Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mikroorganisme sangat erat kaitanya dengan kehidupan kita, ada beberapa diantaranya
bermanfaat dan ada pula yang merugikan. Mikroorganisme terdapat dimana-mana
didalam lingkungan kita, mereka ada pada tubuh kita, di dalam tubuh kita dan di
sekeliling kita, contohnya pada air (Dwidjoseputro, 2005).

Air merupakan komponen esensial bagi kehidupan jasad hidup. Akan tetapi air juga
merupakan suatu substansia yang membawa malapetaka, karena air, antara lain bakteri,
jamur, mikroalga, protozoa, dan virus (Dwidjoseputro, 2005).

Populasi mikroba di alam sekitar kita sangat besar dan sangat komplek. Beratus-beratus
spesies berbagai mikroba biasanya menghuni bermacam-macam bagian tubuh kita,
termasuk mulut, saluran pencernaan dan kulit. Sebagai contoh, sekali bersin dapat
menyebarkan beribu-ribu mikroorganisme (Pelczar, 1986).

Bakteri tersebar sangat luas baik ditanah, air dan udara, bila hendak mengisolasi bakteri
dari tanah/benda padat yang mudah tersuspensi atau terlarut, atau zat cair lain, maka
dilakukan serangkaian pengenceran (dilution series) terhadap zat tersebut. Sumber isolat
dari bakteri benda yang liat atau padat, misalnya daging maka zat tersebut dihancurkan
terlebih dahulu. Tehadap bakteri yang hanya terdapat dipermukaan maka pengenceran
dilakukan terhadap air tempat zat tersebut dicelupkan/direndam. Dan jika bakteri
hendak diisolasi dari udara, cukup dengan membuka cawan petri yang berisi media agar
steril beberapa saat. Di dalam laboratorium mikrobiologi, populasi bakteri ini dapat
diisolasi menjadi kultur murni yang terdiri dari satu jenis yang dapat dipelajari
morfologi, sifat dan kemampuan biokimiawinya.
Isolasi merupakan cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari
lingkungan, sehingga diperoleh kultur murni atau biakkan murni. Kultur murni ialah
kultur yang sel-sel mikrobanya berasal dari pembelahan dari satu sel tunggal. Beberapa
cara yang dilakukan untuk mengisolasi mikrooraganisme antara cara goresan (streak
plate), cara taburan/tuang (pour plate), cara sebar (spread plate), cara pengenceran
(dilution plate) serta micromanipulator (Pelczar, 1986).

Oleh karena itu yang melatar belakangi percobaan ini dilakukan agar praktikan dapat
melakukan proses isolasi mikroba dan dapat melakukan identifikasi dasar terhadap
mikroba.

1.2 Tujuan Percobaan

a. Mengetahui metode-metode yang digunakan dalam isolasi dan identifikasi dasar


b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi isolasi dan identifikasi dasar
c. Dapat mengidentifikasi bentuk, ukuran, elevasi, dan margin mikroba dari sampel
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Populasi mikroorganisme yang ada dialam sekitar kita ini sangatlah besar dan cukup
kompleks. Beratus spesies mikroba menguasai setiap bagian tubuh kita. Mereka terdapat
dalam jumlah yang cukup besar. Sebagai contoh, suatu gram tinja dapat mengandung
jutaan bakteri. Alam sekitar kita, baik itu tanah, air maupun udara juga dihuni oleh
kumpulan mikroorganisme. Penelitian yang layak menganai mikroorganisme dalam
berbagai habitat ini memerlukan teknik unuk memisahkan populasi campuran yang
rumit ini, atau yang biasanya dikenal dengan istilah biakan murni. Biakan murni ini
terdiri dari satu populasi sel yang semuanya barasal dari suatu sel induk (Pelczar, 1986).

Jika kita pertama kali mengadakan piaraan biasanya yang kita peroleh itu suatu piaraan
campuran. Misalnya kita ambil bahan sampel dari udara, dari tanah, dari kotoran. Jika
bahan itu disebarkan pada medium steril, akan tumbuh beraneka koloni yang masing-
masing mempunyai sifat-sifat khas. Jika kita mengambil bahan dari suatu koloni
tersebut, kemudian bahan itu kita tanam pada medium baru yang steril, maka bahan itu
akan tumbuh menjadi koloni yang murni, asalkan pemindahan itu dilakukan dengan
cermat menurut teknik aseptik, yaitu menggunakan alat-alat yang steril dan aturan
laboratorium tertentu (Dwidjoseputro, 2005).

