Anda di halaman 1dari 97

1

Pengarah

Deputi Tumbuh Kembang Anak – Kementerian Pemberdayaan


Perempuan dan Perlindungan Anak Asisten Deputi Kota / Kabupaten
Layak Anak

Konsultan / Penulis
Hadi Utomo (Pekerja Sosial)

Anggota Tim Konsultan / Tim Penulis


Faisal Cakra Buana (Pekerja Sosial)
Yusuf Al Farisi

2
UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah dengan izin Allah S.W.T Buku Modul Pelatihan Pengasuhan


Anak Dalam Keluarga Berdasarkan Konvensi Hak-Hak Anak dapat
diselesaikan berkat kerjasama dengan semua pihak.
Pertama-tama kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan dan arahan baik dalam perancangan konsep awal
hingga pengembangan materi selanjutnya. Terima kasih kami sampaikan
kepada Deputi Tumbuh Kembang Anak - Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak, yang telah mendukung penyelesaian
buku ini hingga pelaksanaan uji coba Modul dalam pelatihan. Terimakasih
juga kami sampaikan kepada Asisten Deputi Kota / Kabupaten Layak Anak
beserta staff yang telah mendukung, memberikan masukan hingga
selesainya modul ini. KHA bersifat holistic (menyeluruh, utuh, mencakup
semua hak anak sebagai manusia).
Sifat holistik KHA menekankan hubungan eksplisit antara perwujudan hak
kesehatan anak, hak anak atas standar hidup yang layak, atas pendidikan,
serta atas perlindungan dari segala bentuk kekerasan (fisik, mental,
seksual dan penelantaran serta eksploitasi ekonomi dan seksual.
Penghormatan atas pandangan anak perlu dibangun dalam kehidupan
keluarga, proses pendidikan, peradilan pidana anak, peradilan perdata,
organisasi anak serta dalam pembuatan keputusan oleh para pembuat
kebijakan, yang berpengaruh terhadap kehidupan anak. Oleh karena itu,
modul pelatihan ini dibuat saling berkaitan antar isu atau hak dari hari
pertama hingga hari terakhir. Tak satu pun pasal (issue) dalam KHA yang
berdiri sendiri, tiap pasal berhubungan dengan pasal-pasal lainnya. Oleh
karena itu, sebuah pasal KHA tidak dapat diartikan secara tunggal. Bahkan
tak satu klaster pun yang dapat diartikan secara terpisah dengan klaster
lainnya. KHA mewajibkan kepada Negara yang meratifikasi untuk
mengambil langkah-langkah legislative, administratif dan langkah-
langkah lain untuk mewujudkan atau mengimplementasikan seluruh
mandat dalam KHA. Langkah legislative yang telah dilakukan oleh RI yaitu

3
dengan menerbitkan perundang-undangan atau instrumen nasional yang
terkait dengan hak anak dan perlindungan anak.
Karakter pelatihan dalam modul ini menekankan pada pembahasan
persoalan anak dari hari kesatu hingga hari ketiga saling bersinggungan,
beririsan, dan tidak dapat dipisahkan.
Anak sebagai manusia “kecil” memiliki hak yang dijamin oleh HAM dan
merupakan hak yang sangat spesifik bagi anak dan bukan bagi orang
dewasa. Untuk memudahkan dalam memahami isu atau persoalan yang
sedang dibahas atau untuk menciptakan pelatihan yang interaktif,
komunikatif dan partisipatif, maka peserta dibekali dengan Lembar Kerja
(LK) yang harus dikerjakan oleh peserta dalam diskusi kelompok, LK juga
berisikan tugas dan bahan pembelajaran. Modul pelatihan ini,
merupakan salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan perhatian,
pengetahuan dan pemahaman para pihak yang berhubungan dengan
HAM anak.

Hormat Kami,

Konsultan / Penulis
Hadi Utomo

Anggota Tim Konsultan / Tim Penulis


Faisal Cakra Buana
Yusuf Al Farisi

4
DAFTAR ISI

KERANGKA MODUL PELATIHAN KONVENSI HAK-HAK ANAK ........7


 Bacaan yang disarankan: .......................................................25
 Naskah asli atau terjemah Deklarasi Universal HAM ..................25
 Naskah asli atau terjemah Kovenan Tentang Hak-hak EKOSOB....25
 Naskah asli atau terjemah Kovenan Tentang Hak-hak Sipil dan
Politik ...................................................................................25
 Naskah asli atau terjemah Protokol Opsional tentang Anak Dalam
Konflik Bersenjata..................................................................25
 Naskah asli atau terjemah Protokol Opsional tentang Penjualan
Anak, Prostitusi Anak dan Pornografi Anak ...............................25
 Konvensi Hak-hak Anak ..........................................................25
 Berbagai instrumen / hukum nasional terkait dengan hak-hak anak
dan perlindungan anak ...........................................................25
Lembar Kerja (LK) 1 (A) Klaster I KHA: Langkah-langkah Umum
Impelementasi KHA Pasal 4, Negara wajib mengambil langkah-
langkah legislative, administrative dan langkah lainnya. ............26
Lembar Kerja (LK) 1 (B) Klaster I KHA: Langkah-langkah Umum
Impelementasi ...........................................................................29
Lembar Kerja (LK) 2 Klaster II: Definisi Anak ...............................30
Lembar Kerja (LK) 1 (C) Klaster I KHA: Langkah-langkah Umum
Implementasi .............................................................................31
Lembar Kerja (LK) 3 Klaster III: Prinsip-prinsip Umum KHA ........32
Lembar Kerja (LK) 4 Klaster IV KHA: Hak Sipil dan Kebebasan ....33
Lembar Kerja (LK) 5 Klaster V: Lingkungan Keluarga dan
Pengasuhan Alternatif ................................................................38

5
Lembar Kerja (LK) 6 Klaster V: Lingkungan Keluarga dan
Pengasuhan Alternatif ................................................................42
Lembar Kerja (LK) 7 Klaster VI: Kesehatan Dasar dan
Kesejahteraan ............................................................................46
Lembar Kerja (LK) 8 Klaster VI: Kesehatan Dasar dan
Kesejahteraan ............................................................................48
Lembar Kerja (LK) 9 Klaster VII: Pendidikan, Waktu Luang, Budaya
dan Rekreasi ...............................................................................50
Lembar Kerja (LK) 10 Klaster VIII: Langkah-langkah Perlindungan
Khusus – Bagian A Tentang Anak Dalam Situasi Darurat ............54
Lembar Kerja (LK) 11 Klaster VIII: Langkah-langkah Perlindungan
Khusus – Bagian B Tentang Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum
...................................................................................................58
Lembar Kerja (LK) 12 Klaster VIII: Langkah-langkah Perlindungan
Khusus – Bagian C Tentang Anak Dalam Situasi Eksploitasi dan
Bagian D Tentang Anak Minoritas dan Suku Terasing ................65
BAB I Instrumen / Hukum Internasional sebagai induk HAM ...71
BAB II KHA terdiri dari 8 (delapan) Klaster (kelompok)..............72
BAB III Berbagai perundang-undangan atau instrumen nasional
sebagai turunan dari Konvensi Hak-hak Anak (KHA), diantaranya
...................................................................................................73
BAB IV KLASTER-KLASTER DALAM KHA ......................................76
BAB V INSTRUMEN / HUKUM NASIONAL YANG MENGATUR
TENTANG HAK-HAK ANAK DAN PERLINDUNGAN ANAK ATAU
YANG MENGANDUNG KEPENTINGAN HAK-HAK ANAK DAN
PERLINDUNGAN ANAK ...............................................................96

6
KERANGKA MODUL PELATIHAN KONVENSI HAK-HAK ANAK

Pengantar Instrumen / Hukum Internasional sebagai induk HAM:


1. Deklarasi Universal HAM (Universal Declaration Of
Human Rights);
2. Kovenan tentang Hak-hak Ekonomi Sosial dan
Budaya (international Covenant On Economic,
Social And Cultural Rights), diratifikasi oleh
Republik Indonesia melalui UU No 11 Tahun 2005;
3. Kovenan tentang Hak-hak Sipil dan Politik
(International Covenant On Civil And Political
Rights). Diratifikasi oleh Republik Indonesia
melalui UU No. 12 Tahun 2005.
Konvensi Hak-hak Anak (KHA) merupakan turunan dari
induk HAM tersebut di atas. KHA diratifikasi (disahkan)
oleh Republik Indonesia melalui Keputusan Presiden No
36 Tahun 1990. Hingga saat ini, KHA telah diratifikasi
oleh 193 Negara, dua Negara menolak meratifikasi yaitu
Amerika Serikat dan Somalia. Bagi Negara yang
meratifikasi maka Negara-negara tersebut terikat
secara yuridis dan politis untuk mengimplementasikan
mandate yang terkandung dalam KHA ke dalam
kebijakan Negara dan system perundang-undangan
nasional masing-masing, atau dengan kata lain, Negara
wajib mengambil langkah-langkah legislative,
administrative dan langkah-langkah lain sehingga KHA
diimplementasikan secara utuh (holistik).
Terdapat tiga buah Protocol Opsional sebagai turunan
dari KHA, yaitu:
1. Protokol Opsional Tentang Keterlibatan Anak Dalam
Konflik Bersenjata (Optional Protocol on the
involvement of children in armed conflict),
diratifikasi oleh Republik Indonesia melalui UU No 9
Tahun 2012
2. Protokol Opsional Tentang Penjualan Anak,
Prostitusi Anak dan Pornografi Anak (Optional
Protocol on the sale of children, child prostitution

7
and child pornography), diratifikasi oleh Republik
Indonesia melalui UU No 10 Tahun 2012
3. Protokol Opsional Tentang Prosedur Komunikasi
(Optional Protocol on Prosedure Communication),
2011 (BELUM RATIFIKASI)
KHA terdiri dari 8 (delapan) Klaster (kelompok):
1. Klaster I: Langkah-langkah Umum Implementasi
(General Measures of Implementation) : pasal 4, 42,
44 (6)
2. Klaster II: Definisi Anak (Definition of the Child ): Pasal
1
3. Klaster III: Prinsip-prinsip Umum (General Principals):
pasal 2, 3, 6 dan 12
4. Klaster IV: Hak-hak Kebebasan Sipil (Civil Rights and
Freedoms) yang oleh beberapa pihak diartikan hak-
hak sipil dan kebebasan: pasal 7, 8, 13, 14, 15, 16, 17,
dan 37 (a)
5. Klaster V: Lingkungan Keluarga dan Pengasuhan
Alternatif (Family Environment and Alternative Care):
pasal 5, 18 (1-2), 9, 10, 11, 19, 20, 21, 25, 27 (4) dan
39
6. Klaster VI: Kesehatan Dasar dan Kesejahteraan (Basic
Health and Welfare): pasal 6, 18 (3), 23, 24, 26, 27 (1-
3)
7. Klaster VII: Pendidikan, waktu luang dan kegiatan
budaya (Education, Leisure, and Cultural Activities) :
pasal 28, 29, 31
8. Klaster VIII: Langkah-langkah Perlindungan khusus
(Special Protection Measures): pasal 22, 30, 32-36, 37
(b) – (d), 38, 39 dan 40.
Tak satu pun pasal (issue) dalam KHA yang berdiri sendiri,
tiap pasal berhubungan dengan pasal-pasal lainnya. Oleh
karena itu, sebuah pasal KHA tidak dapat diartikan secara
tunggal. Bahkan tak satu klaster pun yang dapat diartikan
secara terpisah dengan klaster lainnya.

8
Langkah legislative yang telah dilakukan oleh RI yaitu
dengan menerbitkan perundang-undangan atau
instrumen nasional yang terkait dengan hak anak dan
perlindungan anak.
Berbagai perundang-undangan atau instrumen nasional
sebagai turunan dari Konvensi Hak-hak Anak (KHA),
diantaranya:
Instrumen Nasional Yang Mengatur Hak dan Perlindungan Anak
UU Perkawinan,
UU
Kesejahteraan UU
Anak
UU SPPA, UU Penyandang
Pemasyarakatan Cacat

UU Ketenaga-
UU PA, UU
KDRT, UU kerjaan
PTPPO, UU
Pornografi, UU Hak dan
Narkotika
Perlindungan UU
Pendidikan

UU
Kesehatan UU
UU ADMINDUK dan PSK
UU
Kewarganegaraan

Beberapa Pertanyaan Kritis


• Apakah Perundang-undangan yang merupakan
instrumen nasional tersebut telah selaras dan tidak
bertentangan dengan Hukum / Instrumen
Internasional yang telah diratifikasi oleh Indonesia?
• Apakah pengaturan hak-hak anak dan perlindungan
anak yang terdapat dalam perundang-undangan
nasional terkait saling mendukung, memperkuat dan
tidak saling bertabrakan?
• Apakah Instrumen Nasional tersebut telah memenuhi
persyaratan Norma, Struktur dan Proses dalam
memenuhi Hak-hak dan Perlindungan Anak?

9
• Apakah irisan substansi penting tentang hak-hak
dan perlindungan anak telah diatur dalam
perundang-undangan terkait sehingga
implementasinya memenuhi hak dan
perlindungan anak? sebagai contoh apakah UU
Pendidikan, UU Kesehatan dan UU SPPA telah
saling mendukung?
HAM merupakan hak asasi yang dimiliki oleh tiap
manusia semenjak dalam kandungan, lahir hingga akhir
hayat. Tiap Negara di dunia wajib mewujudkan HAM
bagi manusia yang berada di dalam wilayah yurisdiksi
Negara yang bersangkutan. Pemberi HAM adalah Allah
Yang Maha Pencipta yang telah menciptakan manusia
dan seluruh jagat raya baik di langit maupun di bumi,
bukan Negara. Negara wajib mengimplementasikan
HAM bagi seluruh penduduk dan warga Negara di
Negara bersangkutan.
Karena itu, kewajiban negara terhadap rakyat terbagi
kepada 4 (empat) bagian meliputi: menghormati,
memenuhi, melindungi dan memajukan.
Anak sebagai manusia “kecil” memiliki hak yang dijamin
oleh HAM dan merupakan hak yang sangat spesifik bagi
anak dan bukan bagi orang dewasa.
Dalam memahami usia anak, dijelaskan oleh KHA Pasal
1 yakni, setiap manusia yang berusia dibawah 18 tahun,
KECUALI, berdasarkan undang-undang yang berlaku
untuk anak-anak, kedewasaan telah dicapai lebih awal.
Definisi ini berimplikasi pada hak-hak anak pada isu
lainnya diantaranya:
 hak anak untuk dicatat oleh Negara segera setelah
lahir yang berimplikasi pada kepemilikan atas akta
kelahiran;
 hak anak atas pengasuhan berkelanjutan;
 hak anak memperoleh standar kehidupan yang layak;

10
 hak anak mendapatkan jaminan sosial;
 hak pendidikan;
 hak kesehatan;
 hak anak mengakses informasi yang layak;
 hak bermain, rekreasi, waktu luang dan kegiatan
budaya;
 hak anak untuk berpandangan terhadap semua
keputusan yang berdampak pada kehidupannya,
disesuaikan dengan umur dan kematangan anak
(maturity);
 peradilan pidana anak;
 peradilan perdata anak;
 hak-hak khusus bagi anak dengan disabilitas, seperti
kebutuhan khusus (special needs) dan perawatan
khusus (special care) dan bukan perlindungan khusus
(special protection);
 perlindungan anak dari segala bentuk kekerasan fisik,
psikis, seksual dan penelantaran;
 perlindungan anak dari penyiksaan (torture) atau
perlakuan merendahkan (degrading treatment) atau
tidak manusiawi (inhuman) atau hukuman badan
(punishment);
 perlindungan anak dari eksploitasi ekonomi dan
seksual;
 perlindungan anak dari eksploitasi bentuk lain, seperti
kawin muda, memanfaatkan anak sebagai objek
penelitian, eksploitasi anak dalam pemberitaan di
media;
 perlindungan anak dari dampak buruk situasi
emergensi seperti konflik bersenjata, pengungsian;
Terdapat kaitan, serta persamaan dan perbedaan khas
antara ruang lingkup hak-hak anak dengan ruang
lingkup perlindungan anak serta perlindungan khusus.

11
Tujuan Di akhir pelatihan, peserta mampu:
Pelatihan 1. Memahami hubungan antara induk HAM dengan KHA;
2. Memahami hubungan antara KHA dengan protokol opsional;
3. Memahami tiap isu dalam Klaster;
a. Langkah-langkah Umum Impelementasi;
b. Definisi Anak;
c. Prinsip-prinsip Umum KHA
d. Hak Sipil dan Kebebasan
e. Lingkungan Keluarga dan Pengasuhan Alternatif
f. Kesehatan Dasar dan Kesejahteraan
g. Pendidikan, Waktu Luang, Bermain dan Kegiatan Budaya
h. Langkah-langkah Perlindungan Khusus
 Bagian A Tentang Anak Dalam Situasi Darurat
 Bagian B Tentang Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum
 Bagian C Tentang Anak Dalam Situasi Eskploitasi
 Bagian D Tentang Anak Minoritas dan Suku Terasing /
Komunitas Adat Terpencil (KAT)
4. Memahami prinsip-prinsip umum KHA yang menjadi jiwa
seluruh isu dalam Pasal lainnya;
5. Memahami hubungan antara instrumen / hukum
internasional dengan instrumen / hukum nasional serta
keselarasan dan kesenjangan diantara keduanya;
6. Memahami kaitan antara persamaan dan perbedaan hak-
hak anak dan perlindungan anak serta perlindungan khusus;
7. Memahami hubungan antara tanggungjawab orangtua
dalam mengasuh dan melindungi anak dengan kewajiban
Negara dalam membantu orang tua menjalankan
tanggungjawab mengasuh dan melindungi anak tanpa
kekerasan (fisik, mental, seksual dan penelantaran) dan
eksploitasi (ekonomi dan seksual).

