by Anne Mather
BAB SATU
BESOK!
Helen melayangkan pikirannya ke ayahnya. Besok ayahnya
akan tahu Helen telah pergi. Apa yang akan dilakukan
ayahnya? Apakah surat Helen akan memuaskan ayahnya?
Dalam surat itu Helen menyatakan bahwa ia perlu pergi
seorang diri untuk beberapa waktu lamanya. Atau apakah
ayahnya akan berusaha mencari Helen? Ya, besar
kemungkinannya. Ayahnya bukanlah seorang yang senang
ditentang. Dan ia pasti akan marah sekali karena anak
perempuannya, anak SATU-SATUNYA, mencoba
menentangnya.
Ia melihat ke kiri dan ke kanan jalan yang sepi itu. Tak ada
gunanya mencari kembali jejaknya. Sejauh beberapa
kilometer ke belakang sudah jelas tidak terdapat apa-apa.
Jadi ia harus maju ke depan!
Hawa panas meliputi Helen dan baru saat itu ia sadar betapa
dinginnya ia. Rasa kesepian, pertemuannya yang menakutkan
dengan si macan tutul, kemudian konfrontasinya dengan
tuannya, semua itu membawa persoalan yang membuatnya
lupa akan rasa dinginnya. Tetapi sekarang di dalam kamar
berhiaskan panil yang hangat itu, ia mulai menggigil dengan
hebat dan giginya mulai menggelatuk.
"Baiklah," kata Helen. "Jadi aku ini bukan seorang gadis yang
biasa bekerja. Memang benar. Namaku Helen James. Ayahku
Philip James."
BAB DUA
Helen tersedu. "Kau gila! Gila! Aku tidak mau tinggal di sini.
Aku mau ke Bowness. Biarkanlah aku pergi! Aku tidak akan
menceritakan kepada siapa pun bahwa aku telah bertemu
denganmu. Aku berjanji."
"Maaf, itu tidak mungkin, Nona James. Oya, Bolt, kita harus
memindahkan mobil itu besok. Sebelum salju mencair."
Tak ada kamar hotel yang bisa lebih mewah daripada kamar
ini, pikir Helen agak histeris. Dan tak ada pemilik hotel yang
lebih memperhatikan tamunya daripada Bolt. Sungguh
menggelikan! Makin lama dipikir, makin hebat kelihatannya.
Tangannya yang lembab digosok-gosokkannya pada
sambungan sisi celana panjangnya. Berapa lama ia harus
tinggal di sini? Berapa lama waktu yang diperlukan Dominic
Lyall untuk mengurus keberangkatannya keluar negeri?
"Ini! Minumlah!"
Dominic Lyall mendorong sebuah gelas ke dalam tangan
Helen. Helen memandang isinya dengan bengong. "Ini apa?"
"Brandy," jawab Dominic Lyall singkat. "Mungkin bisa
mengembalikan pikiran sehatmu."
BAB TIGA
TEMPAT tidur Helen amat menyenangkan. Melihat botol air
panas Helen teringat akan masa kanak-kanaknya dan akan
ibunya yang biasa menidurkannya dengan sebuah cerita.
Cuma sekarang tidak ada cerita. Yang ada hanya kesamaan
antara keadaannya yang buruk dengan keadaan si Cantik
dalam cerita Beauty and the Beast...
Ah, mesti ada yang tahu, pikir Helen dengan gembira. Mesti
ada orang yang menyediakan susu dan telur. Dan bagaimana
dengan surat? Semangatnya bertambah. Kalau mereka
bermaksud menahannya di sini, memberinya makan, tentu
mereka membutuhkan lebih banyak persediaan. Mungkin
orang yang menyediakan barang makanan dan minuman
akan melihat bahwa ada tambahan dalam pesanan.
Kamar kerjanya!
Helen ragu-ragu. Di mana kamar kerjanya? Ia membuka
mulutnya hendak bertanya, tapi kemudian menutupnya lagi.
Kamar itu tentu berhubungan dengan kamar besar. Tidak
sukar untuk mencari kamar itu, asal saja ia mengenali kamar
tempat menyimpan mantel, kamar makan dan dapur yang
pintunya dilapisi kain wol hijau.
