Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah penyakit yang


disebabkan oleh infeksi virus human immunodeficiency virus (HIV). AIDS
dikarakteristikkan sebagai penyakit imunosupresif berat yang sering dikaitkan dengan
infeksi oportunistik dan tumor ganas serta degenerasi susunan saraf pusat. Penyebaran
HIV ini berkembang dengan cepat dan mengenai wanita dan anak-anak. AIDS
menyebabkan kematian lebih dari 20 juta orang setahun. Tahun 2003 diperkirakan
700.000 bayi baru lahir terinfeksi HIV di seluruh dunia.
Angka morbiditas dan mortalitas yang disebabkan oleh HIV semakin
meningkat dan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang paling penting di
semua negara. Penggunaan obat antivirus seperti highly active antiretroviral therapy
(HAART) dan persalinan berencana dengan seksio sesaria telah menurunkan angka
transmisi perinatal prevention mother to child trasmission (PMTCT) penyakit ini dari
30% menjadi 20%. Manejemen antenatal, persalinan, dan perawatan pascasalin yang
terkontrol dengan baik pada ibu hamil dengan HIV dapat mencegah transmisi
perinatal.
II. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi dari HIV/AIDS ?
2. Bagaimana proses Insidensinya?
3. Bagaimana Patofisiologi HIV/AIDS ?
4. Bagaimana Patogenesis HIV / AIDS ?
5. Apa Etiologi HIV/AIDS ?
6. Apa saja Manifestasi klinik dari HIV/AIDS ?
7. Bagaimana cara mendiagnosis terjadinya HIV/AIDS?
8. Transmisi perinatal (PMTCT)
9. Bagaimana Penatalaksanaannya?
III. Tujuan

Agar bidan mengetahui bagaimana penatalaksanaan yang harus diberikan pada ibu
hamil dan bersalin dengan HIV/AIDS

BAB II

PEMBAHASAN

1
I. Definisi
A. HIV
HIV berarti virus yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh
manusia. Ini adalah retrovirus, yang berarti virus yang mengunakan sel
tubuhnya sendiri untuk memproduksi kembali dirinya.
Asal dari HIV tidak jelas, penemuan kasus awal adalah dari sampel
darah yang dikumpulkan tahun 1959 dari seorang lakilaki dari Kinshasa di
Republik Demokrat Congo. Tidak diketahui bagaimana ia terinfeksi.
Saat ini terdapat dua jenis HIV: HIV1 dan HIV2.
HIV1 mendominasi seluruh dunia dan bermutasi dengan sangat mudah.
Keturunan yang berbedabeda dari HIV1 juga ada, mereka dapat
dikategorikan dalam kelompok dan subjenis (clades). Terdapat dua
kelompok, yaitu kelompok M dan O. Dalam kelompok M terdapat
sekurangkurangnya 10 subjenis yang dibedakan secara turun temurun.
Ini adalah subjenis AJ. Subjenis B kebanyakan ditemukan di America,
Japan, Australia, Karibia dan Eropa. Subjenis C ditemukan di Afrika
Selatan dan India.
HIV2 teridentifikasi pada tahun 1986 dan semula merata di Afrika Barat.
Terdapat banyak kemiripan diantara HIV1 dan HIV2, contohnya adalah
bahwa keduanya menular dengan cara yang sama, keduanya dihubungkan
dengan infeksiinfeksi oportunistik dan AIDS yang serupa. Pada orang
yang terinfeksi dengan HIV2, ketidakmampuan menghasilkan kekebalan
tubuh terlihat berkembang lebih lambat dan lebih halus. Dibandingkan
dengan orang yang terinfeksi dengan HIV1, maka mereka yang terinfeksi
dengan HIV2 ditulari lebih awal dalam proses penularannya.

B. AIDS
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah fase terakhir dari
infeksi HIV dan biasanyadicirikan oleh jumlah CD4 kurang dari 200.
AIDS bukanlah penyakit yang khusus melainkan kumpulan dari sejumlah
penyakit yang mempengaruhi tubuh dimana sistem kekebalan yang
melemah tidak dapat merespons.