Pemindahan bakteri dari medium lama ke medium yang baru atau dikenal dengan istilah
inokulasi bakteri ini memerlukan banyak ketelitian. Terlebih dahulu kita harus
mengusahakan agar semua alat-alat yang akan digunakan untuk pengerjaan medium dan
pengenceran inokulasi benar-benar steril. Hal ini untuk menghindari terjadinya
kontaminasi, yaitu masuknya mikroba lain yang tidak diinginkan sehingga biakan yang
tumbuh didalam medium adalah benar-benar biakan murni (Dwidjoseputro, 2005).

Dalam keadaan yang sebenarnya dapat dikatakan bahwa tidak ada bakteri yang hidup
secara tersendiri terlepas dari spesies yang lainnya. Kerap kali bakteri patogen
kedapatan bersama-sama dengan bakteri saproba. Untuk menyendirikan suatu spesies
dikenal dengan beberapa cara, yaitu:
1. Pengenceran
Cara ini pertama kali dilakukan oleh Lister pada tahun 1865. Ia berhasil memelihara
Streptococcus Laktis dalam piaraan murni yang diisolasi dalam sempel susu yang
sudah masam. Suatu sempel dari suatu supensi yang berupa campuran bermacam-
macam spesies diencerkan dalam suatu tabung yang tersendiri. Dari hasil
pengenceran ini kemudian diambil kira-kira 1 ml untuk diencerkan lebih lanjut. Jika
dari pengenceran yang ketiga ini diambil 0,1 ml untuk disebarkan pada suatu
medium padat, kemungkinan besar akan didapatkan beberapa koloni yang akan
tumbuh dalam medium tersebut, akan tetapi mungkin juga hanya akan memperoleh
satu koloni saja. Dalam hal yang demikian ini dapat dijadikan piaraan murni. Jika
belum yakin, bahwa koloni tunggal yang diperoleh tersebut merupakan koloni yang
murni, maka dapat mengulang pengenceran dengan menggunakan koloni sebagai
sampel.
2. Penuangan
Robert Koch (1843-1905) mempunyai metode lain, yaitu dengan mangambil sedikit
sampel campuran bakteri yang mudah diencerkan dan sampel ini kemudian
disebarkan didalam suatu medium yang terbuat dari kaldu dan gelatin encer. Dengan
demikian akan diperoleh suatu piaraan adukan. Setelah medium tersebut mengental
maka selang beberapa jam kemudian nampaklah koloni-koloni yang masing-masing
dapat dianggap murni. Dengan mengulang pekerjaan diatas maka akhirnya akan
diperoleh piaraan murni yang lebih terjamin
(Dwidjoseputro, 2005).

Ada beberapa metode yang biasanya dilakukan untuk menanam biakan didalam medium
diantaranya adalah:
1. Metode Cawan Gores
Metode ini memiliki dua keuntungan yaitu menghemat bahan dan waktu, namun
untuk memperoleh hasil yang baik diperlukan keterampilan yang lumayan yang
biasanya diperoleh dari pengalaman. Metode cawan gores yang dilakukan dengan
baik kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya mikroorganisme yang diinginkan.
Dua macam kesalahan yang umum dilakukan adalah tidak memanfaatkan
permukaan medium dengan sebaik-baiknya untuk digores sehingga pengenceran
mikroorganisme menjad kurang larut dan cenderung untuk menggunakan inokolum
terlalu banyak sehingga menyulitkan pemisahan sel-sel yang digores.
2. Metode Cawan Tuang
Cara lain untuk memperoleh biakan koloni murni dari populasi campuran
mikroorganisme ialah dengan mengencerkan eksperimen dalam medium agar yang
telah dicairkan dan didinginkan yang kemudian dicawankan. Karena konsentrasi sel-
sel mikroba didalam eksperimen pada umumnya tidak diketahui sebelumnya, maka
pengenceran perlu dilakukan beberapa tahap sehingga sekurang-kurangnya satu
diatara cawan-cawan tersebut mengandung koloni-koloni terpisah diatas permukaan
maupun didalam agar. Metode ini memboroskan waktu dan bahan namun tidak
memerlukan keterampilan yang terlalu tinggi
(Maulida, 2012).

