, lutut dan pergelangan kaki paling sering
terkena OA.

Dan memiliki gambaran yang khas yaitu sendi falang distal dan proksimal seringterkenal.

Osteoatritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degenerative atau osteoartrosis


(sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering di temukan dan
kerap kali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas).(Padila, 2013)

Sedangkan TKR adalah hinge joint atau sendi engsel yang memfasilitasi gerakan pada
paha dan anggota gerak tubuh bawah. Sendi lutut terdiri dari 3 tulang, yakni tulang paha
(femur), tulang kering (tibia) dan tulang tempurung lutut (patella).Fungsi tempurung lutut
adalah untuk mengurangi atau menyerap daya tekanan pada otot-otot tersebut.

1.2 Etiologi
Penyebab dari OA untuk sekarang masih belum jelas tetapi faktor resiko OA dapat
diketahui dari :
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. RAS
4. Faktor keturunan
5. Faktor metabolic endokrin
6. Faktor mekanik serta kelainan geometri sendi
7. Trauma dan faktor okupasi
8. Cuaca atau iklim
9. Diet Kelainan yang dapat ditemukan pada tulang rawan sendi, tulang, membrane
synovial, kapsul sendi, badan lepas (loos bodies), efusi, nodus heberdendanbouchard.

1
Sedangkan penyebab TKR adalah :

1. Indikasi pasien yang membutuhkan tindakan TKR antara lain :


a. Pasien-pasien yang menderita osteoatritis berat
b. Sakit lutut yang dialami pasien setiap hari, terutama bila berjalan >100m
c. Sakit sampai membatasi pergerakan untuk aktifitas sehari-hari
d. Kekakuan sendi yang signifikan
e. Ketidakstabilan sendi lutut saat berjalan
f. kelainan deformitas yang menonjol seperti kaki O atau X
g. Fraktur kolum femoralis
h. Kegagalan pembedahan rekontruksi sebelumnya (kerusakan protesis, osteotomi,
penggantian kaput femoris)
2. Kontra indikasi Total knee Replacement antara lain :
a. infeksi lutut
b. obesitas morbid (lebih besar dari 300 pound atau 136 kg)
c. quadriceps sangat lemah, karena dapat menyebabkan kesulitan berjalan dan lutut
karena kelemahan
d. kerusakan atau penyakit pada kulit di sekitar lutut
e. cacat mental yang berat
f. aliran darah yang buruk di kaki untuk penyakit pembuluh darah perifer.
g. Sebuah penyakit, jenis kanker terminal yang telah menyebar

1.3 Patofisiologi
Penyakit sendi degenerative merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang, dan
progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi
mengalami kemunduran dan degenerasi di sertai dengan pertumbuhan tulang baru
pada bagian tepi sendi.

Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan
unsure penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress
biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipercayanya
polisakarida protein yang membantu matriks dan sekeliling kondrosit sehingga
mengakibatkan kerusakan tulang rawan.Sendi yang paling sering terkena adalah sendi
yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumana
vertebralis.Sendi interfalanga distal dan proksimasi.

2
Osteoatritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan. Hal ini
disebabkan oleh adanya nyeri yang di alami atau diakibatkan penyempitan ruang
sendi atau kurang digunakan sendi tersebut.

Perubahan-perubahan degenerative yang mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa


tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit
peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilogo yang bersifat
intrinsic dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur adanya ligament atau adanya
perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan
mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan
rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi
(Padila, 2013).

3
1.4 Pathway

Proses Penuaan Trauma


- Intrinsik
Proses penyakit Perubahan
Pemecahan - Ekstrinsik
degenerative yang komponen sendi
kondrosit - kolagen
panjang
- progteogtikasi Perubahan
-jaringan metabolisme
MK : Kerusakan subkondrial sendi
penatalaksanaan Pengeluaran
lingkungan enzim
lisosom
1.Kurang
kemampuan
Kerusakan
mengingat
matrik kartilago Perubahan
2.Kesalahan
interpensi fungsi sendi
Penebalan
tulang sendi

MK : Kurang Deformitas
Penyempitan Kontraktur Hipertermi
pengetahuan sendi
rongga sendi