12
Alokasi Hari Kesatu
Waktu dan Total 60x7 = 420 menit:
Intisari  20 menit Pengantar sesi dan curah pendapat
Pembahasan  60 menit Presentasi dan Tanya Jawab
 60 menit Diskusi Kelompok
 250 menit Presentasi Kelompok (pleno): masing-masing
kelompok diberi waktu 50 menit untuk presentasi dan tanya
jawab / tanggapan peserta
 30 menit refleksi dan rangkuman
Membahas tentang:
Hubungan antara induk HAM dengan KHA; hubungan antara KHA
dengan protokol opsional; tiap isu dalam tiap klaster; hubungan
antara instrumen / hukum internasional dengan instrumen / hukum
nasional serta keselarasan dan kesenjangan diantara keduanya; dan
Klaster I, Kaster II, Klaster III, Klaster IV, Klaster V:
 Langkah-langkah Umum Impelementasi;
 Definisi Anak;
 Prinsip-prinsip Umum KHA;
 Hak Sipil dan Kebebasan;
 Lingkungan Keluarga dan Pengasuhan Alternatif
Langkah Kegiatan Hari 1:

13
Hari Kedua
Total 60x7 = 420 menit:
 20 menit Pengantar sesi dan curah pendapat
 60 menit Presentasi dan Tanya Jawab
 60 menit Diskusi Kelompok
 250 menit Presentasi Kelompok (pleno): masing-masing
kelompok diberi waktu 50 menit untuk presentasi dan
tanya jawab / tanggapan peserta
 30 menit Refleksi dan rangkuman
Membahas tentang:
Klaster VI, Klaster VII, dan VIII dikaitkan dengan indikator KLA:
 Kesehatan dasar dan kesejahteraan;
 Pendidikan, Pemanfaatan Waktu Luang, dan Kegiatan
Budaya;
 Perlindungan Khusus
Langkah Kegiatan Hari 2:

Alat Bantu  5 unit Laptop dan 5 unit LCD/proyektor


 Kertas flipchart, spidol, ketas metaplan (MP), pita perekat
kertas.
 Bahan presentasi (Slide Modul KHA Klaster I-V, Slide Modul KHA
Klaster VI-VIII, dan Slide Modul KHA dan Instumen Internasional
serta Instrumen Nasional Terkait
 Lembar Kerja (LK) 1 – 12, yang berisi tugas dan bahan
pembelajaran

14
Pokok 1. Hubungan antara induk HAM dengan KHA;
Bahasan 2. Hubungan antara KHA dengan protokol opsional;
3. Tiap isu dalam Klaster;
a. Langkah-langkah Umum Impelementasi;
b. Definisi Anak;
c. Prinsip-prinsip Umum KHA
d. Hak Sipil dan Kebebasan
e. Lingkungan Keluarga dan Pengasuhan Alternatif
f. Kesehatan Dasar dan Kesejahteraan
g. Pendidikan, Waktu Luang, Bermain dan Kegiatan Budaya
h. Langkah-langkah Perlindungan Khusus
 Bagian A Tentang Anak Dalam Situasi Darurat
 Bagian B Tentang Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum
 Bagian C Tentang Anak Dalam Situasi Eskploitasi
 Bagian D Tentang Anak Minoritas dan Suku Terasing /
Komunitas Adat Terpencil (KAT)
4. Prinsip-prinsip umum KHA yang menjadi jiwa seluruh isu
dalam Pasal lainnya;
5. Hubungan antara instrumen / hukum internasional dengan
instrumen / hukum nasional serta keselarasan dan
kesenjangan diantara keduanya;
6. Kaitan antara persamaan dan perbedaan hak-hak anak dan
perlindungan anak serta perlindungan khusus;
7. Hubungan antara tanggungjawab orangtua dalam
mengasuh dan melindungi anak dengan kewajiban Negara
dalam membantu orang tua menjalankan tanggungjawab
mengasuh dan melindungi anak tanpa kekerasan (fisik,
mental, seksual dan penelantaran) dan eksploitasi (ekonomi
dan seksual).

Langkah Hari Kesatu :


Kegiatan 1. Pre test dan pembahasan hasil test disesuaikan dengan
kondisi setempat
2. Pengantar sesi dan curah pendapat
a. Fasilitator menjelaskan tentang tujuan sesi (Lihat Slide
Modul Hari Pertama – Tujuan Sesi);
b. Fasilitator menanyakan pemahaman peserta tentang:

15
i.Langkah-langkah Umum Impelementasi
ii.Definisi Anak
iii.Prinsip-prinsip Umum KHA
iv.Hak Sipil dan Kebebasan
v.Lingkungan Keluarga dan Pengasuhan Alternatif
c. Fasilitator atau Co-fasilitator mencatat komentar peserta;
d. Fasilitator atau Co-fasilitator melakukan klarifikasi
pendapat peserta di lakukan dalam presentasi.
3. Presentasi Fasilitator dan tanya jawab Slide Modul KHA
dan Instrumen Int'l & Nasional Terkait (perbedaan antara
hak dan kebebasan: kebebasan ekspresi Pasal 13 tetapi
dibatasi oleh Undang-Undang; kebebasan beragama Pasal
13 dibatasi oleh UU No. 12 Tahun 2005 (Pasalh 18 (4))
4. Diskusi Kelompok tentang Klaster I, II, III, IV dan V
a. Fasilitator membagi peserta menjadi 4 kelompok.
b. Fasilitator mengelompokkan peserta berdasarkan
penghitungan angka 1 hingga 5 yang dilakukan berulang
hingga semua peserta selesai menghitung
c. Masing-masing peserta bergabung dengan peserta lain
yang memiliki angka yang sama
Catatan 1:
Lembar kerja (LK), berisi tugas-tugas yang harus dikerjakan
oleh peserta melalui kelompok.
Lembar kerja juga berisi tentang bahan pembelajaran
a. Pembahasan dalam diskusi kelompok hari kesatu, terdiri
dari:
i. Kelompok 1: Lembar Kerja (LK) 1 (A) Klaster I KHA:
Langkah-langkah Umum Impelementasi dan Lembar
Kerja (LK) 1 (B) Klaster I KHA: Langkah-langkah Umum
Impelementasi
ii. Kelompok 2: Lembar Kerja (LK) 2 Klaster II: Definisi Anak
dan Lembar Kerja (LK) 1 (C) Klaster I KHA: Langkah-
langkah Umum Impelementasi
iii. Kelompok 3: Lembar Kerja (LK) 3 Klaster III: Prinsip-
prinsip Umum KHA

16
iv. Kelompok 4: Lembar Kerja (LK) 4 Klaster IV KHA: Hak Sipil
dan Kebebasan
v. Kelompok 5: Lembar Kerja (LK) 5 dan (LK) 6 Klaster V
KHA: Lingkungan Keluarga dan Pengasuhan Alternatif
d. Fasilitator mempersilahkan tiap kelompok yeng telah
terbentuk, untuk melakukan diskusi
Catatan 2:
Pembentukan kelompok untuk kepentingan diskusi di dalam
kelompok yang tidak berubah selama proses pelatihan.
Peserta yang telah tergabung pada masing-masing kelompok
membahas berdasarkan lembar kerja
4. Presentasi Kelompok (Pleno)
Fasilitator mempersilahkan presentasi tiap kelompok secara
bergantian dan tiap-tiap peserta diperbolehkan bertanya atau
berpendapat atas presentasi tersebut.
i. Presentasi kelompok 1 dan tanggapan peserta
ii. Presentasi kelompok 2 dan tanggapan peserta
iii. Presentasi kelompok 3 dan tanggapan peserta
iv. Presentasi kelompok 4 dan tanggapan peserta
v. Presentasi kelompok 5 dan tanggapan peserta

Catatan: Tiap kelompok diminta untuk memimpin ice


breaking dan diawali dengan yel-yel identitas kelompok
sebelum presentasi dilakukan.
a. Refleksi dan Rangkuman hari kesatu1 Konvensi Hak-hak Anak
(KHA) merupakan turunan dari induk HAM (DUHAM,
Kovenan tentang Hak EKOSOB dan Kovenan tentang Hak
SIPOL);
b. KHA diratifikasi (disahkan) oleh Republik Indonesia melalui
Keputusan Presiden No 36 Tahun 1990. Hingga saat ini, KHA
telah diratifikasi oleh 193 Negara, dua Negara menolak
meratifikasi yaitu Amerika Serikat dan Somalia;

1
Pilih salah satu peserta yang menyajikan refleksi dan rangkuman

17
c. Bagi Negara yang meratifikasi maka Negara-negara tersebut
terikat secara yuridis dan politis untuk
mengimplementasikan mandate yang terkandung dalam
KHA ke dalam kebijakan Negara dan system perundang-
undangan nasional masing-masing, atau dengan kata lain,
Negara wajib mengambil langkah-langkah legislative,
administrative dan langkah-langkah lain sehingga KHA
diimplementasikan secara utuh (holistik);
d. KHA merupakan instrumen / hukum internasional khusus
untuk anak. KHA terdiri dari 8 (delapan) Klaster. Tiap Klaster
berhubungan dengan Klaster lain. Tiap pasal dalam KHA
tidak bisa diartikan sebagai isu yang berdiri sendiri, karena
tiap-tiap pasal / isu berhubungan dengan pasal / isu lainnya.
Dengan demikian hak-hak anak merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan;
e. Terdapat tiga buah Protocol Opsional sebagai turunan dari
KHA, yaitu:
1. Protokol Opsional Tentang Keterlibatan Anak Dalam
Konflik Bersenjata (Optional Protocol on the involvement
of children in armed conflict), diratifikasi oleh Republik
Indonesia melalui UU No 9 Tahun 2012;
2. Protokol Opsional Tentang Penjualan Anak, Prostitusi
Anak dan Pornografi Anak (Optional Protocol on the sale
of children, child prostitution and child pornography),
diratifikasi oleh Republik Indonesia melalui UU No 10
Tahun 2012;
3. Protokol Opsional Tentang Prosedur Komunikasi
(Optional Protocol on Prosedure Communication), 2011
(BELUM RATIFIKASI).
f. Perundang-undangan nasional dan Peraturan Daerah
dan/atau Peraturan lainnya selaras dan tidak bertentangan
dengan instrumen / hukum internasional yang telah
diratifikasi oleh sebuah Negara;
g. Klaster I, II, III, IV dan V:
1. Klaster I membebankan kewajiban Negara mengambil
langkah-langkah umum implementasi
2. Klaster II tentang definisi anak

18
3. Klaster III tentang prinsip-prinsip umum KHA yang
menjiwai seluruh isi KHA dan harus menjiwai seluruh
instrumen / hukum nasional yang berkaitan dengan
kepentingan terbaik bagi anak ditiap Negara
4. Klaster IV tentang hak-hak sispil dan kebebasan:
Pasal 7 KHA pencatatan kelahiran (Birth Registration)
berkaitan dengan Pasal 6 KHA tentang Hak Hidup,
Kelangsungan Hidup dan Perkembangan. KHA menekankan
bahwa, akta kelahiran dan akta kematian hanyalah
merupakan dampak dari pencatatan kelahiran dan pencatatan
kematian yang dilakukan oleh Negara secara
bertanggungjawab. Pencatatan kelahiran (Birth Registration)
dan pencatatan kematian (Death Registration)
Pasal 7 berkaitan dengan pasal 37 dan 40 mengenai Anak Yang
Berkonflik Dengan Hukum (Children In Conflict With The Law)
khususnya mengenai kematian anak yang dicabut
kebebasannya (dalam tahanan dan atau penjara).
Hak dicatat oleh Negara segera setelah lahir bagi setiap
kelahiran manusia merupakan hak fundamental bagi setiap
manusia, oleh karena itu, Negara wajib menciptakan
mekanisme pencatatan kelahiran yang secara aktif dilakukan
oleh aparat Negara, sehingga tak satu pun kelahiran bayi yang
tidak dicatat oleh Negara.
5. Klaster V:
a. Negara wajib menghormati tanggung jawab hak-hak dan
tugas-tugas orangtua atau keluarga yang lebih luas atau
masyarakat atau wali yang syah dalam membimbing
anak. Orang tua bertanggungjawab mengasuh dan
melindungi anak. Mengasuh meliputi membesarkan,
membimbing, menuntun anak dengan penuh kasih
sayang dan cinta. Melindungi meliputi melindungi dari
kekerasan, eksploitasi, penelantaran terhadap anak;
b. Negara membantu orang tua dalam menjalankan
tanggungjawab mengasuh dan melindungi anak,
terutama bagi orang tua yang membutuhkan
peningkatan kemampuan dalam menjalankan
tanggungjawabnya;

19
c. Negara harus mencegah pemisahan anak dari orang
tuanya kecuali pemisahan tersebut demi kepentingan
terbaik bagi anak misalnya dalam hal orang tua
melakukan kekerasan dan eksploitasi terhadap anak.
Pemisahan tersebut harus sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan oleh Negara, oleh karena itu Negara
harus membuat perundang-undangan guna mengatur
hal tersebut;
a. Anak berhak meninggalkan dan memasuki sebuah
Negara untuk tujuan reunifikasi keluarga tanpa
hambatan dengan alasan apapun, kecuali hal itu
bertentangan dengan kepentingan terbaik bagi
anak;
b. Negara harus memerangi pengiriman gelap anak ke
luar negeri dan mengambil langkah-langkah
penyelamatan atas terkatung-katungnya anak di luar
negeri;
c. Pengasuhan alternative harus diatur dengan UU,
termasuk pengaturan mengenai pengasuhan anak,
pengangkatan anak, perwalian, kafalah dalam
hukum Islam dan lembaga pengasuhan sebagai
langkah terakhir;
d. Anak yang ditempatkan di pengasuhan alternative
berhak mendapatkan tinjauan berkala atau
monitoring dari Negara tentang kondisi
kehidupannya;
e. Negara wajib melindungi anak dari segala bentuk
kekerasan dan eksploitasi;
f. Negara wajib menjalankan program rehabilitasi bagi
anak yang menjadi korban termasuk reintegrasi
sosial bagi anak.
Hari Kedua :
1. Pengantar sesi dan curah pendapat

20
a. Review hari kesatu2
b.Fasilitator menjelaskan tentang tujuan sesi (Lihat Slide
Modul Hari Kedua – Tujuan Sesi);
c. Fasilitator menanyakan pemahaman peserta tentang:
i.Kesehatan Dasar dan Kesejahteraan
ii.Pendidikan, Pemanfaatan Waktu Luang, dan Kegiatan
Budaya
iii. Langkah-langkah Perlindungan Khusus
 Bagian A: Anak Dalam Situasi Darurat
 Bagian B: Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum
 Bagian C: Anak Dalam Situasi Eksploitasi
 Bagian D: Anak Minoritas dan Suku Terasing (Komunitas
Adat Terpencil/KAT) berada LK 12

Catatan fasilitator pembahasan tentang perlindungan khusus


juga terkait dengan Pasal 20 – Anak yang Tercabut
(sementara/tetap) dari Lingkungan Keluarga (satu-satunya
pasal tentang perlindungan khusus yang tidak ada di klaster
VIII
d. Fasilitator atau Co-fasilitator mencatat komentar
peserta;
e. Fasilitator atau Co-fasilitator melakukan klarifikasi
pendapat peserta di lakukan dalam presentasi.
2. Presentasi Fasilitator dan tanya jawab Slide Modul KHA dan
Instrumen Intel & Nasional Terkait
3. Diskusi Kelompok tentang Klaster VI, VII dan VIII
a. Fasilitator mempersilahkan tiap kelompok membahas
lembar kerja yang terdiri dari:
i. Kelompok 1: Lembar Kerja (LK) 7 dan (LK) 8 Klaster VI:
Kesehatan Dasar dan Kesejahteraan
ii. Kelompok 2: Lembar Kerja (LK) 9 Klaster VII:
Pendidikan, Waktu Luang, Budaya dan Rekreasi

2
Setiap peserta diberi kesempatan menyampaikan satu kalimat atas materi hari pertama

21
iii. Kelompok 3: Lembar Kerja (LK) 10 Klaster VIII:
Langkah-langkah Perlindungan Khusus Bagian A
Tentang Anak Dalam Situasi Darurat.
iv. Kelompok 4: Lembar Kerja (LK) 11 Klaster VIII:
Langkah-langkah Perlindungan Khusus B Tentang Anak
Yang Berkonflik Dengan Hukum.
v. Kelompok 5: Lembar Kerja (LK) 12 Klaster VIII:
Langkah-langkah Perlindungan Khusus Bagian C
Tentang Anak Dalam Situasi Eksploitasi dan Bagian D
Tentang Anak Minoritas dan Suku Terasing.
b.Fasilitator mempersilahkan tiap kelompok yang telah
terbentuk, untuk melakukan diskusi
4. Presentasi Kelompok (Pleno)
Fasilitator mempersilahkan presentasi tiap kelompok secara
bergantian dan tiap-tiap peserta diperbolehkan bertanya atau
berpendapat atas presentasi tersebut.
i. Presentasi kelompok 1 dan tanggapan peserta
ii. Presentasi kelompok 2 dan tanggapan peserta
iii. Presentasi kelompok 3 dan tanggapan peserta
iv. Presentasi kelompok 4 dan tanggapan peserta
v. Presentasi kelompok 5 dan tanggapan peserta
Catatan: Tiap kelompok diminta untuk memimpin ice breaking (versi
berbeda dengan hari kesatu) dan diawali dengan yel-yel identitas
kelompok sebelum presentasi dilakukan.
5. Refleksi dan Rangkuman hari kedua3
Klaster VI:
a. Anak dengan disabilitas berhak atas perawatan khusus
(special care) dan kebutuhan khusus (special needs) dengan
segala aspeknya;
b.Hak anak untuk menikmati standard kesehatan yang
tertinggi;

