Anda di halaman 1dari 3

INISIASI 7

Dalam inisiasi ke 7 ini kita mempelajari tentang Konvensi Hak Anak. Mudah-mudahan
para mahasiswa dapat mempelajarinya dengan teliti agar dapat menjawab tugas ke 3 yang
merupakan tugas yang terakhir dalam inisiasi ini.
Kehidupan yang berat dan keras serta beban fisik, mental dan sosial telah dialami oleh
banyak anak sejak usia dini, bukan saja di Indonesia tetapi juga di banyak Negara lain. Dengan
kesadaran bahwa untuk mengatasi permasalahan anak tersebut diperlukan kerjasama
internasional, maka bangsa-bangsa di dunia bersepakat menyusun satu perjanjian untuk
melindungi hak-hak anak. Perjanjian inilah yang kemudian kita kenal sebagai Konvensi Hak
Anak yang disingkat menjadi KHA disahkan dengan suara bulat oleh Majelis Umum PBB pada
tanggal 20 November 1989. Tujuannya sangat mulia yaitu melindungi harkat dan martabat anak
untuk kepentingan anak itu sendiri dan menjadikan kepentingan anak sebagai hal yang utama.
Untuk lebih jelasnya pemamahan tentang Konvensi Hak Anak serta apa saja yang dikategorikan
sebagai hak anak, maka kita terlebih dahulu mengetahui tiga kata penting terdapat dalam
Konvensi Hak Anak yaitu: (1) Konvensi, (2) Hak dan (3) Anak
1. Konvensi
Istilah konvensi atau Kovenan adalah kata dari traktat atau pakta, yaitu perjanjian diantara
beberapa negara. Perjanjian ini bersifat mengikat secara yuridis dan pollitis, oleh karena itu
konvensi merupakan suatu hukum internasional atau biasa juga disebut sebagai instrument
internasional
2. Hak
Yang dimaksud dengan hak disini adalah Hak Azazi Manusia. Bila kata hak dirangkai
dengan kata anak, maka hak anak akan berarti hak azazi manusia untuk anak. Hak Anak
adalah bagian integral dari Hak Azazi Manusia. Hak Anak adalah semua hal yang harus
dimiliki oleh anak supaya bisa tumbuh (jasmani atau fisiknya) dan berkembang (rohani dan
intelektualnya) dengan baik. Jadi, hak-hak anak bukan hanya pemenuhan kebutuhan dasar
seperti pangan, sandang/pakaian atau papan/tempat tinggal, tetapi juga mencakup semua hal
yang bisa menjamin perkembangan jasmani dan rohani yang baik.
3. Anak
Menurut pasal 1 KHA, anak adalah setiap orang yang berusia di bawah 18 tahun, kecuali
berdasarkan undang-undang yang berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa dicapai
lebih awal. Berdasarkan pengertian diatas, maka masa berakhir ketika anak mencapai ulang
tahunnya yang ke 18, kecuali bila undang-undang nasional suatu Negara tertentu menentukan
batasan usia dewasa yang berbeda.
Dalam undang-undang yang berlaku di Indonesia belum terdapat keseragaman tentang batasan
umur, seperti contoh dibawah ini :
1. Undang-undang tentang kesejahteraan Anak tahun 1979 menetapkan bahwa anak adalah
setiap orang yang berusia 21 tahun dan yang belum menikah.
2. Mengenai undang-undang no 1 tahun 1974 tentang perkawinan
a. Perkawinan anak dibawah usia 21 tahun harus ada izin orang tua (pasal 6 ayat 2)
b. Kematangan berkawin pria 19 tahun, wanita 16 tahun (pasal 7 ayat 1)
c. Anak berada dibawah kekuasaan orang tua sampai usia 18 atau sudah pernah menikah
(pasal 47 ayat 1).
3. Undang- undang no 62/1985 tentang kewarganegaraan RI
a. Hubungan kekeluargaan antara anak dengan orang tua terjadi saat ia lahir sampai berusia
18 tahun sebelum kawin
b. Untuk memperoleh pengajuan permohonan kewarganegaraan seseorang harus berusia 21
tahun
Berdasarkan isinya, ada empat cara untuk mengkategorisasikan Konvensi Hak Anak yaitu : :
Pertama, kategorisasi berdasar konvensi induk Hak Azazi Manusia, mengandung hak sipil dan
politik serta hak-hak ekonomi, sosial dan politik. Kedua, dilihat dari pihak yang berkewajiban
melaksanakan KHA ( yaitu Negara) dan yangbertanggung jawab untuk memenuhi hak anak,
maka tiga kunci akan dipenuhi yaitu: penuhi, lindungi, dan hargai.
Ketiga, kategorisasi yang sudah sangat dikenal, yang dibuat berdasarkan cakupan hak yang
terkandung dalam KHA yaitu: hak atas kelangsungan hidup, hak untuk berkembang,
