Anda di halaman 1dari 11

LABORATORIUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2017/2018

MODUL : Reverse Osmosis

PEMBIMBING : Anggi Regiana Agustin, SST., M.Sc.

Tanggal Praktikum : 30 Oktober 2017


Tanggal Penyerahan : 20 Oktober 2017
(Laporan)

Oleh :

Kelompok : 4
Nama : Lia Amalia Mahmudah (151411013)
Lira Aprilia Pujianti (151411014)
Listya Rahmayanti (151411015)
Marvin Indy Hartono (151411016)
Kelas : 3A D3 Teknik Kimia

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kebutuhan akan air dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Selain untuk
kebutuhan di industri, air yang diambil dari sumber air pun diolah untuk dijadikan air
konsumsi. Air untuk konsumsi dan juga untuk penyiapan makanan harus bebas dari
mikroorganisme yang menyebabkan penyakit dan juga harus terbebas dari mineral
mineral dan senyawa organik yang dapat menyebabkan gangguan fisiologis.
Air tanah dan air sumur merupakan sumber air terbesar yang digunakan. Kendala yang
paling sering ditemui dalam menggunakan air tanah adalah masalah kandungan kation
yang cukup besar. Keberadaan kation dalam air dalam jumlah banyak dapat mengganggu
kesehatan maupun kualitas air itu sendiri. Pemurnian air dapat dilakukan dengan
beberapa cara, salah satu satunya dengan cara Reverse Osmosis (RO)

1.2. Tujuan
Tujuan percobaan ini adalah sebagai berikut.
1. Memahami proses pemisahan kation dalam air baku dengan sistem reverse osmosis
2. Membuat kurva hubungan antara kadar zat terlarut (solut) di aliran permeat dan
konsentrat terhadap waktu
3. Menghitung persen zat terlarut yang ditolak (% reject)
BAB II

DASAR TEORI
Osmosis merupakan fenomena pencapaian kesetimbangan antara dua larutan yang
memiliki perbedaan konsentrasi zat terlarut, dimana kedua larutan ini berada pada satu bejana
dan dipisahkan oleh lapisan semipermeabel. Kesetimbangan terjadi akibat perpindahan pelarut
dari larutan yang memiliki konsentrasi zat terlarut rendah ke larutan yang memiliki konsentrasi
zat terlarut tinggi. Reverse osmosis adalah kebalikan dari fenomena osmosis ( William, 2003).

Prinsip dasar reverse osmosis adalah memberi tekanan hidrostatik yang melebihi
tekanan osmosis larutan sehingga pelarut dalam hal ini air dapat berpindah dari larutan yang
memiliki konsentrasi zat terlarut tinggi ke larutan yang memiliki konsentrasi zat terlarut
rendah. Prinsip reverse osmosis ini dapat memisahkan air dari komponen-komponen yang tidak
diinginkan dan dengan demikian akan didapatkan air dengan tingkat kemurnian yang tinggi
(William, 2003).

Gambar 2.1 Skema Osmosis dan Reverse Osmosis


(Sumber : William, 2003)
Sebagaimana telah dijelaskan pada proses reverse osmosis ini larutan yang
berkosentrasi tinggi berpindah ke larutan yang berkonsentrasi rendah melalui suatu membran
dengan adanya driving forced atau tekanan. Membran yang digunakan merupakan membran
yang bersifat semipermeabel dengan ukuran pori < 1 nm, sehingga membran ini banyak disebut
membran tak berpori. Dengan ukuran pori membran ini, reverse osmosis mampu memisahkan
berbagai macam kontaminan dalam ukuran ion. Hasil reverse osmosis ini adalah air yang tidak
mengandung ion kation dengan kadar zat terlarut total (TDS) atau daya hantar listrik yang
relatif rendah (Ghozali, 2008).
Untuk menentukan keberhasilan proses tersebut, tekanan operasi (P) umumnya antara
2-80 Bar. Tekanan semakin besar, maka proses pemisahan semakin baik, sehingga dihasilkan
air (H2O) semakin murni (Ghozali,2008).
Kinerja sebuah membran RO ditetapkan berdasarkan beberapa parameter. Parameter-
parameter untuk menentukan kinerja sebuah membran RO ini adalah sebagai berikut
(Lewabrane, 2013)
1. Laju alir
Dalam alat RO terdapat tiga aliran. Aliran umpan dipisahkan dengan membran RO ke
dalam alliran permeat dan aliran konsentrat. Laju alir umpan ditetapkan sebagai laju
memasuki sistem RO, laju alir permeat ditetapkan sebagai laju alir air melewati
membran RO, dan laju alir konsentrar ditetapkan sebagai laju yang tidak melewati
membran RO.
2. Permeat Flux
Permeat flux mendeskripsikan kuantitas dari produksi permear selama pemisahan
secara membran per satuan dan luas membran (liter/m2h)
3. Salt Rejection atau Rejection Percentage
Salt rejection merupakan persentase jumlah zat terlarut yang ditolak oleh membran RO.
Hal ini dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut.