Distensi cairan
1.Penurunan
MK : MK :
kekuatan
Gangguan Kerusakan
2.nyeri Nyeri Akut
citra tubuh mobilitas fisik
MK : Kurang 4
perawatan
diri
Penatalaksanaan TKR

Pre-Op TKR Post-Op TKR

Fraktur, Pembengkakan Nyeri, Hilangnya Dampak masalah


masalah , alat yang pembengkak kemandirian muskuloskletal
ortopedik, mengikat dan an, alat
pembengka- gangguan imobilisasi
kan atau aliran balik (traksi, gips)
inflamasi Hambatan
vena Gangguan citra
pemeliharaan
kesehatan tubuh dan harga
diri
Perubahan Hambatan
Nyeri
perfusi mobilitas
jaringan fisik
perifer

Prosedur Pembengkakan, alat Kehilangan Nyeri, Resiko


pembedahan, yang mengikat, dan kemandirian pembengkakan, tinggi syok
pembengkakan, gangguan peredaran prosedur hipovolemik
dan imobilisasi darah pembedahan serta
Perubahan adanya imobilisasi,
pemeliharaan bidai, traksi, gips
Nyeri Potensial kesehatan
perubahan perfusi Hambatan 5
jaringan mobilitas fisik
1.4 Tanda Gejala
Tanda gejala osteoatritis adalah :
1. Nyeri sendi : keluhan utama, dan cenderung memiliki onset yang perlahan
2. Hambatan gerak sendi : gangguan ini biasanya memiliki berat dengan
pelan-pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri
3. Nyeri bertambah dengan aktivitas, membaik dengan istirahat, terasa paling
nyeri pada akhir hari, dan sering dengan memburuknya penyakit, menjadi
semakin parah, sampai pada tahap dimana pergerakan minimal saja sudah
menimbulkan rasa nyeri dan biasanya menggangu tidur
4. Kekakuan paling ringan pada pagi hari namun terjadi berulang-ulang
sepanjang hari dengan periode istirahat
5. Krepitasi : rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi
yang sakit
6. Pembesaran sendi (deformitas)
7. Perubahan gaya berjalan
8. Tanda-tanda peradangan : tanda-tanda peradangan pada sendi (nyeri tekan,
gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan)

Tanda gejala TKR adalah :

1. Rasa nyeri pada sendi


2. Kekakuan dan keterbatasan gerak
3. Peradangan
4. Mekanik
5. Pembengkakan sendi
6. Deformitas
7. Gangguan fungsi

1.5 Penatalaksanaan
Pengelolaan OA berdasarkan atas sendi yang terkena dan beratringannya OA
yang diderita. Penatalaksanaan OAterbagiatas 3 hal, yaitu :
1. Terapi Non-Farmakologis
a. Edukasi

6
Edukasi atau penjelasan kepada pasien perlu dilakukan agar pasien
dapat mengetahui serta memahami tentang penyakit yang dideritanya,
bagaimana agar penyakitnya tidak bertambah semakin parah,,dan agar
persendiannya tetap terpakai.
b. Terapi fisik atau rehabilitasi
Pasien dapat mengalami kesulitan berjalan akibat terasa sakit. Terapi
ini dilakukan untuk melatih pasien agar persendiannya tetap dapat
dipakai dan melatih pasien untuk melindungi persendian yang sakit
c. Penurunan berat badan
Berat badan yang lebih merupakan faktor yang memperberat OA. Oleh
karena itu, berat badan harus dapat dijaga agar tidak berlebihan dan
diupayakan untuk melakukan penurunan berat badan apabila berat
badan berlebih.
2. Terapi Farmakologis
Penanganan terapi farmakologis melingkupi penurunan rasa nyeri yang
timbul, mengoreksi gangguan yang timbul dan mengidentifikasi
manifestasi manifestasi klinis dari ketidak stabilan sendi.
a. Obat Anti inflamasi Non steroid (AINS), Inhibitor Siklooksigenase-2
(COX 2), dan Asetaminofen
Untuk mengobati rasa nyeri yang timbul pada OA lutut, penggunaan
obat AINS dan Inhibitor COX-2 dinilai lebih efektif daripada
penggunaan Asetaminofen. Namun karena resiko toksisitas obat AINS
lebih tinggi daripada Asetaminofen, Asetaminofen tetap menjadi obat
pilihan pertama dalam penanganan rasa nyeri pada OA. Cara lain
untuk melindungi dampak toksisitas dari obat AINS adalah dengan
cara mengombinasikannya dengan menggunakan Inhibitor COX-2.
b. Chondroprotective Agent
Chondroprotective Agent adalah obat-obatan yang dapat menjaga atau
merangsang perbaikan dari kartilago pada pasien OA. Obat-obatan
yang termasuk dalam kelompok obat ini adalah :tetrasiklin,
asamhialuronat, kondroitinsulfat, glikosaminoglikan, vitamin C, dan
sebagainya.