3
Fasilitator mempersilakan salah satu peserta untuk melakukan refleksi dan rangkuman.

22
c. Negara menjamin kelangsungan hidup dan perkembangan
anak semaksimum mungkin;
d.Negara memberi bantuan kepada orangtua/wali yang syah;
e. Hak anak atas standard hidup yang layak fisik, mental,
spiritual, moral, dan sosial anak;
f. Hak anak atas jaminan social.
Klaster VII:
a. Negara wajib mengatur hak anak atas pendidikan dasar dan
gratis; mempermudah akses pendidikan bagi setiap anak;
akses pendidikan bagi anak dengan disbilitas untuk
habilitasi;
b.Negara mengawasi agar penegakan disiplin di sekolah
dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan martabat
anak dan KHA (tanpa kekerasan dengan alasan apapun);
c. Tujuan pendidikan meliputi pengembangan yang terdiri dari:
Kepribadian, Bakat, Mental dan Fisik anak semaksimum
mungkin;
d.Tujuan pendidikan lainnya meliputi pengembangan rasa
hormat pada: Orang tua anak, Identitas budaya, Bahasa,
Nilai-nilai, Tahapan peradaban yang berbeda dan
lingkungan alam;
e. Hak anak atas waktu luang, rekreasi dan budaya.
Klaster VIII:
a. Negara menjamin anak yang mencari status pengungsi
mendapat perlindungan yang layak dan bantuan
kemanusiaan;
b.Negara melakukan kerjasama dengan PBB dan lembaga
internasional;
c. Negara menjamin perlindungan terhadap anak yang
terpisah dari orangtuanya;
d.Perlindungan anak dari situasi konflik bersenjata;
e. Anak Yang Berkonflik dengan Hukum:
 Perlindungan dari penyiksaan atau bentuk kekejaman lain,
perlakuan merendahkan martabat atau tidak manusiawi,
Hukuman mati, Hukuman seumur hidup tanpa

23
kemungkinan untuk bebas dan Perampasan atas hak
secara tidak sah ataupun sewenang-wenang;
 Sejauh mungkin tanpa menggunakan penahanan dan
pemenjaraan;
 Mengutamakan pendekatan keadilan restorative dan
diversi;
 Penahanan dan pemenjaraan digunakan sebagai upaya
terakhir;
f. Perlindungan anak dari segala bentuk eksploitasi yang
meliputi: eksploitasi ekonomi, dieksploitasi sebagai
pengguna dan dieksploitasi sebagai pengedar narkoba,
eksploitasi seksual dan kekerasan seksual, perdagangan
anak;
g. Negara menjamin hak anak anak dari kelompok minoritas
dan terasing atas Budaya sendiri, Keyakinannya dan
Bahasanya
4. Post test dan pembahasan hasil akhir

Bahan Bacaan Bacaan inti:


 Narasi Pelatihan Konvensi Hak-hak Anak
 Slide Modul KHA Klaster I-V
 Slide Modul KHA Klaster VI- VIII
 Slide Modul KHA dan Instumen Internasional serta
Instrumen Nasional Terkait

24
 Bacaan yang disarankan:
 Naskah asli atau terjemah Deklarasi Universal HAM
 Naskah asli atau terjemah Kovenan Tentang Hak-hak
EKOSOB
 Naskah asli atau terjemah Kovenan Tentang Hak-hak Sipil
dan Politik
 Naskah asli atau terjemah Protokol Opsional tentang Anak
Dalam Konflik Bersenjata
 Naskah asli atau terjemah Protokol Opsional tentang
Penjualan Anak, Prostitusi Anak dan Pornografi Anak
 Konvensi Hak-hak Anak
 Berbagai instrumen / hukum nasional terkait dengan hak-
hak anak dan perlindungan anak

25
LK Hari Kesatu

Lembar Kerja (LK) 1 (A) Klaster I KHA: Langkah-langkah Umum


Impelementasi KHA Pasal 4, Negara wajib mengambil langkah-
langkah legislative, administrative dan langkah lainnya.
(Tugas dan Bahan Pembelajaran)

Instrumen/perundang-undangan tentang hak dan


perlindungan anak yang telah diterbitkan Peraturan
Sebutkan Undang-undang yang Daerah
Isu / Topik Analisa
relevan dan/atau
keselarasan
dan Peraturan
dan
Tunjukan 1 hingga 3 pasal yang lainnya
kesenjangan
relevan
1. Anak dengan  UU No 4 Tahun 1997 Tentang …
disabilitas Penyandang Cacat

 UU No 36 Tahun 2009 Tentang


Kesehatan

 UU No 39 Tahun 1999 Tentang


HAM

 UU No 19 Tahun 2011 Tentang


Pengesahan Convention on The
Rights of Persons With Disabilities
/ CRPD (Konvensi Mengenai Hak-
hak Penyandang Disabilitas)

 UU No 35 Tahun 2014 Tentang


Perubahan Atas UU No 23 Tahun
2002 Tentang Perlindungan Anak

Catatan:
 Anak dengan disabilitas berhak atas perawatan khusus (special care) dan
mendapatkan kebutuhan khusus (special needs), dan bukan perlindungan
khusus (special protection) agar dapat menikmati kehidupannya dengan
26
LK Hari Kesatu

memperhatikan dan menjamin martabat, meningkatkan kemandirian


semaksimum mungkin serta aktif berpartisipasi dalam bermasyarakat;
 Negara wajib menyediakan sumber-sumber agar orang tua atau pengasuh
anak dengan disabilitas mampu merawat, mengasuh, membimbing,
membesarkan anak dengan disabilitas dalam mencapai kemandirian
semaksimum mungkin;
 Sumber-sumber tersebut harus tersedia, tanpa biaya dan mudah diakses
dalam mendapatkan hak pendidikan, pelatihan, layanan kesehatan, layanan
rehabilitasi, agar anak dengan disabilitas dapat melakukan integrasi sosial,
mengembangkan diri, termasuk budaya dan spiritualnya;
 Negara berkewajiban menyediakan bantuan keuangan kepada orangtua
atau pengasuh anak dengan disabilitas, yang membutuhkan;
 Negara berkewajiban meningkatkan hubungan dan kerjasama internasional
bagi kepentingan anak dengan disabilitas serta menyediakan informasi yang
layak menganai kesehatan preventif, dan medis, penyembuhan psikis dan
fungsional termasuk akses informasi mengenai metode rehabilitasi,
pendidikan dan keterampilan.
2. Hak atas kesehatan …
3. Hak atas pendidikan …

4. Hak atas pengasuhan …


berkelanjutan

5. Partisipasi anak (khusus Sebutkan Undang- Analisa


mengenai mendengarkan, undang yang relevan keselarasan
menghargai dan dan dan
mempertimbangkan dengan Tunjukan 1 hingga 3 kesenjangan
sungguh-sungguh atas pasal yang relevan
pandangan anak yang
berpengaruh terhadap
kehidupan anak) dalam:
a. Keluarga …
b. Lembaga Pendidikan …
c. Peradilan pidana …

27
LK Hari Kesatu

d. Peradilan perdata (khusus …


mengenai sidang perceraian
orang tua )
e. Organisasi anak / Forum anak …

f. Pembuatan kebijakan oleh …


pemerintah dan pemerintah
daerah, yang berpengaruh
terhadap kehidupan anak

28
LK Hari Kesatu

Lembar Kerja (LK) 1 (B) Klaster I KHA: Langkah-langkah Umum Impelementasi


Isu / Topik:

KHA Pasal 42, Negara wajib mengambil langkah-langkah penyebaran


informasi (disseminasi) atas isi KHA secara utuh kepada semua komponen
masyarakat dan anak.

Pertanyaan Jawaban:

1. Apakah telah diatur dalam Undang-


undang Perlindungan Anak?
2. Apakah telah diatur dalam PERDA
Perlindungan Anak?
3. Apa yang telah dilakukan oleh
Pemerintah Pusat?
4. Apa yang telah dilakukan oleh
Pemerintah Daerah?
5. Apakah upaya yang telah dilakukan
sudah memadai?
6. Apakah upaya disseminasi telah
melibatkan anak (partisipasi anak)?
7. Gambarkan strategi yang
seharusnya dilakukan oleh
pemerintah dalam melibatkan
anak dalam melakukan disseminasi
isi KHA?
8. Strategi apa yang seharusnya
dilakukan oleh Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah dalam
melakukan upaya disseminasi atas
isi KHA secara utuh?

29
Lembar Kerja (LK) 2 Klaster II: Definisi Anak
Pasal 1
Setiap orang yang berusia dibawah 18 th, KECUALI berdasarkan undang-
undang yang berlaku, bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih
awal.
Dan
Kaitannya dengan isu / pasal-pasal lainnya
(Tugas dan Bahan Pembelajaran)
Instrumen/perundang-undangan tentang
hak dan perlindungan anak yang telah
Peraturan
diterbitkan
Daerah
Sebutkan Undang-undang
Isu / Topik Analisa dan/atau
yang relevan
keselarasan Peraturan
dan
dan lainnya
Tunjukan 1 hingga 3 pasal
kesenjangan
yang relevan
1. Pasal 28 KHA, Batasan usia …
wajib belajar & gratis (bagi
semua anak tanpa
memandang kaya dan miskin)
2. Pasal 37.a KHA, Tidak boleh …
ada hukuman mati atau
hukuman seumur hidup

3. Pasal 38 KHA, Tidak boleh ada …


rekrutmen angkatan
Bersenjata atau terlibat dalam
permusuhan

4. Pasal 32 KHA, Negara …


menentukan: BATASAN USIA
MINIMUM ANAK boleh
bekerja

30
Lembar Kerja (LK) 1 (C) Klaster I KHA: Langkah-langkah Umum Implementasi
Isu / Topik:

KHA Pasal 44, Negara wajib membuat laporan awal (initial report) dan laporan
berkala (periodic report) kepada Komite Hak-hak Anak PBB dan laporan
tersebut di-disseminasikan kepada semua komponen masyarakat dan anak.

Pertanyaan Jawaban
1. Apakah pemerintah sudah melibatkan anak
(sebagai salah satu upaya meningkatkan
partisipasi anak), dalam proses pembuatan
laporan KHA?
2. Apakah pemerintah pusat dan pemerintah
daerah sudah membentuk jalur koordinasi
untuk keperluan konten atau isi (berkaitan
dengan data dan informasi situasi anak), untuk
laporan yang akan di buat?
3. Jelaskan langkah yang seharusnya dilakukan
dalam membentuk jalur koordinasi antara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah
untuk keperluan konten / isi laporan yang akan
dibuat tersebut?
4. Apakah laporan berkala telah diterjemahkan
kedalam Bahasa daerah, kelompok minoritas
atau anak Komunitas Adat Terpencil (KAT)?
5. Apakah laporan tersebut telah dibahas di
parlemen?

6. Apakah laporan tersebut telah didiskusikan


dengan perwakilan LSM?

7. Apakah tim pembuat laporan telah dilatih


KHA dan instrumen internasional terkait
lainnya?

31
Lembar Kerja (LK) 3 Klaster III: Prinsip-prinsip Umum KHA
(Tugas dan Bahan Pembelajaran)

Jelaskan langkah-langkah
Isu / Topik
Sebutkan kaitan yang perlu dilakukan untuk
Prinsip-prinsip Umum
pasal dalam KHA menjamin masing-masing
KHA
pasal tersebut terlaksana
1. Pasal 2 Non … …
Diskriminasi
2. Pasal 3 Kepentingan … …
Terbaik Bagi Anak
3. Pasal 6 Hak Hidup, … …
Kelangsungan Hidup
dan Perkembangan
4. Pasal 12 … …
Menghargai
Pandangan Anak

32
Lembar Kerja (LK) 4 Klaster IV KHA: Hak Sipil dan Kebebasan
(Tugas dan Bahan Pembelajaran)

Perundang-undangan Analisis Peraturan


Nasional Keselarasan Daerah
Pasal Dan dan dan/atau
Tunjukan Pasal Kesenjangan Peraturan
lainnya
Pasal 7 A. UU No 9 Tahun 1992 …
Tentang Hak dicatat oleh Tentang Imigrasi …
Negara segera setelah
lahir, Hak atas nama, Hak
atas kebangsaan, Hak B. UU No 12 Tahun
untuk mengetahui, 2006 Tentang
diasuh orang tuanya Kewarganegaraan
(Aparat Negara secara
aktif wajib mencatat
segera setiap bayi yang C. UU No 21 Tahun
lahir di wilayah 2007 Tentang PTPPO
yurisdiksinya, sehingga
tak satu pun kelahiran
bayi yang tidak dicatat D. UU No 24 Tahun
oleh Negara). 2013 Tentang
Perubahan Atas UU
Pasal 8
No 23 Tahun 2006
Tentang Identitas,
Tentang ADMINDUK
Kewarganegaraan, Nama
dan Hubungan keluarga
(hubungan darah /
E. No 35 Tahun 2014
nasab), Hak untuk
Tentang Perubahan
mendapatkan bantuan
Atas UU No 23 Tahun
dan perlindungan untuk
2002 Tentang
memulihkan identitas
Perlindungan Anak
anak (Jika identitas
tersebut direnggut)

33
Catatan:
Kaitan antara pasal 7 KHA (Birth Registration) dan Pasal 6 KHA
tentang Hak Hidup, Kelangsungan Hidup dan Perkembangan.
Pasal 6 mewajibkan Negara mencatat kematian anak (death
registration) termasuk sebab-sebab kematian, prosedur investigasi
atas sebab-sebab kematian yang wajib diatur dalam perundang-
undangan nasional. Investigasi dimaksudkan untuk:
- Mengurangi kemungkinan upaya untuk menutup-nutupi atas
penyebab kematian anak yang sebenarnya;
- Apakah kematian anak tersebut disebabkan oleh kekerasan dan
atau penelantaran;
- Rekomendasi strategi pencegahan atas kematian anak.
Pasal 7 berkaitan dengan pasal 37 dan 40 mengenai Anak Yang
Berkonflik Dengan Hukum (Children In Conflict With The Law)
khususnya mengenai kematian anak yang dicabut kebebasannya
(dalam tahanan dan atau penjara).
Perundang-undangan nasional wajib mengatur tentang kewajiban
Negara membentuk tim Investigasi independen untuk melakukan
investigasi tentang sebab-sebab kematian anak dalam tahanan dan
atau penjara. Investigasi dimaksudkan untuk:
- Mencari penyebab kematian anak;
- Apakah kematian tersebut disebabkan oleh kekerasan yang
dilakukan oleh pihak lain (polisi, sipir atau staff lain) atau yang
dilakukan oleh teman sekamar; atau,
- Apakah karena anak melakukan bunuh diri;
- Keluarga atau kerabat anak berhak mendapatkan laporan hasil
investigasi.
KHA menekankan bahwa, akta kelahiran dan akta kematian hanyalah
merupakan dampak dari pencatatan kelahiran dan pencatatan
kematian yang dilakukan oleh Negara secara bertanggungjawab.
Pencatatan kelahiran (Birth Registration) dan pencatatan kematian
(Death Registration) yang dilakukan dengan tata kelola yang tertib
akan menghasilkan data kependudukan yang selalu dapat dipercaya,
akurat.
Hak dicatat oleh Negara segera setelah lahir bagi setiap kelahiran
manusia merupakan hak fundamental bagi setiap manusia, oleh
karena itu, Negara wajib menciptakan mekanisme pencatatan

34
kelahiran yang secara aktif dilakukan oleh aparat Negara, sehingga tak
satu pun kelahiran bayi yang tidak dicatat oleh Negara.
 Pasal 7 dan 8 KHA berhubungan dengan isu atau pasal-pasal KHA
di bawah ini:
- Pasal 28: Pendidikan
- Pasal 24: Kesehatan
- Pasal 37.a: Anak yang berkonflik dengan hukum
- Pasal 32: Pencegahan eksploitasi ekonomi terhadap anak
- Pasal 35: Pencegahan perdagangan orang / trafiking
- Pasal 1 definisi anak: khususnya yang berkaitan dengan usia
pernikahan
- Pasal 26: Jaminan sosial
- Pasal 4: Hak EKOSOB termasuk hak politik yang diatur dengan
undang-undang
- Data kependudukan sebuah Negara
Pasal 14 Tentang  UU No 20 Tahun …
kemerdekaan berfikir, 2003 Tentang …
Hati nurani dan Agama, SISDIKNAS
Restriksi diatur dengan
Undang-undang
Pasal 15
Tentang kebebasan
berserikat, Berkumpul  UU No 35 Tahun
dengan damai, Restriksi 2014 Tentang
diatur dengan Undang- Perubahan Atas UU
undang No 23 Tahun 2002
Pasal 16 Tentang
Tentang kehidupan Perlindungan Anak
privasi anak tidak boleh
dicampuri secara tidak
sah, Hak perlindungan
hukum atas privasinya
atau serangan atas
privasinya tersebut

35
Pasal 13  UU No 43 Tahun …
Tentang kebebasan 2007 Tentang …
berekspresi; Mencari; Perpustakaan
menerima; memberi
informasi dan gagasan
baik lisan maupun
tulisan; Restriksi diatur  UU No 11 Tahun
denganUndang-undang 2008 Tentang
Pasal 17 Informasi dan
Tentang mengakui peran Transaksi Elektronik
penting mass media,
Menjamin bahwa anak
dapat mengakses  UU No 35 Tahun
informasi, sumber- 2014 Tentang
sumber nasional dan Perubahan Atas UU
internasional demi No 23 Tahun 2002
keuntungan, social Tentang
budaya anak (sesuai Perlindungan Anak
pasal 29), Kerjasama
internasional,
Memproduksi dan
menyebarkan buku-buku
untuk anak, Mendorong
media memperhatikan
kebutuhan linguistik
anak-anak minoritas dan
anak-anak suku terasing