= (1)


% = 100% (2)

Semakin besar nilai R, maka proses pemisahan semakin baik, artinya permeat semakin
murni.
4. Recovery Rate
Recovery rate didefinisikan sebagai fraksi laju umpan yang melewati membran.
5. Perbedaan tekanan (Pressure Drop)
Perbedaan tekanan ini adalah perbedaan antara tekanan umpan tekanan konsentrat
selama aliran air melewati membran RO.
6. Transmembran Pressure
Transmembran Pressure didefinisikan sebagai perbedaan tekanan antara sisi umpan
dan sisi permeat dari membran.
Beberapa aplikasi penggunaan reverse osmosis dalam industri antara lain (Ghozali,2008) :
- Desalinasi air payau atau air laut
- Demineralisasi untuk air umpan boiler
- Pemisahan protein dari whey
- Treatment khusus untuk industri kimia, makanan, tekstil, kertas, dan lainnya
- Pervaporasi, seperti pada pemisahan alkohol-air.
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

Mulai

Mempelajari alat RO, memastikan semua aliran


dan membuka valve aliran influen

Menyalakan mesin RO

Melakukan kalibrasi laju alir

Mencatat nilai laju alir hasil kalibrasi


alir

Mengukur
DHL&TDS
umpan

Mengukur
DHL&TDS
Permeat &
(setiap 5 menit)

Konsentra
Hasil pengukuran di aliran permeat Hasil pengukuran di aliran konsentrat
dibuang dibuang ke saluran pembuangan

Selesai
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil Percobaan

permeat konsentrat

70

60

50
DHL (S/cm)

40

30

20

10

0
0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu (menit)

Gambar 4.1 Grafik Hubungan antara DHL terhadap Waktu pada Konsentrat dan Permeat

permeat konsentrat

350

300

250
TDS (mg/L)

200

150

100

50

0
0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu (menit)

Gambar 4.2 Grafik Hubungan antara TDS terhadap Waktu pada Konsentrat dan Permeat
Tabel 4.1 Efisiensi Pemisahan Membran (%R)

Waktu %Reject
0 91,90
5 90,34
10 92,97
15 92,07
20 93,46
30 91,11
35 91,53
40 94,13
55 94,18
60 92,05

