Anda di halaman 1dari 21

HAK BERKOMUNIKASI DAN INFORMASI

BAB I
PENDAHULUAN
Sesuai dengan Pasal 28F UUD 1945 yang menyatakan Setiap orang

berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk

mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk

mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan

informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia

Sedangkan

Setiap orang juga berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,

mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis

sarana yang tersedia. Selain itu, berdasarkan instrumen HAM, restriksi atau

pengurangan hak tersebut dibolehkan sepanjang diatur oleh hukum, dilakukan

demi kepentingan dan tujuan objektif yang sah, serta dilakukan dengan produk

yang sah dan bukan dengan cara sewenang-wenang.

1.1. Hak Mengembangkan Pribadi dan Lingkungan Sosial

Informasi yang penting bagi pengembangan pribadi dan lingkungan

sosial adalah informasi hukum, pengetahuan, ekonomi, sosial, agama,

budaya dan lain-lainnya. Salah satunya Informasi hukum sangat penting

1
guna terpenuhinya hak asasi manusia dan hak konstitusional warga

negara. Kesamaan prinsip persamaan kedudukan di dalam hukum dan

pemerintahan sebagaimana dijamin Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 misalnya,

hanya mungkin terwujud jika setiap warga negara mengetahui hukum yang

berlaku, demikian pula halnya dengan pemenuhan hak-hak lainnya.

Kebutuhan akan pemenuhan informasi hukum juga didasarkan pada

prinsip hukum bahwa suatu aturan pada saat disahkan, langsung memiliki

kekuatan hukum mengikat. Ketidaktahuan hukum tidak dapat menjadi

alasan pemaaf. Dengan demikian berlaku fiksi hukum bahwa setiap orang

mengetahui semua aturan hukum. Fiksi hukum tersebut sesungguhnya

secara tidak langsung memberikan kewajiban pemenuhan hak atas

informasi hukum. Jika hak atas informasi hukum tersebut tidak terpenuhi,

maka fiksi hukum tersebut akan menciptakan ketidakadilan.

Berdasarkan pada pemikiran tersebut di atas, informasi hukum harus

diposisikan sebagai milik publik. Informasi hukum adalah hak

konstitusional setiap warga negara. Negara, yang dalam hal ini dijalankan

oleh segenap penyelenggara negara harus memenuhi hak tersebut tanpa

diskriminasi.

2
1.2. Memperoleh Informasi adalah Hak Asasi Manusia

Undang-Undang Keterbukaan informasi publik (UU KIP) no

14/2008 bertujuan untuk menjamin hak warga negara mengetahui rencana

pembuatan kebijakan publik, program kebijakan publik, dan proses

pengambilan keputusan publik, serta alasan pengambilan suatu

keputusan publik.

1.2.1. Hak masyarakat yang dijamin dalam Undang-Undang KIP :

1.2.1.1. Hak untuk memperoleh informasi publik

Untuk memperoleh informasi publik masyarakat

dapat mengakses langsung informasi yang disediakan

oleh Badan Publik, mengajukan permintaan informasi

kepada Badan Publik atau menerima informasi yang wajib

diumumkan oleh Badan Publik.

1.2.1.2. Hak untuk melihat dan mengetahui informasi publik

Terkadang, seseorang hanya ingin melihat atau

mengetahui informasi publik yang dikelola oleh suatu

badan publik tanpa bermaksud untuk memiliki

dokumennya. Dalam hal demikian, maka pejabat publik

wajib memberikan ijin kepada orang tersebut untuk melihat

dan mengetahui informasi dimaksud.

3
1.2.1.3. Hak untuk menghadiri pertemuan publik yang terbuka

untuk umum

Informasi publik dapat berupa informasi lisan yang

disampaikan secara langsung pada pertemuan-pertemuan

publik. Oleh karena itu, UU KIP memungkinkan setiap orang

untuk memperolah informasi yang muncul dalam

pertemuan-pertemuan publik dengan cara menghadirinya.

1.2.1.4. Hak untuk mendapatkan salinan informasi publik

melalui permohonan

Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi

publik. Terkadang dengan hal tersebut Pejabat Publik dapat

membebankan biaya untuk menyalin dokumen kepada

pemohon informasi. Namun demiakian, biaya tersebut

harus memenuhi prinsip Undang-Undang ini, yakni ringan

dalam artian biaya dikenakan secara proporsional

berdasarkan standar biaya pada umumnya.