Proses pemisahan/pemurnian dari mikroorganisme lain perlu dilakukan karena semua


pekerjaan mikrobiologi, misalnya telaah dan identifikasi mikroorganisme, memerlukan
suatu populasi yang hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme saja. Teknik tersebut
dikenal dengan isolasi mikroba. Terdapat berbagai cara mengisolasi mikroba, yaitu:
1. Isolasi Pada Cawan Agar
Prinsip metode isolasi pada agar cawan adalah mengencerkan mikroorganisme
sehingga diperoleh individu spesies yang dapat dipisahkan dari mikroorganisme
lain. Setiap koloni yang terpisah yang tampak pada cawan tersebut seletah inkubasi
berasal dari atu sel tunggal. Terdapat beberapa cara dalam metode isolasi pada
cawan agar, yaitu metode gores kuadrat dan metode agar cawan tuang. Metode
gores kuadrat bila metode ini dilakukan dengan baik akan menghasilkan
terisolasinya mikroorganisme dimana setiap koloni baresal dari satu sel. Metode
agar tuang berbeda dengan metode gores kuadrat, cawan tuang menggunakan
medium agar yang dicairkan dan didinginkan 50oC, yang kemudian dicawankan.
Pengenceran tetap perlu dilakukan sehingga pada cawan yang terakhir mengandung
koloni-koloni yang terpisah diatas permukaan/didalam cawan.
2. Isolasi Pada Medium Cair
Metode ini dilakukan bila mikroorganisme tidak dapat tumbuh pada agar cawan
(medium padat), tepapi hanya dapat tumbuh pada kultur cair. Metode ini juga perlu
dilakukan pengenceran dengan beberapa serial pengenceran. Semakin tinggi
pengenceran, peluang untuk mendapatkan satu sel semakin besar.
3. Isolasi Sel Tunggal
Metode ini dilakukan untuk mengisolasi sel mikroorganisme berukuran besar yang
tidak dapat diisolasi dengan metode cawan/medium cair. Sel mikroorganisme dilihat
dengan menggunakan perbesaran sekitar 100 kali. Kemudian sel tersebut dipisahkan
dengan menggunakan pipet kapiler yang sangat halus ataupun mikromanipulator
yang dilakukan secara aseptis.
(Tri, 2012).

Penetapan jumlah bakteri dalam suatu populasi mungkin saja akan hambatan. Hal ini
karena tidak semua sel yang ada didalam suatu biakan itu mampu untuk hidup secara
terus menerus. Jadi dalam perhitungan ini maka yang dianggap sebagai sel hidup adalah
sel yang membentuk koloni didalam medium biakan atau dapat juga digunakan bakteri
yang mampu membentuk suspensi didalam medium biakan. Sel-sel yang mampu hidup
terus adalah yang dihitung dengan berbagai metode untuk menetapkan jumlah selnya.
Pada jumlah total sel, maka ikut dihitung semua sel yang tampak atau yang dapat
dihitung dengan cara yang lainnya, sehingga dengan demikian sel-sel mati dan cacat
akan ikut terhitung. Untuk menentukan jumlah bakteri yang ada didalam suatu medium
maka apat digunakan beberapa cara sebagai berikut:
1. Jumlah bakteri secara keseluruhan. Pada cara ini dihitung semua bakteri yang ada
didalam suatu medium biakan baik yang hidup maupun yang mati.
2. Jumlah bakteri yang hidup. Cara ini menggambarkan jumlah sel yng hidup saja
sehingga lebih tepat jika dibandingkan dengan cara yang petama.

Pada metode perhitungan cawan dilakukan pengenceran yang bertingkat yang mana
ditujukan untuk membentuk konsentrasi dari suatu suspense bakteri. Sampel yang telah
diencerkan ini dihitung kedalam cawan baru kemudian dituang ke mediumnya.
Kemudian setelah diinkubasi selama 24 - 48 jam, diamati koloni-koloni yang tumbuh.
Adapun prinsip dari metode cawan ini adalah jika sel jasad renik yang masih hidup
ditumbuhkan pada suatu medium agar, maka sel jasad renik tersebut akan berkembang
biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung dengan mata
tanpa menggunakan alat bantu seperti mikroskop dan sebagainya. Metode hitung cawan
ini merupakan cara yang paling sensitif untuk menentukan jumlah jasad renik karena
beberapa hal yaitu:
1. Hanya sel yang masih hidup yang dihitung.
2. Beberapa jasad renik dapat dihitung sekaligus.
3. Dapat digunakan untuk mengisolasi dan identifikasi jasad renik kerena koloni yang
terbentuk mungkin berasal dari suatu jasad renik yang mempunyai penampakan
yang spesifik.