Catatan:
Pasal 13
Kebebasan berekspresi; Mencari, menerima, memberi informasi dan
gagasan, baik lisan maupun tulisan
Pasal 17
Mengakui peran penting mass media; Menjamin bahwa anak dapat
mengakses informasi (Sumber-sumber nasional dan internasional
demi keuntungan sosial budaya anak (sesuai pasal 29)); Kerjasama
internasional; Memproduksi dan menyebarkan buku-buku untuk

36
anak; Mendorong media memperhatikan kebutuhan linguistik anak-
anak minoritas dan anak-anak suku terasing
Pasal 29 Tujuan Pendidikan
Pengembangan rasa hormat pada:
 Pengembangan rasa hormat terhadap HAM (Hak Asasi
Manusia) serta prinsip-prinsip yang tercantum dalam piagam
PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)
 Pengembangan rasa hormat pada:
o Orangtua anak
o Identitas budaya
o Bahasa
o Nilai-nilai dan
o Tahapan peradaban yang berbeda
Serta pengembangan:
o Kepribadian
o Bakat
o Mental dan
o Fisik anak semaksimal mungkin
Indikator KLA Klaster I No 8:
Tersedia Fasilitas Informasi Layak Anak
Pasal 37.a Tentang  UU No 39 Tahun 1999 …
Negara wajib melindungi Tentang HAM …
anak dari penyiksaan
atau bentuk-bentuk
kekejaman lain,  UU No 23 Tahun 2004
perlakuan Merendahkan Tentang PKDRT
martabat, Hukuman
tidak manusiawi,
Hukuman mati,  UU No 21 Tahun 2007
Hukuman seumur hidup Tentang PTPPO

 UU No 11 tahun 2012
Tentang SPPA

37
Lembar Kerja (LK) 5 Klaster V: Lingkungan Keluarga dan Pengasuhan
Alternatif
(Tugas dan Bahan Pembelajaran)

Perundang-undangan Analisis Peraturan


Nasional Keselarasa Daerah
Pasal Dan n dan dan/atau
Tunjukan 1 hingga 2 Kesenjanga Peraturan
Pasal n lainnya
Pasal 5 tentang bimbingan A. UU No 1 Tahun 1974 …
orangtua dan Tentang Perkawinan …
perkembangan kapasitas
anak (Parental Guidance
and The Child’s Evolving B. UU No 4 Tahun 1979
Capacities): Tentang
Negara wajib menghormati Kesejahteraan Anak
tanggung jawab, hak-hak
dan tugas-tugas orangtua
atau keluarga yang lebih C. UU No 39 Tahun 1999
luas atau masyarakat atau Tentang HAM
wali yang syah dalam
membimbing anak.
D. UU No 35 Tahun 2014
Tentang Perubahan
Atas UU No 23 Tahun
2002 Tentang
Perlindungan Anak

38
Pasal 18 tentang tanggung A. UU No 1 Tahun 1974
jawab orangtua dibantu Tentang Perkawinan
oleh Negara (Paren’s Joint
Responsibilities Assisted by
the State): B. UU No 4 Tahun 1979
 Menjamin pengakuan Tentang
prinsip persamaan Kesejahteraan Anak
tanggung jawab di antara
orangtua dan wali
 Membantu orangtua dan C. UU No 35 Tahun 2014
wali Tentang Perubahan
 Menjamin Atas UU No 23 Tahun
pengembangan 2002 Tentang
keluarga, fasilitas dan Perlindungan Anak
pelayanan untuk
perawatan anak

Pasal 9 Tentang pemisahan A. UU No 1 Tahun 1974


dari orangtua (Separation Tentang Perkawinan
from Parents) Negara
Wajib Menjamin agar anak:
 Tidak dipisahkan dengan B. UU No 4 Tahun 1979
orang tuanya secara Tentang
ilegal Kesejahteraan Anak
 Menghargai hak anak
berhubungan dan
kontak pribadi dengan C. UU No 35 Tahun 2014
orangtuanya ketika Tentang Perubahan
dipisahkan Atas UU No 23 Tahun
 Jika dipisahkan oleh 2002 Tentang
Negara anak punya hak Perlindungan Anak
mendapat informasi
(berdasarkan
permintaan) tentang
anggota keluarganya
yang terpisah
39
 Menjamin permintaan
tersebut tidak membawa
akibat buruk bagi anak
maupun anggota
keluarga lainnya
Pasal 19 tentang A. UU No 39 Tahun
perlindungan anak dari 1999 Tentang
segala bentuk kekerasan HAM
(Child’s Right to Protection
from all forms of Violence)
 Negara wajib mengambil B. UU No 23 Tahun
langkah-langkah: 2004 Tentang
Administratif, Legislatif, PKDRT
Sosial dan Pendidikan,
untuk melindungi anak
dari segala bentuk C. UU No 21 Tahun 2007
kekerasan. (all forms of Tentang PTPPO
physical or mental
violence, injury or
abuse,neglect or D. UU No 35 Tahun 2014
negligent treatment, Tentang Perubahan
maltreatment or Atas UU No 23 Tahun
exploitation, including 2002 Tentang
sexual abuse, while inthe Perlindungan Anak
care of parent(s), legal
guardian(s) or any other
person who has the care
of the child).
 Kekerasan mental
meliputi: Tindakan
merendahkan martabat,
Pelecehan, Perlakuan
salah secara verbal,
Dampak isolasi, Praktek-
praktek lain yang
menyebabkan atau

40
mengakibatkan kerugian
psikis
Pasal 39 Rehabilitasi Anak A. UU No 1 Tahun 1974
Korban Tentang Perkawinan
Mewajibkan negara
mengambil langkah-
langkah yang layak untuk B. UU No 4 Tahun 1979
membantu anak-anak yang Tentang
menjadi korban: Kesejahteraan Anak
 Segala bentuk
kekerasan,
penelantaran, C. UU No 11 Tahun 2009
eksploitasi, atau Tentang
perlakuan salah Kesejahteraan Sosial
 Penyiksaan atau bentuk
perlakuan atau hukuman
lainnya yang kejam, tidak D. UU No 35 Tahun 2014
manusiawi atau Tentang Perubahan
merendahkan martabat Atas UU No 23 Tahun
 Konflik bersenjata 2002 Tentang
Perlindungan Anak

41
Lembar Kerja (LK) 6 Klaster V: Lingkungan Keluarga dan Pengasuhan
Alternatif
(Tugas dan Bahan Pembelajaran)

Perundang-undangan Peraturan
Analisis
Nasional Daerah
Pasal Keselarasan
Dan dan/atau
dan
Tunjukan 1 hingga 2 Peraturan
Kesenjangan
Pasal lainnya
Pasal 10 tentang memasuki UU No 9 Tahun 1992
atau meninggalkan Negara Tentang Imigrasi
untuk reunifikasi keluarga
(Entering or Leaving
Countries for Family UU No 39 Tahun 1999
Reunification) Tentang HAM
 Reunifikasi keluarga
(memasuki atau
meninggalkan Negara) UU No 12 Tahun 2006
ditangani secara positif, Tentang
humanis dan sesegera Kewarganegaraan
mungkin
 Menjamin bahwa
permintaan tersebut tidak UU No 35 Tahun 2014
membawa dampak buruk Tentang Perubahan
bagi anak atau anggota Atas UU No 23 Tahun
keluarganya 2002 Tentang
 Hak anak untuk Perlindungan Anak
meninggalkan atau
memasuki Negara (jika
keduanya tinggal di Negara
yang berbeda)
 Restriksi diatur dengan
Undang-undang
Pasal 11 tentang Pengiriman
gelap dan terkantung-
katungnya anak di luar negeri

42
(Illicit Transfer and Non-
Return of Children Abroad)
Negara Wajib memerangi:
 Pengiriman gelap dan
terkantung-katungnya
anak di luar negeri
 Melakukan perjanjian
bilateral dan multilateral

Pasal 20 tentang anak-anak UU No 1 Tahun 1974


yang tercabut dari lingkungan Tentang Perkawinan
keluarga (Children Deprived
of their Family Environment)
UU No 4 Tahun 1979
 Negara wajib memberi Tentang
dukungan dan bantuan Kesejahteraan Anak
khusus bagi anak yang
terpisah dari lingkungan
keluarganya UU No 39 Tahun 1999
 Negara wajib menjamin Tentang HAM
adanya pengasuhan
alternatif: Residensial /
panti Asuhan, Kafalah UU No 35 Tahun 2014
dalam hukum Islam dan Tentang Perubahan
Adopsi Atas UU No 23 Tahun
 Mempertimbangkan 2002 Tentang
kesinambungan Perlindungan Anak
pengasuhan anak dan latar
belakang suku, agama,
kebudayaan dan bahasa
anak.

Pasal 21 tentang adopsi UU No 1 Tahun 1974


(Adoption) Tentang Perkawinan
Negara wajib:
 Menjamin adopsi dengan
mempertimbangan
43
kepentingan terbaik bagi UU No 4 Tahun 1979
anak: Tentang
 Disahkan oleh penguasa Kesejahteraan Anak
yang berwenang
 Adopsi antar Negara
merupakan alternatif UU No 39 Tahun 1999
pengasuhan Tentang HAM
 Menjamin bahwa adopsi
antar Negara tidak
dikomersilkan UU No 35 Tahun 2014
 Mendorong kerjasama Tentang Perubahan
internasional agar Atas UU No 23 Tahun
penempatan di Negara lain 2002 Tentang
dilakukan oleh Negara yang Perlindungan Anak
berkompeten

Pasal 25 tentang hak anak UU No 1 Tahun 1974


atas tinjauan berkala ketika Tentang Perkawinan
didalam pengasuhan (Child’s
Right to Periodic Review of
Treatment) UU No 4 Tahun 1979
Negara wajib melakukan Tentang
tinjauan / monitoring berkala Kesejahteraan Anak
terhadap anak yang berada
dalam penempatan
(misalnya, keluarga asuh, UU No 39 Tahun 1999
keluarga angkat, wali, Tentang HAM
Residensial / panti Asuhan
dan sejenisnya)
Pasal 27 tentang hak anak UU No 40 Tahun 2004
atas standard hidup yang Tentang Sistem
layak (Child’s Right to an Jaminan Sosial
Adequate Standard of Living) Nasional (SJSN)
 Anak mempunyai Hak atas
standard kehidupan yang
layak untuk
pengembangan fisik,

44
mental, spiritual, moral UU No 24 Tahun 2011
dan sosial anak Tentang Badan
 Orangtua bertanggung Penyelenggaraan
jawab utama untuk Jaminan Sosial (BPJS)
menjamin Hak-hak anak
dan Negara berkewajiban
mendukung / membantu
para orangtua dalam
melaksanakan tanggung
jawabnya terhadap anak-
anak mereka: UU No 35 Tahun 2014
 Makanan Tentang Perubahan
 Pakaian dan Atas UU No 23 Tahun
 Perumahan 2002 Tentang
Hak anak atas pembiayaan Perlindungan Anak
anak oleh orangtua
khususnya jika kedua belah
pihak tinggal di Negara yang
berbeda

45
Lembar Kerja (LK) 7 Klaster VI: Kesehatan Dasar dan Kesejahteraan
(Tugas dan Bahan Pembelajaran)

Pasal Perundang-undangan Analisis Peraturan


Nasional Keselarasan Daerah
Dan dan dan/atau
Tunjukan 1 hingga 2 Kesenjangan Peraturan
Pasal lainnya
Pasal 23 tentang hak anak A. UU No 4 Tahun 1997
dengan disabilitas (Right of Tentang Penyandang
Disable Children) Cacat
Negara mengakui Hak-hak
anak Cacat untuk menikmati
secara penuh kehidupannya: B. UU No 39 Tahun 1999
Martabat, Meningkatkan Tentang HA
rasa percaya diri, Partisipasi
aktif di dalam masyarakat;
Hak anak cacat atas C. UU No 19 Tahun 2011
perawatan khusus; Tentang Pengesahan
Menjamin tersedianya Convention on The
kebutuhan khusus anak Rights of Persons
cacat: Gratis, Pendidikan, With Disabilities /
Pelatihan, Pelayanan, CRPD (Konvensi
kesehatan, Pelayanan Mengenai Hak-hak
rehabilitasi, Persiapan kerja, Penyandang
Kesempatan rekreasi, Disabilitas)
Kerjasama internasional

D. UU No 35 Tahun 2014
Tentang Perubahan
Atas UU No 23 Tahun
2002 Tentang
Perlindungan Anak

46
Pasal 24 tentang hak anak A. UU No 39 Tahun 1999
atas kesehatan dan layanan Tentang HAM
kesehatan (Child’s Right to
Health and Health Service)
Hak anak untuk menikmati B. UU No 40 Tahun 2004
standard kesehatan yang Tentang Sistem
tertinggi; Menjamin akses Jaminan Sosial
kesehatan tidak tercabut; Nasional (SJSN)
Implementasi sepenuhnya
atas hak ini khususnya:
Mengurangi angka kematian C. UU No 24 Tahun 2011
bayi dan anak, Menjamin Tentang Badan
bantuan medis dan Penyelenggaraan
kesehatan/Primary Health Jaminan Sosial (BPJS)
Care, Memerangi penyakit
dan malnutrisi, menjamin
perawatan kesehatan bagi D. UU No 36 Tahun 2009
para ibu ketika sebelum dan Tentang Kesehatan
sesudah melahirkan,
Menjamin pendidikan
kesehatan: Preventif, E. UU No 52 Tahun 2009
Bimbingan dan Pelayanan KB Tentang
dan orangtua, Kerjasama Perkembangan
internasional. Kependudukan dan
Pasal 6 (2) tentang hak hidup, Pembangunan
kelangsungan hidup dan Keluarga
perkembangan anak
semaksimum mungkin
(child’s right to life and F. UU No 35 Tahun 2014
maximum survival and Tentang Perubahan
development) Negara Atas UU No 23 Tahun
menjamin kelangsungan 2002 Tentang
hidup dan perkembangan Perlindungan Anak
anak semaksimum mungkin

47
Lembar Kerja (LK) 8 Klaster VI: Kesehatan Dasar dan Kesejahteraan
(Tugas dan Bahan Pembelajaran)

Perundang-undangan Peraturan
Analisis
Nasional Daerah
Keselarasan
Pasal Dan dan/atau
dan
Tunjukan 1 hingga 2 Peraturan
Kesenjangan
Pasal lainnya
Pasal 18 (3) tentang A. UU No 1 Tahun 1974
tanggungjawab orangtua Tentang Perkawinan
dibantu oleh Negara
(Parent’s Joint B. UU No 4 Tahun 1979
Responsibilities, Assisted by Tentang
the State) Kesejahteraan Anak
 Orangtua/Wali
bertanggung jawab C. UU No 39 Tahun 1999
membesarkan dan Tentang HAM
mengembangkan anak
 Negara memberi bantuan D. UU No 40 Tahun 2004
kepada orangtua/wali Tentang Sistem
yang syah Jaminan Sosial
 Menjamin anak (orangtua Nasional (SJSN)
yangbekerja) berhak
memperoleh manfaat dan E. UU No 24 Tahun 2011
jasa pemeliharaan anak Tentang Badan
Penyelenggaraan
Jaminan Sosial (BPJS)

F. UU No 35 Tahun 2014
Tentang Perubahan
Atas UU No 23 Tahun
2002 Tentang
Perlindungan Anak

48
Pasal 27 (1-3) tentang hak A. UU No 40 Tahun
anak atas standard hisup 2004 Tentang Sistem
yang layak (Child’s Right to an Jaminan Sosial
Adequate Standard of Living) Nasional (SJSN)
 Mengakui hak anak atas
standard kehidupan yang
layak bagi B. UU No 36 Tahun
perkembangannya 2009 Tentang
meliputi: fisik,mental, Kesehatan
spiritual, moral dan sosial
anak
 Negara harus mengambil C. UU No 24 Tahun
langkah-langkah untuk 2011 Tentang Badan
membantu orangtua Penyelenggaraan
dalam Jaminan Sosial (BPJS)
mengimplementasikan
kebutuhan Gizi, Pakaian
dan Perumahan D. UU No 35 Tahun
Pasal 26 tentang hak anak 2014 Tentang
atas jaminan sosial (Child’s Perubahan Atas UU
Right to Benefit from Social No 23 Tahun 2002
Security) Tentang
Mengakui hak anak atas Perlindungan Anak
jaminan sosial termasuk
asuransi social;
Melaksanakan realisasi
penuh atas hak ini

49
Lembar Kerja (LK) 9 Klaster VII: Pendidikan, Waktu Luang, Budaya
dan Rekreasi
(Tugas dan Bahan Pembelajaran)

Perundang- Peraturan
Analisis
undangan Nasional Daerah
Keselarasan
Pasal Dan dan/atau
dan
Tunjukan 1 hingga 2 Peraturan
Kesenjangan
Pasal lainnya
Pasal 28 tentang hak anak A. UU No 39 Tahun
atas pendidikan (Child’s Right 1999 Tentang
to Education) Negara HAM
menjamin hak anak atas
pendidikan
 Mewajibkan pendidikan B. UU No 20 Tahun
dasar dan GRATIS 2003 Tentang
 Mendorong pendidikan SISDIKNAS
menengah umum dan
kejururan serta
mempermudah akses bagi C. UU No 40 Tahun
setiap anak 2004 Tentang
 Mempermudah akses ke Sistem Jaminan
pendidikan yang lebih Sosial Nasional
tinggi dengan penyediaan (SJSN)
fasilitas yang memadai
 Menyediakan informasi
dan panduan tentang D. UU No 24 Tahun
pendidikan 2011 Tentang
 Mengambil langkah- Badan
langkah untuk mendorong Penyelenggaraan
kehadiran di sekolah dan Jaminan Sosial
penurunan tingkat putus (BPJS)
sekolah
 Mengambil langkah agar
penegakan disiplin di E. UU No 12 Tahun
sekolah dilaksanakan 2012 Tentang
dengan cara yang sesuai Pendidikan Tinggi
50
dengan martabat anak
dan KHA
F. UU No 35 Tahun
 Kerjasama internasional 2014 Tentang
dibidang pendidikan Perubahan Atas
UU No 23 Tahun
2002 Tentang
Perlindungan
Anak