1.2.1.5. Hak untuk menyebarluaskan informasi publik sesuai

dengan peraturan perundang-undangan

Setiap orang berhak untuk menyebarluaskan

informasi publik yang dimilikinya. Setelah mendapatkan

informasi atau salinan informasi publik, setiap orang berhak

menyebarluaskan informasi yang diperolehnya kepada

4
orang lain dengan menyebutkan sumbernya. Ketentuan ini

bertujuan untuk memfasilitasi akses informasi secara lebih

aktif bagi masyarakat.

1.2.1.6. Hak untuk mengajukan permintaan informasi (secara)

tertulis atau tidak tertulis

Setiap oprang berhak mengajukan permintaan

informasi publik kepada badan publik dengan disertai

alasan dari permintaan informasi tersebut. Hal ini untuk

mendukung agar pelayanan informasi dapat dilakukan

dengan tertib dan tercatat.

1.2.2. Penggunaan hak dalam memperoleh informasi publik dibarengi dengan

adanya kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap penggunaan

informasi, yaitu :

1.2.2.1. Menggunakan informasi publik sesuai dengan ketentuan

peraturan pertundang-undangan;

Penggunaan informasi publik tidak boleh digunakan untuk tujuan

yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, misalnya

untuk memeras, menipu, dan pencemaran nama baik.

Mencantumkan nara sumber darimana pengguna informasi

memperoleh informasi publik, baik yang digunakan untuk kepentingan

sendiri maupun keperluan publikasi sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

5
1.2.3.Dalam Undang-undang RI No 19 tahun 2002

Undang-undang RI No 19 tahun 2002 tersebut dijelaskan bahwa:

a. Hak cipta

adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk

mengumumkan, memperbanyak ciptaannya, atau memberikan izin

untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut

peraturan perundangundangan yang berlaku.

b. Pencipta

adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang

atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan

pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang

dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi.

c. Ciptaan

adalah hasil setiap karya pencipta yang menunjukkan keasliannya

dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni, atau sastra.

d. Pemegang hak cipta

adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta atau pihak yang

menerima hak tersebut dari pencipta, atau pihak lain yang menerima

lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut.

6
e. Pengumuman

adalah pembacaan, penyiaran, pameran, penjualan, pengedaran,

atau penyebaran suatu ciptaan dengan menggunakan alat apapun,

termasuk media Internet, atau melakukan dengan cara apapun

sehingga suatu ciptaan dapat dibaca, didengar, atau dilihat orang lain.

f. Perbanyakan

adalah penambahan jumlah sesuatu ciptaan, baik secara

keseluruhan maupun bagian yang sangat substansial dengan

menggunakan bahan-bahan yang sama ataupun tidak sama, termasuk

mengalihwujudkan secara permanen atau temporer (sementara).

g. Program komputer

adalah sekumpulan instruksi yang diwujudkan dalam bentuk

bahasa, kode, skema, ataupun bentuk lain yang apabila digabungkan

dengan media yang dapat dibaca dengan komputer akan mampu

membuat komputer bekerja untuk melakukan fungsi-fungsi khusus

atau untuk mencapai hasil yang khusus, termasuk persiapan dalam

merancang instruksi-instruksi tersebut.

h. Lisensi

adalah izin yang diberikan oleh Pemegang Hak Cipta atau Pemegang

Hak Terkait kepada pihak lain untuk mengumumkan dan/atau

memperbanyak Ciptaannya atau produk Hak Terkaitnya dengan

persyaratan tertentu.

7
C. Aturan-aturan hak cipta perangkat lunak

Aturan hak cipta terkait dengan perangkat lunak komputer diatur

dalam Undang-undang Negara Republik Indonesia No 19 Tahun 2000 yang

terdiri dari 15 bab dan 78 pasal. Sebelumnya, negara kita pernah memiliki

Undang-undang Hak Cipta, yaitu:

- Undang-undang No. 6 Tahun 1982

- Undang-undang No. 7 Tahun 1987

- Undang-undang No. 12 Tahun 1997

Undang-undang Hak Cipta dibuat untuk melindungi hasil karya atau

ciptaan dari pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh orang-orang yang

tidak bertanggung jawab.

Berikut ini kutipan dari Undang-undang Republik Indonesia No. 19

Tahun 2002:

Pasal 49

a. Pelaku memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak

lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, atau menyiarkan

rekaman suara dan/ atau gambar pertunjukkannya.

b. Produser rekaman suara memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau

melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya memperbanyak dan/atau

menyewakan karya rekaman suara atau rekaman bunyi.

