pendidikan Oleh : Sintya Ayu Apriliani Ratri Anjarwati KB 1 Jenis-jenis hak anak Konvensi Hak Anak merupakan instrument intenasional di bidang Hak Asasi Manusia dengan cakupan hak yang paling komprehensif. Ada 54 pasal dalam KHA, dan hingga saat ini KHA dianggap sebagai satu-satunya konvensi di bidang HAM yang mencakup baik hak-hak sipil dan politik maupun hak-hak ekonomi, sosial dan budaya sekaligus. Walaupun KHA terdiri dari banyak pasal yang menyatakan hak-hak anak, tetapi harus diingat bahwa KHA merupakan kesatuan yang tidak dapat dipecah-pecah dan bahwa pasal-pasalnya saling tergantung. Berdasarkan strukturnya, KHA dibagi menjadi 4 bagian sebagai berikut : 1). Mukadimah (Preambule) : Berisi konteks KHA 2). Bagian Satu (Pasal 1-41) : Mengatur hak bagi semua anak 3). Bagian Dua (Pasal 42-45) : Mengatur masalah pemantauan dan pelaksanaan KHA 4). Bagian Tiga (Pasal 46-54) : Mengatur masalah pemberlakuan Konvensi Berdasarkan isinya , ada empat cara untuk mengategorisasikan KHA, sebagai berikut : Kategorisasi berdasarkan konvensi induk Hak Asasi Manusia. Konvensi Hak Anak mengandung : Hak-hak sipil dan politik Hak-hak ekonomi, sosial dan politik. Dilihat dari pihak yang berkewajiban melaksanakan KHA (yaitu Negra) dan yang bertanggungjawab untuk memenuhi hak anak (orang dewasa pada umumnya) maka 3 kata kunci ini akan membantu dalam memahami isi KHA, yaitu : Penuhi (fulfill) Lindungi (protect) Hargai (respect) Ketegorisasi yang sudah sangat dikenal, yang dibuat berdasarkan cakupan hak yang terkandung dalam KHA, yaitu : Hak atas kelangsungan hidup (survival) Hak untuk berkembang (development) Hak untuk perlindungan (protection) Hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat (participation) Komite Hak Anak PBB mengelompokkan KHA menjadi 8 kategori, yaitu : Langkah-langkah implementasi umum Definisi anak Prinsip-prinsip umum Hak sipil dan kemerdekaan Lingkungan keluarga dan pengasuhan alternative Kesehatan dan kesejahteraan dasar Pendidikan, waktu luang, dan kegiatan budaya Langkah-langkah perlindungan khusus (berkaitan dengan hak anak untuk mendapatkan perlindungan khusus) Perlu kita ketahui bahwa kategori 4sampai dengan 8 merupakan kategori substantive “hak anak”, sedangkan kategori 1sampai dengan 3 bersifat lintas kategori. Mari kita lihat rincian uraian dari ke 8 kategori yang disebutkan di atas, satu per satu :
Kategori 1 : Langkah-langkah Implementasi Walaupun KHA menempatkan peranan
Umum keluarga dan masyarakat pada posisi Pasal 4 KHA ini menegaskan tentang sentral dalam pemenuhan hak anak (Pasal kewajiban menyeluruh dari negara peserta 18), tetapi setiap negara ang telah untuk megimplementasikan semua hak-hak meratifikasi KHA (negara peserta dalm KHA. Negara harus mengusahakan mempunyai kewajiban untuk melaksanakan “semua langkah legislative, administrative ketentuan-ketentuan yang ada dalam KHA, dan langkah lain”. Hanya dalam kaitan termasuk ketentuan-ketentuan mengenai dengan hak-hak ekonomi, sosial dan budaya, pemenuhan hak anak yang tercakup di langkah-langkah tersebut harus di lakukan dalamnya. Misalnya KHA meminta agar sampai batas maksimum sumber-sumber negara menentukan masa pendidikan bebas yang ada, dan apabila diperlukan, dalam biaya, dan usia untuk memasuki dunia kerja. rangka kerangka kerja sama internasional. Kategori 2 : Definisi Anak Kategori 3 : Prinsip-prinsip Umum yang Pengertian anak sudah kita bahas tercakup dalam KHA pada modul 8 yang lalu. Sedikit Ada 4 prinsip umum