Berikut ini beberapa sifat-sifat koloni pada agar lempeng mengenai bentuk, permukaan
dan tepi yaitu:
1. Bentuk koloni dilukiskan sebagai titik-titik, bulat, berbenang, tak teratur seruapa
akar dan serupa kumparan.
2. Permukaan koloni dapat datar, timbul mendatar, timbul melengkung, timbil
mencembung, timbul membukit dan timbul berkawah.
3. Tepi koloni ada yang utuh, ada yang berombak, ada yang berbelah-belah, ada yang
berigi, ada yang berbenang-benang dan ada yang keriting .
(Maulida, 2012).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 15 April 2013 pukul 16.00 18.00
WITA dan pengamatan yang dilakukan hari Rabu 17 April 2013 pukul 11.00 13.00
WITA di Laboratorium Rekayasa Lingkungan bertempat di Fakultas Teknik Universitas
Mulawarman Samarinda.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat-alat:
1. Labu Erlenmeyer
2. Tabung reaksi
3. Pipet tetes
4. Neraca Analitik
5. Spatula
6. Lampu bunsen
7. Gelas kimia
8. Mikropipet
9. Cawan petri
10. Pipet volum
11. Rak tabung
12. Kawat ose
13. Inkubator
14. Yellow tip
15. Hot plate
3.2.2 Bahan-bahan:
1. Aquades
2. Es doger
3. Roti berjamur
4. Alkohol 95%
5. Nutrient Agar
6. Potato Dextrose Agar
7. NaCl 0,9%
8. Kertas label
9. Sabun pencuci
10. Aluminium foil
11. Air bersih

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Isolasi pada media Nutrient Agar


1. Dicuci bersih tangan praktikan menggunakan sabun dan dibersihkan hingga kering.
2. Disterilkan tangan praktikan menggunakan dengan alkohol 95%.
3. Disiapkan 3 buah tabung reaksi yang berisi 9 ml NaCl 0,9%.
4. Diberi label masing-masing tabung reaksi dengan nama 10-1, 10-2, 10-3.
5. Dipipet sampel dengan menggunakan pipet tetes.
6. Dimasukkan sampel yang telah dipipet ke dalam tabung reaksi 10-1 dan
dihomogenkan.
7. Dipipet dari sampel dari tabung reaksi 10-1 dengan menggunakan mikropipet.
8. Dituangkan sampel dari tabung reaksi 10-1 ke tabung reaksi 10-2 dengan
menggunakan mikropipet dan dihomogenkan.
9. Dipipet dari sampel dari tabung reaksi 10-2 dengan menggunakan mikropipet.
10. Dituangkan sampel dari tabung reaksi 10-2 ke tabung reaksi 10-3 dengan
menggunakan mikropipet dan dihomogenkan.
11. Dipipet dari sampel dari tabung reaksi 10-3 dengan menggunakan mikropipet.
12. Dituangkan sampel dari tabung reaksi 10-3 ke cawan petri dengan menggunakan
mikropipet.
13. Ditambahkan 20 ml nutrient agar dengan menggunakan pipet volum.
14. Dihomogenkan secara seperti membentuk angka delapan.
15. Diinkubasi didalam oven selama 24 jam.

3.3.2 Isolasi pada media Potato Dextrose Agar


1. Disiapkan media potato dextrose agar didalam cawan petri.
2. Dipanaskan kawat ose dengan bunsen hingga memerah, lalu diangin-anginkan
hingga cukup dingin.
3. Diambil jamur yang ada pada sampel menggunakan kawat ose.
4. Ditotolkan kawat ose tadi dari sampel ke media potato dextrose agar.
5. Diinkubasi didalam oven selama 48 jam.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel Hasil Pengamatan Mikroba yang Terbentuk


No Gambar Identifikasi
1 1. Bakteri
Keterangan:
a. Bentuk: circular
b. Elevasi: raised
c. Margin: undulate
d. Ukuran: punctiform
e. Permukaan: kasar
2. Bakteri
Keterangan:
a. Bentuk: circular
Isolasi Pada Media NA b. Elevasi: raised
c. Margin: undulate
d. Ukuran: small
e. Permukaan: kasar
2 Tidak terbentuk jamur, melainkan
hanya ada kontaminan-
kontaminan.