Dalam bidang perangkat lunak atau software, ada beberapa istilah yang

berkaitan dengan hak paten. Selain itu, ada beberapa definisi yang

8
menunjukkan status sebuah software yang perlu kita ketahui. Istilah-istilah

tersebut adalah:

- Perangkat Lunak Berpemilik (Proprietary)

Perangkat lunak berpemilik (proprietary) adalah perangkat lunak yang

tidak bebas atau pun semi-bebas. Seseorang dapat dilarang, atau harus

meminta izin, atau akan dikenakan pembatasan lainnya jika menggunakan,

mengedarkan, atau memodifikasinya.

- Perangkat Lunak Komersial

Perangkat lunak komersial adalah perangkat lunak yang dikembangkan

oleh kalangan bisnis untuk memperoleh keuntungan dari penggunaannya.

Komersial dan kepemilikan adalah dua hal yang berbeda. Kebanyakan

perangkat lunak komersial adalah berpemilik, tapi ada perangkat lunak bebas

komersial, dan ada perangkat lunak tidak bebas dan tidak komersial.

- Perangkat Lunak SemiBebas

Perangkat lunak semi-bebas adalah perangkat lunak yang tidak bebas,

tapi mengizinkan setiap orang untuk menggunakan, menyalin,

mendistribusikan, dan memodifikasinya (termasuk distribusi dari versi yang

telah dimodifikasi) untuk tujuan tertentu. Perangkat lunak semi-bebas jauh

lebih baik dari perangkat lunak berpemilik, namun masih ada masalah karena

seseorang tidak dapat menggunakannya pada sembarang sistem operasi.

9
- Public Domain

Perangkat lunak public domain adalah perangkat lunak tanpa hak cipta.

Ini merupakan kasus khusus dari perangkat lunak bebas non-copyleft (lihat

GNU/GPL), yang berarti bahwa beberapa salinan atau versi yang telah

dimodifikasi bisa jadi tidak bebas sama sekali. Terkadang ada yang

menggunakan istilah public domain secara bebas yang berarti cuma-cuma

atau tersedia gratis. Namun public domain merupakan istilah hukum yang

artinya tidak memiliki hak cipta. Untuk jelasnya, lebih baik kita menggunakan

istilah ``public domain'' dalam arti tersebut, serta menggunakan istilah lain

untuk mengartikan pengertian yang lain.

- Freeware

Istilah freeware tidak terdefinisi dengan jelas, tetapi biasanya digunakan

untuk paket-paket yang mengizinkan pendistribusian kembali tanpa modifikasi

(kode programnya tidak tersedia). Paket-paket ini bukan perangkat

lunak bebas.

- Shareware

Shareware ialah perangkat lunak yang mengizinkan orang-orang untuk

meredistribusikan salinannya, tetapi mereka yang terus menggunakannya

diminta untuk membayar biaya lisensi. Dalam praktiknya, orang-orang sering

tidak mempedulikan perjanjian distribusi dan tetap menggunakan perangkat

lunak tersebut meski sebenarnya perjanjian tidak mengizinkannya. GNU

General Public License (GNU//GPL) GNU/GPL merupakan sebuah kumpulan

10
ketentuan pendistribusian tertentu untuk mengcopyleft-kan sebuah program

(copyleft adalah awan kata dari copyright).

Proyek GNU menggunakannya sebagai perjanjian distribusi untuk

sebagian besar perangkat lunak GNU. Sebagai contoh adalah lisensi GPL

yang umum digunakan pada perangkat lunak Open Source. GPL memberikan

hak kepada orang lain untuk menggunakan sebuah ciptaan asalkan modifikasi

atau produk derivasi dari ciptaan tersebut memiliki lisensiyang sama.

Kebalikan dari hak cipta adalah public domain. Ciptaan dalam public domain

dapat digunakan sekehendaknya oleh pihak lain.

- Sumber Terbuka (Opensourrce)

Konsep Perangkat Lunak Sumber Terbuka (Open Source Software)

pada intinya adalah membuka kode sumber (source code) dari sebuah

perangkat lunak. Konsep ini terasa aneh pada awalnya dikarenakan kode

sumber merupakan kunci dari sebuah perangkat lunak. Dengan mengetahui

logika yang ada di kode sumber, maka orang lain semestinya dapat membuat

perangkat lunak yang sama fungsinya.

