Anda di halaman 1dari 14

Wayan Sadhira Gita Krisnayanti

102014099

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510. Telp. (021) 5694-2061

Email : sadhiragita@ymail.com

Pendahuluan

Sistem pernapasan merupakan salah satu sistem yang terpenting pada manusia. Tujuan
terutama dari sistem pernapasan adalah terjadinya pertukaran oksigen yang diperlukan oleh
jaringan tubuh dengan karbon dioksida yang tidak diperlukan oleh tubuh. Pertukaran ini
melibatkan beberapa organ untuk berfungsi dengan baik agar aktivitas sehari-hari dapat
dilaksanakan. Mulai dari menghirup udara sampai mengeluarkannya kembali lewat hidung,
masing-masing jaringan yang dilewati berfungsi untuk memperlancar jalannya sistem ini.

Anatomi Sistem Pernapasan

A. Makro

1. Nasi (Hidung)
Nasi (hidung) dibentuk oleh os nasale dan tulang rawan. Terdapat nares anterior
yang menghubungkan rongga hidung atau cavum nasi dengan dunia luar dan akan
bermuara menuju vestibulum nasi. Cavum nasi dilapisi selaput lendir yang sangat kaya
pembuluh darah, dan berhubungan dengan pharynx dan selaput lendir pada sinus yang
mempunyai lubang yang berhubungan dengan rongga hidung. Septum nasi memisahkan
cavum nasi menjadi dua. Struktur tipis ini terdiri dari tulang keras dan tulang rawan,
dapat membengkok ke satu sisi lain, dan kedua sisinya dilapisi oleh membran mukosa. Di
bagian posterior septum nasi, terdapat os ethmoidale di superior dan vomer di
inferiornya.
Rongga hidung terdiri atas tiga region, yakni
a) Vestibulum
Vestibulum hidung merupakan sebuah pelebaran yang letaknya tepat di sebelah
dalam nares. Vestibulum ini dilapis oleh kulit yang mengandung bulu hidung, berguna
untuk menahan aliran partikel yang terkandung di dalam udara yang dihisap.
b) Penghidu
Region penghidu berada di sebelah cranial; dimulai dari atap rongga hidung
meluas sampai setinggi concha nasalis superior dan bagian septum nasi yang ada
dihadapan concha tersebut.
c) Pernafasan, bagian rongga hidung selebihnya.
Dinding lateral hidung terdapat tiga elevasi yakni:
a. concha superior
b. concha media
c. concha inferior.
Dasar cavum nasi dibentuk oleh os maxilla dan os palatinum. Sedangkan atap
cavum nasi terdiri atas 3 daerah yang sesuai dengantulang yang membentuk atap tersebut,
yakni region sphemoidalis, ethmoidalis, dan frontonasal. Membrana mukosa olfactorius,
pada bagian atap dan bagian cavum nasi yang berdekatan, mengandung sel saraf khusus
yang mendeteksi bau yaitu nervus olfactorius.

2. Pharynx
Pharynx adalah saluran berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan oesophagus sebatas tulang rawan cricoid. Terletak di belakang
larynx (laryngopharyngeal). Di sebelah dorsal dan lateral pharynx terdapat jaringan
penyambung longgar yang menempati spatium peripharyngeal.
Pharynx dibagi menjadi tiga bagian, yakni:
1. Nasopharynx (Epipharyx)
Nasopharynx berada di sebelah dorsal hidung dan sebelah cranial palatum molle.
Nasopharyngx dan oropharyx berhubungan melalui isthmus pharyngeum yang dibatasi
oleh tepi pallatum molle dan dinding posterior pharynx. Sewaktu proses menelan dan
berbicara isthmus pharyngeum tertutup oleh elevasi pallatum molle dan pembentukan
lipatan Passavant di dinding dorsal pharynx. Pada masing-masing dinding lateral
nasopharynx dijumpai ostium pharyngeal tuba auditivae, yakni di seblah dorsal dan
caudal ujung posterior concha nasalis inferior.
2. Oropharynx (Mesopharyx)
Oropharynx terbentang mulai dari palatum molle sampai tepi atas epiglottis atau setinggi
corpus vertebra cervical 2 dan 3 bagian atas. Di sebelah ventral berhubungan dengan
cavum oris melalui isthmus oropharyngeum dan berhadapan dengan aspek pharyngeal
lidah. Pada tiap sisi arcus palatopharyngeus dan arcus palatoglossus membentuk sinus
tonsillaris yang berbentuk sgitiga dan berisi tonsila palatina.
3. Laryngpharynx (hipopharynx)
Laryngopharynx membentang dari tepi cranial epiglottis sampai tepi inferior cartilago
cricoidea atau mulai setinggi bagian bawah corpus vertebra cervical 3 sampai bagian
atas vertebra cervical 6. Ke arah caudal dilanjutkan sebagai oesophagus. Di dinding
anterior terdapat pintu masuk ke dalam larynx (Aditus laryngis) dan di bawah aditus
laryngis ini terdapar permukaan posterior cartilago arytaenoidea dan cartilago cricoidea.