II. Insidensi
UNAIDS memberikan estimasi pada tahun 1999 di seluruh dunia terdapat 2,3
juta wanita penderita baru, sehingga jumlahnya menjadi 15,7 juta wanita yang hidup
dengan HIV/AIDS, atau 46% jika dibandingkan dengan jumlah total penderita AIDS

2
di seluruh dunia. Amerika Serikat mendata 90% wanita yang terinfeksi HIV berkisar
antara usia 13-44 tahun, dan 87% anak-anak dengan HIV positif dilahirkan dari ibu
dengan HIV positif

III. Patofisiologi

Proses imuno-supresi menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik dan


neoplasma. Target utama adalah Thymus-derived lymphocytes (T- lymphocytes), yang
secara fenotipikal disebut sebagai CD4 surface antigen. CD4 site bertindak sebagai
reseptor virus. Sheffield dkk (2005) menyatakan bahwa agar dapat terjadi infeksi
diperlukan co-receptor dan untuk itu dikenal adanya 2 jenis chemokine receptor
yaitu CCR 5 dan CXCR4. Setelah infeksi pertama, tingkat viremia segera merosot
sampai titik tertentu dan pasien dengan beban virus terbesar saat itu dengan cepat
mengalami AID dan meninggal.

Selama beberapa waktu, jumlah sel T merosot secara tajam sehingga terlihat
gejala imunosupresi. Kehamilan diperkirakan berakibat minimal terhadap CD4 + ,
jumlah sel T dan jumlah HIV-RNA. Kenyataan adalah bahwa jumlah HIV-RNA
meningkat pada 6 bulan pasca persalinan dibandingkan dengan jumlah sebelum
kehamilan.

Makrofag-monosit juga terinfeksi dan infeksi sel mikroglia otak dapat


menyebabkan kelainan neuropsikiatri pada pasien yang terinfeksi HIV. Selain itu
tercatat pula kejadian Kaposi sarcoma, Lymphoma B-cell dan non-Hodgkin dan
sejumlah bentuk karsinoma lain.

IV. Patogenesis
Perkembangan dari HIV dapat dibagi dalam 4 fase:
Infeksi utama (Seroconversion), ketika kebanyakan pengidap HIV tidak
menyadari dengan segera bahwa mereka telah terinfeksi.
Fase asymptomatic, dimana tidak ada gejala yang nampak, tetapi virus tersebut
tetap aktif.
Fase symptomatic, dimana seseorang mulai merasa kurang sehat dan mengalami
infeksiinfeksi oportunistik yang bukan HIV tertentu melainkan disebabkan

3
oleh bakteri dan virusvirus yang berada di sekitar kita dalam segala keseharian
kita.
AIDS, yang berarti kumpulan penyakit yang disebabkan oleh virus HIV, adalah
fase akhir dan biasanya bercirikan suatu jumlah CD4 kurang dari 200.

V. Etiologi

Penyebab AIDS adalah retrovirus DNA yang disebut Human


immunodeficiency viruses, HIV-1 dan HIV-2. Sebagian besar kasus yang ada
disebabkan oleh infeksi HIV-1 yang penularannya menyerupai penularan virus
Hepatitis B dan penularan seksual merupakan jenis penularan HIV-AID yang utama.
Virus juga dapat ditularkan melalui bahan yang terkontaminasi oleh darah dan ibu
hamil dapat menularkan infeksi HIV pada janin yang dikandungnya.

VI. Manifestasi klinik

Periode inkubasi dari beberapa hari sampai beberapa minggu. Infeksi akut
menyerupai sindroma infeksi virus lain dan umumnya berakhir dalam waktu 10 hari.

Gejala utama :

1. Demam,
2. Keringat malam hari,

3. Lesu,

4. Ruam,

5. Nyeri kepala,

6. Lymphadenopathia,

7. Pharyngitis,

8. Nyeri otot,

9. Gejala GI tract : mual dan muntah serta diare.

4
Setelah gejala mereda, titik balik viremia mulai terjadi. Rangsangan yang dapat
menyebabkan progresivitas dari viremia asimptomatik menjadi simptomatik tidak
jelas, tetapi diperkirakan memerlukan waktu sampai 10 tahun.