Konsep open source sebenarnya hanya sebatas itu. Artinya, perangkat

lunak open source tidak harus gratis. Kita bisa saja membuat perangkat lunak

yang kita buka kode-sumber-nya, mempatenkan algoritmanya, mendaftarkan

hak cipta, dan tetap menjual perangkat lunak tersebut secara komersial (alias

tidak gratis).

11
D. Bentuk dan Aturan Pelanggaran Hak Cipta

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memerlukan

sumber daya yang baik dari segala aspek, terlebih dari aspek sumber daya

manusia. Hasil karya cipta, dalam hal ini karya cipta yang terkait dengan

perangkat lunak, sudah sepantasnya mendapat penghargaan yang layak

agar di masa mendatang tercipta karya-karya yang lebih baik\

Pelanggaran hak cipta dalam bidang teknologi informasi dan

komunikasi umumnya terjadi pada karya cipta peranti lunak atau software.

Bentuk pelanggarannya dapat berupa:

a. duplikasi atau penggandaan perangkat lunak proprietary tanpa ijin

b. penjualan perangkat lunak bajakan

c. instalasi perangkat lunak bajakan ke dalam harddisk

d. modifikasi perangkat lunak tanpa ijin

Pelanggaran atas hak cipta seseorang akan dikenai sanksi hukum

sesuai dengan pasal 72 Undang-Undang Hak Cipta

12
BAB II

PEMBAHASAN

Sacara tradisonal komunikasi masih dianggap salaku lahan elmu

interdisipliner, komunikasi interpesonal misalna pasti dihubungankeun kana

panalungtikan ngeunaan basa (language), kognisi sosial, dan psikologi

sosial. Penelitian yang bertemakan komunikasi interpersonal berfokus pada

persuasi (persuasion), pengaruh sosial (social influence), serta proses yang

terjadi pada kelompok kecil (small group processes).

Serta eksplorasi teori berkisar antara peranan belajar (role of learning),

kesenjangan antar perkataan dan perbuatan (dissonance), keseimbangan

(balance), penilaian sosial (social judgment), dan reaksi atau oposisi

(reactance).

Kurt Lewin, sebagai salah satu pendiri psikologi sosial, banyak

banyak mempengaruhi peneliti komunikasi interpersonal awal seperti

Festinger, Heider, Kelley, dan Hovland. Sejak tahun 1970an, peneliti mulai

tertarik dengan penelitian di bidang interkasi sosial, pengembangan relasional

(relational development), serta kontrol relasi (relational control). Pendekatan

kognitif (cognitive approaches) Hewes, Planalp, Roloff, dan Berger menjadi

populer dalam riset-riset tentang prilaku sosial dan adaptasi komunikasi

(behavioral and communicative adaptation) oleh Giles, Burgoon, dan

Patterson.

13
Satu cara untuk mengetahui konsep uncertainty (ketidak menentuan)

dengan menyelusuri framework teoritis dari teori informasi yang diajukan

Shannon and Weaver (1949). Bagi Shannon dan Weaver, uncertainty eksis

pada suituasi saat sejumlah alternatif dan kemungkinan dari suatu kejadian

relatif sejajar. Shannon and Weaver menghubungkan pandangan ini (view of

uncertainty) dengan kegiatan transmisi pesan (messages), namun

pemahaman ini memberi kontribusi juga terhadap pengembangan URT.

Konsep teori informasi tersebut kemudian diadopsi oleh Berger dan

Calabrese (1975) serta Heider's (1958) dalam riset tentang atribut (attribution).

Berger dan Calabrese (1975) menggunakan URT dalam merumuskan

komunikasi interpersonal, dengan mendefinisikan uncertainty sebagai

sejumlah alternatif yang bisa terjadi antara orang yang terlibat interkasi. Level

besar dari ketidak menentuan (uncertainty) yang ada pada suatu situasi, level

yang lebih rendah serta harapan (chance) individual bisa memprediksi tingkah

laku dan apa yang akan terjadi (occurrences).