3. Trachea
Trachea adalah tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5
cm. Trachea berjalan dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan di
belakang manubrium sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut manubrium dengan
corpus sterni) atau sampai kira-kira ketinggian vertebrata thoracicae V dan bercabang
menjadi dua bronchus (bronchi). Trachea tersusun atas 16 - 20 cincin terbuka yang
terbentuk dari tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang
melengkapi lingkarannya di sebelah belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa
jaringan otot.

4. Bronchus
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira
vertebrae thoracicae V, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi oleh jenis
sel yang sama. Bronchi (jamak) berjalan ke bawah dan menyamping, ke arah hilus
pulmonalis. Bronchus kanan lebih pendek dan lebih lebar, dan lebih vertikal daripada
yang kiri, sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang
utama di bawah arteri, disebut bronchus lobus inferior. Bronchus kiri lebih panjang dan
lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelum di belah
menjadi beberapa cabang yang berjalan ke lobus pulmo atas dan bawah.
Cabang utama bronchus principalis dextra et sinistra bercabang menjadi bronchus
lobaris sesuai dengan banyak lobus yang ada di pulmo dextra ataupun sinistra, kemudian
menjadi lobus segmentalis sesuai dengan banyak segmen yang ada. Percabangan ini
berjalan terus menjadi bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi
bronchiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli
(kantong udara). Bronchiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih 1 mm.
Bronchiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos
sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat
bronchiolus terminalis berfungsi utama sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran
gas pulmo.
Alveolus yaitu tempat pertukaran gas asinus terdiri dari bronchiolus dan
respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya.
Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveolus dan sakus alveolaris terminalis
merupakan akhir pulmo, asinus memiliki tangan kira-kira 0,5-1 cm. Terdapat sekitar 20
kali percabangan mulai dari trachea sampai saccus alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh
dinding yang dinamakan pori-pori kohn.

5. Pulmo
Pulmo terdapat dalam rongga thorax kiri dan kanan. Pulmo memilki :
1. Apex pulmo meluas ke dalam leher sekitar 2,5 cm diatas calvicula
2. Permukaan costo vertebra, menempel pada bagian dalam dinding dada
3. Permukaan mediastinal, menempel pada perikardium dan jantung
4. Basis, berhadapan dengan diafragma
Pulmo dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam
rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikasi dan mencegah
uap-uap H2O yang ada di alveolus saling tarik-menarik. Pulmo kanan dibagi atas tiga
lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior sedangkan pulmo kiri dibagi dua lobus
yaitu lobus superior dan inferior dan satu lingula pulmo sebagai bakal lobus media yang
tidak sempurna. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh
limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, saccus alveolar dan alveoli.
Diperkirakan bahwa stiap pulmo mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai
permukaan yang cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas. Pulmo mendapat
suplai darah dari arteri pulmonalis dan arteri bronchialis yang bercabang-cabang sesuai
segmennya. Serta diinnervasi oleh saraf parasimpatis melalui nervus vagus dan simpatis
melalui truncus simpaticus. Tekanan darah pulmoner adalah sekitar 15 mmHg. Fungsi
sirkulasi pulmo adalah karbondioksida dikeluarkan dari darah dan oksigen diserap,
melalui siklus darah yang kontinyu mengelilingi sirkulasi sistemik dan parsial, maka
suplai oksigen dan pengeluaran zat-zat sisa metabolisme dapat berlangsung bagi semua
sel.

