Anda di halaman 1dari 29

JURNAL

PEMBANGUNAN
DAERAH Media Referensi
Daerah Membangun

VOL. I | EDISI I | TAHUN 2013

ISSN: 2337-3318
JURNAL
PEMBANGUNAN
DAERAH Media Referensi
Daerah Membangun

Diterbitkan oleh:
Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah
Kementerian Dalam Negeri
Jl. Taman Makam Pahlawan No. 20 Kalibata
Jakarta Selatan 12750

Tahun 2013
Jurnal Pembangunan Daerah diterbitkan empat edisi dalam setahun oleh Direktorat
Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri dengan tujuan sebagai
media referensi daerah membangun.
Jurnal ini kiranya berfungsi juga sebagai media komunikasi dalam menyampaikan
gagasan, pandangan, pengetahuan, dan pengalaman tentang pembangunan daerah yang
meliputi perencanaan pembangunan daerah, pengembangan wilayah, penataan ruang dan
lingkungan hidup, pengembangan ekonomi daerah, dan penataan perkotaan, serta hal-
hal lain yang berkaitan dengan isu pembangunan daerah dan desentralisasi.

PELINDUNG : Menteri Dalam Negeri
PENANGGUNGJAWAB : Dr. H. Muh. Marwan, M.Si
KETUA DEWAN REDAKSI : Dr. Drs. Sjofjan Bakar, M.Sc
ANGGOTA : Hasiholan Pasaribu, SE., MPKP
Drs. Binar Ginting, MM
Edi Sugiharto, SH., M.Si
Widodo Sigit Pudjianto, SH., MH
Ir. Dadang Sumantri Muchtar
REDAKTUR UTAMA : Drs. A. Damenta, Mag.rer.publ
REDAKTUR PELAKSANA : Fitriani, STP., MT., M.Sc
EDITOR : Ahmad Anshori Wahdy, SE., MBA
Emile Boeky, ST., M.Si
Nita Sosiawati, ST., MT
Muhammad Nur Fajar Asmar, S.STP
Dede Sulaeman, S.PdI
Azwar, S.S., M.Si
MITRA BESTARI : Achmad Adhitya, M.Sc., Ph.D
Dr. Rulli Nasrullah, M.Si

DESAINER GRAFIS : Deni Irawan, S.IKom


ALAMAT REDAKSI : Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah
Kementerian Dalam Negeri
Jl. Taman Makam Pahlawan No. 20 Kalibata
Jakarta Selatan 12750
Telp.: 021-7992537
Email: jurnalbangda@gmail.com
i

emekaran daerah di Indonesia (sejak 1999-2010) serupa sel

P kanker yang membelah diri dengan sangat cepat. Setiap


tahunnya rata-rata telah terbentuk 20 daerah otonom baru
(DOB) hasil dari pemekaran daerah. Begitu banyaknya DOB
yang terbentuk dalam era otonomi daerah selama ini
berakibat pada bermunculannya berbagai persoalan yang rumit.
Secara umum, pemekaran wilayah tersebut belum bisa dikatakan
berhasil, apalagi mampu menyejahterakan masyarakatnya. Sebaliknya,
pemekaran wilayah yang seperti cendawan di musim hujan itu malah
menimbulkan masalah yang tidak lagi sederhana. Misalnya, malasah
penggunaan anggaran yang begitu besar dan meningkatnya konflik yang
menyebabkan jatuhnya korban jiwa. Salah satu bentuk konflik tersebut
adalah terjadinya perebutan sumberdaya di perbatasan atau disebut
sebagai konflik batas wilayah.
Seperti apa sisik-melik soal DOB tersebut? Djoko Harmantyo, Staf
Pengajar dan Kepala Laboratorium Pengembangan Wilayah Departemen
Geografi FMIPA-UI, membahas konsep dan teori yang berkaitan dengan
hal tersebut. Dalam artikel berjudul, Pemekaran Daerah dan Perkembangan
Wilayah di Indonesia: Kenapa DOB Mesti Lahir Prematur, beliau membahas
perkembangan wilayah administrasi di Indonesia sejak Indonesia
merdeka sampai tahun 2012. Selain itu, dibahas pula instrumen
pemekaran daerah yang berkaitan dengan potensi terjadinya konflik
kewilayahan.
Dalam artikel kedua, Rusdiyanto, Ketua Lembaga Penelitian (Lemlit)
Universitas Muhammadiyah Madiun mengulas strategi percepatan dan
pemanfaatan pembangunan tata ruang wilayah berbasis agropolitan.
Menurutnya pembangunan tata ruang agropolitan merupakan strategi
alternatif dalam memberikan solusi terhadap sumber penghidupan dan
kesejahteraan, karena terdapat faktor fungsional dari berbagai sektor
pertanian, industri, pariwisata dan agribisnis. Sehingga tata ruang
agropolitan merupakan fungsi perencanaan, koordinasi dan evaluasi
maupun pengendalian agar pembangunan berorientasi cepat tumbuh
dan berkelanjutan. Artikelnya berjudul, Strategi Percepatan dan

JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH, EDISI I, VOL. 1, TAHUN 2013


ii

Pemanfaatan Pembangunan Tata Ruang Wilayah Berbasis Agropolitan yang


Cepat Tumbuh dan Berkelanjutan.
Artikel ketiga, Aat Ruchiat Nugraha dan Trie Damayanti, keduanya
Dosen Jurusan Humas Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas
Padjadjaran memaparkan masalah pelayanan informasi publik oleh
pemerintah daerah dengan pendekatan teori Public Relations. Secara
khusus, kajian keduanya mengulas masalah tersebut dalam konteks
wilayah Provinsi Jawa Barat dan Kota Bandung. Artikelnya berjudul,
Pelayanan Informasi Publik oleh Pemerintah Daerah dalam Implementasi
Keterbukaan Informasi Publik: Perspektif Public Relations (Studi Kasus di
Pemerintahan Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Kota Bandung).
Dalam artikel keempat, GunawanTanuwidjaja, Dosen Program Studi
Arsitektur Universitas Kristen Petra, Surabaya, mengkaji kerangka
kerjasama dan perencanaan partisipatif daerah Bangkalan, Madura.
Dalam kajian tersebut beliau mengusulkan beberapa rekomendasi yang
terkait dengan revitalisasi rencana tata ruang kabupaten-kabupaten di
Madura dan beberapa usualan penting lainnya. Artikelnya berjudul,
Revitalisasi Kota dan Kabupaten yang Lebih Berkelanjutan: Kerangka
Kerjasama dan Perencanaan Partisipatif di Bangkalan, Madura.
Dalam artikel kelima, Rulli Nasrullah, Direktur Eksekutif Lembaga
Pengembangan Studi dan Informasi (LPSI) Jakarta, membahas
penggunaan media baru dalam menunjang pembangunan daerah.
Menurutnya, salah satu keuntungan pemanfaatan media baru itu adalah
cara kerja yang lebih praktis, menghemat waktu, bahkan mengatasi
persoalan tempat. Baginya, penyebaran informasi menggunakan media
baru menjadi kekuatan baru, misalnya, dalam menyebarkan informasi
terkait potensi daerah sehingga memberikan peluang bagi invetasi daerah
untuk bisa ikut andil di suatu daerah secara cepat. Artikelnya berjudul,
Pemanfaatan Media Baru dalam Pembangunan Daerah.[]

JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH, EDISI I, VOL. 1, TAHUN 2013


iii

PENGANTAR REDAKSI i-ii

DAFTAR ISI iii

PEMEKARAN DAERAH DAN PERKEMBANGAN 1


WILAYAH DI INDONESIA: KENAPA DOB MESTI
LAHIR PREMATUR?
Oleh: Djoko Harmantyo

STRATEGI PERCEPATAN DAN PEMANFAATAN 13


PEMBANGUNAN TATA RUANG WILAYAH
BERBASIS AGROPOLITANYANG CEPAT TUMBUH
DAN BERKELANJUTAN
Oleh: Rusdiyanto

PELAYANAN INFORMASI PUBLIK OLEH 35


PEMERINTAH DAERAH DALAM IMPLEMENTASI
KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK: PERSPEKTIF
PUBLIC RELATIONS
Oleh: Aat Ruchiat Nugraha dan Trie Damayanti

REVITALISASI KOTA DAN KABUPATEN YANG 59


LEBIH BERKELANJUTAN: KERANGKA
KERJASAMA DAN PERENCANAAN PARTISIPATIF
DI BANGKALAN MADURA
Oleh: Gunawan Tanuwidjaja dan Joyce Martha Widjaya

PEMANFAATAN MEDIA BARU DALAM 77


PEMBANGUNAN DAERAH
Oleh: Rulli Nasrullah

JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH, EDISI I, VOL. 1, TAHUN 2013


Gunawan Tanuwidjaja dan Joyce Martha Widjaya


Dosen Program Studi Arsitektur Universitas Kristen Petra, Surabaya, dan Peneliti Senior Balai Sosial
Ekonomi Lingkungan Jalan dan Jembatan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi dan
Lingkungan, Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pekerjaan Umum
Email: gunte@peter.petra.ac.id, guneitb@yahoo.com

Abstract
Madura has limited social, economical and environmental resources which make it underdeveloped com-
pared to the rest regions in the East Java.This situation requires the implementation of a more comprehen-
sible participative planning and cooperation in order to enhance sustainable development, particularly in
Bangkalan Regency.The study reveals that Bangkalan has a unique social and economic character as well as
natural resources; majority of residents with low level of education, most of them are also live in poverty,
frequent social conflict, not to mention limited natural resources.The study offers some recommendations
to revitalize district spatial planning. It also proposes a mechanism to increase public participation in plan-
ning, land acquisition, construction, operation, and maintaining infrastructures. Furthermore, the study
also recommends the improvement road infrastructures, water installation and its distribution in Madura.
All those strategies should be implemented hand in hand with the effort to strengthen participative ap-
proach of development both in planning and cooperation.

Abstrak
Pulau Madura memiliki kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan yang terbatas sehingga tertinggal dari kawasan
lainnya di Jawa Timur. Ketertinggalan ini menuntut diterapkannya kerangka kerjasama dan perencanaan
partisipatif yang lebih jelas untuk mewujudkan pembangunan pulau Madura yang berkelanjutan, terutama
di Kabupaten Bangkalan.Dalam kajian ini ditemukan bahwa Kabupaten Bangkalan, Madura ternyata memiliki
karakter sosial, ekonomi, dan lingkungan yang unik, misalnya: pendidikan penduduk Bangkalan yang terbatas,
sebagian besar penduduk Bangkalan hidup di bawah garis kemiskinan, konflik sosial yang sangat seringterjadi;
dan sumber daya alamnya sangat terbatas. Dalam kajian ini diusulkan beberapa rekomendasi yang terkait
dengan revitalisasi rencana tata ruang kabupaten di Madura. Kemudian diusulkan peningkatan partisipasi
masyarakat dalam perencanaan, pembebasan lahan, konstruksi, operasi, dan pemeliharaan infrastruktur.
Selain itu, diusulkan pula peningkatan infrastruktur jalan dan instalasi air baku serta distribusinya di Madura.
Strategi ini diusulkan bersamaan dengan kerangka kerjasama dan perencanaan partisipatif.

Kata kunci: Madura, kerjasama partisipatif, pembangunan berkelanjutan.

JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH, EDISI I, VOL. 1, TAHUN 2013


59
REVITALISASI KOTA DAN KABUPATEN YANG LEBIH BERKELANJUTAN

Pendahuluan mengenai kawasan industri. Pemerintah


Pulau Madura memiliki luas 5.304 km2 pusat mengusulkan kawasan industri di
dan kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan Bangkalan adalah kawasan industri berbasis
yang terbatas. Hal ini menyebabkan Pulau pertanian dan kawasan pelabuhan peti kemas
Madura tertinggal dari kawasan lainnya di Klampis. Di sisi lain, Badan Perencanaan
Jawa Timur (Moh. Adib, 2009). Hal ini Pembangunan Daerah (Bappeda) Bangkalan
terlihat dari Produk Domestik Regional mengusulkan seperti kawasan agropolitan di
Bruto (PDRB) per kapita dan Indeks Prestasi Bangkalan; Madura Industry and Seaport City
Manusia (IPM) keempat Kabupaten di Pulau (MISI) di Socah; serta Industri Semen di
Madura yang relatif di bawah kota-kota dan Socah danTragah. Pola pengembangan dalam
kabupaten-kabupaten lain di Jawa Timur Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
(Badan Pusat Statistik-BAPENAS-UNDP, menurut Badan Pelaksana Pengembangan
2004). Wilayah Surabaya-Madura dan Bappeda
Ketertinggalan ini mendorong Kabupaten Bangkalan. Hal ini menunjukkan
diterapkannya strategi pembangunan usulan pengembangan Bangkalan tidak
Jembatan Suramadu (Surabaya-Madura) oleh selaras.
pemerintah pusat yang dibangun antara Selain itu, pemerintah pusat juga
2003-2009, dengan panjang keseluruhan 5.7 mempersiapkan strategi untuk
km. Bersamaan dengan itu, pemerintah pemberdayaan masyarakat melalui Badan
pusat menyiapkan instrumen-instrumen Pelaksana Pengembangan Wilayah Surabaya-
lainnya seperti usulan Rencana Tata Ruang Madura (BPPWS) untuk mengelola
Kawasan Kaki Jembatan Suramadu (RTR Jembatan Suramadu dan Kawasan Kaki-Kaki
KKJS) dan usulan rencana tata ruang Jembatan Suramadu.
kabupaten-kabupaten di Madura. Tapi ternyata Kawasan Kaki Jembatan
Dalam usulan rencana tata ruang Suramadu (KKJS) ini belum bisa terwujud
kabupaten-kabupaten tersebut, Kabupaten secara optimal karena konflik kepentingan
Bangkalan direncanakan menjadi kawasan antara Badan Pelaksana Pengembangan
industri terpadu (industri, logistik, dan Wilayah Surabaya-Madura (BPPWS) dan
pelabuhan). Diusulkan pula, untuk dibuat pemerintah daerah (pemda) Kabupaten
daerah-daerah pertanian terpadu Bangkalan.
(agropolitan) di Kabupaten Sampang, Karena itu diperlukan kerangka
Pamekasan, dan Sumenep yang akan kerjasama dan perencanaan partisipatif yang
menunjang bahan baku kawasan industri. lebih jelas untuk mewujudkan pembangunan
Sehingga diharapkan terjadi kerjasama pulau Madura yang berkelanjutan, terutama
antardaerah untuk membangun pulau di Kabupaten Bangkalan. Kerangka
Madura ini. kerjasama dan perencanaan partisipatif ini
Perbedaan juga terdapat pada usulan secara ideal harus melibatkan pemerintah

JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH, EDISI I, VOL. 1, TAHUN 2013


60
REVITALISASI KOTA DAN KABUPATEN YANG LEBIH BERKELANJUTAN

Gambar 1. Pola Pengembangan dalam Rencana Tata RuangWilayah menurut Badan


Pelaksana PengembanganWilayah Surabaya - Madura dan Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Bangkalan

(pusat, provinsi, kota/kabupaten, potensi dan kendala sosial, ekonomi, dan


kecamatan, kelurahan), swasta dan lingkungan yang memengaruhi kerjasama
masyarakat. Usulan ini selaras dengan dasar dan perencanaan partisipatif. Kedua,
teori pembangunan berkelanjutan. menyusun usulan kerangka kerjasama dan
Sebagai sebuah rumusan, kajian ini perencanaan partisipatif untuk revitalisasi
difokuskan dalam dua masalah penting: kota dan kabupaten. Ketiga, memberikan
apakah ada faktor-faktor sosial, ekonomi, saran-saran strategi secara kualitatif untuk
dan lingkungan yang mendukung kerangka pembangunan Madura yang berkelanjutan
kerjasama dan perencanaan partisipatif di secara umum.
Bangkalan? Dan bagaimana memanfaatkan Kemudian, manfaat dari kajian ini adalah
faktor-faktor tersebut untuk mewujudkan terwujudnya Pembangunan Berkelanjutan
kerjasama dan perencanaan partisipatif untuk atau Sustainable Development di Pulau
rencana industrialisasi Bangkalan? Madura, terutama di Kabupaten Bangkalan.
Adapun tujuan dari kajian ini adalah Metode Analisa Strengths Weaknesses Op-
untuk beberapa hal. Pertama, memetakan portunities Threats (SWOT) atau analisis

JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH, EDISI I, VOL. 1, TAHUN 2013


61
REVITALISASI KOTA DAN KABUPATEN YANG LEBIH BERKELANJUTAN

kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman harus melingkupi seluruh negara dengan
(Start, D., et.all., 2004) digunakan dalam sebuah rencana strategi untuk transformasi
analisis faktor sosial, ekonomi, dan ekonomi dan sosial masyarakat. Strategi di
lingkungan. Kemudian data ini diolah lebih atas terutama sangat diperlukan untuk
lanjut dengan Metode Visual (Sanoff, H., menciptakan kesetaraan akses kepada
1991) dan Geographic Information System (GIS) sumber daya alam dan pemerataan
(Tanuwidjaja, G. dan Malone-Lee, 2009) keuntungan dari pemanfaatan tersebut.
untuk mendapatkan strategi pembangunan Sehingga seharusnya masyarakat miskin dan
berkelanjutan di Bangkalan. pemenuhan kebutuhannya harus
Langkah-langkah penting yang perlu diperhatikan dalam sebuah pembangunan
dijelaskan ialah verifikasi berbagai fenomena berkelanjutan.
konflik sosial, ekonomi, dan rencana yang Sayang sekali, kerangka pembangunan
ada di lapangan dilakukan oleh tim Puslibang berkelanjutan ini sangat berlawanan dengan
Sosekling ke Bangkalan dengan metode Vi- kondisi negara berkembang seperti Indone-
sual Research Sanoff (1991). sia, khususnya pulau Madura.Todaro, M.P.,
Juga dilakukan diskusi dengan para ahli Smith, S.C., ed. (2003) mengungkapkan
dan diskusi stakeholders untuk membahas berbagai fenomena pembangunan di negara
kerangka kerjasama dan perencanaan berkembang, seperti:
partisipatif. Stakeholders yang terlibat di - Rendahnya level kesejahteraan, ditandai
antaranya ialah Balai V Pusat Penelitian dan dengan pendapatan yang rendah,
Pengembangan Jalan dan Jembatan, Badan ketidakmerataan kesejahteraan,
Pelaksana Pengembangan Wilayah Surabaya- kesehatan yang buruk, dan pendidikan
Madura (BPPWS), Badan Perencanaan yang tidak memadai;
Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten - Produktivitas yang rendah;
Bangkalan, pada 2010. - Tingkat pertumbuhan penduduk yang
tinggi dan tingkat ketergantungan yang
Tinjauan Teoritis tinggi;
Pembangunan Berkelanjutan dijelaskan - Ketergantungan pada ekspor produksi
dalam Laporan theWorld Commission on Envi- pertanian dan produksi primer;
ronment and Development: Our Common Future - Pasar yang tidak sempurna dan
pada 1987. Pembangunan berkelanjutan atau pembatasan informasi;
Sustainable Development didefinisikan sebagai - Dominasi ketergantungan dan
pembangunan yang memenuhi kebutuhan kerentanan di dalam hubungan relasi
saat ini tanpa mengkompromikan internasional.
kemampuan generasi masa depan untuk
memenuhi kebutuhannya (WCED, 1987). Untuk mengatasi permasalahan
Pembangunan berkelanjutan secara ideal pembangunan itu, Todaro, M.P., Smith,

JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH, EDISI I, VOL. 1, TAHUN 2013


62
REVITALISASI KOTA DAN KABUPATEN YANG LEBIH BERKELANJUTAN

Gambar 2. Kerangka Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development.


Sumber:WCED (1987).15

S.C., ed. (2003) mengusulkan 3 tujuan dari ekonomi dan sosial bagi individu-individu
pembangunan yang perlu diperhatikan. dan bangsa-bangsa dengan membebaskan
Pertama, untuk meningkatkan ketersediaan mereka dari perbudakan dan ketergantungan
dan melebarkan distribusi dari kebutuhan dari orang lain dan negara lain, serta
dasar bertahan hidup seperti makanan, membebaskan dari pengabaian dan
tempat tinggal, kesehatan, dan perlindungan. kesengsaraan.
Kedua, untuk meningkatkan level Sehingga rencana pembangunan kota dan
kehidupan termasuk pendapatan yang lebih kabupaten harus memerhatikan tujuan-
baik, pekerjaan yang lebih banyak, tujuan tersebut. Sebaliknya, selama ini
pendidikan yang lebih baik, dan perhatian pembangunan di Indonesia hanya berpusat
terhadap budaya dan nilai-nilai kemanusiaan, pada masalah fisik. Karena itu dibutuhkan
yang bukan saja akan meningkatkan perubahan paradigma semua pihak yang
kesejahteraan tapi juga menimbulkan berkepentingan di kota dan kabupaten
kepercayaan diri secara individu dan tentang pembangunan berkelanjutan.
nasional. Teori pembangunan berkelanjutan di
Ketiga, untuk memperluas pilihan-pilihan kota-kota juga diungkapkan oleh Jane Jacobs

JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH, EDISI I, VOL. 1, TAHUN 2013


63
REVITALISASI KOTA DAN KABUPATEN YANG LEBIH BERKELANJUTAN

(1961). Ia berpendapat bahwa kota-kota menjadi kota yang berkelanjutan (Sustainable


adalah organisme hidup dan ekosistem yang City), yaitu: Revitalisasi bagian dalam kota
berkembang seiring dengan waktu dan (Revitalise the inner city); Memfokuskan
interaksinya dengan penduduknya. Elemen- pembangunan pada jalur kereta api yang
elemen kota, seperti tempat pejalan kaki, telah dibangun (Focus development around the
taman-taman, permukiman-permukiman, existing rail system); Tidak mendukung
pemerintah dan sektor ekonomi harus penyebaran perkotaan (Discourage further ur-
berfungsi sinergis. ban sprawl); dan Memperpanjang jaringan
Jane Jacobs (1961) menyarankan perhubungan publik sampai pedesaan (Ex-
perkembangan kota secara campuran (mixed- tend the public transport system and build new
use urban development) yang diintegrasikan urban villages in the suburbs).
dari berbagai tipe bangunan dan penggunaan, Upaya yang disarankan tersebut sudah
perumahan atau komersial, baru atau lama. berhasil diterapkan di Inggris sehingga
Menurutnya, kota-kota akan bergantung mengurangi lahan dalam kota yang
pada keragaman tata guna lahan, juga diabaikan, dan menyebabkan pusat-pusat
keragaman penduduk yang menggunakannya lokal tersebut menjadi lebih baik, hidup, dan
(usia, waktu penggunaan) sehingga tercipta menarik untuk masyarakat yang tinggal di
kehidupan komunitas. Menurutnya, kawasan tersebut (Williams, 2000).
organik, spontan, dan tidak rapih (organic, Untuk kawasan kota dan kabupaten yang
spontaneous, and untidy) akan menyebabkan berasal dari lahan kosong maka diperlukan
keberlanjutan dari kota. juga perencanaan tata ruang komprehensif
Terakhir ia juga menyarankan berbasis ekologis, yaitu perencanaan yang
dilakukannya proses perencanaan berbasis mempertimbangkan kondisi
komunitas yang mengutamakan masukan keanekaragaman hayati (kondisi ekologi),
dari bawah (Bottom-Up Community Planning). kapasitas atau daya dukung lingkungan
Menurutnya pengetahuan mengenai masalah (kondisi fisik lainnya) serta kondisi sosial-
lokal akan berdampak baik pada ekonomi yang memengaruhi kawasan.
pengembangan masyarakat (community devel- Kemudian di dalam prosesnya perencanaan
opment). Hal ini berdasarkan pengalamannya infrastruktur lainnya seperti tata air,
bahwa kebijakan perencanaan pemerintah transportasi massal, pengelolaan limbah dan
seringkali tidak sesuai dengan fungsi sampah, konservasi energi, dan lain-lain
permukiman-permukiman dalam kota harus diintegrasikan. Serta melibatkan peran
tersebut (Jane Jacobs, 1961). serta para pemegang kepentingan (stakehold-
Newman dan Kenworthy (2000), dalam ers) dalam penentuan tata ruang tersebut.
Sustainable Urban Form: The Big Picture (Tanuwidjaja, Widjaya, 2010 dan
mengusulkan empat strategi untuk Tanuwidjaja, Malone-Lee, 2009). Lihat
mengubah kota yang berbasis kendaraan, Gambar 3 dan 4.

JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH, EDISI I, VOL. 1, TAHUN 2013


64
REVITALISASI KOTA DAN KABUPATEN YANG LEBIH BERKELANJUTAN

Gambar 3. Metode Perencanaan Tata Ruang Komprehensif berbasis Ekologis

Gambar 4. Integrasi Perencanaan Tata Ruang Komprehensif berbasis Ekologis

JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH, EDISI I, VOL. 1, TAHUN 2013


65
REVITALISASI KOTA DAN KABUPATEN YANG LEBIH BERKELANJUTAN

Merangkum teori tersebut, dapat lain: Pertama, azas demokratis, yang berarti
dipahami bahwa diperlukan sebuah kerangka segala pengambilan keputusan didasarkan
pembangunan berkelanjutan di kota atau atas aspirasi bersama dan dilakukan secara
kabupaten di Indonesia yang memerhatikan musyawarah dan mufakat oleh pelaku
kondisi sosial ekonomi lingkungan yang ada. pembangunan tanpa adanya tekanan dan
Selain itu partisipasi masyarakat sangat paksaan.
diperlukan untuk menerapkan perencanaan Kedua, azas keadilan, yang berarti bahwa
par tisipatif dan langkah-langkah setiap warga negara mempunyai hak untuk
pembangunan selanjutnya. menempati dan/atau menikmati dan/atau
Selain itu dilakukan tinjauan pada memiliki rumah yang layak dalam
Departemen Pekerjaan Umum (1998), lingkungan permukiman yang sehat, aman,
Pedoman Penyediaan Sarana dan Prasarana serasi, dan teratur.
Umum Pekerjaan Umum (PSD-PU) yang Ketiga, azas kooperatif (kerjasama), yang
dilaksanakan pada 1996-1998 di Kota berarti dalam pelibatan antarpelaku,
Bandung, Kelurahan Cibangkong, dan hubungan yang dibangun menerapkan
Kelurahan Taman Sari. Dalam studi kasus ini kesetaraan dan saling menguntungkan dan
terlihat bahwa pembangunan sarana dan berbagai pelaku pembangunan yang terlibat.
prasarana umum pekerjaan umum yang Sementara itu prinsip-prinsip yang
direncanakan dan dibuat bersama warga penting ialah: pelibatan antarpelaku, yang
masyarakat akan berdampak positif. berarti adanya keterlibatan aktif semua unsur
Dampaknya ialah akan menumbuhkan rasa komunitas pemukim, antarkomunitas,
kepemilikan dan tanggung jawab masyarakat maupun antarpelaku dalam setiap tahapan
untuk memanfaatkan dan memelihara hasil kegiatan; saling belajar, yang berarti dalam
pembangunan. menjalankan aktivitas pada setiap tahapan
Departemen Pekerjaan Umum (1998) kegiatan, hubungan antarpelaku merupakan
juga merekomendasikan konsep dasar proses saling belajar dan memahami dalam
TRIDAYA yang terdiri dan 3 (tiga) Daya, rangka saling mengembangkan; transparansi,
meliputi pemberdayaan sosial, yang berarti pada setiap kegiatan, disyaratkan
pendayagunaan prasarana dan sarana, serta adanya keterbukaan informasi tentang
pemberdayaan kegiatan usaha ekonomi maksud dan tujuan, serta besaran kegiatan,
masyarakat. Didapati juga azas, prinsip secara vertikal maupun horizontal; dan
pemberdayaan masyarakat melalui akuntabel, yang berarti semua kegiatan yang
pengembangan PSD-PU yang menjadi faktor dilakukan oleh semua pelaku pembangunan
penting yang memengaruhi keberhasilan pada setiap tahapan harus dapat
kerangka kerjasama dan perencanaan dipertanggungjawabkan.
partisipatif. Faktor sosial, ekonomi, dan lingkungan
Azas-azas yang penting tersebut antara yang diungkapkanTodaro, M.P., Smith, S.C.,

JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH, EDISI I, VOL. 1, TAHUN 2013


66
REVITALISASI KOTA DAN KABUPATEN YANG LEBIH BERKELANJUTAN

ed. (2003) dan Azas dan Prinsip Program 5. Akuntabilitas pihak-pihak yang belum
PSD-PU (1998) diadopsi sebagai faktor yang didapatkan informasi;
memengaruhi keberhasilan kerangka 6. Keadilan hukum yang belum didapatkan
kerjasama dan perencanaan partisipatif. informasi;
7. Budaya kerjasama yang belum didapatkan
Analisis Faktor-faktor Sosial, informasi;
Ekonomi, dan Lingkungan 8. Konflik sosial yang terjadi sangat sering
Terdapat beberapa faktor sosial, (dan menunjukkan faktor 4, 5, 6 tidak
ekonomi, dan lingkungan yang mendukung optimal sedangkan faktor 7 sudah
kerangka kerjasama dan perencanaan meluntur);
partisipatif. Dari analisis yang telah dilakukan 9. Ketersediaan sumber daya yang sangat
ditemui beberapa faktor inti yang terbatas (sumber daya air sangat terbatas,
mempengaruhi hal tersebut, di antaranya: daya dukung tanah kurang baik, jaringan
status pendidikan; status kemiskinan; budaya perhubungan yang tidak memadai, dan
demokrasi atau pengambilan keputusan; kesuburan tanah sangat terbatas).
transparansi proses pembangunan dan pihak-
pihak; akuntabilitas pihak-pihak; keadilan Faktor-faktor ini dijelaskan lebih lanjut
hukum; budaya kerjasama; konflik sosial; dan sebagai berikut. Untuk status pendidikan,
ketersediaan sumber daya (sumber daya air, mayoritas penduduk Bangkalan memiliki
daya dukung tanah, jaringan perhubungan, pendidikan yang terbatas. Sebanyak 42%
dan kesuburan tanah). penduduk merupakan siswa Sekolah Dasar
Kabupaten Bangkalan ternyata memiliki (SD) dan Sekolah Menengah Pertama
karakter sosial, ekonomi, dan lingkungan (SMP), sebaliknya hanya 2% penduduk yang
yang unik sebagaimana bisa dijelaskan sebagai merupakan Siswa Sekolah Menengah Atas
berikut: (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan
1. Status pendidikan. Penduduk Bangkalan (SMK). Ini memperkuat data terbatasnya
rata-rata memiliki pendidikan yang bahwa pendidikan mayoritas penduduk
terbatas; Bangkalan (BPS, Bangkalan dalam Angka,
2. Status kemiskinan. Penduduk Bangkalan 2008-2009, diolah Tim Puslitbang
cukup banyak yang hidup di bawah garis Sosekling). Kondisi ini diduga akan
kemiskinan; menyebabkan sulitnya pelibatan masyarakat
3. Budaya demokrasi atau pengambilan karena kesulitan komunikasi. Lihat Tabel 1.
keputusan yang selama ini sangat bersifat Mengenai status kemiskinan, mayoritas
top-down (kebijakan dari atas ke bawah); penduduk Bangkalan, hidup di bawah garis
4. Transparansi proses pembangunan dan kemiskinan. Hal ini disebabkan karena di
pihak-pihak yang belum didapatkan Bangkalan, subsistemnya menggunakan
informasi; pertanian tadah hujan (ladang atau tegalan),

JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH, EDISI I, VOL. 1, TAHUN 2013


67
REVITALISASI KOTA DAN KABUPATEN YANG LEBIH BERKELANJUTAN

Tabel 1. Jumlah Siswa SD & SMP dan Siswa SMA & SMK terhadap Total Penduduk Bangkalan tahun 2009
(Badan Pusat Statistik, Bangkalan dalam Angka, 2008-2009, diolah Tim Puslitbang Sosekling)31

Gambar 5. Peta Distribusi Murid SD & SMP di Gambar 6. Peta Distribusi SMA & SMK di
Bangkalan terhadap Total Penduduk. Bangkalan terhadap Total Penduduk
Sumber: Badan Pusat Statistik, Bangkalan dalam Sumber: Badan Pusat Statistik, Bangkalan dalam
Angka, 2008-2009, diolah Tim Puslitbang Sosekling Angka, 2008-2009, diolah Tim Puslitbang Sosekling

JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH, EDISI I, VOL. 1, TAHUN 2013


68
REVITALISASI KOTA DAN KABUPATEN YANG LEBIH BERKELANJUTAN

Tabel 2. Data Kemiskinan per Kecamatan di Bangkalan (Jumlah Kepala Keluarga Miskin).
Sumber: Badan Pusat Statistik, Bangkalan dalam Angka, (2008-2009), diolah Tim Puslitbang Sosekling

Gambar 7. Peta Distribusi Kemiskinan Bangkalan. Gambar 8. Peta Distribusi Konflik di Kabupaten
Kecamatan Konang, KecamatanTanah Merah, Bangkalan. Sumber: Badan Pusat Statistik,
Kecamatan Kokop, Kecamatan Blega, Kecamatan Bangkalan dalam Angka, 2008-2009, diolah Tim
Galis dan Kecamatan Geger, Kabupaten Bangkalan Puslitbang Sosekling
merupakan daerah yang paling miskin. Sumber:
Badan Pusat Statistik, Bangkalan dalam Angka,
2008-2009, diolah Tim Puslitbang Sosekling

JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH, EDISI I, VOL. 1, TAHUN 2013


