Hak Asasi Manusia merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.Penegakan HAM yang
kuat terjadi ketika bangsa ini memperjuangkan hak asasinya, yaitu: kemerdekaan,
yang telah berabad-abad dirampas oleh penjajah.
Para pendiri negeri ini telah merasakan sendiri bagaimana penderitaan yang dialami
karena hak asasinya diinjak-injak oleh penjajah. Oleh karena itu, tidak mengherankan
setelah berhasil mencapai kemerdekaan, para pendiri negeri ini mencantumkan prinsip-
prinsip HAM dalam Konstitusi RI (Undang-undang Dasar 1945 dan Pembukaannya)
sebagai pedoman dan cita-cita yang harus dilaksanakan dan dicapai. Sejak memasuki
era reformasi, Indonesia telah melakukan upaya pemajuan HAM, termasuk
menciptakan hukum positif. Kasus pelanggaran HAM di Indonesia memang masih
banyak yang belum terselesaikan dan tuntas sehingga diharapkan perkembangan dunia
HAM di Indonesia dapat terwujud ke arah yang lebih baik. Salah satu tokoh HAM di
Indonesia adalah Munir yang tewas dibunuh di atas pesawat udara saat menuju Belanda
dari Indonesia. Oleh karena itu sebagai warga negara yang baik kita seharusnya
menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan,
keturunan, jabatan, dan lain sebagainya. Makalah ini akan memperdalam pengetahuan
kita tentang HAM dan kaitan antara HAM dan Negara Hukum.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 HAM ( Hak Asasi Manusia )
Hak Asasi Manusia atau sering kita sebut sebagai HAM adalah terjemahan dari istilah
human rights atau the right of human. Secara terminologi istilah ini artinya adalah Hak-
Hak Manusia. Namun dalam beberapa literatur pemakaian istilah Hak Asasi Manusia
(HAM) lebih sering digunakan dari pada pemakaian Hak-hak Manusia. Di Indonesia
hak-hak manusia pada umumnya lebih dikenal dengan istilah hak asasi sebagai
terjemahan dari basic rights (Inggris) dangrondrechten (Belanda), atau bisa juga
disebut hak-hak fundamental (civil rights). Istilah hak-hak asasi secara monumental
lahir sejak keberhasilan Revolusi Perancis tahun 1789 dalam Declaration des Droits de
Lhomme et du Citoyen (hak-hak asasi manusia dan warga negara Perancis), dengan
semboyan Liberte, Egalite, Fraternite. Istilah HAM berkembang sesual dengan
perkembangan zaman. Perkembangan zaman dalam arti perubahan peradaban manusia
dari masa ke masa. Pada mulanya dikenal dengan sebutan natural rights (hak-hak
alam), yang berpedoman kepada teori hukum alam bahwa; segala sesuatu berasal dari
alam termasuk HAM. Istilah ini kemudian diganti dengan the rights of man, tetapi
akhirnya tidak diterima, karena tidaak mewakili hak-hak wanita. Setelah PD II dan
terbentuknya PBB, maka muncul istilah baru yang lebih populer sekarang yaitu human
rights Di Amerika Serikat dikenal dengan sebutan Civil Rights. Perancis menyebutnya:
Droit de L Homme; Belanda: Menselijke Rechten. Namun dibalik beragamnya sebutan
untuk Hak Asasi Manusia, secara pengertian masih memiliki makna yang sama. Secara
umum Hak Asasi Manusia dapat diartikan sebagai seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh
negara, hukum, Pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia.
Adapun jenis jenis Hak Asasi Manusia yang dikenal di dunia adalah sebagai berikut:
Perkembangan Negara Hukum sudah terjadi sejak jaman Plato dan Aristoteles.
Perkembangan konsep Negara Hukum dapat dibagi dalam 3 (tiga) bagian, yaitu:
1. Jaman Plato dan Aristoteles
Plato dan Aristoteles mengintrodusir Negara Hukum adalah negara yang diperintah
oleh negara yang adil. Dalam filsafatnya, keduanya menyinggung angan-angan (cita-
cita) manusia yang berkorespondensi dengan dunia yang mutlak yang disebut :
Jadi dapat disimpulkan bahwa negara yang berdasar atas hukum (Rechtsstaat), tidak
berdasar atas kekuasaan belaka (Machtsstaat) dan Pemerintahannya berdasar atas
sistem konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak
terbatas). Menurut Montesqueu, negara yang paling baik ialah negara hukum sebab di
dalam konstitusi di banyak negara mempunyai tiga inti pokok yaitu: Perlindungan
HAM; Ditetapkannya ketatanegaraan suatu negara; Membatasi kekuasaan dan
wewenang organ-organ negara.
Disamping itu salah satu tujuan Negara Hukum adalah memperoleh setinggi-tingginya
kepastian hukum (rechtzeker heid) bagi warganya. Kepastian hukum menjadi makin
dianggap penting bila dikaitkan dengan ajaran negara berdasar atas hukum. Telah
menjadi pengetahuan klasik dalam ilmu hukum bahwa hukum tertulis dipandang lebih
menjamin kepastian hukum dibandingkan dengan hukum tidak tertulis.
Pada tahun 1966 di Jakarta diadakan Seminar Nasional Indonesia tentang Indonesia
sebagai Negara Hukum. Yang mana salah satu hasil Seminar adalah dirumuskannya
prinsip-prinsip Negara Hukum yang menurut pemikiran saat itu, prinsip ini dapat
diterima secara umum. Prinsip-prinsip itu adalah:
1. Dalam Pembukaan UUD 45 dengan tegas dinyatakan bahwa pejajahan di atas dunia
harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
2. Dalam amandemen kedua UUD 1945, pasal 28 telah dirubah menjadi bab tersendiri
yang memuat 10 pasal mengenai Hak Asasi Manusia.