Isolasi Pada Media PDA


4.2 Pembahasan

Isolasi mikroba adalah memisah satu jenis mikroba denga mikroba lainya yang terdapat
dialam dan menumbuhkannya dalam satu medium buatan. Prinsip isolasi mikroba
adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang berasal dari
bermacam macam campuran mikroba.

Media NA (Nutrien Agar) adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy. NA
juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif,
dalam artian mikroorganisme heterotrof. Media ini merupakan media sederhana yang
dibuat dari beef extract, pepton, dan agar. NA merupakan salah satu media yang umum
digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, sewage, produk
pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan
untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni.

Media PDA (Potato Dexstose Agar) adalah merupakan media yang umum digunakan
dalam kultuvasi bakteri. Media PDA terdapat macam zat nutrisi organik yang di
gunakan dalam media biakan untuk menumbuhkan atau mengidentifikasi jamur dan
kapang. Dalam suatu sampel atau produk makanan. Media PDA mengandung sumber
karbohidrat dalam jumlah cukup yaitu terdiri dari 20% ekstrak kentang dan 2% glukosa
sehingga baik untuk pertumbuhan kapang dan khamir tetapi kurang baik untuk
pertumbuhan bakteri.

Ada beberapa metode yang digunakan dalam percobaan isolasi dan identifikasi dasar
mikroba dan metode yang diunakan antara lain, teknik pengenceran bertingkat tujuan
dari teknik pengenceran bertingkat yaitu memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba
yang tersuspensi dalam cairan. Penentuan besar atau banyaknya tingkat pengenceran
tergantung pada perkiraan jumlah mikroba dan sampel. Digunakan perbandingan 1:9
untuk sampel dan pengenceran pertama dan selanjutnya sehingga pengenceran
berikutnya mengandung 1/10 sel mikroorganisme dan pengenceran sebelumnya. Dan
metode pour plate atau agar tuang dalam teknik ini memerlukan agar yang belum padat
(> 450C) untuk di tuang bersama suspensi bakteri kedalam ke cawan petri lalu kemudian
dihomogenkan dan dibiarkan memadat. Hal ini akan menyebabkan sel sel bakteri
tidak hanya pada permukaan agar saja melainkan sel yang ada di dalam agar sehingga
terdapat oksigen dan ada yang tumbuh didalam agar yang tidak banyak mengandung
oksigen (Pelczar, 1986).

Sedangkan untuk sampel roti berjamur yang akan diisolasi jamurnya, dilakukan dengan
cara inokulasi jamur dari roti yang berjamur dengan menggunakan kawat ose yang steril
lalu ditotolkan pada media PDA yang sudah disiapkan sebelumnya.