hak untuk perlindungan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat.
Keempat, Komite Hak Anak PBB mengelompokkan KHA menjadi 8 kategori :
1. Langkah-langkah implementasi umum
2. Definisi anak
3. Prinsip-prinsip umum
4. Hak sipil dan kemerdekaan
5. Lingkungan keluarga dan pengasuhan alternative
6. Kesehatan dan kesejahteraan dasar
7. Pendidikan, waktu luang dan kegiatan budaya
8. Langkah-langkah perlindungan khusus ( berkaitan dengan hak anak untuk mendapat
perlindungan khusus.
Selanjutnya ketentuan tentang pendidikan yang terdapat dalam konvensi Hak Anak yang
disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 20 November 1989,
diilhami oleh Deklarasi Universal Hak Azazi Manusia (1948), Deklarasi Hak- hak Anak (1959)
dan instrumen-instrumen internasional lainnya yang menegaskan pentingnya pendidikan sebagai
hak sosial dan etis, yaitu berupa penegasan yang menguatkan hak-hak anak untuk memperoleh
pendidikan tanpa deskriminasi, yang sepenuhnya menghargai identitas budaya serta kebutuhan
bahasa anak.
Dari 54 pasal yang terdapat dalam KHA, pasal 1 sampai dengan pasal 41 mengatur
tenteng hak bagi semua anak. Pasal 2,3,6 dan 12 menyatakan tentang empat prinsip yang
terkandung dalam KHA, yaitu prinsip non Non-deskriminasi, yang terbaik bagi anak, hak hidup,
kelangsungan hidup dan perkembangan serta penghargaan tentang pendapat anak. Keempat
prinsip ini berlaku untuk semua hal yang menyangkut anak dan kehidupannya, termasuk dalam
pendidikan.
Komite Hak Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa mengelompokkan pasal-pasal dalam KHA
menjadi delapan kategori, dan kategori ketujuh adalah tentang Pendidikan, Waktu luang dan
Kegiatan Budaya. Ada 3 pasal KHA yang tercakup dalam kategori pendidikan ini, yaitu Pasal
28, 29 dan 31.
Pasal 28 menyatakan bahwa :
1. Negara-negara peserta mengakui hak anak atas pendidikan dan dengan tujuan mencapai hak
ini secara bertahap dan berdasarkan kesempatan sama.
2. Negara-negara peserta akan mengambil semua langkah yang layak untuk menjamin bahwa
disiplin sekolah dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan martabat kemanusiaan anak
dan sesuai dengan konvensi anak
3. Negara-negara peserta akan meningkatkan dan mendorong kerjasama internasional dalam
masalah yang terkait dengan pendidikan, khususnya dengan tujuan untuk membantu
kebodohan dan buta aksara di seluruh dunia dan mempermudah akses pada pengetahuan
ilmiah dan teknologi dan metode mengajar yang modern
Pasal 28 mencantumkan ketentuan-ketentuan berikut ini:
1. Negara-negara peserta sependapat bahwa pendidikan anak diarahkan pada pengembangan
kepribadian, pengembangan penghormatan atas hak azazi manusia, pengembangan rasa
hormat kepada orang tua anak, persiapan anak untuk kehidupan yang bertanggung jawab
dalam suatu masyarakat dan pengembangan rasa hormat kepada lingkungan alam
2. Tidak ada bagian dari pasal ini atau pasal 28 akan ditafsirkan sedemikian rupa sehingga
mengganggu kemerdekaan perorangan dan lembaga pendidikan, yang selalu memenuhi
prinsip- prinsip yang dinyatakan dalam ayat 1 pasal ini dan kebutuhan bahwa pendidikan
yang diberi dalam lembaga-lembaga seperti itu akan sesuai dengan norma-norma minimal
sebagai yang mungkin ditetapkan oleh Negara.
Pasal 31 terutama menekankan hak anak untuk mempunyai waktu luang serta kegiatan budaya,
terlihat pada pasal dalam 2 ayatnya:
1. Negara-negara peserta mengakui hak anak untuk beristrahat dan bersantai, bermain dan
turut serta dalam kegiatan-kegiatan rekreasi yang sesuai dengan usia anak yang
bersangkutan dan untuk ikut serta secara bebas dalam kehidupan budaya dan seni
2. Negara- Negara peserta akan menghormati dan meningkatkan hak anak untuk turut serta
sepenuhnya dalam kehidupan budaya dan seni, dan akan mendororng pengadaan peluang
yang layak dan sama untuk kegiatan budaya, seni, santai dan rekreasi.

Anda mungkin juga menyukai