Selama interaksi seseorang tidak hanya dihadapkan pada problem

untuk memprediksi prilaku saat ini (present) dan masa lalu, tapi uga

menjelaskan mengapa sang patner (partners) bisa meniliki atau mempercayai

apa yang mereka lakukan. Berger dan Bradac (1982) mendefinisikan

uncertainty dengan menyoroti betapa kompleknya proses tersebut:

Uncertainty, then, can stem from the large number of alternative things that a

stranger can believe or potentially say bahwa ketidak menentuan bisa

14
mengehntikan sejumlah alternatif yang bisa dipercaya oleh orang lain (asing)

atau berpotensi untuk dikatakan. Tapi dengan komunikasi ketidak menentuan

itu bisa direduksi dengan kemampuan individual dalam mengomunikasikan

fikirannya sehingga bisa membina kelangsungan relasi dengan baik.

Komunikasi dalam hal ini dipandang sebagai kendaraan untuk

memformulasikan berbagai prediski dan eksplanasi.

Perkembangan selanjutnya dalam teori informasi adalah teori sosial

sistemnya Niklas Luhman. Bagi Luhman bahwa sosial sitem muncul dari

komunikasi antara sitem psikis psychic systems (minds), dan tidak bisa

dipahami sebagai suatu sistem yang terpisah dari sistem tindakan acting

individual. Dan teori kedua, bahwa teori tindakan (action theory) tidak bisa

dibedakan antara aksi dan pengalaman. Bagi Luhmann, informasi dipilih bukan

oleh aktor semata, maka informasi harus dipandang sebagai pengalaman

(experience), bukan sebagai aksi (action).

Pernyataan Luhmann tentang sistem: sistem itu ada dalam suatu

eksistensi sehingga beriktnya bisa dibuat suatu gambar yang mengitari antara

serentetan komunikasi dan konteks komunikasi atau diebut lingkungan

sistem. Suatu sistem selalu tidak lebih komplek dari lingkungannya, jika sitem

tdak bisa merduksi kompleksitas suatu lingkungan, maka sistem tersebut tidak

berfungsi apa-apa. Suatu sistem akan secara sefektif mendefinisikan dirinya,

dengan cara membuat dan memeliharai sisi-sisi antara diri (sitem) tersebut

dengan lingkungannya.

15
Information secara umum berarti pengetahuan (knowledge); pengetahuan

tentang sesuatu atau tentang seseorang. Bisa juga berarti sekumpulan fakta

atau data tentang sesuatu subjek; menjadikan fakta dikenal atau diketahui.

Dalam penggunaan populer terma information digunakan untuk menunjukan

fakta dan opini yang disajikan atau diterima selama kursus. Seseorang bisa

mendapat informasi secara langsung dari sesama, dari mass media, atau dari

berbagai fenomena yang berada di sekelilingnya dan bisa diamati. Informasi

berhubungan dengan pesan dikirim atau diterima, dan berhubungan juga

dengan makna yang diterima, ketika message (pesan) yang diterima tidak

memberi makna baru, karena pesan tersebut sudah diketahui sebelumnya,

orang akan mengatakan tidak ada informasi. Informasi juga berhubungan

dengan muatan pesan yang dibawa, jika muatan pesan yang dibawa secara

acak, atau pesan tidak memiliki nilai bagi penerima, maka sama dengan pesan

tersebut tidak ada atau tidak ada informasi yang diterima.

Karena karakternya sebagai pengetahuan, informasi merupakan daya dan

memiliki nilai, serta menjadi semacam kekayaan yang bisa dimiliki atau tidak

dimiliki seseorang. Maka ada orang yang disebut kaya informasi, dan ada juga

yang disebut miskin informasi. Hal ini karena distribusi informasi sering tidak

merata, dan pemerataannya memerlukan perjuangan yang serius. Teori

kesenjangan informasi (information gap) banyak memotivasi pelaku media

massa untuk menyajikan informasi dan memperjuangkannya sebagai tindakan

pembangunan. Di Indonesia, para praktisi media misalnya menjadikan

16
pemerataan informasi sebagai alasan pendirian institusi media, demikian juga

halnya dengan kebebasan pers juga dinisbahkan pada hipotesis kesenjangan

informasi. Sejak tahun 1970an Tichenor, Donohue dan Olien, mengumumkan

hasil surveynya pada 1965.

Dalam hasil surveynya bahwa orang yang memiliki status sosioekonomi

lebih tinggi akan lebih cepat mendapat informasi dari pada yang berstatus

rendah, maka gap pengetahuan antara keduanya akan semakin meningkat

bukan menurun, "...segments of the population with higher socioeconomic

status tend to acquire information at a faster rate than the lower status

segments so that the gap in knowledge between these segments tends to

increase rather than decrease." Hipotesis kemudian memimpin pola

pembangunan dunia dengan mengemukakan isu K-gap (knowledege gap)

yang melatarbelakangi usaha pembangunan berbagai negara.