yang penting dalam ulasan tentang perngertian Anak menurut Pasal 1 KHA yaitu anak KHA, yaitu : adalah setiap orang yang berusia Non diskriminasi dibawah 18 tahun, kecuali Yang terbaik bagi anak berdasarkan undang-undang yang Hak hidup, kelangsungan hidup dan berlaku bagi anak ditentukan perkembangan bahwa usai dewasa dicapai lebih Penghargaan terhadap pendapat anak awal. Kategori 4 : Hak-hak Sipil dan Kemerdekaan Kategori 5 : Lingkungan keluarga dan pengasuhan Hak-hak sipil dan kemerdekaan sebenarnya alternative Dalam buku Pedoman Perlindungan Anak (1999), disebutkan mencakup “hak-hak sipil dan politik”, seperti yang 10 hak anak yang termasuk dalam lingkungan keluarga dan terkandung dalam Hak Asasi Manusia. Dalam KHA, pengasuhan alternative hak-hak sipil dan kemedekaan meliputi 8 kelompok Bimbingan Orang Tua hak, seperti yang terdapat dalam Pedoman Tanggung jawab orang tua Perlindungan Anak, yaitu : Seorang anak berhak untuk tidak dipisahkan dari orang tua Masuk atau meninggalkan negara untuk penyatuan kembali Hak untuk memperoleh nama dan kebangsaan keluarga Hak untuk mempertahankan identitas Rehabilitasi anak yang menjadi korban Kebebasan untuk menyatakan pendapat (Pasal 13) Anak yang kehilangan lingkungan keluarga Hak untuk memperoleh informasi yang tepat Adopsi Kebebasan berpikir, berhati nurani dan beragama Memberantas pemindahan gelap anak ke luar negeri dan tidak kembalinya anak dari luar negeri Kebebasan untuk berserikat dan berkumpul dengan Hak anak untuk mendapat perlindungan dari segala bentuk damai kekerasan Perlindungan untuk kehiduoan pribadi Hak anak untuk peninjauan kembali secara periodik Hak untuk dilindungi dari siksaan perlakuan terhadapnya Kategori 7 : Pendidikan, waktu luang dan kegiatan budaya Hak anak yang berkaitan dengan pendidikan akan dibahas secara terperinci dalam Kegiatan Belajar 2 Kategori 8 : Langkah-langkah perlindungan khusus Anak merupakan asset utama bagi masa depan bangsa. Tetapi mereka juga sangat tergantung pada orang tua atau orang dewasa lainnya, untuk pemenuhan kebutuhan fisik, mental, sosial, dan psikologis. Situasi ketergantungan ini menyebabkan anak rawan untuk tindakan eksploitasi, perlakuan salah, kekerasan, penelantaran dan lainnya. Komite Hak Anak PBB menyebutkan 4 kelompok anak yang memerlukan perlindungan khusus, sebagai berikut : Anak yang berada dalam situasi darurat, yakni pengungsi anak dan anak yang berada dalam situasi konflik bersenjata berhak mendapat perlindungan Anak yang mengalami masalah dengan hukum Anak yang mengalami situasi ekploitasi, yaitu eksploitasi ekonomi, penyalahgunaan obat, eksploitasi sosial, penjualan dan perdagangan anak, dan yang mengalami bentuk-bentuk eksploitasi lainnya. Anak yang berasal dari kelompok minoritas dan masyarakat adat atau pribumi Kb 2 konvensi hak anak dan pendidikan Ketentuan tentang pendidikan yang terdapat pada KHA yang disetujui Majelis Umum PBB pada 20 November 1989 diilhami oleh Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia (1948). KHA menambahkan dimensi moral dan etis, berupa penegasan yang menguatkan hak-hak anak untuk memperoleh pendidikan tanpa diskriminasi, yang sepenuhnya menghargai identitas budaya serta kebutuhan bahasa anak. Dari pasal 54 yang terdapat dalam KHA pasal 1 sampai dengan pasal 41 mengatur tentang hak bagi semua anak. Pasal 2,3,6 dan 12 menyatakan tentang 4 Prinsip yang terkandung dalam KHA, yaitu 1). Non diskriminasi 2). Yang terbaik bagi anak (best Interest of the child) 