3. Dalam Undang-undang Nomor 39/1999 tentang HAM telah dimuat hak asasi
manusia yang tercantum dalam instrumen utama HAM internasional, yaitu :
Deklarasi Universal HAM, Konvensi hak sipil dan politik, Konvensi hak, ekonomi,
sosial dan budaya, konvensi hak perempuan, konvensi hak anak dan konvensi anti
penyiksaan. Undang-undang ini selain memuat mengenai HAM dan kebebasan
dasar manusia, juga berisi bab-bab mengenai kewajiban dasar manusia, Komnas
HAM, partisipasi masyarakat dan pengadilan HAM.
4. Dalam Undang-undang Nomor 26/2000 tentang Pengadilan HAM khususnya dalam
Bab III dinyatakan bahwa Pengadilan HAM bertugas dan berwenang memeriksa dan
memutuskan perkara pelanggaran HAM berat.
5. Indonesia juga telah meratifikasi sejumlah konvensi HAM internasional, di
antaranya yang terpenting adalah:
6. Konvensi Penghapusan segala bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW),
diratifikasi dengan UU No.7 /1984.
7. Konvensi HAK Anak (CRC), diratifikasi dengan Keppres No.36/1990.
8. Konvensi Anti Penyiksaan (CAT), diratifikasi dengan UU No.5/1998.
9. Konvensi Penghapusan Diskriminasi Ras (CERD), diratifikasi dengan UU
No.29/1999.
10. Sejumlah (14) konvensi ILO (Hak pekerja).
Pembentukan konstitusi ini merupakan bentuk tanggung jawab bangsa Indonesia
sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Selain itu pembentukannya juga
mengandung suatu misi mengemban tanggung jawab moral dan hukum dalam
menjunjung tinggi dan melaksanakan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia yang
ditetapkan oleh PBB sebagai Negara Hukum, serta yang terdapat dalam berbagai
instrument hukum lainnya yang mengatur hak asasi manusia yang telah disahkan dan
atau diterima negara Republik Indonesia.
Perlindungan Hak Asasi Manusia sudah menjadi asas pokok dalam kehidupan
bernegara di Indonesia. Hal ini terbukti dari pernyataan Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia 1945 dalam pembukaannya di Alinea pertama yang menyatakan
bahwa kemerdekaan ialah hak segala bangsa, maka penjajahan harus dihapuskan
karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan. Hal ini berarti adanya freedom to be
free, yaitu kebebasan untuk merdeka, dan pengakuan atas perikemanusiaan telah
menjelaskan bahwa Bangsa Indonesia mengakui akan adanya hak asasi manusia..
Prinsip-prinsip HAM secara keseluruhannya sudah tercakup didalam Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia 1945. Prinsip universalitas yang merupakan bentuk
menyeluruh, artinya setiap orang / tiada seorangpun tanpa memandang
ras,agama,bahasa,kedudukan maupun status lainnya,dimana setiap orang memiliki hak
yang sama dimata hukum, namun prinsip universalitas tidak keseluruhannya
terkandung dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, hal ini dibuktikan
dari pernyataan di dalam pembukaannya yaitu: melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia Hal ini berarti Negara hanya bertanggung jawab
kepada hak dari seluruh warga Indonesia saja. Begitu juga dengan beberapa pasal yang
mengistilahkan setiap warga Negara / tiap-tiap warga Negara, seperti pada pasal 27
ayat (1), (2), pasal 30 ayat (1),pasal 31 ayat (1) Padahal yang dimaksudkan sebagai
prinsip universal adalah ketentuan hak yang berlaku bagi semua orang, bukan terbatas
pada wilayah tertentu.
BAB III
KESIMPULAN
HAM / Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal
dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun. Hak
Asasi Manusia juga dapat dipandang sebagai seperangkat hak yang melekat pada
hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk TUHAN YANG MAHA ESA dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh
negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia.
Negara hukum adalah Negara yang berdasar atas hukum (Rechtsstaat), tidak berdasar
atas kekuasaan belaka (Machtsstaat) dan Pemerintahannya berdasar atas sistem
konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas).
Negara hukum dengan penegakan HAM ibarat dua sisi mata uang dengan sisi yang
berbeda. Negara Hukum dan HAM tidak bisa dipisahkan. Indonesia sebagai Negara
Hukum telah menetapkan pengertian HAM yang sebagaimana dimaksud dalam pasal 1
Undang-undang nomor 39/1999 yaitu Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan YANG MAHA ESA
dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi
oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.
HAM di Indonesia untuk mewujudkan penghormatan dan penegak HAM yang kuat
ketika bangsa ini memperjuangkan hak asasinya, yaitu: kemerdekaan, yang telah
berabad-abad dirampas oleh penjajah. Oleh karena itu, tidak mengherankan setelah
berhasil mencapai kemerdekaan, para pendiri negeri ini mencantumkan prinsip-prinsip
HAM dalam Konstitusi RI (Undang-undang Dasar 1945 dan Pembukaannya) sebagai
pedoman dan cita-cita yang harus dilaksanakan dan dicapai.
REFERENSI
Asshiddiqie, Jimly. Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia. Edisi Revisi. Jakarta:
Konstitusi Press, 2005
Asshiddiqie, Jimly. Demokrasi dan Hak Asasi Manusia. Jakarta: Mahkamah Konstitusi,
2005
Lubis, Todung Mulya. Jalan Panjang Hak Asasi Manusia. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2005
http://ayu.b15on.com/ham/