69
REVITALISASI KOTA DAN KABUPATEN YANG LEBIH BERKELANJUTAN

seperti temuan Moh. Adib (2009). remang yang menyajikan minuman keras;
Kemiskinan di sana juga ternyata 4. Konflik industri dan pertambangan juga
menyebabkan konflik sosial, tingginya terjadi berupa penolakan dan perusakan
pengangguran, tingginya kriminalitas, fasilitas oleh Masyarakat terhadap
tingginya migrasi keluar dari kawasan ini. pengeboran karena dampak negatif
Selain itu, hal ini juga menyebabkan terhadap lingkungan. Selain itu juga
kesehatan yang buruk dan pendidikan yang terjadi konflik karena penjiplakan motif
tidak memadai. Lihat Tabel 2. batik;
Konflik sosial di Madura, terutama 5. Konflik perhubungan di antaranya:
Bangkalan, terjadi sangat sering. Konflik- ketidakjelasan atau perebutan trayek
konflik sosial yang ditemukan pada angkutan, penolakan masyarakat
Penelitian Puslitbang Sosekling di antaranya terhadap pembangunan terminal bus;
ialah: 6. Konflik nelayan di antaranya: pertikaian
1. Konflik birokrasi pemerintahan di nelayan, penolakan masyarakat terhadap
antaranya tumpang tindihnya Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
kewenangan BPWS dan pemda
Kabupaten Bangkalan. Hal ini Konflik-konflik di atas ternyata bermuara
mengakibatkan konflik di kawasan kaki- pada budaya demokrasi atau pengambilan
kaki jembatan Suramadu mengenai keputusan yang bersifat top-down. Prinsip
penataan pedagang kaki lima, pembagian top-down yang dianut pada pembangunan di
retribusi Tol Suramadu. Selain itu Pulau Madura rupanya merupakan warisan
terdapat komunikasi yang kurang baik dari zaman kolonialisme Belanda. De Joonge
antara birokrasi dengan masyarakat dan (1988) melaporkan, Belanda memberikan
investor yang mengakibatkan sulitnya izin wewenang raja-raja Madura untuk
investasi; memungut pajak dan memerintah secara
2. Konflik tanah, di antaranya terkait otonom. Hal ini menyebabkan raja-raja
penolakan masyarakat terhadap tersebut memungut upeti untuk Belanda dan
pembebasan lahan dan penggusuran untuk dirinya sendiri. Selanjutnya praktik ini
makam leluhur. Selain itu terjadi menyebabkan para petani harus membayar
pemalsuan sertifikat tanah dan spekulasi 1/3 atau 1/2 dari hasil panennya sebagai
lahan; upeti hasil pertanian, pajak, pajak tanah dan
3. Konflik wisata dan asusila terjadi karena kerja paksa. Para petani menjadi enggan
ketidakjelasan aturan privatisasi memberikan hasil yang maksimal karena
pengelolaan wisata. Hal ini pajak ini, ditambah dengan kondisi pertanian
mengakibatkan konflik antara pihak yang bersifat subsistem. Selain itu pula
swasta dan masyarakat, serta dicatat bahwa petani enggan menggunakan
bermunculannya warung remang- sistem pengairan pada tegalan yang ada

JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH, EDISI I, VOL. 1, TAHUN 2013


70
REVITALISASI KOTA DAN KABUPATEN YANG LEBIH BERKELANJUTAN

karena tegalan yang diubah menjadi sawah mencapai 80%. Artinya pasokan sumber
akan disita oleh raja. daya air tidak akan memadai. Beberapa Sub-
Pola top-down ini juga terjadi pada masa DAS bahkan mengalami defisit parah seperti
kemerdekaan. Edi Juwono Slamet (1999) Bangkalan (428%), Sabuntar (101%), dan
melaporkan bahwa seringkali aparat Semajid (102%). Hal ini menunjukkan
pemerintah Indonesia melakukan bahwa diperlukan infrastruktur penyedia air
pendekatan serupa dan menyebabkan jika Pulau Madura ini ingin dikembangkan
gagalnya program-program pembangunan. sebagai industri atau pertanian.
Prinsip top-down ini juga terlihat pada konflik Mengenai daya dukung tanah untuk
kepemilikan lahan di antaranya oleh pondasi bangunan, ditemukan bahwa
Perusahaan Negara Garam di Madura (Moh terdapat lapisan geologi berupa Formasi
Adib, 2009). Aluvial dan Formasi Madura yang
Sementara itu, data-data tentang mendominasi Pulau Madura kurang sesuai
transparansi dan akuntabilitas pihak-pihak untuk industri karena lapisan ini memiliki
serta keadilan hukum dan budaya kerjasama potensi perosokan tanah. Pada Aluvial,
belum didapat bukti-buktinya. Tetapi terlihat perosokan tanah terjadi karena terdiri dari
dari sejumlah konflik hal ini transparansi, lempung, lanau lempungan, lanau dan pasir.
akuntabilitas dan keadilan hukum tidak op- Sedangkan pada Formasi Madura, potensi
timal. Sementara budaya kerjasama atau perosokan tanah bisa terjadi karena
kegotong royongan diduga sudah meluntur. fenomena karst terbentuk dari batuan
Terakhir faktor keterbatasan sumber daya gamping yang juga muda runtuh. Terutama
Kabupaten Bangkalan yang sangat terbatas jika dilakukan penarikan air tanah berlebihan
akan diulas. Mengenai sumber daya air, dan pembebanan tanah berlebihan (R.
didapati data dari Badan Pusat Statistik pada Soekardi Poespowardoyo dan Hendri
tahun 2008/2009 juga menyatakan bahwa Setiadi, 1985).
curah hujan bulanan rata-rata bervariasi Jaringan perhubungan di Pulau Madura
antara 0-276 mm/bulan. Hal ini berarti belum memadai untuk menunjang kawasan
curah hujan yang ada tidak dapat menunjang industri dan pertanian terpadu. Berdasarkan
kegiatan pertanian terutama antara Juni-Sep- survey singkat, ditemukan banyak jalan
tember (BPS, Bangkalan dalam Angka, 2008- provinsi dan kabupaten ternyata memiliki
2009, diolah Tim Puslitbang Sosekling ). Daerah Milik Jalan (Damija) yang terlalu
Studi lain dari Pusat Penelitian dan sempit. Akibatnya arus perhubungan darat
Pengembangan Sumber Daya Air. Studi menjadi lambat dan kecelakaan lalu lintas
Neraca Air SWS Madura (1995) yang meningkat.
memprediksikan bahwa rasio kebutuhan air Tentang kesuburan tanah, ditemukan
terhadap ketersediaan air pada musim terdapat jenis tanah Latosol, Litosol, NCB Soil
kemarau di tahun 2020 rata-rata akan dan Regosol di Bangkalan yang kurang sesuai

JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH, EDISI I, VOL. 1, TAHUN 2013


71
REVITALISASI KOTA DAN KABUPATEN YANG LEBIH BERKELANJUTAN

Tabel 3. Hasil Analisa SWOT (Strengths,Weaknesses Opportunities and Threats) untuk Bangkalan, Madura

Tabel 4. Strategi Pembangunan Berkelanjutan di Madura dengan berbasis Pengelolaan Sumber Daya Alam berkelanjutan

untuk pertanian, peternakan dan usaha pertanian di Madura dan perlunya rekayasa
kehutanan. Pertama, hal ini disebabkan oleh kesuburan tanah untuk kawasan pertanian
rendahnya kandungan mineral yang (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
diperlukan oleh pertanian pada jenis tanah Sumberdaya Lahan Pertanian).
tersebut. Kedua, karena proses erosi dan Dapat disimpulkan bahwa faktor sosial,
pertanian yang kurang berkelanjutan di masa ekonomi, dan lingkungan Bangkalan Madura
lalu. Hal ini menyebabkan subsistennya dapat dijelaskan pada tabel-tabel di atas.

JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH, EDISI I, VOL. 1, TAHUN 2013


72
REVITALISASI KOTA DAN KABUPATEN YANG LEBIH BERKELANJUTAN

Karena Tugas Pokok Instansi Balai Sosial sangat perlu dilakukan untuk
Ekonomi Lingkungan untuk Pembangunan mengumpulkan data-data dan memberikan
Jalan dan Jembatan (Balai Sosekling Jatan), rekomendasi untuk pengambilan keputusan
Puslitbang Sosekling Departemen Pekerjaan selanjutnya. Bentuk studi ini telah dilakukan
Umum, maka diusulkan beberapa di kabupaten Bangkalan oleh tim ini seperti
rekomendasi yang terkait. Pertama, disampaikan di bagian Analisis faktor-faktor
revitalisasi Rencana Tata Ruang Kabupaten- sosial, ekonomi, dan lingkungan yang
kabupaten di Pulau Madura. Kedua, mendukung kerangka kerjasama dan
diusulkan peningkatan partisipasi masyarakat perencanaan partisipatif di atas.
dalam perencanaan, pembebasan lahan, Langkah evaluasi kelayakan dan integrasi
konstruksi, operasi dan pemeliharaan rencana pembangunan dalam perencanaan
infrastruktur. Terakhir, diusulkan tata ruang ini akan dilakukan oleh tim ahli
peningkatan infrastruktur jalan dan instalasi yang membantu pemerintah daerah kota dan
air baku dan distribusinya di Pulau Madura kabupaten. Pertama, tim ini akan
terutama untuk kawasan industri terpadu. mengevaluasi seluruh rencana pembangunan
Tetapi hal ini tidak mungkin diwujudkan nasional, provinsi, kota atau kabupaten dll.
tanpa kerangka kerjasama dan perencanaan yang sudah dirumuskan dahulu. Kemudian
partisipatif seperti dijelaskan sebagai berikut tim ini akan melakukan evaluasi apakah
ini. perencanaan ini masih bisa dilaksanakan
secara layak di lokasi kota atau kabupaten,
Usulan Kerangka Kerjasama dan sesuai rekomendasiTanuwidjaja dan Malone-
Perencanaan Partisipatif Lee (2009).
Dalam kerangka kerjasama untuk Jika ditemui layak maka usulan-usulan ini
revitalisasi kota dan kabupaten ini diusulkan akan dipertimbangkan lagi apakah
sebuah integrasi pendekatan baru pada memenuhi kerangka pembangunan
kerangka perencanaan nasional sampai lokal berkelanjutan atau tidak. Selain itu, aspirasi
yang selama ini dikenal sebagai Musyawarah masyarakat dan swasta dari bawah akan
Rembug Warga untuk pembangunan atau dipertimbangkan juga, apakah bisa selaras
Musrembang. dengan rencana-rencana tersebut? Akhirnya
Tiga langkah usulan yang baru ialah studi semua rencana ini akan diintegrasikan sesuai
sosial ekonomi lingkungan; evaluasi rekomendasi Tanuwidjaja dan Widjaya
kelayakan dan integrasi rencana (2010) dan ditawarkan pada forum diskusi.
pembangunan dalam perencanaan tata ruang Forum diskusi penyusunan rencana
serta forum diskusi penyusunan rencana pembangunan dan rencana tata ruang kota/
pembangunan dan rencana tata ruang kota/ kabupaten akan dihadiri oleh seluruh stake-
kabupaten. holders (pihak-pihak yang berkepentingan).
Studi sosial, ekonomi, dan lingkungan Forum ini akan membahas dan

JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH, EDISI I, VOL. 1, TAHUN 2013


73
REVITALISASI KOTA DAN KABUPATEN YANG LEBIH BERKELANJUTAN

Gambar 9. Kerangka Kerjasama dan Perencanaan Partisipatif untuk Revitalisasi Kota dan Kabupaten

menyelaraskan keinginan dari bawah dan masyarakat. Karena itu diperlukan sosialisasi
perencanaan pembangunan dari atas. dan penyempurnaan kerangka ini di masa
Diharapkan agar dalam Forum ini bisa depan.
diambil keputusan yang dapat dirumuskan Akibatnya sampai saat ini pembangunan
dalam rencana pembangunan yang Kawasan Kaki Jembatan Suramadu (KKJS)
terintegrasi untuk kota dan kabupaten. dan Kabupaten Bangkalan belum
Langkah-langkah ini dideskripsikan secara terkoordinasi dengan optimal. Diamati juga
visual pada Gambar 9 berikut. dampak negatif berupa konflik sosial masih
Kerangka ini sudah disosialisasikan dalam terjadi. Selain itu ditemui bahwa kondisi
diskusi dengan para ahli dan diskusi stake- sosial, ekonomi, dan lingkungan Bangkalan
holders. Tetapi ternyata kerangka ini belum tidak ingin dibuka kepada publik oleh
bisa diterima karena penyebabnya terdapat pemerintah daerah karena memperburuk
perbedaan kepentingan antara pemerintah citra kabupaten. Tetapi kebijakan yang ada
pusat, pemerintah kabupaten dan dirasakan belum terintegrasi dan melibatkan

JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH, EDISI I, VOL. 1, TAHUN 2013


74
REVITALISASI KOTA DAN KABUPATEN YANG LEBIH BERKELANJUTAN

masyarakat secara partisipatif. perbedaan kepentingan antara pemerintah


pusat, pemerintah kabupaten dan
Kesimpulan masyarakat. Karena itu diperlukan sosialisasi
Kerangka kerjasama dan perencanaan dan penyempurnaan kerangka ini di masa
partisipatif yang lebih jelas untuk mendatang.
mewujudkan pembangunan pulau Madura
yang berkelanjutan, terutama di Kabupaten Daftar Pustaka
Bangkalan. Dan ditemukan bahwa Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan
Kabupaten Bangkalan ternyata memiliki Nasional (BAKOSURTANAL), (1999),
karakter sosial, ekonomi, dan lingkungan Atlas Sumber Daya Nasional-Peta Tanah
yang unik. Tahun 98/99.
Karena itu diusulkan beberapa Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan
rekomendasi yang terkait dengan revitalisasi Nasional (BAKOSURTANAL), Peta
rencana tata ruang kabupaten-kabupaten di Rupa Bumi Indonesia (RBI), JawaTimur
Pulau Madura. Kemudian diusulkan pula dan Madura.
peningkatan partisipasi masyarakat dalam Badan Pusat Statistik Jawa Timur, (2012),
perencanaan, pembebasan lahan, konstruksi, Jawa Timur dalam Angka 2012.
operasi, dan pemeliharaan infrastruktur. Badan Pusat Statistik, (2009), Bangkalan
Terakhir, diusulkan peningkatan dalam Angka 2008-2009.
infrastruktur jalan dan instalasi air baku dan Badan Pusat Statistik-BAPENAS-UNDP, In-
distribusinya di Pulau Madura terutama donesia Human Development Report,
untuk kawasan industri terpadu. 2004.
Strategi ini diusulkan bersamaan dengan De Joonge, H. (1988), Madura dalam Empat
kerangka kerjasama dan perencanaan Zaman: Pedagang, Perkembangan
partisipatif. Sebuah integrasi tiga langkah Ekonomi dan Islam, PT Gramedia,
usulan baru pada kerangka perencanaan Jakarta.
nasional sampai lokal. Tiga langkah usulan Departemen Pekerjaan Umum (1998),
yang baru ialah Studi Sosial Ekonomi Pedoman Penyediaan Sarana dan
Lingkungan; Evaluasi Kelayakan dan Prasarana Umum Pekerjaan Umum
Integrasi Rencana Pembangunan dalam (PSD-PU), Jakarta.
Perencanaan Tata Ruang serta Forum Diskusi Eddy Juwono Slamet (1999), Madura Masa
Penyusunan Rencana Pembangunan dan Lalu, Masa Kini dan Masa yang Akan
RencanaTata Ruang Kota/Kabupaten. Datang, Sebuah Tinjauan Perilaku
Kerangka ini sudah disosialisasikan dalam Ekonomi, disampaikan pada Seminar
diskusi dengan para ahli dan diskusi stake- Nasional Teknik Elektro 1999, tanggal
holders. Tetapi ternyata kerangka ini belum 27 Maret 1999, di Kampus ITS Keputih,
bisa diterima karena penyebabnya terdapat Sukolilo, Surabaya.

JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH, EDISI I, VOL. 1, TAHUN 2013


75
REVITALISASI KOTA DAN KABUPATEN YANG LEBIH BERKELANJUTAN

Jacobs, J., (1961), The Death and Life of Great Universitas Kristen Petra, Surabaya.
American Cities, NewYork: Random House Tanuwidjaja, G., Malone-Lee, L.C., (2009),
and Vintage Books. Applying Integrated Ecological Planning
Jacobs, J., (1969), The Economy of Cities, New and Adaptive Landscape Evaluation Tool
York: Random House. for Developing Countries in the Frame-
Jacobs, J., (1984), Cities and theWealth of Na- work of Sustainable Spatial Planning and
tions, NewYork: Random House, 1984. Development, Study Case Bintan Island,
Jacobs, J., (1997), IdeasThat Matter:TheWorlds Indonesia, In International Seminar Posi-
of Jane Jacobs, edited by Max Allen, tioning Planning in Global Crises,
Mohammad Adib (2009), Ethnografi Madura, Bandung November 2009, Department of
Pustaka Intelektual Surabaya, Surabaya. Regional and City Planning, School of
Newman, P, dan Kenworthy, J., (2000), Sus- Architecture, Planning and Policy Devel-
tainable Urban Form:The Big Picture dalam opment, Institut Teknologi Bandung.
Williams K.,Burton E., and Jenks Todaro, M.P., Smith, S.C., ed. (2003), Eco-
M.(ed.), Achieving Sustainable Urban Form, nomic Development, 8th Edition, Pearson
E & FN Spon, London 2000. Education Limited, Essex, England.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber WCED, (1987). Our Common Future: Re-
Daya Air, (1995), Studi Neraca Air SWS port of the World Commission on Envi-
Madura. ronment and Development, Chapter 2,
R. Soekardi Poespowardoyo & Hendri Setiadi, Towards Sustainable Development,
(1985), Peta dan Laporan Hidrogeologi sumber: www.un-documents.net
Lembar VIII-Surabaya, Jawa, Skala 1: Williams, K. (2000), Does Intensifying Cit-
250.000, Pusat Penelitian dan ies Make them More Sustainable? dalam
Pengembangan Geologi, Bandung. Williams K.,Burton E., and Jenks
Sanoff, H., (1991), Visual Research Methods in M.(ed.), Achieving Sustainable Urban
Design, Department of Architecture, Form, E & FN Spon, London 2000.
School of Design and Environment, North
Carolina University, Van Nostrand Website:
Reinhold, NewYork. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Start, D., Hovland. I., (2004), Tools for Policy Sumberdaya Lahan Pertanian dalam
Impact: Handbook for Researchers, Overseas http://abuzadan.staff.uns.ac.id;
Development Institute. h t t p : / / e n . w i k ip e d i a . o r g / w i k i /
Tanuwidjaja, G.,Widjaya, J.M.,(2010), FAO_soil_classification.
Integrasi Tata Ruang dan Tata Air untuk http://en.wikipedia.org/wiki/Jane_Jacobs
Mengurangi Banjir di Surabaya, untuk http://www.pps.org/articles/jjacobs-2
Seminar Nasional Arsitektur (di) Kota:
Hidup dan Berkehidupan di Surabaya,

JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH, EDISI I, VOL. 1, TAHUN 2013


76
Pedoman Penulisan Naskah

1. Naskah dapat ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris.


2. Naskah diketik dengan Microsoft Word, ukuran halaman A4, Times
New Roman 12 pt, spasi satu setengah, dengan panjang naskah 10
s.d. 15 halaman.
3. Tabel atau gambar harus jelas, dan ditempatkan pada bagian akhir
naskah setelah daftar pustaka.
4. Artikel yang pernah disajikan dalam pertemuan ilmiah/seminar/
lokakarya namun belum pernah diterbitkan dalam bentuk prosiding,
perlu disertai keterangan mengenai pertemuan tersebut sebagai
catatan kaki.
5. Judul artikel singkat dan jelas (maksimal 15 kata), diketik dengan
huruf besar. Nama ilmiah dan istilah asing lainnya diketik dengan huruf
miring.
6. Identitas penulis meliputi:
- Nama lengkap penulis (tanpa gelar).
- Nama dan alamat lembaga penulis.
- Keterangan mengenai penulis untuk korespondensi disertai nomor
telepon, handphone, dan fax, serta alamat email.
- Nomor rekening bank yang masih aktif.
7. Abstrak ditulis dalam dua bahasa (bahasa Indonesia dan bahasa Inggris).
Panjang abstrak tidak lebih dari 250 kata yang ditulis dalam satu alinea
yang mengandung ringkasan dari latar belakang, tujuan, metodologi,
hasil, maupun kesimpulan.
8. Redaksi berhak menyingkat atau memperbaiki tulisan yang akan
dimuat tanpa mengubah maksud.
9. Tulisan yang dimuat akan diberikan honorarium sepantasnya.

Naskah dikirim kepada redaksi Jurnal Pembangunan Daerah melalui


email: jurnal@bangda.kemendagri.go.id atau ke alamat redaksi di Bagian
Perencanaan Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian
Dalam Negeri, Jl. Taman Makam Pahlawan No. 20 Kalibata, Jakarta
Selatan 12750. Telp. (021) 7992537

JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH, EDISI I, VOL. 1, TAHUN 2013


89
Jurnal Pembangunan Daerah diterbitkan empat edisi dalam setahun oleh Direktorat
Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri dengan tujuan sebagai
media referensi daerah membangun.
Jurnal ini kiranya berfungsi juga sebagai media komunikasi dalam menyampaikan
gagasan, pandangan, pengetahuan, dan pengalaman tentang pembangunan daerah yang
meliputi perencanaan pembangunan daerah, pengembangan wilayah, penataan ruang dan
lingkungan hidup, pengembangan ekonomi daerah, dan penataan perkotaan, serta hal-
hal lain yang berkaitan dengan isu pembangunan daerah dan desentralisasi.

ALAMAT REDAKSI:
Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah
Kementerian Dalam Negeri
Jl. Taman Makam Pahlawan No. 20 Kalibata
Jakarta Selatan 12750
Telp.: 021-7992537
Email: jurnal@bangda.kemendagri.go.id

JURNAL PEMBANGUNAN DAERAH, EDISI I, VOL. 1, TAHUN 2013


90

Anda mungkin juga menyukai