3). Kehidupan berkelanjutan hidup dan perkembangan (right to Life, survival and development) 4). Penghargaan terhadap pendapat anak (respect for the views of the child) komite hak anak perserikatan bangsa-bangsa mengelompokkan pasal- pasal dalam KHA menjadi 8 kategori, dan kategori Ketujuh adalah tentang pendidikan, waktu luang dan kegiatan budaya. Ada tiga pasal KHA yang mencakup dalam kategori pendidikan ini yaitu pasal 28,29,dan 31. Arti dari pasal 28,29 ,dan 31 KHA dalam penerapannya terutama dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Pasal 28 menyatakan bahwa pendidikan adalah hak dan mendorong langkah-langkah agar hal ini dapat dicapai secara progresif dan berdasarkan kesempatan yang sama. Pendidikan dasar harus menjadi wajib yang dapat diperoleh secara gratis atau cuma-cuma, tanpa biaya untuk semua anak. Pendidikan menengah baik dalam bentuk pendidikan menengah umum maupun kejuruan harus dikembangkan agar dapat diperoleh oleh semua anak, dan negara memberikan bantuan keuangan /finansial bila diperlukan. Pendidikan dasar adalah wajib. Artinya semua anak dalam rentan usia tertentu seperti yang ditentukan oleh undang-undang negara tersebut, harus melaksanakan kewajiban belajar. Orang tua mempunyai tanggung jawab untuk mengirim anaknya bersekolah dan dapat mengambil tindakan hukum jika mereka gagal melaksanakan kewajiban ini. negara mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk membantu orang tua, apabila orang tua mengalami kesulitan misalnya dalam masalah keuangan dalam melaksanakan kewajibannya itu. Salah satu penyebab banyaknya anak yang putus sekolah atau tidak bersekolah menurut Inspektorat Jenderal Departemen Pendidikan Nasional adalah kurangnya kesadaran orang tua terhadap pendidikan anak. Apabila hal ini benar karena sifat pendidikan semesta yang direncanakan oleh pemerintah Indonesia, yaitu hanya mendorong orang tua untuk menyekolahkan anak-anak mereka maka pemerintah tidak mempunyai hak atau kewajiban untuk memaksa orang tua untuk mengirim anaknya ke sekolah. Pasal 29 KH menekankan tujuan pendidikan antara lain pengembangan 1. Kepribadian, bakat dan kemampuan anak 2. Penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia dan kebebasan mendasar 3. Pengembangan rasa hormat kepada orang tua, anak, budaya 4. Mempersiapkan anak untuk kehidupan yang bertanggung jawab dalam suatu masyarakat yang bebas 5. Pengembangan rasa hormat terhadap lingkungan alam Dalam kaitanya dengan penerapan pasal 29,dikatakan bahwa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan diharapkan dapat membentuk sikap yang berlandaskan pada nilai moral dan muatan lokal pada kurikulum nasional Sekolah Dasar diharapkan dapat mengembangkan identitas yang berkaitan dengan budaya lokal. Sedangkan pendidikan agama yang diberikan dari tingkat Sekolah Dasar sampai pendidikan tinggi diharapkan dapat mempersiapkan anak untuk kehidupan yang bertanggung jawab dalam suatu masyarakat yang bebas, dalam semangat saling pengertian, toleransi, persamaan jenis kelamin, dan persahabatan antar sesama. Pasal 31 dalam KHA mengakui hak anak untuk beristirahat, bersantai bermain dan juga dalam kegiatan rekreasi yang sesuai dengan usia anak dan sebagainya. Dalam laporan Indonesia dinyatakan bahwa fasilitas rekreasi yang dapat diasas oleh anak-anak dapat dikatakan tidak ada. Selain itu tidak ada aturan khusus yang mengatur kesempatan bagi anak-anak untuk bermain dan berekreasi. Untuk tingkat SD dan SLTP juga tidak ada