Pasal 29 tentang Tujuan A. UU No 39 Tahun


Pendidikan (The Aims of 1999 Tentang
Education) HAM
1. Negara peserta
menyepakati bahwa
pendidikan anak B. UU No 11 Tahun
diarahkan: 2010 Tentang
a. Pengembangan yang Cagar Budaya
terdiri dari:
 Kepribadian
 Bakat C. UU No 20 Tahun
 Mental dan Fisik anak 2003 Tentang
semaksimal mungkin SISDIKNAS
b. Pengembangan rasa
hormat terhadap HAM
(Hak Asasi Manusia) serta D. UU No 32 Tahun
prinsip-prinsip yang 2009 Tentang
tercantum dalam piagam Perlindungan dan
PBB (Perserikatan Bangsa- Pengelolaan
Bangsa) Lingkungan Hidup
c. Pengembangan rasa
hormat pada:
o Orangtua anak E. UU No 35 Tahun
o Identitas budaya 2014 Tentang
o Bahasa Perubahan Atas
o Nilai-nilai dan UU No 23 Tahun
51
o Tahapan peradaban 2002 Tentang
yang berbeda Perlindungan
d. Persiapan anak untuk Anak
hidup secara
bertanggung jawab
dalam masyarakat yang
bebas
e. Pengembangan rasa
hormat terhadap
lingkungan alam
2. Memberi kebebasan
kepada individu atau
lembaga dalam
mengarahkan atau
mengembangkan Institusi
Pendidikan sepanjang
tidak bertentangan
dengan pasal ini, serta
standard minimum yang
ditetapkan oleh Negara

Pasal 31 tentang hak anak A. UU No 39 Tahun


atas waktu luang, rekreasi 1999 Tentang
dan budaya (Child’s Right to HAM
Leisure, Recreation and
Culture)
 Negara mengakui hak anak B. UU No 11 Tahun
atas:Waktu luang dan 2010 Tentang
istirahat - Mengahargai Cagar Budaya
dan meningkatkan hak
anak untuk berpartisipasi
secara penuh dalam:
Dunia seni, Budaya, C. UU No 20 Tahun
Rekreasi dan Waktu luang 2003 Tentang
SISDIKNAS

52
D. UU No 32 Tahun
2009 Tentang
Perlindungan dan
Pengelolaan
Lingkungan Hidup

E. UU No 35 Tahun
2014 Tentang
Perubahan Atas
UU No 23 Tahun
2002 Tentang
Perlindungan
Anak

53
Lembar Kerja (LK) 10 Klaster VIII: Langkah-langkah Perlindungan Khusus –
Bagian A Tentang Anak Dalam Situasi Darurat
(Tugas dan Bahan Pembelajaran)

Perundang-undangan Peraturan
Analisis
Nasional Daerah
Keselarasan
Pasal Dan dan/atau
dan
Tunjukan 1 hingga 2 Peraturan
Kesenjangan
Pasal lainnya
Pasal 22 tentang pengungsi A. UU No 9 Tahun 1992
anak (Refugee Children) Tentang Imigrasi
 Negara wajib mengambil (apakah mengatur
langkah-langkah untuk tentang pengungsi
menjamin anak yang antar Negara yang
mencari status pengungsi ingin berpindah
mendapat perlindungan kewarganegaraan
yang layak dan bantuan
kemanusiaan
 Kerjasama dengan PBB B. UU No 39 Tahun 1999
dan lembaga internasional Tentang HAM (apakah
yang kompeten atau LSM mengatur tentang
untuk melindungi dan HAM dalam situasi
membantu anak dalam darurat?)
mencari orangtuanya atau
anggota keluarga lainnya
 Melakukan perlindungan C. UU No 20 Tahun 2003
terhadap anak yang Tentang SISDIKNAS
terpisah dari orangtuanya (apakah mengatur
seperti yang diperoleh tentang pendidikan
oleh anak yang masih dalam situasi
bersama orangtuanya darurat?)

D. UU No 21 Tahun 2007
Tentang PTPPO
(apakah mengatur
tentang pencegahan
54
dan penanganan
perdagangan orang
dalam situasi
darurat?)

E. UU 24 tahun 2007
Penanggulangan
Bencana

F. UU No 44 Tahun 2008
Tentang Pornografi

G. UU No 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan
(apakah mengatur
hak kesehatan dalam
situasi darurat?)

H. UU 9 Tahun 2012
Tentang Pengesahan
Optional Protocol To
The Convention On
The Rights Of The
Child On The
Involvement Of
Children In Armed
Conflict (Protokol
Opsional Konvensi
Hak-hak Anak
Mengenai
Keterlibatan Anak
Dalam Konflik
Bersenjata)

55
I. UU No 10 Tahun 2012
Tentang Pengesahan
OptionaL Protocol To
The Convention On
The Rights Of The
Child On The Sale Of
Children, Child
Prostitution And Child
Pornography
(Protokol Opsional
Konvensi Hak-hak
Anak Mengenai
Penjualan Anak,
Prostitusi Anak, Dan
Pornografi Anak)

J. UU No 35 Tahun 2014
Tentang Perubahan
Atas UU No 23 Tahun
2002 Tentang
Perlindungan Anak

Pasal 38 tentang A. UU No 39 Tahun 1999


perlindungan anak dari Tentang HAM (apakah
konflik bersenjata Protection mengatur tentang
of children affected by Armed HAM dalam situasi
Conflict darurat?)
Negara menghargai dan
menjamin penghormatan B. UU No 34 Tahun 2004
atas hukum humaniter Tentang Tentara
internasional untuk: Nasional Indonesia
menjamin anak di bawah 15 (apakah mengatur
tahun tidak terlibat dalam batas minimum usia
56
permusuhan, tidak merekrut diperbolehkan
anak di bawah 15 tahun menjadi anggota TNI
dalam angkatan perang, dan apakah mengatur
memprioritaskan anak yang tentang pencegahan
lebih tua (antara 15 – 18 anak terlibat dalam
tahun) ke dalam dinas militer permusuhan/hostility)
dan mengambil langkah
untuk menjamin
perlindungan dan perawatan C. UU 9 Tahun 2012
bagi anak-anak yang Tentang Pengesahan
diakibatkan oleh konflik Optional Protocol To
bersenjata The Convention On
The Rights Of The
Child On The
Involvement Of
Children In Armed
Conflict (Protokol
Opsional Konvensi
Hak-hak Anak
Mengenai
Keterlibatan Anak
Dalam Konflik
Bersenjata)

D. UU No 35 Tahun 2014
Tentang Perubahan
Atas UU No 23 Tahun
2002 Tentang
Perlindungan Anak

57
Lembar Kerja (LK) 11 Klaster VIII: Langkah-langkah Perlindungan Khusus –
Bagian B Tentang Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum
(Tugas dan Bahan Pembelajaran)

Peraturan
Perundang-undangan Analisis
Daerah
Nasional Keselarasan
Pasal dan/atau
Dan dan
Peraturan
Tunjukan 1 hingga 2 Pasal Kesenjangan
lainnya
Pasal 37 A. UU No 12 Tahun 1995
Tentang kekerasan, Tentang
perlakuan yang Pemasyarakatan
merendahkan dan
pencabutan atas
kebebasan (Torture, B. UU No 39 Tahun 1999
Degrading Treatment Tentang HAM
And Deprivation of C. UU No 13 Tahun 2003
Liberty) Tentang
Pasal ini memberikan Ketenagakerjaan
hak perlindungan kepada (apakah mengatur
anak dari: penyiksaan perlindungan anak dari
atau bentuk kekejaman eksploitasi ekonomi
lain, perlakuan dalam tahanan atau
merendahkan martabat penjara dan apakah
atau tidak manusiawi, mengatur tentang hak
Hukuman mati, anak mendapatkan
Hukuman seumur hidup upah ketika melakukan
tanpa kemungkinan kerja / latihan kerja?)
untuk bebas dan
Perampasan atas hak D. UU No 20 Tahun 2003
secara tidak sah ataupun Tentang SISDIKNAS
sewenang-wenang (apakah mengatur hak
pendidikan anak dalam
tahanan dan penjara?)

58
E. UU No 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan
(apakah mengatur hak
kesehatan dalam
tahanan atau penjara?)

F. UU No 11 Tahun 2012
Tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak
(SPPA)

G. UU No 35 Tahun 2014
Tentang Perubahan Atas
UU No 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan
Anak

Pasal 39 A. UU No 39 Tahun 1999


Tentang rehabilitasi Tentang HAM
Anak Korban
(Rehabilitation of Child B. UU No 13 Tahun 2003
Victims) Tentang Ketenagakerjan
Pasal ini menuntut (apakah mengatur
Negara mengambil pencegahan dan
langkah-langkah untuk penanganan Anak
membantu anak-anak Korban eksploitasi
yang menjadi korban ekonomi?)
segala bentuk
Kekerasan, C. UU No 21 Tahun 2007
Penelantaran, Eksploitasi Tentang PTPPO (apakah
dan Perlakuan salah mengatur tentang
serta rehabilitasi bagi pencegahan dan
anak-anak korban penanganan Anak
eksploitasi ekonomi, Korban perdagangan
dieksploitasi sebagai orang serta hak
pengguna dan pengedar

59
narkoba, eksploitasi rehabilitasi Anak
seksual dan kekerasan Korban?)
seksual, penjualan dan
trafiking dan eksploitasi D. UU No 11 Tahun 2009
sosial (nikah usia dini) Tentang Kesejahteraan
Sosial (apakah mengatur
hak rehabilitasi bagi
Anak Korban?)

E. UU No 44 Tahun 2008
Tentang Pornografi
(apakah mengatur
tentang pencegahan
dan penanganan serta
hak rehabilitasi bagi
Anak Korban
pornografi?)

F. UU No 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika
(apakah mengatur
pencegahan dan
penanganan Anak
Korban narkotika?)

G. UU No 31 Tahun 2014
Tentang Perubahan Atas
Undang-undang Nomor
13 Tahun 2006 Tentang
Perlindungan Saksi Dan
Korban (PSK)

H. UU No 35 Tahun 2014
Tentang Perubahan Atas
UU No 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan
Anak (apakah mengatur

60
hak-hak Anak Korban,
apakah mengatur hak
restitusi bagi Anak
Korban, apakah
mengatur hak-hak
kompensasi bagi Anak
Korban?)
Catatan: definisi Anak
Korban berdasarkan KHA,
pasal 19, 32, 33, 34, 35, 36,
37 dan 38:
 Kekerasan fisik dan
psikis
 Penelantaran
 Eksploitasi ekonomi
 Eksploitasi Seksual Anak
(ESA)
 Kekerasan seksual
(pemerkosaan, incest,
pelecehan/pencabulan,
kejahatan seksual,
sodomi)
 Konflik keluarga
 Perdagangan orang /
trafiking
 Narkotika
 Penyiksaan, kekejaman,
perlakuan merendahkan
martabat, perlakuan
tidak manusiawi,
hukuman badan,
 Konflik bersenjata
Sedangkan eksploitasi
bentuk lain meliputi:
 Memaksakan bakat
anak untuk mengikuti

61
lomba semua jenis olah
raga, permainan,
pertunjukan seni yag
dilakukan oleh keluarga,
media dan kelompok
pengusaha dan atau
pemerintah daerah yang
berakibat terhambatnya
kesejahteraan anak
atau terganggunya
perkembangan fisik dan
mental anak.
 Eksploitasi oleh media
atau pemberitaan yang
berlebihan terhadap
Anak Korban atau anak
sebagai pelaku tindak
pelanggaran hukum
atau pertunjukan seni
tanpa ijin anak.
 Eksploitasi anak untuk
penelitian atau
eksperimen yang
melanggar privasi anak
dan menjatuhkan
martabat anak atau
penelitian dan
eksperimen tanpa ijin
anak atau seolah-olah
mendapatkan ijin anak,
padahal anak tidak
memiliki kapasitas yang
layak untuk memberi
ijin.
 Pasal 15 ayat (1) CRPD
mengatur tentang
larangan orang dengan

62
disabilitas dijadikan
subjek eksperimen
medis maupun ilmu
pengetahuan tanpa ijin
yang bersangkutan
Pasal 40 A. UU No 39 Tahun 1999
Tentang system Tentang HAM
peradilan anak
(Administration of B. UU No 35 Tahun 2009
Juvenile justice) Tentang Narkotika
Negara mengakui hak (apakah mengatur
anak yang disangka, pencegahan dan
dituduh atau diakui telah penanganan Anak yang
melanggar hukum diduga melakukan
diperlakukan dengan penyalahgunaan
cara yang sesuai dengan narkotika tanpa
peningkatan martabat penahanan dan
dan nilai anak yang pemenjaraan tetapi
memperkuat mengambil langkah-
penghargaan anak pada langkah peubahan
hak-hak asasi manusia perilaku Anak dengan
menggunakan metode
Negara menjamin setiap alternative lainnya?)
anak yang disangka atau
dituduh telah melkukan C. UU No 11 Tahun 2012
pidana setidaknya Tentang Sistem
mendapat jaminan Peradilan Pidana Anak
sebagai berikut: (SPPA)
 Dianggap
 tidak bersalah sampai D. UU No 31 Tahun 2014
terbukti bersalah Tentang Perubahan Atas
menurut hukum Undang-undang Nomor
 Diberitahu segera atas 13 Tahun 2006 Tentang
tuduhannya termasuk Perlindungan Saksi Dan
kepada orangtua atau Korban / PSK (apakah
walinya mengatur tentang hak
Anak Korban dan Anak
63
 Mendapat bantuan Saksi memberi kesaksian
hukum dan bantuan tanpa hadir di
lainnya ditangani oleh pemeriksaan di
pihak yang persidangan dan apakah
berkompeten dan mengatur tentang hak
independen Anak korban dan Anak
 Tidak dipaksa Saksi tidak
memberi kesaksian dipertemukan dengan
atau mengakui pelaku?)
bersalah; untuk
memeriksa saksi yang E. UU No 35 Tahun 2014
memberatkan serta Tentang Perubahan Atas
mendapatkan UU No 23 Tahun 2002
partisipasi dan Tentang Perlindungan
pemeriksaan saksi Anak (apakah mengatur
atas namanya dengan hak-hak Anak Korban,
memakai prinsip apakah mengatur hak
persamaan restitusi bagi Anak
 Berhak atas kasasi Korban, apakah
 Mendapat bantuan mengatur hak-hak
interpreter gratis kompensasi bagi Anak
 Privasinya Korban?)
sepenuhnya
dihormati

64
Bahan Bacaan Inti

Lembar Kerja (LK) 12 Klaster VIII: Langkah-langkah Perlindungan Khusus –


Bagian C Tentang Anak Dalam Situasi Eksploitasi dan Bagian D Tentang
Anak Minoritas dan Suku Terasing
(Tugas dan Bahan Pembelajaran)

Peraturan
Perundang-undangan Analisis
Daerah
Nasional Keselarasan
Pasal dan/atau
Dan dan
Peraturan
Tunjukan 1 hingga 2 Pasal Kesenjangan
lainnya
Pasal 32 A. UU No 39 Tahun 1999
Tentang pekerja anak (Child Tentang HAM
Labour):
Negara wajib melindungi anak dari B. UU No 13 Tahun 2003
eksploitasi ekonomi dan dari Tentang Ketenagakerjan
pekerjaan yang: (apakah mengatur
 Berbahaya pencegahan dan
 Mengganggu pendidikan anak, penanganan Anak
atau Korban eksploitasi
 Merugikan kesehatan anak ekonomi?)
maupun perkembangan: Fisik,
Mental, Spiritual, Moral atau C. UU No 21 Tahun 2007
Sosial Negara wajib mengambil Tentang PTPPO (apakah
langkah Legislatif, Administratif, mengatur tentang
Sosial dan pendidikan, untuk pencegahan dan
menjamin pelaksanaan dan penanganan Anak
secara khusus memberikan: Korban perdagangan
 Batas usia atau serangkaian orang serta hak
batas usia minimum yang rehabilitasi Anak
memberikan ketentuan Korban?)
perijinan untuk bekerja
 Peraturan yang sesuai mengenai D. UU No 11 Tahun 2009
jam kerja dan kondisi pekerjaan Tentang Kesejahteraan
 Hukuman atau sangsi yang Sosial (apakah mengatur
sesuai untuk menjamin hak rehabilitasi bagi
keberhasilan pelaksanaan pasal Anak Korban?)
ini

65
Bahan Bacaan Inti

Pasal 33 A. UU No 44 Tahun 2008


Tentang Children and Drug Abuse Tentang Pornografi
Negara wajib mengambil semua (apakah mengatur
langkah untuk: tentang pencegahan
 Melindungi anak dari dan penanganan serta
penggunaan obat-obatan jenis hak rehabilitasi bagi
Narkotika dan Zat-zat Anak Korban
psikotropika pornografi?)
 Mencegah penggunaan anak-
anak dalam produksi dan B. UU No 35 Tahun 2009
pengiriman illegal dari zat-zat ini Tentang Narkotika
Perjanjian-perjanjian Internasional (apakah mengatur
telah mengidentifikasi sekuruh obat pencegahan dan
bius dan zat-zat yang membutuhkan penanganan Anak
pengawasan, dalam Korban narkotika?)
pengelompokan yang masih luas
berikut ini: C. UU No 31 Tahun 2014
 Opium, morfin dan alkaloid Tentang Perubahan Atas
opium serta morfin sintetis Undang-undang Nomor
(misalnya heroin) 13 Tahun 2006 Tentang
 Daun koka serta kokain Perlindungan Saksi Dan
 Produk Cannabis (mariyuana) Korban (PSK)
Obat-obatan psikotropika/
psikoaktif yang biasa menimbul- D. UU No 35 Tahun 2014
kan ketergantungan atau Tentang Perubahan Atas
penyalahgunaan yang bisa UU No 23 Tahun 2002
menciptakan masalah-masalah Tentang Perlindungan
sosial dan kesehatan masyarakat Anak (apakah mengatur
yang membutuhkan kontrol hak-hak Anak Korban,
Internasional (obat penenang apakah mengatur hak
seperti barbiturat, stimulan restitusi bagi Anak
seperti amfetamin dan Korban, apakah
halusinogen seperti LS mengatur hak-hak
Pasal 34 kompensasi bagi Anak
Tentang eksploitasi seksual anak Korban?)
(Sexual Exploitation of Children)
Mewajibkan Negara melakukan
perlindungan bagi anak dari segala

66
Bahan Bacaan Inti

bentuk eksploitasi maupun


kekerasan seksual (perkosaan,
pelecehan dan incest), dengan
melakukan langkah-langkah
kerjasama Nasional, Bilateral,
Multilateral
Untuk melindungi anak dari tiga
bentuk khusus (dan sering
berkaitan), yakni:
 Bujukan (inducement) atau
paksaan (coercion) terhadap
anak untuk melakukan kegiatan
seksual yang tidak sah
 Eksploitasi anak dalam
pelacuran atau praktek seksual
lainnya yang tidak sah
Eksploitasi anak dalam pertunjukan
serta segala bentuk pornografi
Pasal 35 A. UU No 39 Tahun 1999
Tentang pencegahan dari Tentang HAM
penculikan, penjualan dan trafiking
(Preventation of Abduction, Sale B. UU No 21 Tahun 2007
and Trafficking) Tentang PTPPO (apakah
Pasal 35 bertindak sebagai mengatur tentang
perlindungan sempurna bagi anak- pencegahan dan
anak yang beresiko terhadap penanganan Anak
penculikan, penjualan, dan Korban perdagangan
trafficking anak untuk tujuan orang serta hak
apapun dan dalam bentuk apapun rehabilitasi Anak
Korban?)