B. Mikro

Stuktur mikroskopis pada organ respirasi dibagi menjadi 2 bagian yakni:


A. Bagian konduksi, bagian yang menyalurkan udara / gas.
Bagian ini terdiri dari:
1. Rongga hidung
1. Vestibulum
Merupakan Epitel berlapis gepeng, terdapat vibrissae (rambut 2 kasar yang berfungsi
menyaring udara pernafasan) terdapat kelenjar sebasea dan kelenjar keringat
2. Fossa nasalis (kavum nasi)
Dari masing-masing dinding lateral fossa nasalis keluar 3 tonjoilan mirip rak yang
biasa disebut konka. Antara lain: konka nasalis superior, konka nasalis media, konka
nasalis inferior. Hanya konka nasalis inferior dilapisi oleh epitel respirasi.
2. Faring: ruangan dibelakang kavum nasi,yang menghubungkan traktus digestivus dan
traktus respiratorius
3. Yang termasuk bagian dari faring :
1. Nasofarings
Epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet
Pada lamina propria terdapat kelenjar campur
Pada bagian posterior terdapat jaringan limfoid yang membentuk tonsila faringea
Terdapat muara dari saluran yang menghubungkan rongga hidung dan telinga
tengah disebut osteum faringeum tuba auditiva
Sekelilingnya banyak kelompok jaringan limfoid disebut tonsila tuba
2. Orofarings
- Epitel berlapis gepeng
- Terletak di belakang rongga mulut dan permukaan belakang lidah
- Orofaring akan dilanjutkan ke bagian atas menjadi epitel mulut dan ke bawah ke
epitel oesophagus
- Disini terdapat tonsila palatina ,yang sering meradang disebut tonsilitis
3. Laringofarings
- Epitel bervariasi,sebagian besar Epitel Berlapis Gepeng Tanpa Lapisan Tanduk
- Terletak di belakang larings
4. Laring
- Menghubungkan faring dan trakea
- Bentuk tidak beraturan / irreguler
- Epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet kecuali ujung plika vokalis berlapis
gepeng
- Dinding : -T.R Hialin dan T.R elastis
- Jaringan ikat
- M.Vokalis --- Otot skelet
- Kelenjar campur
5. Epiglotis
Rangka terdiri dari T.R Elastis
Mempunyai 2 permukaan :
Permukaan lingual yang menghadap ke lidah
- epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk
- Ada kelenjar campur dan jaringan limfoid
Permukaan laringeal yang menghadap ke laring
- Epitel berlapis gepeng yang tipis dari permukaan lingual menjadi epitel bertingkat
torak bersilia bersel goblet,yang akan melanjutkan ke trakea dan bronkus
- Lamina propria dibawahnya mempunyai kelenjar campur ( lebih banyak daripada
permukaan lingual )
6. Trakea
Gambaran khas trakea:
- Rangka berbentuk C terdiri atas T.R. Hialin
- Jumlah 16 20 buah
- Cincin cincin tulang rawan satu dengan yang lain dihubungkan oleh jaringan
penyambung padat fibroelastis dan retikulin disebut lig.anulare untuk mencegah agar
lumen trakea jangan meregang berlebihan
- sedang otot polos berperan untuk mendekatkan kedua tulang rawan
Bagian trakea yang mengandung tulang rawan disebut pars kartilagenia
Bagian trakea yang mengandung otot disebut pars membranasea
Bagian posterior trakea
- Terdapat banyak kelenjar sepanjang lapisan muskular
- Rangsangan N.laringeus rekuren menyebabkan kelenjar kelenjar mengeluarkan
sekretnya
7. Bronkus
Bronkus ekstrapulmonal ---sama dengan trakea ,diameter lebih kecil
Bronkus intrapulmonal :
- Mukosa membentuk lipatan longitudinal
- Epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet
- Membrana basalis jelas
- Lamina propria :-jaringan ikat jarang
-serat elastis dan muskulus
polos spiral
- Noduli limfatisi
- Kel.Bronkialis merupakan kelenjar campur
- Bentuk sferis
- Tulang rawan tidak beraturan
- Susunan muskulus seperti spiral
Bronkiolus
- Diameter kira kira 1mm
- Tidak mempunyai tulang rawan
- Epitel selapis torak memiliki silia , ada yang memiliki sel goblet dan ada yang tidak
( bronkiolus besar epitel masih bertingkat torak )
- Lamina propria : - tipis
- tidak ada kelenjar
- tidak ada Noduli limfatisi
- Otot polos relatif banyak daripada jaringan ikat
- serat elastin