7
1.6 Komplikasi
Komplikasi osteoatritis adalah :
1. gangguan atau kesulitan gerak
Gangguan yang terjadi pada persendian yang tidak berfungsi dengan
normal.
2. kelumpuhan yang menurunkan kualitas hidup penderita
Psikologi pada pasien lumpuh menyebabkan harga diri rendah (HDR)
pada pasien sehingga menurunkan kualitas hidup penderita
3. resiko jatuh
resiko yang bisa saja terjadi pada pasien dari tempat tidur
4. patah tulang
terputusnya kontunitas tulang

komplikasi TKR adalah :

1. dislokasi prosthese (akibat infeksi atau tidak kuatnya phrotesa


menanggung beban berat badan penderita serta akibat dari aktifitas yang
dilakukan penderita)
2. drainase luka
3. thrombosis (pembekuan darah disekitar bidang operasi), thrombosis Vena
Profunda
4. nabloding (infeksi akibat dari pembalutan yang berlapis-lapis)

8
BAB 2

ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOATRITIS

2.1.Pengkajian Keperawatan
1. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (Breathing)
Pada inspeksi, bila tidak mengenai system pernafasan, biasanya
ditemukan kesimestrisan rongga dada normal, klien tidak sesak nafas,
tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan. Pada palpasi, taktil fremitus
seimbang kanan dan kiri. Pada perkusi, ada suara resonan pada seluruh
lapang paru. Pada auskultasi, suara nafas hilang atau melemah pada sisi
yang sakit, biasanya didapatkan suara ronchie atau mengi.
b. B2 (Blood)
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering ditemukan keringat
dingin dan pusing. Adanya pulsus perifer member makna terjadi
gangguan pembuluh darah atau edema yang berkaitan dengan efek obat
atau penyakit ostheoartristis.
c. B3 (Brain)
Kesadaran biasanya kompos mentis. Pada kasus yang lebih parah,
klien biasanya mengeluh pusing dan gelisah.
- Kepaladanwajah : Ada sianosis
- Mata : Sklera biasanya tidak ikterik, konjungtiva
anemis pada kasus efusi pleura hemoragik ronis
- Leher : Biasanya JVP dalam batas normal
-
d. B4 (Bladder)

Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan
pada system perkemihan

9
e. B5 (Bowel)

Untuk kasus osteoarthritis, tidak adagangguan eliminasi. Walaupun


demikian, perlu dikaji frekuensi, konsistensi, warna, dan bau feses. Perlu
juga dikaji frekuensi, kepekatan, warna, bau, dan jumlah urine. Klien
biasanya merasa mual, nyeri lambung, yang menyebabkan klien tidak
nafsu makan, terutama klien yang menggunakan obat NSAID dalam waktu
lama.

f. B6 (Bone)

Keluhan nyeri merupakan keluhan utama yang sering mendorong


klien meminta pertolongan (meskipun mungkin sebelumnya sendi sudah
kaku dan berubah bentuk). Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan
sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang
menimbulkan nyeri yang lebih dibandingkan gerakan lain. Nyeri OA juga
dapat berupa penjalaran atau akibat radikulokati (MIS; OA serviks dalam
lumbal). OA lumbal yang menyebabkan stenosis spinal mungkin
menimbulkan keluhan nyeri betis, yang biasanya disebut dengan
klaudikasi intermiten.