4.2. Pembahasan olehLai Amalia Mahmudah


4.3 Pembahasan oleh Lira Aprilia Pujianti
Reverse osmosis merupakan perpindahan zat perlarut dari suatu larutan dari larutan
yang berkonsentrasi tinggi ke larutan yang berkonsentrasi rendah dengan melewatkannya ke
sebuah membrane semipermeabel. Prinsip dasar utama dari metode RO ini adalah adanya
pemberian tekanan yang melebihi tekanan osmotik suatu larutan agar pelarut dapat melewati
membran dan berpindah dari larutan berkonsentrasi tinggi ke larutan berkonsentrasi rendah. Dari
konsep RO tersebut maka jelas bahwa produk yang dihasilkan merupan air yang berkonsentrasi
rendah. Jenis konsentrasi rendah disini adalah konsentrasi zat terlarut yang berupa kation,
sehingga diharapkan pada bagian produk atau permeat konsnetrasi kation atau jumlah kation
pada air yang diolah sangat rendah karena tertahan oleh membran semipermeabel.
Karena alasan diatas bahwa RO ini untuk memisahkan kation yang terkandung dalam
air yang diolah, sehingga pada dasarnya metode RO ini pada umumnya bukan untuk proses
pengolahan air limbah, namun adalah pengolah air konsumsi karena produknya merupakan air
murni. Jika akan dilakukan proses dari air limbah pun harus terlebih dahulu dilakukan proses
yang lainnya, sehingga pada saat masuk sebagai umpan RO berkarakteristik hanya memiliki
kesadahan tinggi, bukan kandungan seperti contoh salah satunya koloid yang tinggi. Karena
syarat utama yang digunakan sebagai umpan RO adalah air memiliki kesadahan tinggi, karena
kesadahan disebabkan oleh adanya kandungan kation, dan kation ini yang akan dipisahkan pada
proses RO.
Pada praktikum Reverse osmosis kali ini dilakukan pada kondisi operasi dengan
tekanan 0,7 psi. Air yang akan diolah bersumber dari air tanah yang dialirkan melalui keran yang
memiliki nilai daya hantar listrik (DHL) sebesar 40,4 S/cm dan nilai total disolved solid (TDS)
sebesar 207 mg/liter. Data yang diambil adalah nilai DHL, dan TDS dari aliran permeat dan konsnetrat
serta persen reject setiap lima menit selama satu jam. Data yang diambil berupa DHL dan TDS karena
pada proses RO ini zat yang dipisahkan merupakan zat terlarut yang berukuran ion. Pada sistem RO ini
zat yang akan terpisahkan adalah ion kation, karena membran semi permeabel hanya mampu menahan
kation sedangkan anion akan lolos. Maka dari itu pengukuran yang dilakukan adalah penukuran DHL,
karena daya hantar listrik ditimbulkan oleh adanya ion-ion khususnya ion anion yang bermuatan negatif.
Persen reject merupakan persentase jumlah zat terlarut yang ditolak oleh membran RO. Semakin
besar nilai %R, maka proses pemisahan semakin baik, artinya permeat semakin murni dan
menunjukkan efisiensi atau kinerja alat RO tersebut.
Dari hasil percobaan dapat dilihat pada gambar 4.1 bahwa nilai DHL pada permeat
lebih rendah dari pada konsentrat dan nilai pada keduanya cenderung stabil pada setiap rentang
waktu lima menit selama waktu proses. Kestabilan ini terjadi karena umpan yang digunakan
sama pada setiap lima menit tersebut, bukan merupakan air sirkulasi dari hasil produk yang
diumpankan kembali, atau dapat disebut proses tersebut merupakan proses kontinyu. Sehingga
dengan tekanan yang selama proses, menghasilkan kecenderungan karakteristik air produk yang
dihasilkan pun sama.
Dari gambar 4.2 yang menunjukkan nilai TDS terhadap waktu pada permeat lebih
rendah dari pada konsentrat dan nilai pada keduanya pun cenderung stabil pada setiap rentang
waktu lima menit selama waktu proses. Nilai TDS dari aliran permeat bahkan bernilai nol, itu
artinya padatan terlarut dalam air umpan tersaring seluruhnya oleh membran, dan tertahan dalam
aliran konsentrat, sehingga nilai TDS aliran konsentrat sangat tinggi dibandingkan aliran
permeat. Hal ini menunjukkan hasil sesuai teoritis prinsip dasar RO, bahwa produk yang
dihasilkan memiliki konsentrasi lebih rendah dibandingkan umpan.
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai persen reject pada proses ini berkisar pada nilai
sekitar 90 keatas. Hal ini menunjukkan bahwa proses pemisahan terjadi secara baik. Artinya
kondisi membran masih dalam keadaan baik sehingga mampu untuk menahan padatan terlarut
berupa kation dengan sangat baik. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa kondisi alat RO yang
digunakan dalam keadaan sangat baik, karena nilai persen reject bernilai besar dan dengan
besarnya nilai persen reject ini dapat menghasilkan air yang cukup murni dengan bukti
dihasilkannya air produk yang memiliki nilai DHL dan TDS rendah.

BAB V

SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

A. Data Pengamatan
Laju Alir Umpan :
Permeat : 0,281 L/menit
Konsentrat : 0,52 L/menit
DHL umpan : 40,4 S/cm
TDS umpan : 207 mg/L

Tabel A.1 Hasil Pengukuran di Aliran Permeat-Konsentrat

Data Pengamatan pada Aliran

Permeat Tekanan
Waktu Konsentrat
Operasi
(psi)
TDS DHL Volume TDS DHL Volume
(mg/L) (S/cm) (L) (mg/L) (S/cm) (L)
0 0 3,27 1.55 296 64,4 2,6 0,7

5 0 3,9 1.56 290 62,4 2,8 0,7

10 0 2,84 1.55 293 62,2 2,6 0,7

15 0 3,20 1.55 293 61,7 2,6 0,7

20 0 2,64 1.55 293 56,9 2,6 0,7

25 0 4,11 1.56 287 61 2,8 0,7

30 0 3,59 1.56 293 64,8 2,6 0,7

35 0 3,42 1.56 269 63,6 2,6 0,7

40 0 2,37 1.55 296 63,4 2,6 0,7

45 0 4,32 1.54 297 64,2 2,6 0,7

50 0 5,55 1.54 287 64 2,7 0,7

55 0 2,35 1.56 297 63,5 2,6 0,7

60 0 3,21 1.55 297 64 2,6 0,7


B. Pengolahan Data
Penentuan Persen Reject (%R)

% = 100 %

Dengan: Cm = konsentrasi zat terlarut dialiran influen


Cp = konsentrasi zat terlarut dialiran permeat

Tabel B.1 Hasil dari Penentuan Efisiensi Pemisahan

Waktu DHL umpan DHL permeat %Reject


(S/cm) (S/cm)
0 40,4 3,27 91,90594
5 40,4 3,9 90,34653
10 40,4 2,84 92,9703
15 40,4 3,2 92,07921
20 40,4 2,64 93,46535
30 40,4 3,59 91,11386
35 40,4 3,42 91,53465
40 40,4 2,37 94,13366
55 40,4 2,35 94,18317
60 40,4 3,21 92,05446

Anda mungkin juga menyukai