8. Bronkiolus terminalis
- Diameter 0,3 mm
- Epitel selapis torak bersilia , tidak ada sel goblet
/ Epitel selapis torak rendah
- Diantara deretan sel ini ada sel clara :
- ada mikrovili
- granula kasar
. Lamina propria : sangat tipis ---serat elastin
Ada memiliki otot polos dan ada yang tidak
Tidak ada kelenjar
Tidak ada Nn.ll
Lapisan luarnya : - serat kolagen
- serat elastin
- pembuluh darah + limf
- saraf

B. Bagian respirasi, bagian yang berhubungan dengan pertukaran gas


Bagian ini terdiri dari:
1. Bronkiolus repiratorius
Bagian antara bag.konduksi dan bag.respirasi
Pendek 1 4 mm ,diameter 0,5 mm
Epitel torak rendah / Epitel selapis kubis , ada yang memiliki silia dan ada yang tidak,
tidak ada goblet
Diantara sel kubis terdapat sel clara
Lamina propria : terdiri ata serat kolagen + serat elastin,otot.polos terputus-putus
2. Ductus alveolaris
Dinding tipis,sebagian besar terdiri dari alveoli
Dikelilingi sakus alveolaris
DI mulut alveolus epitel selapis gepeng (sel alveolar tipe 1)
Jaringan ikat fibroelastis, ada yang memiliki otot polos dan ada yang tidak memiliki
otot polos, sebagai titik titik kecil
Terbuka ke atrium : ruang yang menghubungkan beberapa sakus alveolaris

3. Sakus alveolaris
Kantong yang dibentuk oleh beberapa alveoli
Terdapat serat elastin dan serat retikulin yang melingkari muara sakus alveoli
Sudah tak punya otot polos
4. Alveolus/alveoli
Kantong kantong kecil terdiri dari selapis sel seperti sarang tawon
Pertukaran gas ( O2 dan CO 2) antara udara dan darah
Di sekitar alveoli terdapat :
- serat elastin : inspirasi --- melebar
expirasi --- menciut
- serat kolagen : mencegah regangan yang berlebihan, sehingga kapiler + septum
interalveolaris tidak rusak
Jumlah : 300 -500 juta alveoli.

Mekanisme Pernafasan

Sistem pernapasan berfungsi sebagai pendistribusi udara dan penukar gas sehingga
oksigen dapat disuplai ke dan karbon dioksida dikeluarkan dari sel-sel tubuh. Karena
sebagian besar dari jutaan sel tubuh kita letaknya terlalu jauh dari tempat terjadinya
pertukaran gas, maka udara pertama-tama harus bertukaran dengan darah, darah harus
bersirkulasi, dan akhirnya darah dan sel-sel harus melakukan pertukaran gas. Peristiwa ini
membutuhkan fungsi dari dua sistem, yaitu sistem pernapasan dan sistem sirkulasi. Semua
bagian dari sistem pernapasan (kecuali sakus mikroskopis yang disebut alveoli) berfungsi
sebagai pendistribusi udara. Hanya alveoli dan saluran kecil yang terbuka ke dalam alveoli
berfungsi sebagai penukar gas. Selain sebagai pendistribusi dan pertukaran gas, sistem
pernapasan secara efektif menyaring, menghangatkan, dan melembabkan udara yang kita
hirup selama bernapas. Organ pernapasan juga mempengaruhi pembentukan suara, termasuk
berbicara yang kita gunakan dalam komunikasi verbal. Jaringan epitel khusus dalam saluran
pernapasan memungkinkan berfungsinya indera penghidu (olfaktori). Sistem pernapasan juga
membantu dalam pengaturan, atau homeostasis pH dalam tubuh.

Mekanisme Pernafasan :
1. Tekanan intra-pleural
Dinding dada merupakan suatu kompartemen tertutup melingkupi paru. Dalam keadaan
normal paru seakan melekat pada dinding dada, hal ini disebabkan karena ada perbedaan
tekanan atau selisih tekanan atmosfir ( 760 mmHg) dan tekanan intra pleural (755 mmHg).
Sewaktu inspirasi diafrgama berkontraksi, volume rongga dada meningkat, tekanan intra
pleural dan intra alveolar turun dibawah tekanan atmosfir sehingga udara masuk Sedangkan
waktu ekspirasi volum rongga dada mengecil mengakibatkan tekanan intra pleural dan
tekanan intra alveolar meningkat diatas atmosfir sehingga udara mengalir keluar.