Fokus pengkajian Pre Operasi ada 3 yaitu :

1. Hidrasi

Hidrasi yang adekuat merupakan sasaran yang sangat penting pada


klien orthopedi. Imobilisasi dan tirah baring dapat menyebabkan
thrombosis vena dalam, statis urine dan infeksi kandung kemih yang dapat
mengakibatkan pembentukan batu. Hidrasi yang adekuat menurunkan
kekentalan darah dan memperbaiki aliran kemih dan membantu mencegah
terjadinya tromboplebitis dan masalah saluran kemih. Untuk menentukan
hidrasi preoperative, harus dikaji kulit, tanda vital, keluaran urine dan hasil
pemeriksaan laboratorium untuk membuktikan adanya dehidrasi.

10
2. Riwayat pengobatan

Riwayat pemakaian obat dapat memberikan informasi untuk


penanganan perioperatif. Terapi steroid, baik yang baru maupun masalalu,
dapat memperburuk kemampuan tubuh menghadapi stress operasi. Klien
dengan infeksi kronis, missal atritis rheumatoid, penyakit paru akut sering
mendapatkan pengobatan kortikosteroid untuk mengontrol gejalanya.
Kortikosteroid perlu diberikan perioperatif, intraoperatif, dan pascaoperatif
agar kadar kortikosteroid darah adekuat dan mencegah terjadinya insufiensi
adrenal karena supresi fungsi adrenal. Penggunaan obat-obatan yang lain
seperti antikoagulan, obat kardiovaskular atau insulin, perlu dicatat dan di
bahas bersama ahli bedah dan ahli anestesiologi agar penanganannya adekuat.

3. Infeksi

Tanyakan apakah klien mengalami demam, masalah gigi, infeksi


saluran kemih (ISK), dan infeksi lain dalam 2 minggu sebelum operasi.
Osteomielitis dapat terjadi melalui penyebaran hematologik. Disabilitas
permanen dapat terjadi akibat infeksi yang terjadi dalam tulang dan sendi.
Infeksi yang kebetulan ada juga harus di obati sebelum dilakukan pembedahan
ortopedi terencana.

Daereh pengkajian operasi lainnya, sama dengan yang dilakukan pada


klien yang menjalani pembedahan pada umumnya. Bila klien perlu
diberi obat preoperative, obat tersebut harus disuntikkan ke dalam daerah
yang sehat, karena absorbsi jaringan jauh lebih baik pada daerah yang
tidak mengalami trauma.

Pengkajian Keperawata Pasca operatif :

1. Lanjutkan perawatan praoperatif


2. Kaji ulang kebutuhan pasien berkaitan dengan rasa nyeri, perfusi
jaringan, promosi kesehatan, mobilitas, dan konsep diri
3. Kaji dan pantau potensial masalah yang berkaitan dengan
pembedahan, yaitu :
a. Tanda-tanda vital

11
b. Derajat kesadaran
c. Cairan yang keluar dari luka
d. Suara nafas
e. Bising usus
f. Keseimbangan cairan
g. Nyeri
4. Observasi resiko syok hipovolemia akibat kehilangan darah pada
pembedahan mayor (frekuensi nadi meningkat, tekanan darah turun,
konfusi, dan gelisah)
5. Kaji kemungkinan komplikasi paru dan jantung (observasi perubahan
frekuensi nadi, pernafasan, warna kulit, suhu tubuh, riwayat penyakit
paru, dan jantung sebelumnya
6. System perkemihan : pantau pengeluaran urine, apakah terjadi retensi
urine. Retensi dapat disebabkan oleh posisi berkemih yang tidak
alamiah, pembesaran prostat, dan adanya tanda infeksi saluran kemih
7. Observasi tanda infeksi (infeksi luka terjadi 5-9 hari, flebitis biasanya
timbul selama minggu kedua) dan taanda-tanda vital
8. Kaji komplikasi tromboembolik : kaji tungkai untuk tandai nyeri
tekan, panas, kemerahan, dan edema pada betis
9. Kaji komplikasi emboli lemak : perubahan pola nafas, tingkah laku,
dan tingkat kesadaran

2. Pemeriksaan penunjang
a. Sinar-X.
Gambar sinar X pada engsel akan menunjukkan perubahan yang
terjadi pada tulang seperti pecahnya tulang rawan.
b. Tes darah.
Tes darah akan membantu member informasi untuk memeriksa
rematik.
c. Analisa cairan engsel