C. UU No 35 Tahun 2014
Tentang Perubahan Atas
UU No 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan
Anak (apakah mengatur
hak-hak Anak Korban,
apakah mengatur hak

67
Bahan Bacaan Inti

restitusi bagi Anak


Korban, apakah
mengatur hak-hak
kompensasi bagi Anak
Korban?)

Pasal 36 A. UU No 39 Tahun 1999


Tentang perlindungan dari segala Tentang HAM
bentuk eksploitasi lainnya
(Protection from Other Form of B. UU No 40 Tahun 1999
Exploitation) Tentang PERS (apakah
Negara melindungi anak dari segala mengatur tentang
bentuk eksploitasi lainnya, seperti: larangan dan sanksi bagi
Eksploitasi Media, Eksploitasi oleh pelanggar mengenai hak
para peneliti, Eksploitasi Sosial privasi anak dan
kerahasiaan identitas
anak dalam
pemberitaan di media?)

C. UU No 35 Tahun 2014
Tentang Perubahan Atas
UU No 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan
Anak (apakah mengatur
hak-hak Anak Korban,
apakah mengatur hak
restitusi bagi Anak
Korban, apakah
mengatur hak-hak
kompensasi bagi Anak
Korban?)

68
Bahan Bacaan Inti

Eksploitasi bentuk lain


meliputi:
 Memaksakan bakat anak
untuk mengikuti lomba
semua jenis olah raga,
permainan, pertunjukan
seni yag dilakukan oleh
keluarga, media dan
kelompok pengusaha dan
atau pemerintah daerah
yang berakibat
terhambatnya
kesejahteraan anak atau
terganggunya
perkembangan fisik dan
mental anak.
 Eksploitasi oleh media
atau pemberitaan yang
berlebihan terhadap Anak
Korban atau anak sebagai
pelaku tindak
pelanggaran hukum atau
pertunjukan seni tanpa
ijin anak.
 Eksploitasi anak untuk
penelitian atau
eksperimen yang
melanggar privasi anak
dan menjatuhkan
martabat anak atau
penelitian dan
eksperimen tanpa ijin
anak atau seolah-olah
mendapatkan ijin anak,
padahal anak tidak
memiliki kapasitas yang
layak untuk memberi ijin.

69
Bahan Bacaan Inti

 Pasal 15 ayat (1) CRPD


mengatur tentang
larangan orang dengan
disabilitas dijadikan
subjek eksperimen medis
maupun ilmu
pengetahuan tanpa ijin
yang bersangkutan

Pasal 30 A. UU No 39 Tahun 1999


Tentang anak dari minoritas dan Tentang HAM
penduduk asli (Children of
Minoritiesor of Indigenous People) B. UU No 20 Tahun 2003
Negara menjamin hak anak anak Tentang SISDIKNAS
dari kelompok minoritas dan (apakah mengatur hak
terasing atas Budaya sendiri, anak minoritas dan hak
Keyakinannya dan Bahasanya anak Komunitas Adat
Terpencil (KAT) untuk
menggunakan
linguistiknya sendiri,
mengembangkan
budaya dan
keyakinannya sendiri?)

C. UU No 35 Tahun 2014
Tentang Perubahan Atas
UU No 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan
Anak (apakah mengatur
hak-hak Anak Korban,
apakah mengatur hak
restitusi bagi Anak
Korban, apakah
mengatur hak-hak
kompensasi bagi Anak
Korban?

70
Bahan Bacaan Inti

PELATIHAN KONVENSI HAK-HAK ANAK

BAB I
Instrumen / Hukum Internasional sebagai induk HAM

Instrumen atau hukum internasional terdiri dari


1. Deklarasi Universal HAM (Universal Declaration Of Human Rights);
2. Kovenan tentang Hak-hak Ekonomi Sosial dan Budaya (international Covenant
On Economic, Social And Cultural Rights), diratifikasi oleh Republik Indonesia
melalui UU No 11 Tahun 2005;
3. Kovenan tentang Hak-hak Sipil dan Politik (International Covenant On Civil And
Political Rights). Diratifikasi oleh Republik Indonesia melalui UU No. 12 Tahun
2005.
Konvensi Hak-hak Anak (KHA) merupakan turunan dari induk HAM tersebut di
atas. KHA diratifikasi (disahkan) oleh Republik Indonesia melalui Keputusan
Presiden No 36 Tahun 1990. Hingga saat ini, KHA telah diratifikasi oleh 193
Negara, dua Negara menolak meratifikasi yaitu Amerika Serikat dan Somalia.
Bagi Negara yang meratifikasi maka Negara-negara tersebut terikat secara
yuridis dan politis untuk mengimplementasikan mandate yang terkandung
dalam KHA ke dalam kebijakan Negara dan system perundang-undangan
nasional masing-masing, atau dengan kata lain, Negara wajib mengambil
langkah-langkah legislative, administrative dan langkah-langkah lain sehingga
KHA diimplementasikan secara utuh (holistik).
Terdapat tiga buah Protocol Opsional sebagai turunan dari KHA, yaitu:
1. Protokol Opsional Tentang Keterlibatan Anak Dalam Konflik Bersenjata
(Optional Protocol on the involvement of children in armed conflict),
diratifikasi oleh Republik Indonesia melalui UU No 9 Tahun 2012
2. Protokol Opsional Tentang Penjualan Anak, Prostitusi Anak dan Pornografi
Anak (Optional Protocol on the sale of children, child prostitution and child
pornography), diratifikasi oleh Republik Indonesia melalui UU No 10 Tahun
2012
3. Protokol Opsional Tentang Prosedur Komunikasi (Optional Protocol on
Prosedure Communication), 2011 (BELUM RATIFIKASI)

71
Bahan Bacaan Inti

BAB II
KHA terdiri dari 8 (delapan) Klaster (kelompok)
1. Klaster I: Langkah-langkah Umum Implementasi (General Measures of
Implementation) : pasal 4, 42, 44 (6)
2. Klaster II: Definisi Anak (Definition of the Child ): Pasal 1
3. Klaster III: Prinsip-prinsip Umum (General Principals): pasal 2, 3, 6 dan 12
4. Klaster IV: Hak-hak Kebebasan Sipil (Civil Rights and Freedoms) yang oleh
beberapa pihak diartikan hak-hak sipil dan kebebasan: pasal 7, 8, 13, 14, 15,
16, 17, dan 37 (a)
5. Klaster V: Lingkungan Keluarga dan Pengasuhan Alternatif (Family
Environment and Alternative Care): pasal 5, 18 (1-2), 9, 10, 11, 19, 20, 21, 25,
27 (4) dan 39
6. Klaster VI: Kesehatan Dasar dan Kesejahteraan (Basic Health and Welfare):
pasal 6, 18 (3), 23, 24, 26, 27 (1-3)
7. Klaster VII: Pendidikan, waktu luang dan kegiatan budaya (Education, Leisure,
and Cultural Activities) : pasal 28, 29, 31
8. Klaster VIII: Langkah-langkah Perlindungan khusus (Special Protection
Measures): pasal 22, 30, 32-36, 37 (b) – (d), 38, 39 dan 40.
Tak satu pun pasal (issue) dalam KHA yang berdiri sendiri, tiap pasal
berhubungan dengan pasal-pasal lainnya. Oleh karena itu, sebuah pasal KHA
tidak dapat diartikan secara tunggal. Bahkan tak satu klaster pun yang dapat
diartikan secara terpisah dengan klaster lainnya.
Langkah legislative yang telah dilakukan oleh RI yaitu dengan menerbitkan
perundang-undangan atau instrumen nasional yang terkait dengan hak anak dan
perlindungan anak.

72
Bahan Bacaan Inti

BAB III
Berbagai perundang-undangan atau instrumen nasional sebagai turunan
dari Konvensi Hak-hak Anak (KHA), diantaranya

Instrumen Nasional Yang Mengatur Hak dan Perlindungan Anak


UU Perkawinan,
UU
Kesejahteraan UU
Anak
UU SPPA, UU Penyandang
Pemasyarakatan Cacat

UU Ketenaga-
UU PA, UU
KDRT, UU kerjaan
PTPPO, UU
Pornografi, UU Hak dan
Narkotika
Perlindungan UU
Pendidikan

UU
Kesehatan UU
UU ADMINDUK dan PSK
UU
Kewarganegaraan

Beberapa Pertanyaan Kritis


• Apakah Perundang-undangan yang merupakan instrumen nasional
tersebut telah selaras dan tidak bertentangan dengan Hukum / Instrumen
Internasional yang telah diratifikasi oleh Indonesia?
• Apakah pengaturan hak-hak anak dan perlindungan anak yang terdapat
dalam perundang-undangan nasional terkait saling mendukung,
memperkuat dan tidak saling bertabrakan?
• Apakah Instrumen Nasional tersebut telah memenuhi persyaratan Norma,
Struktur dan Proses dalam memenuhi Hak-hak dan Perlindungan Anak?

73
Bahan Bacaan Inti

• Apakah irisan substansi penting tentang hak-hak dan perlindungan anak


telah diatur dalam perundang-undangan terkait sehingga implementasinya
memenuhi hak dan perlindungan anak? sebagai contoh apakah UU
Pendidikan, UU Kesehatan dan UU SPPA telah saling mendukung?
HAM merupakan hak asasi yang dimiliki oleh tiap manusia semenjak dalam
kandungan, lahir hingga akhir hayat. Tiap Negara di dunia wajib mewujudkan
HAM bagi manusia yang berada di dalam wilayah yurisdiksi Negara yang
bersangkutan. Pemberi HAM adalah Allah Yang Maha Pencipta yang telah
menciptakan manusia dan seluruh jagat raya baik di langit maupun di bumi,
bukan Negara. Negara wajib mengimplementasikan HAM bagi seluruh penduduk
dan warga Negara di Negara bersangkutan.
Karena itu, kewajiban negara terhadap rakyat terbagi kepada 4 (empat) bagian
meliputi: menghormati, memenuhi, melindungi dan memajukan.
Anak sebagai manusia “kecil” memiliki hak yang dijamin oleh HAM dan
merupakan hak yang sangat spesifik bagi anak dan bukan bagi orang dewasa.
Dalam memahami usia anak, dijelaskan oleh KHA Pasal 1 yakni, setiap manusia
yang berusia dibawah 18 tahun, KECUALI, berdasarkan undang-undang yang
berlaku untuk anak-anak, kedewasaan telah dicapai lebih awal. Definisi ini
berimplikasi pada hak-hak anak pada isu lainnya diantaranya:
 hak anak untuk dicatat oleh Negara segera setelah lahir yang berimplikasi
pada kepemilikan atas akta kelahiran;
 hak anak atas pengasuhan berkelanjutan;
 hak anak memperoleh standar kehidupan yang layak;
 hak anak mendapatkan jaminan sosial;
 hak pendidikan;
 hak kesehatan;
 hak anak mengakses informasi yang layak;
 hak bermain, rekreasi, waktu luang dan kegiatan budaya;
 hak anak untuk berpandangan terhadap semua keputusan yang berdampak
pada kehidupannya, disesuaikan dengan umur dan kematangan anak
(maturity);
 peradilan pidana anak;
 peradilan perdata anak;
 hak-hak khusus bagi anak dengan disabilitas, seperti kebutuhan khusus
(special needs) dan perawatan khusus (special care) dan bukan
perlindungan khusus (special protection);
74
Bahan Bacaan Inti

 perlindungan anak dari segala bentuk kekerasan fisik, psikis, seksual dan
penelantaran;
 perlindungan anak dari penyiksaan (torture) atau perlakuan merendahkan
(degrading treatment) atau tidak manusiawi (inhuman) atau hukuman
badan (punishment);
 perlindungan anak dari eksploitasi ekonomi dan seksual;
 perlindungan anak dari eksploitasi bentuk lain, seperti kawin muda,
memanfaatkan anak sebagai objek penelitian, eksploitasi anak dalam
pemberitaan di media;
 perlindungan anak dari dampak buruk situasi emergensi seperti konflik
bersenjata, pengungsian;
Terdapat kaitan, serta persamaan dan perbedaan khas antara ruang lingkup hak-
hak anak dengan ruang lingkup perlindungan anak serta perlindungan khusus.

75
Bahan Bacaan Inti

BAB IV
KLASTER-KLASTER DALAM KHA

A. KLASTER I: LANGKAH-LANGKAH UMUM IMPELEMENTASI


1. KHA Pasal 4, Negara wajib mengambil langkah-langkah legislative,
administrative dan langkah lainnya.
2. KHA Pasal 42, Negara wajib mengambil langkah-langkah penyebaran
informasi (disseminasi) atas isi KHA secara utuh kepada semua
komponen masyarakat dan anak.
3. KHA Pasal 44, Negara wajib membuat laporan awal (initial report) dan
laporan berkala (periodic report) kepada Komite Hak-hak Anak PBB dan
laporan tersebut di-disseminasikan kepada semua komponen
masyarakat dan anak.
Langkah-langkah yang harus dilakukan Negara diantaranya:
a. Pemerintah melibatkan anak (sebagai salah satu upaya
meningkatkan partisipasi anak), dalam proses pembuatan laporan
KHA
b. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah membentuk jalur
koordinasi untuk keperluan konten atau isi (berkaitan dengan data
dan informasi situasi anak), untuk laporan yang akan di buat
c. Membentuk jalur koordinasi antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah untuk keperluan konten / isi laporan yang akan
dibuat tersebut
d. Laporan berkala diterjemahkan kedalam Bahasa daerah, kelompok
minoritas atau anak Komunitas Adat Terpencil (KAT)
e. Mambahas laporan tersebut di parlemen
f. Mendiskusikan laporan tersebut dengan perwakilan LSM
g. Melatih tim pembuat laporan tentang KHA dan instrumen
internasional terkait lainnya

76
Bahan Bacaan Inti

B. KLASTER II: DEFINISI ANAK


Pasal 1: Setiap orang yang berusia dibawah 18 th, KECUALI berdasarkan
undang-undang yang berlaku, bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa
dicapai lebih awal.
1. Pasal 1 berkaitan dengan beberapa pasal diantaranya:
a. Pasal 28 KHA, Batasan usia wajib belajar & gratis (bagi semua anak
tanpa memandang kaya dan miskin)
b. Pasal 37.a KHA, Tidak boleh ada hukuman mati atau hukuman
seumur hidup
c. Pasal 38 KHA, Tidak boleh ada rekrutmen angkatan Bersenjata atau
terlibat dalam permusuhan
d. Pasal 32 KHA, Negara menentukan: BATASAN USIA MINIMUM
ANAK boleh bekerja
e. Pasal 40.3.a KHA, Usia minimum anak dianggap tidak memiliki
kapasitas pelanggaran hukum pidana.
C. KLASTER III: PRINSIP-PRINSIP UMUM KHA
1. Pasal 2 Non Diskriminasi
2. Pasal 3 Kepentingan Terbaik Bagi Anak
3. Pasal 6 Hak Hidup, Kelangsungan Hidup dan Perkembangan
4. Pasal 12 Menghargai Pandangan Anak

A. Pasal 2: Non Diskriminasi


1. Prinsip non-diskriminasi dimasukkan sebagai prinsip yang
mengikat dalam UUD atau UU khusus untuk anak dan semua
dasar-dasar diskriminasi yang tercantum pasal 2 KHA tercermin
dalam ketentuan-ketentuan hukum tersebut.
2. Langkah-langkah yang diambil untuk menjamin agar diskriminasi
dicegah dan diperangi, baik secara hukum maupun dalam
prakteknya, termasuk diskriminasi atas dasar ras, warna kulit,
jenis kelamin, bahasa, agama, pandangan politik dan
pandangan-pandangan yang lain, suku bangsa, etnis, atau sosial,
harta milik, kecacatan, status kelahiran anak atau status lainnya,
serta status orang tua atau walinya, termasuk anak-anak yang
dalam komunitas minoritas dan penduduk asli, anak-anak
disabilitas, yang lahir diluar ikatan perkawinan, anak-anak tanpa