Pengenceran dilakukan dengan cara diambil 1 pipet sampel dengan menggunakan pipet
tetes dan dipindahkan ke tabung reaksi 1 (pengenceran 10-1) yang telah berisi NaCl
0,9% 9 ml kemudian dihomogenkan agar sampel tercampur merata, dengan kata lain
mikroba yang terdapat dalam sampel menyebar merata dengan NaCl 0,9%. Selanjutnya,
diambil 1 pipet menggunakan mikropipet dari pengenceran pertama dan dipindahkan ke
tabung reaksi 2 (pengenceran 10-2) yang telah berisi NaCl 0,9%, lalu dihomogenkan.
Terakhir, diambil 1 pipet dari pengenceran kedua dan dipindahkan ke tabung reaksi 3
(pengenceran 10-3) yang juga telah berisi NaCl 0,9% kemudian dihomogen. Volume
NaCl 0,9% yang dimasukan pada tabung reaksi 1, 2, dan 3 adalah sama banyak.
Langkah berikutnya, tuangkan hasil pengenceran sampel 10-3 kedalam cawan petri
sebanyak 1 pipet menggunakan mikropipet. Cawan petri tersebut dituang dengan media
NA yang telah dicairkan sebanyak 20 ml. lalu cawan petri tadi diinkubasi didalam oven
dalam oven. Penambahan media baik NA maupun PDA pada cawan petri cukup sampai
menutupi dasar cawan saja. Untuk isolasi pada media PDA dilakukan dengan cara
menyiapkan media PDA yang telah siap untuk digunakan, lalu sampel jamur diambil
dengan menggunakan kawat ose yang sebelumnya telah dipanaskan diatas bunsen
hingga memerah. Pemanasan kawat ose ini bertujuan untuk mensterilisasinya agar tidak
ada kontaminan-kontaminan yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur nantinya.
Setealah itu sampel yang telah diambil dengan kawat ose ditotolkan dimedia PDA, lalu
diinkubasikan. Penanaman sampel pada media NA menggunakan pengenceran 10-3
karena kadar bakteri pada pengenceran ini tidak terlalu banyak dibandingkan dengan
mikroba yang ada pada pengenceran 1 atau bahkan yang tidak diencerkan sama sekali,
sehingga mempermudah dalam proses isolasi dan identifikasi mikroba. Setelah masing-
masing cawan dituang dengan media NA dan PDA, kemudian dihomogenkan dengan
cara memutar seperti angka delapan, agar sampel dan media tercampur homogen atau
merata. Selain itu, segala proses baik dalam hal pengenceran sampai pada penuangan
media ke dalam cawan petri, dilakukan dengan mendekatkan mulut tabung reaksi, pipet
dan cawan petri pada api yang dihasilkan oleh lampu bunsen. Hal ini bertujuan agar
tidak ada mikroba yang mengkontaminasi proses isolasi dan identifikasi mikroba ini.
Media ini diinkubasikan secara terbalik agar uap air yang terbentuk pada tutup cawan
tidak menetes ke media dan cawan tertutup lebih rapat. Juga supaya bakteri dan jamur
dapat tumbuh dengan cepat dan pada saat pendinginan terjadi penguapan didalam
cawan petri yang menyebabkan air menetes tidak kemedia dan mengakibatkan
kontaminasi terhadap media. Pada media NA diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35 -
37C, hal ini dilakukan karena mikroba biasanya dapat tumbuh dengan baik pada suhu
ini.

Koloni bakteri dapat dengan mudah dibedakan dari koloni lainnya dengan adanya
penampakan umum berupa lender dan agak mengkilap. Bakteri adalah salah satu
contoh mikroorganisme yang penting dan memiliki bentuk yang beragam seperti bulat,
batang, dan sebagainya.

Jamur dapat dengan mudah dibedakan karena bentuk umumnya yang berupa benang-
benang dan biasanya berwarna putih. Jamur sangat berlawanan dengan bakteri dan
khamir/yeast, seringkali dapat dilihat oleh mata. Bentuk khas yang dimiliki oleh jamur
adanya adanya filamen (miselium). Inilah yang membedakan dengan mikroorganisme
lainnya. Jamur mempunyai bentuk seperti kapas dan biasanya terlihat pada kertas-
kertas, koran basah, kulit yang sudah using, dinding basah, buah-buahan yang
membusuk dan bahan pangan lainnya seperti keju dan selai. Dan jamur lebih menyukai
pH lingkungan yang rendah.

Kontaminasi adalah terjadinya pencemaran oleh kontaminan. Komponen yang menjadi


penyebab kontaminasi sangat beragam, baik yang berupa benda mati atau mahluk
hidup. Kotoran dan senyawa kimia merupakan benda mati yang berperan sebagai
kontaminan, sedangkan mikroba merupakan kontaminan berupa mahluk hidup.
Kontaminasi sering terjadi dalam berbagai tahapan kegiatan. Dalam mikrobiologi,
kontaminasi umumnya disebabkan oleh kehadiran mikroba yang tidak
diharapkan. kontaminan biasanya terlihat transparan dan membentuk guratan-guratan
dimedia

Dari percobaan yang dilakukan didapatkan beberapa bentuk koloni bakteri, antara lain
koloni bakteri dengan ukuran punctiform dan small, koloni bakteri dengan margin
undulate, koloni bakteri dengan elevasi raised, koloni bakteri dengan bentuk circular
serta koloni bakteri dengan permukaan kasar. Sedangkan pada media PDA diinkubasi
selama 48 jam pada suhu 370C namun pada saat pengamatan tidak terdapat jamur yang
tumbuh melainkan hanya ada kontaminan yang transparan dan membentuk guratan-
guratan dimedia PDA. Jamur yang diisolasi tidak dapat tumbuh karena adanya
kontaminan ini yang mengganggu pertumbuhan jamur. Hal ini bisa terjadi dikarenakan
biasanya pada saat meninokulasi jamur tidak dalam keadaan steril atau tidak didekat
nyala api bunsen sehingga kontamina-kontaminan tersebut tidak musnah dan akhirnya
ikut masuk dan tumbuh didalam media PDA.