kebijakan khusus yang menyangkut kesempatan bermain dan berekreasi. Banyak sekolah dan daerah perumahan yang tidak mempunyai lahan kosong untuk tempat bermain anak karena tempat-tempat kosong tersebut sudah dimanfaatkan untuk keperluan lain seperti pusat pembelanjaan, warung atau bengkel. Di kota besar kita dapat menemukan banyak pusat rekreasi untuk anak- anak, tetapi kebanyakan orang tidak dapat mengatakan semuanya, dikembangkan, dan dikelola oleh pihak swasta. Hasilnya adalah untuk dapat menikmati fasilitas di pusat rekreasi orang tua atau anak tersebut harus mengeluarkan banyak uang. Hal ini tentu saja tidak dapat dijangkau oleh keluarga dari lapisan ekonomi rendah, yang sudah mengalami kesulitan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.Semakin menghilangnya lahan kosong serta tanaman di kota-kota besar menyebabkan ruang bermain anak semakin terbatas, dan konsekuensinya adalah anak harus bermain di mana saja yaitu di pinggir jalan raya, atau jalan kereta api, gang-gang di daerah perumahan atau tempat-tempat lain yang tidak aman bagi anak. Hal-hal yang menyediakan bahwa sampai akhir periode pertama pelaksanaan KHA (Juni 2000) belum terdapat tanda-tanda adanya upaya untuk melakukan berbagai upaya yang relevan dalam bidang tersebut. Pemerintah telah mengembangkan program Pendidikan Anak Usia Dini atau (PAUD)dan diharapkan pada tahun 2009 jumlah anak yang dapat memperoleh pelayanan PAUD mencapai sedikitnya 40% baik melalui PAUD formal maupun non formal. Pada tahun 2004 dikatakan Indonesia telah mencapai angka partisipasi murni (APM) SD/MI sebesar 93% dan APM SMP/ MTS sebesar 65%. Angka- angka ini kedengarannya bagus dan menggembirakan, akan tetapi laporan Millenium Development Goals Progress in Asia Pacific 2006 menunjukkan Indonesia termasuk dalam kategori yang sangat buruk dalam pencapaian indikator penurunan masalah antara lain yang menyangkut "kekurangan gizi, pendidikan dasar dan gender". Jumlah anak yang menderita gizi buruk di berbagai daerah di Indonesia terus meningkat, dengan Nusa Tenggara Timur menjadi salah satu provinsi yang paling parah. Selain karena faktor kemiskinan dan banyaknya anak gizi buruk juga dipengaruhi oleh pendidikan orang tua yang rendah yang menyebabkan kurangnya pengetahuan mengenai pangan gizi serta tingginya beban kerja perempuan. Pasal 12 KHA membahas mengenai penghargaan terhadap pendapat anak. Anak harus bebas untuk mempunyai pendapat dalam segala hal mengenai dirinya, dan pendapatnya harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Dalam kaitannya dengan pendidikan pertanyaan kita tentulah, Apakah anak sudah mendengar pendapatnya? Apakah anak dapat mempengaruhi struktur pelajaran rencana pendidikan atau pelaksanaan pendidikan di sekolah? Apakah sekolah mendorong pemikiran kritis dan demokratis dan apakah sekolah memberikan pemahaman yang mendalam mengenai inti dari hak-hak asasi manusia? Walaupun tidak ada data yang dapat dijadikan acuan untuk pelaksanaan pasal 12 dalam bidang pendidikan di Indonesia, akan tetapi kiranya tidak terlalu salah bila dikatakan bahwa umumnya suara atau pendidikan anak merupakan hal yang belum dipikirkan dalam pelaksanaan pendidikan. Anak dianggap sebagai peserta pasif dalam pendidikan, yang harus menerima apa saja yang telah ditentukan oleh kurikulum sekolah. Cara atau metode mengajar yang ramah pada anak atau Child friendly juga mungkin belum sepenuhnya diterapkan atau disadari oleh para pendidik di sekolah. Terimakasih