12
Dokter akan mengambil contoh sampel cairan pada engsel untuk
kemudian diketahui apakah nyeri/ngilu tersebut disebabkan oleh encok
atau infeksi.
d. Artroskopi
Artroskopi adalah alat kecil berupa kamera yang diletakkan dalam
engsel tulang. Dokter akan mengamati ketidak normalan yang terjadi.
e. Foto Rontgen
menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi sebagai
penyempitan rongga sendi
f. Serologi dan cairan synovial dalam batas normal
g. Pemeriksaan zat besi dan kalsium

2.2.Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa Pre Operatif :
1. Nyeri b/d fraktur, masalah ortopedik, pembengkakan, atau inflamasi.
2. Perubahan perfusijaringan perifer b/d pembengkakan, alat yang
mengikat, dan gangguan aliran balik vena.
3. Hambatan mobilitas fisik b/d nyeri , pembengkakan, dan alat
imobilisasi (traksi, gips)
4. Hambatan pemeliharaan kesehatan b/d hilangnya kemandirian
5. Gangguan citra tubuh dan harga diri b/d dampak masalah
musculoskeletal.
b. Diagnosa Pasca Operatif :
1. Nyeri b/d prosedur pembedahan, pembengkakan, dan imobilisasi
2. Potensial perubahan perfusi jaringan perifer b/d pembengkakan, alat
yang mengikat, dan gangguan peredaran darah
3. Perubahan pemeliharaan kesehatan b/d kehilangan kemandirian
4. Hambatan mobilitas fisik b/d nyeri, pembengkakan, prosedur
pembedahan, serta adanya imobilisasi, bidai, traksi, gips
5. Resti syok hipovolemik

13
c. Intervensi Keperawatan
a. Pre Operatif
No. Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional
1. Nyeri b/d fraktur, masalah 1. Imbolisisasi daerah yang 1. Tindakan ini dapat meningkatkan
ortopedik, pembengkakan, atau mengalami fraktur atau cidera, kenyamanan, sehingga nyeri dapat
inflamasi inflamasi sendiri berkurang
Tujuan : Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama
3x24 jam diharapkan nyeri 2. Tinggikan ekstremitas yang 2. Posisi tersebut dapat memperbaiki aliran
berkurang, hilang, atau teratasi bengkak balik vena dan mengurangi rasa tidak
dengan criteria hasil : nyaman
-Klien melaporkan penurunan
nyeri 3. Beri kompres dingin pada 3. Hal ini dapat mengurangi pembengkakan
-Menunjukkan perilaku rileks lokasi nyeri dan secara langsung dapat mengurangi
-Memperagakan keterampilan ketidaknyamanan dengan mengurangi
reduksi nyeri yang dipelajari rangsangan syaraf
dengan peningkatan kestabilan
skala nyeri 0-1 atau teradaptasi.
4. Ajarkan metode distraksi, 4. Hal ini dapat dilakukan untuk
pemfokusan,imajinasi mengontrol persepsi nyeri
terpimpin

5. Ciptakan lingkungan yang 5. Klien dengan lingkungan tenang dapat


tenang mengontrol nyeri

6. Masase punggung karena dapat 6. Tindakan ini dapat memblok rangsangan


merangsang hormone nyeri sehingga nyeri berkurang
endorphin

14
2
Perubahan perfusi jaringan 1. Kaji status neurovaskuler 1. Warna kulit, suhu, pengisian kapiler,
2. perifer b/d pembengkakan, alat denyut nadi, nyeri, oedema, parestesi,
yang mengikat, dan gangguan gerakan pada ekstremitas
aliran balik vena.
Tujuan : Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 2. Tinggikan ekstremitas 2. Untuk mempertahankan sirkulasi yang
3x24 jam diharapkan klien adekuat
mempertahankan perfusi jaringan
adekuat dengan kriteria hasil :
- 3. Penggunaan gips dan perawatan 3. Mempertahankan gips tetap kering dan
kulit bersih. Terlalu banyak bedak dapat
membuat lengket bila kontak dengan air
atau keringat

4. Laporkan kedokter jika ada 4. Memantau dan mencegah jika ada


tanda gangguan predaran darah gangguan/perubahan

3
Hambatan pemeliharaan 1. Bantu pasien dalam setiap 1. Nutrisi merupakan merupakan cerminan
3. kegiatan atau aktivitas yang pola makan normal. Program puasa
kesehatan b/d hilangnya
dapat meningkatkan kesehatan preopratif biasanya dapat di toleransi
kemandirian dengan baik.