Fungsi dari pengenceran ini adalah memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba yang
tersuspensi dalam cairan. Sehingga mikroba yang jumlahnya sangat banyak tadi akan
berkurang dan lebih mudah diamati dicawan petri pada saat setelah diinkubasi nanti.
Sedangkan NaCl 0,9% ini berfungsi sebagai larutan pengencernya.

Faktor yang dapat mempengaruhi jasad renik yang dapat tumbuh pada media agar
antara lain adalah:
1. Jenis pembenihan yang digunakan.
2. Suhu pengeraman.
3. Tidak adanya oksigen.

Faktor kesalahan yang terjadi adalah penggunaan yellow tip harus dipasangkan secara
rapat pada mikropipet agar tidak terlepas pada mikropipet agat tidak terlepas pada saat
pengambilan sampel. Kesalahan lain juga mengerjakannya tidak dibelakang nyala api
bunsen sehingga mengakibatkan adanya kontaminan yang berlebihan. Tangan yang
belum disterilkan dengan alkohol, media, sampel dan alat yang digunakan
terkontaminasi. Kurang hati-hati dalam menghomogenkan media ketika dituangkan
kedalam cawan petri sehingga bisa menyebabkan media tumpah dan terkontaminasi.
pengambilan bahan atau sampel yang akan digunakan salah, lalu metode pengambilan
sampel yang tidak benar, serta kecerobohan dalam melakukan percobaan, tergesa gesa
dan kurang teliti.

Media NA basa diinkubasi pada waktu 24 jam sedangkan media PDA memerlukan
waktu 48 jam. Waktu ini dipilih sebab pada dasarnya kurang lebih setelah 12 jam, akan
tampak koloni-koloni pada permukaan medium, pada saat 24 jam satu koloni saja dapat
terdiri dari 50 - 72 generasi sel yang timbul dari satu tunggal saja. Dengan jumlah
sekian sudah dapat dilakukan pengamatan selain itu masa inkubasi lebih dari waktu
yang telah ditetapkan maka sel-selnya akan rusak.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

a. Isolasi dan identifikasi dasar dalam mikrobiologi biasa dilakukan dengan beberapa
metode yaitu, isolasi pada cawan agar, isolasi pada medium cair, isolasi sel tunggal.
Isolasi dan identifikasi dasar dalam mikrobiologi biasa dilakukan dengan beberapa
teknik yaitu, teknik penuangan, teknik sebar, teknik gores dan teknik pengenceran.
b. Faktor yang dapat mempengaruhi jasad renik yang dapat tumbuh pada media agar
antara lain adalah, jenis pembenihan yang digunakan, suhu pengeraman dan tidak
adanya oksigen.
c. Dari percobaan yang dilakukan didapatkan beberapa bentuk koloni bakteri, antara
lain koloni bakteri dengan ukuran punctiform dan small, koloni bakteri dengan
margin undulate, koloni bakteri dengan elevasi raised, koloni bakteri dengan bentuk
circular serta koloni bakteri dengan permukaan kasar. Sedangkan pada media PDA
tidak terdapat jamur yang tumbuh melainkan hanya ada kontaminan.

5.2 Saran

Sebaiknya untuk praktikum selanjutnya digunakan metode-metode dan teknik-teknik


lain untuk isolasi dan identifikasi dasar, misalnya isolasi pada media cair dan isolasi
dengan teknik sebar.
DAFTAR PUSTAKA

1. Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang. Djambatan.

2. Maulida, Andri. 2012. Isolasi dan Identifikasi Dasar Mikroba.


http://maulidafarmasi.blogspot.com/2012/07/isolasi-dan-identifikasi-
mikroba_9099.html, diakses tanggal 16 April 2013 pukul 19.00 WITA.

3. Pelczar, Michael. 1986. Dasar Dasar Mikrobiologi. Jakata. U dan D.

4. Tri, Ita. 2012. Laporan Mikrobiologi Isolasi dan Identifikasi Dasar.


http://itatrie.blogspot.com/2012/10/laporan-mikrobiologi-isolasi-dan.html,
diakses tanggal 16 April 2013 pukul 19.00 WITA.
LAMPIRAN

Isolasi pada NA (Nutrient Agar)

Isolasi pada PDA (Potato Dextrose Agar)

Anda mungkin juga menyukai