2. Compliance
Hubungan antara perubahan tekanan dengan perubahan volume dan aliran dikenal sebagai
compliance.
Ada dua bentuk compliance:
- Static compliance, perubahan volum paru persatuan perubahan tekanan saluran
nafas ( airway pressure) sewaktu paru tidak bergerak. Pada orang dewasa muda
normal : 100 ml/cm H2O
- Effective Compliance : (tidal volume/peak pressure) selama fase pernafasan.
Normal: 50 ml/cm H2O

Compliance dapat menurun karena:


- Pulmonary stiffes : atelektasis, pneumonia, edema paru, fibrosis paru
- Space occupying prosess: effuse pleura, pneumothorak
- Chestwall undistensibility: kifoskoliosis, obesitas, distensi abdomen
Penurunan compliance akan mengabikabtkan meningkatnya usaha/kerja nafas.

3. Airway resistance (tahanan saluran nafas)


Rasio dari perubahan tekanan jalan nafas.

Fungsi Pernafasan
1. Transportasi Gas
a. Transportasi O2

Oksigen dapat ditranspor dari pulmo ke jaringan melalui dua jalan :

- secara fisik larut dalam plasma.

- secara kimia berikatan dengan hemoglobin sebagai oksihemoglobin (HbO2),ikatan


kimia oksigen dan hemoglobin ini bersifat reversibel.

Jumlah sungguhnya yang diangkut dalam bentuk ini mempunyai hubungan nonlinear
dengan PA O2 (tekanan parsial oksigen dalam darah arteri), yang ditentukan oleh jumlah
oksigen yang secara fisik larut dalam plasma darah. Sebaliknya, jumlah oksigen yang
secara fisik larut dalam plasma mempunyai hubungan langsung dengan tekanan parsial
oksigen dalam alveolus (Pal O2). Dan tergantung dari daya larut oksigen dalam plasma.
Jumlah oksigen yang dalam keadaan normal larut secara fisik sangat kecil karena daya
larut oksigen dalam plasma yang rendah. Hanya sekitar 1% dari jumlah oksigen total ang
ditranspor ke jaringan-jaringan ditranspor dengan cara ini. Cara transpor seperti ini tidak
mempertahankan hidup walaupun dalam keadaan istirahat sekalipun. Sebagian besar
oksigen diangkut oleh hemoglobin yang terdapat dalam sel darah merah. Dalam keadaan
tertentu (misalnya : keracunan karbon monoksida atau hemolisis masif di mana terjadi
insufisiensi hemoglobin maka oksigen yang cukup untuk mempertahankan hidup dapat
ditranspor dalam bentuk larutan fisik dengan memberikan oksigen dengan tekanan yang
lebih tinggi dari tekanan atmosfir (ruang oksigen hiperbarik).
Satu gram hemoglobin dapat berikatan dengan 1,34 ml oksigen. Karena konsentrasi
hemoglobin rata-rata dalam darah pada pria dewasa besarnya sekitair 15gr/100 ml, maka
100 ml darah dapat mengangkut (15 x 1,34 = 20,1) 20,1 ml oksigen kalau darah jenuh
sekali (Sa O2 = 100%). Tetapi darah yang sudah teroksigenisasi dan meninggalkan
kapiler pulmo mendapatkan sedikit tambahan darah vena yang merupakan darah
campuran, dari sirkulasi bronchial. Proses pengenceran ini yang menjadi penyebab
sehingga darah yang meninggalkan pulmo hanya jenuh 97%, dan 19,5% volume diangkut
ke jaringan.
Pada tingkat jaringan, oksigen mengalami disosiasi dari hemoglobin dan berdifusi ke
dalam plasma. Dari plasma, oksigen masuk ke sel-sel jaringan tubuh untuk memenuhi
kebutuhan jaringan-jaringan yang bersangkutan. Meskipun sekitar 75% dari hemoglobin
masih berikatan dengan oksigen pada waktu hemoglobin kembali ke pulmo dalam bentuk
darah vena campuran. Jadi sesungguhnya hanya sekitar 25% oksigen dalam darah arteri
yang digunakan untuk keperluan jaringan. Hemoglobin yang melepaskan oksigen pada
tingkat jaringan disebut hemoglobin tereduksi (Hb). Hemoglobin tereduksi berwarna
ungu dan menyebabkan warna kebiruan pada darah vena, seperti yang kita lihat pada
vena superfisial, misalnya pada tangan. Sedangkan oksihemoglobin (hemoglobin yang
berikatan dengan oksigen) berwarna merah terang dan menyebabkan warna kemerahhan
pada darah arteri.
b. Transportasi CO2
Transport CO2 dari jaringan kepulmo melalui tiga cara berikut:
(a) Secara fisik larut dalam plasma (10 %).
(b) Berikatan dengan gugus amino pada Hb dalam sel darah merah (20%).
(c) Ditransport sebagai bikarbonat plasma (70%).
Karbon dioksida berikatan dengan air dengan reaksi seperti dibawah ini:
CO2 + H2O = H2CO3 = H+ + HCO3-
Reaksi ini reversibel dan dikenal dengan nama persamaan dapa asam bikarbonat-asam
karbonik. Hiperventilasi adalah ventilasi alveolus dalam keadaan kebutuhan metabolisme
berlebihan alkalosis sebagai akibat eksresi CO2 berlebihan ke pulmo. Hipoventilasi
adalah ventilasi alveoli yang tak dapat memenuhi kebutuhan metabolisme, sebagai akibat
dari retensi CO2 oleh pulmo.4
2. Difusi Gas

