Menurut Pasal 28 ayat 1 KHA, hak anak untuk mendapatkan pendidikan dan sekaligus
memberikan langkah konkret untuk terselenggaranya hak terhadap pendidikan.
Selengkapnya pasal 28 ayat 1 KHA adalah sebagai berikut :”Negara-negara peserta
mengakui hak anak atas pendidikan dan untuk pencapaian hak ini secara bertahap dan
berdasarkan kesempatan yang
merata, khususnya:
Pada pasal lainnya yakni pasal 29 KHA menyebutkan, bahwa “Negaranegara Peserta setuju
bahwa pendidikan anak akan diarahkan kepada :
(2) Pengembangan sikap hormat terhadap hak-hak asasi manusia dan kebebasan dasar,
serta terhadap prinsip-pn'nsip yang diabadikan dalam Piagam perserikatan bangsa-bangsa;
(3) Pengembangan sikap hormat kepada orang tua, identitas budaya, bahasa dan nilai-nilai
nasional Negara di mana anak tinggal, Negara di mana anak mungkin berasal, dan kepada
peradaban yang berbeda-beda dan‘ peradabannya;
(4) Penyiapan anak untuk kehidupan bertanggung jawab dalam masyarakat
yang bebas, dengan semangat saling pengertian, perdamaian, saling menghargai,
kesetaraan antara jenis kelamin, dan persahabatan antarbangsa, kelompok etnis
kewarganegaraan dan agama serta penduduk asli;
Hak anak untuk berpartisipasi merupakan hak anak mengenai identitas budaya mendasar
bagi anak, masa kanak-kanakna dan pengembangan keterlibatannya di dalam msyarakat
luas. Hak partisipasi ini member makna bahwa anak ikut memberikan sumbangan peran,
dan bukan hanya seorang penerima yang bersifat pasif dalam segala sesuatu yang
berkaitan dengan perkembangannya.
Hak partisipasi bagi anak ini di dalam KHA di antamya tercantum dalam Pasal 12, 13, dan
15.
Pada pasal 12 KHA diatur bahwa Negara peserta menjamin hak anak untuk menyatakan
pendapatnya dan untuk memperoleh pertimbangan atas pendapatnya tersebut, dalam
segala prosedur yang menyangkut diri anak bersangkutan. Bunyi selengkapnya pasal 12 KH
adalah sebagai berikut:
2. Untuk tujuan itu, anak akan diberi kesempatan khusus untuk didengar dalam setiap tata
laksana hukum dan administrasi yang bersangkutan dengan diri si anak, baik secara
langsung maupun melalui seorang wakil atau badan yang memadai, dalam suatu cara yang
sesuai dengan hukum acara pada perundang-undangan nasional.
Untuk kebebasan berekspresi, KHA menjamin hak anak untuk mendapatkan dan
mengetahui informasi, serta untuk mnengekspresikan pandangan-pandangannya, kecuali
jika hal ini akan melangar hak-hak orang lain. Hak yang menjamin kebebasan menyatakan
pendapat ini diatur dalam pasal 13 KHA, yang selengkapnya berbunyi sebagai berikut:
1.Anak berhak atas kebebasan bamendapat; hak ini mencakup kebebasan Untuk mencari,
menerima dan memberi segala macam informasi dan gagasan, tertepas dari pembatasan
wilayah, baik secara lisan, tertulis, atau dalam bentuk cetakan, dalam bentuk karya seni atau
melalui media Iain yang dipilih anak.
2.Penggunaan hak ini bisa dikenai pembatasan tertentu, tetapi hal ini hanya bisa dilakukan
dengan undang-undang dan hanya jika diperlukan:
(a). untuk menghormati hak-hak atau reputasi orang lain, atau
(b). untuk melindungi keamanan nasional atau ketertiban umum, atau kesehatan, atau moral
Masyarakat.
Sementara itu, pada pasal 15 KHA mengatur hak anak untuk berserikat, yakni hak anak
untuk menjalin hubungan dengan orang lain serta untuk bergabung atau membentuk
sebuah perhimpunan, kecuali jika hal tersebut melanggar hak orang lain. Bunyi
selengkapnya dari pasal tersebut ada|ah sebagai berikut:
Dapat disimpulkan bahwa hak-hak anak atas partisipasi dalam KHA meliputi:
6. Hak anak untuk memperoleh perlindungan dari infonnasi yang tidak sehat;
7. Hak anak untuk memperoleh informasi dan sosialisasi tentang Konvensi Hak-hak Anak.
Indonesia merupakan Negara yang ikut aktif dalam pembahasan draft diintrodusimya KHA
dalam sidang-sidang PBB, serta meratifikasi dalam waktu yang tidak terlalu lama setelah
diintrodusimya KHA. Indonesia juga Negara yang telah mengimplementasikan prinsip-
prinsip KHA dalam hukum positif nasional dengan mengintrodusir Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, serta berbagai ketentuan peraturan
perundangundangan lainnya yang relevan seperti;
Indonesia meratifikasi KHA pada tahun 1990 melalui Keputusan Presiden Nomor 36 tahun
1990, tanggal 25 Agustus 1990.