77
Bahan Bacaan Inti

kewarganegaraan, migran, pengungsi lokal, para pengungsi dan


pencari suaka yang tinggal dan/atau bekerja di jalanan.
3. Pengembangan data yang terpilah-pilah kedalam berbagai
kelompok anak-anak yang tersebut diatas.
B. Pasal 3: Kepentingan Terbaik bagi Anak
1. Tentang prinsip kepentingan terbaik anak dan perlunya
menjadikan prinsip ini sebagai bahan pertimbangan utama
dalam semua tindakan yang berkaitan dengan anak tercermin
dalam UUD dan UU serta peraturan yang ada.
2. Mengenai pertimbangan terhadap prinsip kepentingan terbaik
anak yang dilakukan oleh peradilan, badan administratif, dan
legislative, serta lembaga-lembaga kesejahteraan sosial negeri
ataupun swasta.
3. Mengenai kepentingan terbaik anak menjadi prioritas
pertimbangan yang utama dalam kehidupan keluarga,
kehidupan sekolah, dan kehidupan sosial serta dalam bidang-
bidang seperti:
 Adopsi;
 Prosedur imigrasi, pencari suaka dan pengungsi;
 Penempatan dan perawatan anak dalam lembaga
pengasuhan;
 Jaminan sosial.
4. Sesuai dengan pasal 3, ayat 3, untuk menetapkan standar yang
sesuai bagi lembaga pengasuhan / panti, pelayanan, dan fasilitas
publik maupun swasta yang bertanggungjawab atas
pengasuhan dan perlindungan anak dan untuk menjamin agar
sesuai dengan standar tersebut, khususnya dalam kaitannya
dengan keamanan, kesehatan, jumlah dan kelayakan staf serta
pengawasan atau supervisi dari yang berwenang.
C. Pasal 6: Hak Hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan
1. Langkah-langkah khusus untuk menjamin hak anak atas
kehidupan dan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif
untuk menjamin kelangsungan hidup dan perkembangan anak
semaksimum mungkin, termasuk perkembangan pisik, mental,
spritual, moral, psikis dan sosial, dengan cara yang sesuai

78
Bahan Bacaan Inti

dengan martabat manusia, dan untuk menyiapkan anak sebagai


individu yang hidup dalam masyarakat yang bebas.
2. Langkah-langkah yang diambil untuk menjamin pencatatan
kematian anak, penyebab kematian dan, penyelidikan dan
laporan tentang kematian tersebut serta tentang langkah-
langkah yang dimbil untuk mencegah bunuh diri anak dan
memonitor tingkat frekuensinya serta menjamin kelangsungan
hidup anak di semua usia, termasuk remaja, pencegahan risiko
yang secara khusus menjadikan kelompok anak tersebut rentan
(misalnya, penyakit menular seksual, kekerasan di jalanan).
3. Pengembangan data relevan yang sudah dikelompokan,
termasuk jumlah bunuh diri anak.
D. Pasal 12: Penghormatan Atas Pandangan Anak
1. Mengenai hak anak untuk mengungkapkan pandangannya
secara bebas dalam semua masalah yang mempengaruhinya,
dan ketentuan agar pandangan anak dipertimbangkan telah
dimasukkan dalam peraturan, dengan cara yang sesuai dengan
perkembangan kapasitasnya, termasuk dalam:
a. Kehidupan keluarga;
b. Kehidupan sekolah;
c. Pelaksanaan peradilan anak;
d. Penempatan dan kehidupan dalam bentuk-bentuk
pengasuhan kelembagaan dan bentuk-bentuk yang lain;
e. Prosedur pencarian suaka.
2. Meningkatkan kesadaran keluarga dan masyarakat secara
umum akan perlunya mendorong anak guna melaksanakan hak-
haknya untuk mengungkapkan pandangannya, dan untuk
melatih kelompok profesi yang berkerja bersama anak untuk
mendorong anak melakukan hal tersebut, serta
mempertimbangkan pandangan tersebut.
3. Mengenai kewajiban mengikuti pelatihan tentang hak-hak
anak dan perlindungan anak yang diberikan kepada staf-staf
sebagai berikut:
a. Hakim;
b. Petugas masa percobaan;
c. Petugas polisi;
d. Petugas penjara;
79
Bahan Bacaan Inti

e. Pekerja Sosial;
f. Psikolog;
g. Para guru;
h. Petugas kesehatan;
i. Kelompok profesi lainnya.

Catatan:

Mendengarkan, menghormati dan mempertimbangkan dengan sungguh-


sungguh pandangan anak yang berpengaruh terhadap kehidupannya
tidak identik dengan hak untuk menentukan nasib sendiri.

D. KLASTER IV: HAK SIPIL DAN KEBEBASAN


1. Pasal 7
Tentang Hak dicatat oleh Negara segera setelah lahir, Hak atas nama,
Hak atas kebangsaan, Hak untuk mengetahui, diasuh orang tuanya
(Aparat Negara secara aktif wajib mencatat segera setiap bayi yang
lahir di wilayah yurisdiksinya, sehingga tak satu pun kelahiran bayi
yang tidak dicatat oleh Negara).

2. Pasal 8
Tentang Identitas, Kewarganegaraan, Nama dan Hubungan keluarga
(hubungan darah / nasab), Hak untuk mendapatkan bantuan dan
perlindungan untuk memulihkan identitas anak (Jika identitas
tersebut direnggut)

3. Pasal 14
Tentang kemerdekaan berfikir, Hati nurani dan Agama, Restriksi
diatur dengan Undang-undang

4. Pasal 15
Tentang kebebasan berserikat, Berkumpul dengan damai, Restriksi
diatur dengan Undang-undang
5. Pasal 16
Tentang kehidupan privasi anak tidak boleh dicampuri secara tidak
sah, Hak perlindungan hukum atas privasinya atau serangan atas
privasinya tersebut

80
Bahan Bacaan Inti

6. Pasal 13
Tentang kebebasan berekspresi; Mencari; menerima; memberi
informasi dan gagasan baik lisan maupun tulisan; Restriksi diatur
denganUndang-undang

7. Pasal 17
Tentang mengakui peran penting mass media, Menjamin bahwa anak
dapat mengakses informasi, sumber-sumber nasional dan
internasional demi keuntungan, social budaya anak (sesuai pasal 29),
Kerjasama internasional, Memproduksi dan menyebarkan buku-buku
untuk anak, Mendorong media memperhatikan kebutuhan linguistik
anak-anak minoritas dan anak-anak suku terasing

8. Pasal 37.a
Tentang Negara wajib melindungi anak dari penyiksaan atau bentuk-
bentuk kekejaman lain, perlakuan Merendahkan martabat, Hukuman
tidak manusiawi, Hukuman mati, Hukuman seumur hidup

Kaitan antara pasal 7 KHA (Birth Registration) dan Pasal 6 KHA tentang Hak
Hidup, Kelangsungan Hidup dan Perkembangan.
Pasal 6 mewajibkan Negara mencatat kematian anak (death registration)
termasuk sebab-sebab kematian, prosedur investigasi atas sebab-sebab
kematian yang wajib diatur dalam perundang-undangan nasional.
Investigasi dimaksudkan untuk:
- Mengurangi kemungkinan upaya untuk menutup-nutupi atas
penyebab kematian anak yang sebenarnya;
- Apakah kematian anak tersebut disebabkan oleh kekerasan dan atau
penelantaran;
- Rekomendasi strategi pencegahan atas kematian anak.
Pasal 7 berkaitan dengan pasal 37 dan 40 mengenai Anak Yang Berkonflik
Dengan Hukum (Children In Conflict With The Law) khususnya mengenai
kematian anak yang dicabut kebebasannya (dalam tahanan dan atau
penjara).
Perundang-undangan nasional wajib mengatur tentang kewajiban Negara
membentuk tim Investigasi independen untuk melakukan investigasi
tentang sebab-sebab kematian anak dalam tahanan dan atau penjara.
Investigasi dimaksudkan untuk:
- Mencari penyebab kematian anak;

81
Bahan Bacaan Inti

- Apakah kematian tersebut disebabkan oleh kekerasan yang


dilakukan oleh pihak lain (polisi, sipir atau staff lain) atau yang
dilakukan oleh teman sekamar; atau,
- Apakah karena anak melakukan bunuh diri;
- Keluarga atau kerabat anak berhak mendapatkan laporan hasil
investigasi.
KHA menekankan bahwa, akta kelahiran dan akta kematian hanyalah
merupakan dampak dari pencatatan kelahiran dan pencatatan kematian
yang dilakukan oleh Negara secara bertanggungjawab.
Pencatatan kelahiran (Birth Registration) dan pencatatan kematian (Death
Registration) yang dilakukan dengan tata kelola yang tertib akan
menghasilkan data kependudukan yang selalu dapat dipercaya, akurat.
Hak dicatat oleh Negara segera setelah lahir bagi setiap kelahiran manusia
merupakan hak fundamental bagi setiap manusia, oleh karena itu, Negara
wajib menciptakan mekanisme pencatatan kelahiran yang secara aktif
dilakukan oleh aparat Negara, sehingga tak satu pun kelahiran bayi yang
tidak dicatat oleh Negara.
Pasal 7 dan 8 KHA berhubungan dengan isu atau pasal-pasal KHA di bawah
ini:
- Pasal 28: Pendidikan
- Pasal 24: Kesehatan
- Pasal 37.a: Anak yang berkonflik dengan hukum
- Pasal 32: Pencegahan eksploitasi ekonomi terhadap anak
- Pasal 35: Pencegahan perdagangan orang / trafiking
- Pasal 1 definisi anak: khususnya yang berkaitan dengan usia
pernikahan
- Pasal 26: Jaminan sosial
- Pasal 4: Hak EKOSOB termasuk hak politik yang diatur dengan
undang-undang
- Data kependudukan sebuah Negara

Pasal 13
Kebebasan berekspresi; Mencari, menerima, memberi informasi dan
gagasan, baik lisan maupun tulisan

Pasal 17
82
Bahan Bacaan Inti

Mengakui peran penting mass media; Menjamin bahwa anak dapat


mengakses informasi (Sumber-sumber nasional dan internasional demi
keuntungan sosial budaya anak (sesuai pasal 29)); Kerjasama
internasional; Memproduksi dan menyebarkan buku-buku untuk anak;
Mendorong media memperhatikan kebutuhan linguistik anak-anak
minoritas dan anak-anak suku terasing
Pasal 29 Tujuan Pendidikan
Pengembangan rasa hormat pada:
 Pengembangan rasa hormat terhadap HAM (Hak Asasi Manusia) serta
prinsip-prinsip yang tercantum dalam piagam PBB (Perserikatan
Bangsa-Bangsa)
 Pengembangan rasa hormat pada:
o Orangtua anak
o Identitas budaya
o Bahasa
o Nilai-nilai dan
o Tahapan peradaban yang berbeda
Serta pengembangan:
o Kepribadian
o Bakat
o Mental dan
o Fisik anak semaksimal mungkin
Indikator KLA Klaster I No 8:
Tersedia Fasilitas Informasi Layak Anak

83
Bahan Bacaan Inti

E. KLASTER V: LINGKUNGAN KELUARGA DAN PENGASUHAN ALTERNATIF


1. Pasal 5
Tentang bimbingan orang tua dan kapasitas anak yang selalu
berkembang.
Negara wajib menghormati tanggung jawab hak-hak dan tugas-tugas
orangtua atau keluarga yang lebih luas atau masyarakat atau wali yang
syah dalam membimbing anak. Orang tua bertanggungjawab
mengasuh dan melindungi anak. Mengasuh meliputi membesarkan,
membimbing, menuntun anak dengan penuh kasih sayang dan cinta.
Melindungi meliputi melindungi dari kekerasan, eksploitasi,
penelantaran terhadap anak
2. Pasal 18
Tentang tanggungjawab bersama orangtua dibantu oleh Negara.
3. Pasal 9
Tentang pemisahan anak dari orang tua
a. Negara harus menjamin (memiliki mekanisme yang jelas) tidak ada
pemisahan anak dengan orang tua mereka.
b. Pemisahan anak dengan orangtua hanya boleh dilakukan oleh
lembaga Negara yang berwenang melalui prosedur hukum yang
jelas dan dimungkinkan dilakukan reunifikasi keluarga.
c. Pemisahan anak dari orang tua hanya dimungkinkan jika demi
kepentingan terbaik bagi anak misalnya terjadinya kekerasan atau
penelantaran terhadap anak yang dilakukan oleh orang tua atau
karena orang tua hidup terpisah.
d. Pemisahan anak dari orangtua harus melibatkan semua pihak yang
berkepentingan untuk berpartisipasi di dalam membuat keputusan
dan memberikan pandangan perlu tidaknya pemisahan itu
dilakukan.
e. Negara harus menghormati (membuat prosedur yang jelas) hak
anak yang terpisah dari orang tuanya untuk melakukan hubungan
pribadi secara langsung kepada kedua orangtua, kecuali hal itu
bertentangan dengan kepentingan terbaik bagi anak.
f. Jika pemisahan tersebut diputuskan oleh Negara, misalnya dalam
hal orang tua dalam penahanan, pemenjaraan,
pembuangan/pengasingan, deportasi atau kematian maka salah
satu atau kedua orang tua, anak atau jika memungkinkan anggota

84
Bahan Bacaan Inti

keluarga lainnya mendapat informasi yang layak, kecuali hal itu


berpengaruh terhadap kesejahteraan anak.
4. Pasal 20
Anak yang tercabut dari lingkungan keluarganya
a. Negara wajib memberikan bantuan dan perlindungan khusus bagi
anak yang tercabut dari lingkungan keluarganya baik yang bersifat
sementara maupun permanen.
b. Negara wajib membuat UU nasional untuk mengatur pengasuhan
alternative, baik yang bersifat pengasuhan sementara, kafalah
dalam hukum Islam, adopsi atau jika diperlukan penempatan anak
dalam lembaga pengasuhan sebagai langkah terakhir.
c. Pelaksanaan pengasuhan alternative memperhatikan dan
mempertimbangkan latar belakang suku, agama, budaya dan
bahasa anak.
5. Pasal 11
Pengiriman gelap dan tidak kembalinya anak (terkatung-katung) di luar
negeri
a. Negara wajib mengambil langkah-langkah untuk memerangi
pengiriman gelap dan tidak kembalinya anak-anak di luar negeri.
b. Negara wajib melakukan kerjasama antar Negara, bilateral
maupun multilateral.
6. Pasal 10
Memasuki atau meninggalkan Negara untuk reunifikasi keluarga
a. Permohonan anak atau orang tua anak untuk memasuki atau
meninggalkan Negara untuk tujuan reunifikasi keluarga harus
diijinkan oleh Negara secara positif, manusiawi dan dilakukan
segera, serta Negara harus menjamin bahwa permohonan
tersebut tidak memiliki konsekuensi bagi anggota keluarga anak.
b. Anak yang Orang tuanya tinggal di Negara berbeda memiliki hak
untuk memelihara hubungan langsung dengan kedua orang
tersebut. Negara harus menghormati hak anak dan orang tuanya
untuk meninggalkan atau memasuki Negara. Larangan atau
pembatasan untuk meninggalkan Negara diatur dalam UU dan
hanya dimungkinkan untuk melindungi keamanan nasional,
ketertiban umum (public order), kesehatan atau moral, atau hak-
hak lain yang diakui dalam Konvensi.