Proses difusi gas-gas melintasi membran antara alveolus-kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari
0.5 um). Kekuatan pendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara darah
dan fase gas. Tekanan parsial oksigen dalam atmosfer pada permukaan laut besarnya sekitar 149
mmHg (21 persen dari 760 mmHg). Pada waktu oksigen diinspirasi dan sampai pada alveolus
maka tekanan parsial ini mengalami penurunan sampai sekitar 103 mm Hg. Penurunan tekanan
parsial ini diperkirakan atas dasar fakta bahwa udara inspirasi tercampur dengan udara dalam
ruang rugi anatomis saluran udara, dan dengan uap air. Ruang rugi anatomis ini dalam keadaan
normal mempunyai volume sekitar 1 ml udara per pound berat badan (150 ml/150 lb pria).
Hanya udara bersih yang sampai ke alveolus yang merupakan ventilasi efektif. Tekanan parsial
oksigen dalam darah vena campuran (PV O2) dalam kapiler pulmo besarnya sekitar 40 mm Hg.
Karena tekanan parsial oksigen dalam kapiler lebih rendah daripada tekanan dalam alveolus (Pal
O2 = 103 mm Hg), maka oksigen dapat dengan mudah berdifusi ke dalam aliran darah. Selisih
tekanan CO2 antara darah dan alveolus yang jauh lebih rendah (6 mmHg) menyebabkan karbon
dioksida berdifusi ke dalam alveolus. Karbon dioksida ini kemudian dikeluarkan ke atmosfer, di
mana konsentrasinya pada hakekatnya nol. Selisih CO2 antara darah dan alveolus memang kecil
sekali tapi cukup karena dapat berdifusi kira-kira 20 kali lebih cepat dibandingkan dengan
oksigen, melintasi membran alveolus-kapiler karena daya larutnya yang lebih besar.

Definisi pneumothorax

Pneumothorax merupakan suatu kondisi dimana terdapat udara pada kavum pleura. Pada
kondisi normal, rongga pleura tidak terisi udara sehingga paru-paru dapat leluasa mengembang
terhadap rongga dada. Udara dalam kavum pleura ini dapat ditimbulkan oleh :
1. Robeknya pleura visceralis sehingga saat inspirasi udara yang berasal dari alveolus akan
memasuki kavum pleura. Pneumothorax jenis ini disebut sebagai closed pneumothorax. Apabila
kebocoran pleura visceralis berfungsi sebagai katup, maka udara yang masuk saat inspirasi tak
akan dapat keluar dari kavum pleura pada saat ekspirasi. Akibatnya, udara semakin lama
semakin banyak sehingga mendorong mediastinum kearah kontralateral dan menyebabkan
terjadinya tension pneumothorax.
2. Robeknya dinding dada dan pleura parietalis sehingga terdapat hubungan antara kavum pleura
dengan dunia luar. Apabila lubang yang terjadi lebih besar dari 2/3 diameter trakea, maka udara
cenderung lebih melewati lubang tersebut dibanding traktus respiratorius yang seharusnya. Pada
saat inspirasi, tekanan dalam rongga dada menurun sehingga udara dari luar masuk ke kavum
pleura lewat lubang tadi dan menyebabkan kolaps pada paru ipsilateral. Saat ekspirasi, tekanan
rongga dada meningkat, akibatnya udara dari kavum pleura keluar melalui lubang tersebut.
Kondisi ini disebut sebagai open pneumothorax.

Anda mungkin juga menyukai