Infeksi oportunistik yang sering menyertai HIV-AID :

1. Kandidiasis paru dan esofagus


2. Herpes zoster atau herpes simplex persisten

3. Kondiloma akuminata

4. Tuberkulosis

5. Pneumonia cytomegalovirus

6. Retinitis

7. Penyakit Gastrointestinal

8. Moluscum contagiousum

9. Pneumonia pneumocystis

Gejala lain yang sering menyertai AIDS : gejala neuropsikiatrik

VII. Diagnosis
Seseorang yang terinfeksi HIV perlu waktu berbulan-bulan atau bertahun-
tahun untuk menderita AIDS. Virus HIV menyerang sistem kekebalan tubuh, terutama
sel yang mempunyai antigen CD4, yang terutama terdapat pada sel limfosit T yang
berperan penting sebagai "tentara" dalam menjaga sistem imunitas tubuh. Jumlah sel
CD4 dalam darah menunjukkan kuat lemahnya sistem imun seseorang. Seseorang
didiagnosa AIDS jika terdapat bukti-bukti melemahnya kekebalan tubuh serta
didapatkan jumlah sel CD4 dalam darah di bawah level tertentu.

Diagnosa definitif AIDS : jumlah CD4+ < 200 / mm3

Tes Serologis

5
Protokol pemeriksaan yang baku adalah dengan menggunakan EIA ( enzym
immuno-assay ).
Tes skrining yang dilakukan berulangkali dapat menghasilkan sensitivitas sebesar
99,5%. Konfirmasi hasil tes positif dilakukan dengan menggunakan immuno-
fluoresence assay (IFA).

Rapid tes dapat dikerjakan dengan senisitivitas tinggi dan hasilnya dapat diperoleh
dalam waktu 10 60 menit sehingga dapat dikerjakan pada saat ANC pada usia
kehamilan lanjut atau saat persalinan sehingga pemberian profilaksis antiretroviral
dapat segera dikerjakan

VIII. Transmisi perinatal (PMTCT)

Seseorang yang hamil tidak selalu menularkan virusnya kepada bayi yang
dikandung. Ada 75% kesempatan bahwa bayi yang dikandung sama sekali tidak
tertular jika ibu yang hamil dan positif HIV tidak melakukan suatu tindakan apapun.
Nilai odds (rasio untuk terkena dibanding untuk tidak terkena) untuk bayi yang
dikandung tidak terinfeksi HIV adalah 8% lebih rendah jika ibu hamil diobati dengan
ZDV (AZT) selama kehamilannya. Oleh karena itu, disarankan untuk ibu-ibu hamil
untuk melakukan tes HIV segera setelah kehamilannya diketahui.

Karena bayi dalam kandungan mengikuti system imunitas ibunya, bayi yang baru
lahir akan memiliki antibody HIV, sehingga jika dites akan mengahsilkan hasil
positif. Sampai usianya 18 bulan baru akan diketahui apakah bayi tersebut terinfeksi
HIV atau tidak. Walaupun anak-anak yang terkena HIV/AIDS memiliki prognosis
yang jelek, beberapa di antaranya tetap sehat dan menjalani kehidupan tanpa
terpengaruh.

Mekanisme transmisi virus perinatal

a. Invasi langsung pada trofoblas dan vili chorialis.


b. Masuknya limfosit maternal yang terinfeksi kedalam sirkulasi janin.

c. Infeksi oleh sel dengan reseptor CD4 dalam vili chorialis dan sel endothel
villi.

6
Peran plasenta dalam proses transmisi virus

d. Pemeriksaan invitro menunjukkan bahwa HIV-1 dapat melakukan infeksi pada


trofoblas manusia dan sel Hofbauer pada setiap usia kehamilan
e. Tidak jelas apakah infeksi HIV-1 pada plasenta dapat memfasilitasi infeksi
HIV-1 pada janin atau justru dapat mencegah infeksi terhadap janin dengan
melakukan tindakan isolasi terhadap virus.