Etika berasal dari bahasa Yunani ethikos yang berarti timbul dari

kebiasaan. Etika mencakup analisis dan penerapan nilai-nilai seperti benar,

salah, baik, buruk dan tanggung jawab. Etika dan moral harus diterapkan

dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Meski berupa dunia

digital, teknologi informasi dan komunikasi hanyalah media yang dikendalikan

oleh manusia.

Salah satu contoh penerapan etika dalam teknologi informasi dan

komunikasi adalah etiket atau etika dan sopan santun berkomunikasi melalui

Internet. Meski komunikasi melalui Internet banyak terjadi melalui tulisan dan

17
simbol, namun pengguna Internet harus menjaga tutur katanya dan

menerapkan etika yang baik. Jika seseorang memiliki etika yang baik, maka

orang tersebut juga memiliki moral yang baik. Begitu juga sebaliknya

Indonesia sebagai negara hukum memiliki undang-undang yang

mengatur hak atas kekayaan intelektual. Selain memperhatikan etika dan

moral, penggunaan komputer dan alat-alat teknologi informasi dan komunikasi

lainnya harus juga memperhatikan prinsip kesehatan dan keselamatan kerja.

Penggunaan perangkat keras yang tidak sesuai prosedur dapat

mendatangkan dampak negatif bagi pengguna. Dalam dunia kerja, terlebih

dunia kerja yang sifatnya massal dan besar, faktor-faktor kesehatan dan

keselamatan kerja perlu diperhatikan dengan saksama.

2.1. Hak Atas Kekayaan Intelektual

Hak atas Kekayaan intelektual adalah pengakuan hukum yang

memungkinkan pemegang hak (atas) kekayaan intelektual tersebut mengatur

penggunaan gagasan-gagasan dan ekspresi yang diciptakannya dalam jangka

waktu tertentu. Istilah 'kekayaan intelektual' mencerminkan bahwa hal tersebut

merupakan hasil pikiran atau intelektualitas, dan bahwa hak kekayaan

intelektual dapat dilindungi oleh hukum sebagaimana bentuk hak milik

lainnyaHak atas Kekayaan Intelektual sering disingkat HAKI dan secara umum

lebih sering dikenal HAKI. Objek yang diatur dalam HAKI menyangkut karya-

karya manusia yang lahir akibat kemampuan intelektualnya. HAKI dibagi

menjadi dua yaitu:

18
hak cipta atau copyright

hak kekayaan industri atau industrial property right

Ruang lingkup hak cipta meliputi karya-karya baik berupa barang, lagu,

tulisan, desain dan sebagainya. Hasil-hasil karya semacam itu dapat

didaftarkan ke Departemen Kehakiman sehingga dilindungi oleh undang-

undang. Pada dasarnya, setiap hasil karya/cipta manusia dapat didaftarkan ke

departemen kehakiman agar mendapat perlindungan hukum.

Undang-undang hak cipta mengacu pada Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 19 tahun 2002. Seseorang atau lembaga yang mendaftarkan

hasil karyanya kepada lembaga yang berwenang akan mendapatkan

perlindungan hukum.

No. 19 Tahun 2002 yang menyatakan :

a. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat

(2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu)

bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau

pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak

Rp.5.000.000.0000,00 (lima miliar rupiah).

b. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau

menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta

atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana

19
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling

banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

c. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak penggunaan

untuk kepentingan komersial suatu Program Komputer dipidana dengan

pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling

banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

20
BAB III

PENUTUP

Sebagai warga negara yang baik, sudah sepantasnya kita menghargai

hak cipta orang lain, misalnya dengan cara berikut ini.

1. Selalu menggunakan perangkat lunak yang legal dan berlisensi.

Legal dan berlisensi tidak selalu berarti kita harus membayar untuk

mendapatkannya. Sebagai contoh, kita dapat menggunakan sistem operasi

Linux yang legal dan berlisensi tanpa harus membayar.

2. Tidak melakukan penggandaan software-software ilegal.

3. Selalu menggunakan perangkat lunak untuk hal-hal positif.

4. Tidak mengubah atau memodifikasi program komputer yang memang tidak

boleh diubah atau dimodifikasi oleh pembuatnya.

5. Tidak menyalahgunakan perangkat lunak untuk berbagai hal yang

melanggar hukum.

21

Anda mungkin juga menyukai