2. Kaji kebutuhan hidrasi dan 2. Untuk mengetaui keseimbangan cairan


nutrisi klien

15
3. Kaji adanya tanda ISK 3. Hindari penggunaan kateter menetap
untuk mengurangi resiko infeksi saluran
kemih

4. Monitor asupan elektrolit klien 4. Untuk mengetaui keseimbangan cairan


klien

5. Merokok harus dihentikan 5. Hal ini untuk memfasilitasi fungsi


selama periode pra operasi respirasi yang optimal

6. Perawatan kulit dilakukan 6. Untuk pasien yang mempunyai resiko


dengan perhatian khusus pada mengalami kerusakan kulit, pasang
daerah yang tertekan bantal angin

7. Hal ini untuk meminimalkan resiko


7. Pembersihan kulit dengan infeksi
sabun dan air sebelum
dilakukan pembedahan

4
Hambatan mobilitas fisik b/d 1. Bantu pasien menggerakkan 1. Agar tetap menjaga/melatih kekuatan
4. nyeri , pembengkakan, dan alat bagian yang cedera dengan otot seperti pada fungsi awal
imobilisasi (traksi, gips) tetap memberi sokongan yang
Tujuan : Setelah dilakukan adekuat
tindakan keperawatan selama
3x24 jam diharapkan klien dapat
memelihara kesehatan

16
2. Tinggikan ekstremitas yang 2. untuk mengurangi pembengkakan pada
bengkak dan sokong dengan daerah ekstremitas yang bengkak
bantal

3. Pasang bidai pada bagian yang 3. untuk mengurangi nyeri


cedera dan beri obat sebelum
melakukan aktifitas

4. Anjurkan melakukan gerakan 4. untuk melatih otot-otot agar tidak kaku


dalam batas imobilisasi
terapeutik

5. Anjurkan latihan menggunakan 5. hal ini dilakukan agar pasien mampu


alat bantu pada pasien yang menggunakannya dengan aman dan
direncanakan menggunakannya memungkinkan mobilitas mandiri lebih
pada pascaoperasi awal

17
3.1 Intervensi Keperawatan
b. Pasca Operatif

No. Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional


Nyeri b/d prosedur 1. Kaji tingkat nyeri pasien 1. Agar mengetahui skala nyeri
pembedahan, pembengkakan, dan pada pasien
imobilisasi 2. Tinggikan ekstremitas yang di operasi 2. Untuk membantu mengontrol
edema agar nyeri berkurang

3. Kompres dingin jika perlu 3. Untuk mengontrol edema

4. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi 4. nyeri

5. Hal ini dapat mengurangi dan


5. Kolaborasi dalam pemberian analgesik mengontrol nyeri

6. Berikan rangsangan ketika terjadi nyeri 6. Untuk menghilangkan nyeri

2. Potensial perubahan 1. Rencana pra operatif dilanjutkan 1. Untuk melanjutkan intervensi


perfusi jaringan perifer b/d
pembengkakan, alat yang 2. Pantau status neurovascular : warna kulit, 2. Jika ada temuan yang mengarah
mengikat, dan gangguan suhu, pengisian kapiler, denyut nadi, nyeri, adanya gangguan laporkan
peredaran darah edema, parestesi pada bagian yang di segera kepada dokter
operasi
3. Anjurkan latihan otot 3. Untuk mencegah atrofi otot
4. Anjurkan latihan pergelangan kaki dan otot 4. Untuk memperbaiki peredaran
betis setiap jam darah
3. Perubahan pemeliharaan 1. Rencana praoperatif dilanjutkan 1. Untuk melanjutkan tindakan
kesehatan b/d kehilangan yang telah diintervensikan