85
Bahan Bacaan Inti

7. Pasal 21
Pengangkatan anak
Negara memiliki undang-undang tentang pengangkatan anak sebagai
bagian dari pengasuhan anak:
Menjamin pelaksanaan adopsi baik domestik, antar Negara maupun
“customary” (menurut kebiasaan setempat baik pengangkatan yang
dilakukan oleh kerabat maupun oleh masyarakat sekitarnya)
berdasarkan pada:
a. Kepentingan terbaik bagi anak merupakan pertimbangan yang
utama / tertinggi
b. Pengangkatan anak hanya dapat dilakukan oleh lembaga yang
berkompenten (pengadilan)
c. pandangan anak anak yang akan diadopsi dipertimbangkan dengan
sungguh-sungguh disesuaikan dengan umur dan tingkat
kematangan anak
d. memperhatikan hak anak untuk mengetahui dan diasuh oleh
orangtua
e. hak anak atas identitas dipertahankan, serta memperhatikan latar
belakang anak seperti etnik, agama, budaya dan linguistic anak
f. pengadilan telah meyakini berdasarkan pada informasi yang
diperoleh tentang:
1. Mendapat persetujuan dari orangtua dan atau kerabat dan
atau wali ?
2. Telah dilakukan konseling kepada orangtua dan atau kerabat
dan atau wali tentang konsekuensi adopsi ?
g. anak memiliki hak veto dalam proses adopsi
h. Persetujuan anak berdasarkan umur tertentu dan tingkat
kematangan anak
i. anak adopsi dimonitor secara berkala dan dilakukan tinjauan ulang
oleh pengadilan atau oleh lembaga Negara di bidang pelayanan
sosial
j. adopsi antar Negara hanya diijinkan jika tidak terdapat calon
orangtua angkat di dalam negeri
k. anak yang dilibatkan dalam adopsi antar negara menikmati standar
kesejahteraan yang sama di Negara baru, dan diatur di dalam
legislasi Negara tersebut
l. Negara menjamin bahwa anak yang diadopsi antar negara diberi
kemudahan untuk memasuki atau meninggalkan Negara

86
Bahan Bacaan Inti

m. kantor imigrasi di perbatasan antar Negara melakukan monitoring


terhadap bayi-bayi dan anak-anak yang melakukan perjalanan
dengan orang dewasa yang bukan orangtua mereka
n. Undang-undang mengatur tentang larangan adopsi antar Negara
untuk tujuan mencari keuntungan atau uang
8. Pasal 25
Hak anak mendapatkan tinjauan berkala (periodic review), atas
kondisinya di dalam pengasuhan alternative
9. Pasal 27
Hak anak atas standar hidup yang layak (pengembangan fisik, spiritual,
moral, mental dan sosial)
10. Pasal 19
a. Negara wajib melindungi anak dari semua bentuk kekerasan fisik
atau mental, perlukaan atau perlakuan salah, penelantaran atau
perlakuan menterlantarkan, atau eksploitasi, termasuk kekerasan
seksual (pelecehan seksual, perkosaan, incest dan sodomi) dalam
pengasuhan (para) orang tua, wali hukum atau orang lain yang
mengasuh anak.
b. Kewajiban Negara tersebut dilakukan dengan cara mengambil
langkah-langkah legislatif, administratif, sosial dan pendidikan
yang tepat untuk melindungi anak.
11. Pasal 39
Rehabilitasi anak korban.
a. Negara wajib mengambil langkah-langkah yang layak untuk
meningkatkan pemulihan fisik dan psikis dan reintegrasi sosial bagi
anak-anak korban: penelantaran, eksploitasi atau perlakuan salah,
penyiksaan atau bentuk-bentuk kekejaman lainnya, tidak
manusiawi atau perlakuan merendahkan (martabat) atau
hukuman atau korban konflik bersenjata.
b. Pemulihan dan reintegrasi tersebut harus dilakukan dalam kondisi
lingkungan dan kesehatan yang menghargai, menghormati harga
diri dan martabat anak.
c. Pasal 39 berkaitan dengan Anak Korban, lihat box:
Berikut Anak Korban yang berhak atas rehabilitasi:
1. Pasal 19: Anak Korban kekerasan fisik atau mental, perlukaan
atau perlakuan salah, penelantaran atau perlakuan
menterlantarkan, atau eksploitasi, termasuk kekerasan seksual
87
Bahan Bacaan Inti

(pelecehan seksual, perkosaan, incest dan sodomi). Pasal 22:


Pengungsi anak (antar Negara)
2. Pasal 32: Anak Korban eksploitasi ekonomi
3. Pasal 33: Anak Korban, dieksploitasi sebagai pengguna dan
dieksploitasi sebagai pengedar narkoba
4. Pasal 34: Anak Korban eksploitasi seksual (anak yang dilacurkan)
dan kekerasan seksual (pelecehan seksual, perkosaan, incest
dan sodomi)
5. Pasal 35: Anak Korban penjualan (Sale), penculikan (Abduction)
dan Perdagangan (Trafficking)
6. Pasal 36: Anak Korban bentuk-bentuk eksploitasi lainnya
(Pemaksaan bakat anak, Eksploitasi oleh media, Eksploitasi anak
untuk penelitian atau eksperimen dan eksploitasi anak
disabilitas untuk penelitian dan eksperimen)
7. Pasal 37.a: Anak Korban penyiksaan atau bentuk kekejaman
lainnya atau perlakuan merendahkan martabat atau tidak
manusiawi atau hukuman badan
8. Pasal 38: Anak Korban situasi konflik bersenjata

88
Bahan Bacaan Inti

F. KLASTER VI: KESEHATAN DASAR DAN KESEJAHTERAAN


1. Pasal 23
Tentang hak anak dengan disabilitas (Right of Disable Children)
Negara mengakui Hak-hak anak Cacat untuk menikmati secara penuh
kehidupannya: Martabat, Meningkatkan rasa percaya diri, Partisipasi
aktif di dalam masyarakat; Hak anak cacat atas perawatan khusus;
Menjamin tersedianya kebutuhan khusus anak cacat: Gratis,
Pendidikan, Pelatihan, Pelayanan, kesehatan, Pelayanan rehabilitasi,
Persiapan kerja, Kesempatan rekreasi, Kerjasama internasional
2. Pasal 24
Tentang hak anak atas kesehatan dan layanan kesehatan (Child’s Right
to Health and Health Service)
Hak anak untuk menikmati standard kesehatan yang tertinggi;
Menjamin akses kesehatan tidak tercabut; Implementasi sepenuhnya
atas hak ini khususnya: Mengurangi angka kematian bayi dan anak,
Menjamin bantuan medis dan kesehatan/Primary Health Care,
Memerangi penyakit dan malnutrisi, menjamin perawatan kesehatan
bagi para ibu ketika sebelum dan sesudah melahirkan, Menjamin
pendidikan kesehatan: Preventif, Bimbingan dan Pelayanan KB dan
orangtua, Kerjasama internasional
3. Pasal 6 (2)
Tentang hak hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan anak
semaksimum mungkin (child’s right to life and maximum survival and
development) Negara menjamin kelangsungan hidup dan
perkembangan anak semaksimum mungkin
4. Pasal 18 (3)
Tentang tanggungjawab orangtua dibantu oleh Negara (Parent’s Joint
Responsibilities, Assisted by the State)
 Orangtua/Wali bertanggung jawab membesarkan dan
mengembangkan anak
 Negara memberi bantuan kepada orangtua/wali yang syah
 Menjamin anak (orangtua yangbekerja) berhak memperoleh
manfaat dan jasa pemeliharaan anak

89
Bahan Bacaan Inti

5. Pasal 27 (1-3)
Tentang hak anak atas standard hidup yang layak (Child’s Right to an
Adequate Standard of Living)
 Mengakui hak anak atas standard kehidupan yang layak bagi
perkembangannya meliputi: fisik,mental, spiritual, moral dan sosial
anak
 Negara harus mengambil langkah-langkah untuk membantu
orangtua dalam mengimplementasikan kebutuhan Gizi, Pakaian dan
Perumahan
6. Pasal 26
Tentang hak anak atas jaminan sosial (Child’s Right to Benefit from
Social Security)
Mengakui hak anak atas jaminan social termasuk asuransi social;
melaksanakan realisasi penuh atas hak ini

G. KLASTER VII: PENDIDIKAN, WAKTU LUANG, BUDAYA DAN REKREASI


1. Pasal 28
Tentang hak anak atas pendidikan (Child’s Rights to Education) Negara
menjadmin hak anak atas pendidikan
a. Mewajibkan pendidikan dasar dan gratis
b. Mendorong pendidikan menengah umum dan kejuruan serta
mempermudah akses bagi setiap anak
c. Mempermudah akses ke pendidikan yang lebih tinggi dengan
penyediaan fasilitas yang memadai
d. Menyediakan informasi dan panduan tentang pendidikan
e. Mengambil langkah-langkah untuk mendorong kehadiran di
sekolah dan penurunan tingkat putus sekolah
f. Mengambil langkah agar penegakan disiplin di sekolah
dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan martabat anak dan
KHA
g. Kerjasama internasional dibidang pendidikan

90
Bahan Bacaan Inti

2. Pasal 29
Tentang Tujuan Pendidikan (The Aims of Education)
3. Negara peserta menyepakati bahwa pendidikan anak diarahkan:
a. Pengembangan yang terdiri dari:
o Kepribadian
o Bakat
o Mental dan
o Fisik anak semaksimal mungkin
b. Pengembangan rasa hormat terhadap HAM (Hak Asasi
Manusia) serta prinsip-prinsip yang tercantum dalam piagam
PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)
c. Pengembangan rasa hormat pada:
o Orangtua anak
o Identitas budaya
o Bahasa
o Nilai-nilai dan
o Tahapan peradaban yang berbeda
d. Persiapan anak untuk hidup secara bertanggung jawab dalam
masyarakat yang bebas
e. Pengembangan rasa hormat terhadap lingkungan alam
4. Memberi kebebasan kepada individu atau lembaga dalam
mengarahkan atau mengembangkan Institusi Pendidikan sepanjang
tidak bertentangan dengan pasal ini, serta standard minimum yang
ditetapkan oleh Negara
3. Pasal 31
Tentang hak anak atas waktu luang, rekreasi dan budaya (Child’s Right
to Leisure, Recreation and Culture)
Negara mengakui hak anak atas:
a. Waktu luang dan istirahat
b. Mengahargai dan meningkatkan hak anak untuk berpartisipasi
secara penuh dalam: Dunia seni, Budaya, Rekreasi dan Waktu
luang

91
Bahan Bacaan Inti

H. KLASTER VIII: LANGKAH-LANGKAH PERLINDUNGAN KHUSUS


1. Bagian A: Anak Dalam Situasi Darurat
a. Pasal 22 tentang pengungsi anak (Refugee Children)
 Negara wajib mengambil langkah-langkah untuk menjamin
anak yang mencari status pengungsi mendapat perlindungan
yang layak dan bantuan kemanusiaan
 Kerjasama dengan PBB dan lembaga internasional yang
kompeten atau LSM untuk melindungi dan membantu anak
dalam mencari orangtuanya atau anggota keluarga lainnya
 Melakukan perlindungan terhadap anak yang terpisah dari
orangtuanya seperti yang diperoleh oleh anak yang masih
bersama orangtuanya
b. Pasal 38 tentang perlindungan anak dari situasi konflik bersenjata
Protection of children affected by Armed Conflict
Negara menghargai dan menjamin penghormatan atas hukum
humaniter internasional untuk: menjamin anak di bawah 15
tahun tidak terlibat dalam permusuhan, tidak merekrut anak di
bawah 15 tahun dalam angkatan perang, memprioritaskan anak
yang lebih tua (antara 15 – 18 tahun) ke dalam dinas militer dan
mengambil langkah untuk menjamin perlindungan dan
perawatan bagi anak-anak yang diakibatkan oleh konflik
bersenjata
2. Bagian B: Anak yang berkonflik dengan hukum
1. Pasal 37
Tentang kekerasan, perlakuan yang merendahkan dan
pencabutan atas kebebasan (Torture, Degrading Treatment And
Deprivation of Liberty) Pasal ini memberikan hak perlindungan
kepada anak dari: penyiksaan atau bentuk kekejaman lain,
perlakuan merendahkan martabat atau tidak manusiawi,
Hukuman mati, Hukuman seumur hidup tanpa kemungkinan
untuk bebas dan Perampasan atas hak secara tidak sah ataupun
sewenang-wenang.

92
Bahan Bacaan Inti

2. Pasal 39
Tentang rehabilitasi Anak Korban (Rehabilitation of Child Victims)
Pasal ini menuntut Negara mengambil langkah-langkah untuk
membantu anak-anak yang menjadi korban segala bentuk
Kekerasan, Penelantaran, Eksploitasi dan Perlakuan salah serta
rehabilitasi bagi anak-anak korban eksploitasi ekonomi,
dieksploitasi sebagai pengguna dan pengedar narkoba, eksploitasi
seksual dan kekerasan seksual, penjualan dan trafiking dan
eksploitasi sosial (nikah usia dini).
3. Pasal 40
Tentang system peradilan anak (Administration of Juvenile justice)
Negara mengakui hak anak yang disangka, dituduh atau diakui
telah melanggar hukum diperlakukan dengan cara yang sesuai
dengan peningkatan martabat dan nilai anak yang memperkuat
penghargaan anak pada hak-hak asasi manusia
Negara menjamin setiap anak yang disangka atau dituduh telah
melakukan pidana setidaknya mendapat jaminan sebagai berikut:
 Dianggap tidak bersalah sampai terbukti bersalah menurut
hukum
 Diberitahu segera atas tuduhannya termasuk kepada orangtua
atau walinya
 Mendapat bantuan hukum dan bantuan lainnya ditangani oleh
pihak yang berkompeten dan independen
 Tidak dipaksa memberi kesaksian atau mengakui bersalah;
untuk memeriksa saksi yang memberatkan serta mendapatkan
partisipasi dan pemeriksaan saksi atas namanya dengan
memakai prinsip persamaan
 Berhak atas kasasi
 Mendapat bantuan interpreter gratis
 Privasinya sepenuhnya dihormati

93
Bahan Bacaan Inti

3. Bagian C: Anak Dalam Situasi Eksploitasi


a. Pasal 32
Tentang pekerja anak (Child Labour):
Negara wajib melindungi anak dari eksploitasi ekonomi dan dari
pekerjaan yang:
 Berbahaya
 Mengganggu pendidikan anak, atau
 Merugikan kesehatan anak maupun perkembangan: Fisik,
Mental, Spiritual, Moral atau Sosial
Negara wajib mengambil langkah Legislatif, Administratif, Sosial
dan pendidikan, untuk menjamin pelaksanaan dan secara khusus
memberikan:
 Batas usia atau serangkaian batas usia minimum yang
memberikan ketentuan perijinan untuk bekerja
 Peraturan yang sesuai mengenai jam kerja dan kondisi
pekerjaan
 Hukuman atau sangsi yang sesuai untuk menjamin
keberhasilan pelaksanaan pasal ini
b. Pasal 33
Tentang Children and Drug Abuse
Negara wajib mengambil semua langkah untuk:
 Melindungi anak dari penggunaan obat-obatan jenis Narkotika
dan Zat-zat psikotropika
 Mencegah penggunaan anak-anak dalam produksi dan
pengiriman illegal dari zat-zat ini
Perjanjian-perjanjian Internasional telah mengidentifikasi sekuruh
obat bius dan zat-zat yang membutuhkan pengawasan, dalam
pengelompokan yang masih luas berikut ini:
 Opium, morfin dan alkaloid opium serta morfin sintetis
(misalnya heroin)
 Daun koka serta kokain
 Produk Cannabis (mariyuana)
Obat-obatan psikotropika/ psikoaktif yang biasa menimbul-kan
ketergantungan atau penyalahgunaan yang bisa menciptakan
masalah-masalah sosial dan kesehatan masyarakat yang
94
Bahan Bacaan Inti

membutuhkan kontrol Internasional (obat penenang seperti


barbiturat, stimulan seperti amfetamin dan halusinogen seperti
LSD

c. Pasal 34
Tentang eksploitasi seksual anak (Sexual Exploitation of Children)
Mewajibkan Negara melakukan perlindungan bagi anak dari
segala bentuk eksploitasi maupun kekerasan seksual (perkosaan,
pelecehan dan incest), dengan melakukan langkah-langkah
kerjasama Nasional, Bilateral, Multilateral

Untuk melindungi anak dari tiga bentuk khusus (dan sering


berkaitan), yakni:
 Bujukan (inducement) atau paksaan (coercion) terhadap anak
untuk melakukan kegiatan seksual yang tidak sah
 Eksploitasi anak dalam pelacuran atau praktek seksual lainnya
yang tidak sah
 Eksploitasi anak dalam pertunjukan serta segala bentuk
pornografi
d. Pasal 35
Tentang pencegahan dari penculikan, penjualan dan trafiking
(Preventation of Abduction, Sale and Trafficking)
Pasal 35 bertindak sebagai perlindungan sempurna bagi anak-
anak yang beresiko terhadap penculikan, penjualan, dan
trafficking anak untuk tujuan apapun dan dalam bentuk apapun
e. Pasal 36
Tentang perlindungan dari segala bentuk eksploitasi lainnya
(Protection from Other Form of Exploitation)
Negara melindungi anak dari segala bentuk eksploitasi lainnya,
seperti: Eksploitasi Media, Eksploitasi oleh para peneliti,
Eksploitasi Sosial
f. Pasal 30
Tentang anak dari minoritas dan penduduk asli (Children of
Minoritiesor of Indigenous People)
Negara menjamin hak anak anak dari kelompok minoritas dan
terasing atas Budaya sendiri, Keyakinannya dan Bahasanya

95
Bahan Bacaan Inti

BAB V
INSTRUMEN / HUKUM NASIONAL YANG MENGATUR TENTANG HAK-HAK
ANAK DAN PERLINDUNGAN ANAK ATAU YANG MENGANDUNG
KEPENTINGAN HAK-HAK ANAK DAN PERLINDUNGAN ANAK

1. UU No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan


2. UU No 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak
3. UU No 4 Tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat
4. UU No 9 Tahun 1992 Tentang Imigrasi
5. UU No 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
6. UU No 39 Tahun 1999 Tentang HAM
7. UU No 40 Tahun 1999 Tentang PERS
8. UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
9. UU No 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS
10. UU No 23 Tahun 2004 Tentang PKDRT
11. UU No 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia (apakah
mengatur batas minimum usia diperbolehkan menjadi anggota TNI dan
apakah mengatur tentang pencegahan anak terlibat dalam
permusuhan/hostility?)
12. UU No 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
13. UU No 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan
14. UU No 21 Tahun 2007 Tentang PTPPO
15. UU 24 tahun 2007 Penanggulangan Bencana
16. UU No 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan
17. UU No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
18. UU No 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi
19. No 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial
20. UU No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
21. UU No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
22. UU No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
23. UU No 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga
24. UU No 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya
25. UU No 19 Tahun 2011 Tentang Pengesahan Convention on The Rights of
Persons With Disabilities / CRPD (Konvensi Mengenai Hak-hak Penyandang
Disabilitas)

96
Bahan Bacaan Inti

26. UU No 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial


(BPJS)
27. UU 9 Tahun 2012 Tentang Pengesahan Optional Protocol To The
Convention On The Rights Of The Child On The Involvement Of Children In
Armed Conflict (Protokol Opsional Konvensi Hak-hak Anak Mengenai
Keterlibatan Anak Dalam Konflik Bersenjata)
28. UU No 10 Tahun 2012 Tentang Pengesahan OptionaL Protocol To The
Convention On The Rights Of The Child On The Sale Of Children, Child
Prostitution And Child Pornography (Protokol Opsional Konvensi Hak-hak
Anak Mengenai Penjualan Anak, Prostitusi Anak, Dan Pornografi Anak)
29. UU No 11 tahun 2012 Tentang SPPA
30. UU No 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi
31. UU No 24 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas UU No 23 Tahun 2006
Tentang ADMINDUK
32. UU No 31 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 13
Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban
33. UU No 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas UU No 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak

97

Anda mungkin juga menyukai