IX. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Antenatal
Pelihara kesehatan secara umum
Pola hidup sehat (diit seimbang, tidak merokok, tidak minum alkohol,
olahraga teratur, istirahat cukup)
Asuhan Antenatal seperti biasanya

Ukur Tinggi Badan , Berat adan , Tinggi Fundus Uteri , Tekanan Darah ,
Status Tetanus Toksoid

Laboratorium H emoglo b in , Proteinurin, GD puasa , Golongan darah,


Thallasemia (bila ada faktor risiko)

Kurangi kadar virus (Viral Load)


Deteksi dini dan terapi faktor penyulit

o Minum ARV profilaksis secara teratur

o Dianjurkan untuk pemeriksaan VL pada usia kehamilan 36 minggu ke atas

o Infeksi Menular Seksual (Sifilis, Gonore, Kondiloma akuminata, Hepatitis


dll),

o Malaria

o Tuberkulosis

Konseling persiapan persalinan

7
o Perlu dilakukan konseling kepada ibu , pasangan dan keluarga mengenai
manfaat dan risiko persalinan pervaginam dan persalinan dengan seksio
sesarea berencana

o Tempat persalinan dianjurkan di RS rujukan ARV

Konseling pemberian makanan bayi

o Perlu dilakukan konseling kepada ibu , pasangan dan keluarga mengenai


manfaat dan risiko pemberian ASI Eksklusif dan Susu Formula Eksklusif

o Perlu diberikan dukungan terhadap ibu mengenai keputusan terhadap


pilihan pemberian makanan bayi.

o Apabila pilihan adalah ASI Eksklusif maka dijelaskan mengenai


manajemen laktasi.

o Apabila pilihan adalah Susu Formula Eksklusif maka dijelaskan mengenai


syarat dan cara pemberian dengan aman.

Kewaspadaan standar

Dilakukan pada SEMUA penatalaksanaan persalinan

Penatalaksanaan Persalinan
Prinsip kewaspadaan standar

o Cuci tangan

o Penggunaan alat pelindung diri (topi, kacamata, masker, apron, sarung


tangan, sepatu) untuk mencegah transmisi HIV melalui cairan

o Penanganan alat medis tajam, baik dalam penggunaan, serah terima,


penyimpanan maupun pembuangan sebagai limbah medis

o Penerapan budaya aman dalam kamar operasi dan kamar bersalin

Seksio sesarea

8
o Merupakan cara persalinan yang memiliki risiko transmisi terkecil

o Akan mengurangi risiko penularan HIV dari ibu ke bayi sebesar 50-66%

Persalinan pervaginam

o Konseling

Risiko penularan tinggi (kecuali bila ibu minum ARV teratur & VL
tidak terdeteksi)

Mudah dilakukan di sarana kesehatan terbatas

Biaya murah

o Risiko penularan meningkat apabila terjadi Proses Persalinan (inpartu) dan


Ketuban Pecah Dini

Perawatan nifas
Perawatan nifas umum

o Pemeriksaan tanda vital, involusi uterus

o Higiene genitalia dan payudara

o Nutrisi cukup, istirahat cukup

Perawatan nifas khusus

o Pastikan ibu telah menentukan pilihan pemberian makanan untuk bayi.

o Anjuran pemeriksaan CD4, untuk menilai kelayakan terapi ARV berikutnya

Kontrasepsi
Bertujuan untuk mencegah penularan HIV pada kehamilan berikutnya

Sterilisasi bukan merupakan indikasi absolut untuk ibu dengan HIV

Kondom merupakan kontrasepsi pilihan karena bersifat proteksi ganda


(terhadap kehamilan dan penularan IMS)

BAB III
PENUTUP

9
KESIMPULAN

HIV merupakan virus yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Ini
adalah retrovirus, yang berarti virus yang mengunakan sel tubuhnya sendiri untuk
memproduksi kembali dirinya. Sedangkan Acquired immunodeficiency syndrome
(AIDS) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus human immunodeficiency
virus (HIV). AIDS dikarakteristikkan sebagai penyakit imunosupresif berat yang
sering dikaitkan dengan infeksi oportunistik dan tumor ganas serta degenerasi susunan
saraf pusat.

DAFTAR PUSTAKA

www.indoforum.org-------HIV dalam kehamilan----------akses tanggal 27-4-2011

www.slideshare.net -------kehamilan-dengan-hivaids---------akses tanggal 27-4-2011

aids-ina.org, ------Waspadai Penularan HIV-AIDS pada Bayi------akses tanggal 27-4-2011

Kesrepro-mitrainti.org, --------- Kehamilan dan HIV / AIDS-------- akses tanggal 27-4-2011

www.mkb-online.org

10
health.kompas.com

11

Anda mungkin juga menyukai