18
kemandirian 2. Diet seimbang dengan protein dan vitamin 2. Sangat diperlukan untuk
adekuat kesehatan jaringan dan
penyembuhan luka
3. Anjurkan banyak minum 2-3 liter per hari 3. menghindari faktor dehidrasi

4. Observasi adanya gangguan integritas kulit 4. Untuk mengetahui sedini mungkin


pada daerah yang tertekan kemungkinan adanya gangguan

5. Ubah posisi tidur setiap 2-3 jam sekali 5. Untuk mencegah terjadinya
penekanan pada kulit

6. Bantu klien dalam melakukan 6. Untuk menghindari terjadinya


pemeliharaan hygiene personal kerusakan kulit
7. Ajarkan pasien secara bertahap dapat 7. Untuk melatih pasien mandiri
melakukan pemeliharaan kesehatan
8. Libatkan keluarga dalam pemeliharaan 8. Agar keluarga pasien dapat
kesehatan pasien melakukan tindakan secara mandiri

4. Hambatan mobilitas fisik 1. Kaji tingkat kemampuan mobilitas fisik 1. untuk mengetahui skala otot pasien
b/d nyeri, pembengkakan,
prosedur pembedahan, serta 2. Bantu passion selama melakukan aktifitas 2. agar pasien tidak kesulitan dan
adanya imobilisasi, bidai, traksi, selama pasien mengalami memberikan edukasi
gips ketidaknyamanan
3. Tinggikan ekstremitas yang bengkak 3. Untuk memperlancar aliran darah
sehingga mengurangi pembengkakan

4. Anjurkan melakukan latihan ROM sesuai 4. Untuk mencegah kekakuan sendi


kemampuan

19
5. Pantau daerah yang terpasang pin, sekrup, 5. Dilakukan untuk dapat
batang, dan plat logam yang digunakan mempertahankan posisi tulang sampai
sebagai fiksasi interna dirancang terjadi penulangan, tetapi tidak
dirancang untuk menahan berat badan
6. Anjurkan menggunakan alat bantu saat 6. Untk mengurangi beban berat badan
sedang pasca operasi,seperti tongkat, walker sehingga mengurangi stress yang
berlebihan pada tulang

5. Perubahan citra diri dan 1. Rencana perawatan pra operatif 1. Untuk melanjutkan intgervensi
harga diri b/d dampak masalah dilanjutkan
musculoskeletal
2. Libatkan pasien dalam menyusun rencana 2. Agar pasien bisa mandiri
kegiatan yang akan dilakukan
3. Peningkatan aktifitas perawatan diri dalam 3. Untuk terus melatih otot
batas program terapi

4. Bantu pasien menerima citra dirinya serta 4. agar pasien termotivasi


beri dukungan, baik dari perawat, keluarga,
maupun teman dekat

6. Resiko tinggi syok 1. Pantau dan catat kehilangan darah pada 1. Untuk mengkaji
hipovolemik pasien (jumlah, warna)

2. Pantau peningkatan denyut nadi dan 2. Ini merupakan tanda awal


penurunan tekanan darah terjadinya syok
3. Pantau jumlah urine 3. Jika urine kurang dari 30cc/jam,
merupakan tanda syok
4. Pantau terjadinya gelisah, perubahan 4. Ini merupakan tanda awal syok
kesadaran, dan haus

20
5. Pantau pemeriksaan laboratorium, 5. Segera lapor ke ahli bedah
terutama penurunan Hb dan Ht ortopedi untuk penanganan
selanjutnya

7. Resiko tinggi infeksi 1. Pemberian antibiotic intravena jangka 1. Untuk mencegah osteomyelitis
panjang
2. Ganti balutan luka dengan teknik aseptic 2. Mencegah terjadinya infeksi
sesuai program pada daerah bekas operasi
3. Pantau tanda-tanda vital 3. Peningkatan suhu tubuh di atas

4. Pantau luka operasi dan catat cairan yang 4. Adanya cairan yang keluar dari
keluar dari luka luka merupakan tanda infeksi pada luka

5. Pantau adanya tanda infeksi saluran kemih. 5. Hal ini disebabkan retensi urine
Lapor dokter jika ditemukan tanda infeksi sering terjadi setelah pembedahan
ortopedi

21

Anda mungkin juga menyukai