Konsekuensi ratifikasi tersebut adalah bahwa substansi KHA menjadi hukum nasional yang
harus diimplementasikan dalam penyelenggaraan perlindungan anak.
1. Membentuk Komisi pada tingkat Nasional tentang Hak-hak Anak, baik komisi yang
berdiri sendiri atau bagian dari komisi nasional hak asasi manusia secara
keseluruhan.
2. Membuat tujuan dan sasaran-sasaran
3. Membuat, memperbaiki dan menyelaraskan peraturan hukum nasional yang berdasarkan
kepada Konvensi Hak-hak anak
5. Membuat laporan nasional (country report) kepada PBB dalam rangka monitoring
pelaksanaan KHA. Kewajiban membuat laporan Negara peserta dilaksanakan pada saat 2
(dua) tahun setelah Negara peserta meratifikasi KHA. Sedangkan laporan rutin setelah itu
dilakukan dalam periode 5 (lima) tahun sekali.
Apakah masih perlu ratifikasi ulang KHA dengan meningkatkan status ratifikasi melalui
undang-undang?
Peningkatan ratifikasi KHA dimungkinkan, tetapi bukan prioritas isu perlindungan anak saat
ini.-Apalagi prinsip-prinisp perlindungan anak, secara substansi telah tercantum dalam
amandemen Undang-Undang dasar 1945, dan secara eksplisit disebutkan dalam Undang-
Undang nomor 23 tahun 2003 tentang Perlindungan Anak.
Benar. pada saat meratifikasi KHA melalui Keppres Nomor 36 tahun 1990, pemerintah
lndonesia melakukan reservasi atau penundaaan Pelaksanaan beberapa pasal Konvensi.
Beberapa pasal yang direservasi yaitu: Pasal 1 tentang deiinisi atau batasan usia anak;
Pasal 14 tentang jaminan atas penghormatan kebebasan berfikir; Pasal 16 tentang
perlindungan atas kehidupan pn'badi anak; Pasal 17 tentang hak anak untuk memperoleh
informasi dan bahan-bahan dari berbagai sumber; Pasal 21 tentang adopsi anak; Pasal 22
tentang perlindungan anak dalam status pengungsi; dan pasal 29 tentang arah/tujuan hak
anak atas pendidikan.
Akan tetapi pada bulan September 1994 pemerintah Indonesia mencabut reservasi
beberapa pasal sehingga tinggal 3 (tiga) pasal yang direservasi yakni pasal 17, pasal 21,
dan pasal 22. Bahkan pada akhimya semua pasal yang direservasi dicabut pada Tanggal 11
Bulan Januari Tahun 2005, sehingga semua pasal KHA telah diratifikasi oleh pemerintah
Indonesia.
Apakah Isu prioritas KHA dl Indonesia saat ini?
Isu prioritas KHA di Indonesia saat ini adalah bagaimana mengimplementasikan pasal-pasal
KHA dalam regulasi nasional untuk mewujudkan kondisi perlindungan anak yang sungguh-
sungguh manusiawi. jauh dari praktek kekerasan dan diskriminasi. Misalnya, bagaimana
Negara menjamin tidak ada pemenjaraan terhadap anak yang berhadapan dengan hukum.
Pada dasarnya substansi KHA merupakan nilai universal yang berlaku untuk semua Negara
Peserta, namun KHA memungkinkan bagi muatan nilainilai lokal dalam
mengimplementasikan hak-hak anak sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip-prinisp
perlindungan anak sendiri. Dalam kasus Indonesia, misalnya, definisi anak bukan hanya
mereka yang berusia di bawah 18 (delapanbelas) tahun, tetapi ditambah dengan kalimat
“termasuk anak yang
1. Faktor budaya Negara Peserta yang kadang-kadang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip
KHA, misalnya soal praktek tindak kekerasan terhadap anak
2. Tungkat pendidikan, karena pendidikan yang rendah maka akan sulit menerima paham
atau perspektif pedindungan anak.
4. Kondisi geografis suatu Negara, akan mempersulit _ layanan untuk memastikan bahwa
semua anak pada suatu Negara terpenuhi hak-haknya.
5. Kondisi sosial ekonomi seperti; kemiskinan absolut suatu masyarakat, bencana alam,
konflik sosial, perang, dan sebagainya.
3. Membuat regulasi yang bersifat lebih spesin untuk acuan penyelenggaraan perlindungan
anak di Indonesia.
Perlu, karena Indonesia merupakan bagian dan' masyarakat dunia, sehingga ia tidak bisa
mengelak dari perkembangan nilai-nilai universal di seluruh dunia. Nilai-nilai KHA banyak
yang dianggap baru oleh masyarakat Indonesia, khususnya hal yang berkaitan dengan
kekerasan dan eksploitasi, oleh karena itu maka KHA perlu disosialisasi kepada seluruh
masyarakat Indonesia.
Pilihan kegiatan dan media yang digunakan hendaknya memilih media yang sehat dan
memiliki perhatian yang besar terhadap dunia anak. Dengan sosialisasi ini, diharapkan
anak-anak mengenal hak-haknya sejak kecil. sehingga sosialisasi juga berimplikasi pada
diperolehnya intemaalisasi nilai-nilal KHA sejak masa kanak-kanak sampai menjelang
dewasa.