Cepat-cepat Helen keluar. Untung si macan tutul tidak ada di
kamar besar. Helen meneliti seluruh ruangan. Cuma ada satu
pintu lain. Ia memutar pegangan pintu dan melongok ke
dalam. Betul, ini pasti kamar kerja Dominic Lyall. Di tengah
kamar terdapat sebuah meja tulis besar terbuat dari kayu
mahoni. Meja itu penuh dengan buku dan kertas. Di pinggir
meja terdapat sebuah mesin tik.
BAB EMPAT
BAB LIMA
UNTUNG Helen masih mempunyai waktu untuk mencuci
muka dan berganti pakaian sebelum Bolt datang membawa
makanan pagi. Lebih baik kalau Bolt tidak tahu ia tidur
memakai celana panjang dan sweater tadi malam, pikir
Helen. Bolt bisa memperoleh kesan yang salah. Pagi ini Helen
memakai cutbrai berwarna krem dan blus berlengan panjang
berwarna merah tua. Ia kelihatannya langsing dan menarik.
Ketika ia sedang menyikat rambutnya di muka cermin toilet,
Bolt mengetuk pintu.
"Selamat pagi," kata Bolt. "Tidur nyenyak semalam?"
"Nyenyak, terima kasih. Kau juga?"
"Nyenyak sekali," jawab Bolt, sambil meletakkan nampan di
atas meja. "Pagi ini saya membuat bubur dan telur adukan."
"Bagus." Helen memandang ke luar lewat jendela. "Hujan
salju lagi?" "Betul. Hari ini tidak sebagus kemarin. Dan lebih
dingin."
"Oh, tidak mengapa. Bolehkah aku membawa nampan ini ke
dapur sesudah makan?" "Kalau Nona tidak berkeberatan."
"Oh, sama sekali tidak." Helen duduk. "Eh-bagaimana
keadaan Dominic Lyall pagi ini?" "Lebih baik," kata Bolt.
Helen tersenyum dan pembantu laki-laki itu pun
meninggalkan kamar Helen.
BAB ENAM
DUA HARI berturut-turut Helen sakit. Karena itu ia belum
sempat mencari jalan guna melarikan diri. Setelah makan
malam bertiga, keesokan paginya Helen bangun dan merasa
badannya kurang enak. Kepalanya sakit, tenggorokannya
sakit dan ia selesma. Bolt mengukur panas badan Helen.
Karena panas badannya tinggi, Bolt tidak membolehkan
Helen meninggalkan tempat tidur.
BAB TUJUH
BAB DELAPAN
Nada suara ibu tiri Helen yang dingin itu bagaikan tetesan air
di udara panas. Sekali ini Helen merasa amat gembira melihat
ibu tirinya. Tapi kata-kata Isabel yang berikutnya sama sekali
tidak menggembirakannya.
"Kau kembali," kata Isabel. "Sayang aku tidak tahu kau pulang
hari ini. Hai Philip, apakah begini caranya menyambut anak
pemboros?"
"Jangan turut campur, Isabel," kata Philip kepada isterinya.
"Cepat benar kau pulang, kau tidak main?"
"Perhatianmu sungguh luar biasa. Tidak, aku tidak main, hari
terlalu dingin. Memang aku giat bermain golf, tapi golf
bukanlah permainan yang dapat dimainkan dengan tangan
beku." Isabel menatap Helen. "Dan kau dari mana? Tinggal
dengan pacar selama seminggu?"
"ISABEL!"
Tidak sukar mencari rumah tua yang tak teratur itu di waktu
siang. Helen mengemudikan mobilnya dengan kecepatan
tinggi menuju ke pintu depan. Tapi anehnya tidak ada tanda-
tanda orang tinggal di situ. Tak ada asap yang mengepul dari
corong asap. Tak ada suara binatang di belakang rumah. Tak
ada tirai yang menutup jendela. Helen menghentikan
mobilnya, lalu keluar. Ia sudah sampai, bukan? Makin cepat
ia memberitahu kehadirannya, makin baik.
BAB SEPULUH
HELEN keluar dan meninggalkan klinik Johansen. Ia tidak
bertemu lagi dengan Bolt. Dalam keadaan bingung ia
memanggil taxi. Ia memberi alamat rumah ayahnya, tapi di
tengah jalan ia mengubahnya dan menyuruh supir taxi ke
Embankment. Ia turun di dekat Westminster Bridge. Supir
taxi menatapnya dengan aneh. Supir itu tentu curiga dan
mengira Helen hendak bunuh diri.