Anda di halaman 1dari 22

Pendarahan pada Arteri Subclavia dan Arteri Carotis Communis

Wayan Sadhira Gita Krisnayanti

102014099/ F7

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


sadhiragita@ymail.com

Abstract : Blood vessels are divided into two types, arteries and veins. The blood pumped by the
heart there is to the lungs there is also throughout the body. The circulatory process is
influenced by several factors such as temperature, pressure, resistance, blood viscosity, the
magnitude of the blood vessels and the length of the blood vessel. If one of these factors is
impaired, the blood circulation also disrupted as the person who fainted due to swirling in the
air due to the blood flow moving to the distal ends of the blood vessels in the upper extremities
and lower extremities so that the amount of blood that enters the brain is reduced.

Key word : Circulatory factors

Abstrak : Pembuluh darah terbagi menjadi dua jenis yaitu arteri dan vena. Darah tersebut
dipompa oleh jantung ada yang ke paru-paru ada juga yang ke seluruh tubuh. Proses peredaran
darah tersebut di pengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan, resistensi, kekentalan
darah, besarnya pembuluh darah dan panjang pembuluh darah tersebut. Apabila salah satu faktor
tersebut terganggu, proses peredaran darah juga ikut terganggu seperti pada orang yang pingsan
akibat berputar-putar diudara dikarenakan aliran darah bergerak ke ujung-ujung distal pembuluh
darah di ekstremitas atas maupun ekstremitas bawah sehingga jumlah darah yang masuk ke otak
berkurang.

Kata kunci : Faktor-faktor peredaran darah


Pendahuluan
Darah terus menerus mengaliri sistem sirkulasi ke dan dari jantung, melalui dua lengkung
vaskular (pembuluh darah) terpisah, dengan keduanya berasal dari dan berakhir di jantung.
Sirkulasi darah tersebut bisa dibedakan menjadi dua yaitu sirkulasi pulmonal (sirkulasi paru) dan
sirkulasi sistemik. Sirkulasi pulmonal terdiri dari lengkung tertutup pembuluh-pembuluh yang
mengangkut darah antara jantung dan paru. Sementara itu sirkulasi sistemik adalah sirkuit
pembuluh yang mengangkut darah antara jantung dan sistem tubuh lain.1

Darah yang kembalik ke sirkulasi sistemik, masuk ke atrium kanan melalui dua vena
besar (vena cava superior dan inferior), salah satu mengembalikan darah dari level diatas jantung
dan yang lain dari level dibawah jantug. Salah satu cabang pembuluh darah adalah a. subclavia
dan a. carotis communis. Jika terjadi pendarahan pada kedua pembuluh darah ini, dapat
menyebabkan berbagai gangguan. Oleh karena itu perlu berhati-hati dalam melakukan aktivitas
supaya tidak menciderai salah satu pembuluh darah ini.1

Arteri Subclavia
Arteri subclavia terbagi menjadi 2 bagian, yaitu arteri subclavia dextra dan arteri
subclavia sinistra. Arteri subclavia dextra berasal dari arteri brachiocephalica, yang berada di
belakang kanan articulatio sternoclavicular. Nantinya akan menuju ke atas dan lateral di
belakang musculus scalenus anterior, dan di batas luar pada sela iga 1 akan menjadi arteri
axilllaris.1
Arteri subclavia sinistra berasal dari arcus aorta, yang berada di belakang arteri carotis
communis sinistra. Nantinya akan naik menuju ke leher dan melengkung ke lateral pada
articulatio sternoclavicular. arteri subclavia di bedakan menjadi 3 bagian (lihat gambar 1)
berdasarkan adanya musculus scalenus anterior, yaitu : bagian pertama terdiri dari arteri
vertebral, truncus thyrocervical, arteri thyroidea inferior, arteri suprascapular dan arteri cervical
superficial, dan arteri thoracica interna. Bagian kedua terdiri dari truncus costocervicalis, arteri
intercostal superior, dan artei cervical profunda. Bagian ketiga nantinya akan memanjang dari
batas lateral scalenus anterior hingga batas luar pada sela iga 1, sehingga namanya akan berubah
menjadi arteri axillaris.2
Arteri vertebral berasal dari batas atas arteri subclavia dan atas leher di antara longus colli
dan musculus scalenus anterior. Arteri vertebral akan lewat di depan processus transversus
vertebrae cervical 7 dan masuk ke foramen processus transversus verterbrae cervical 6.
Kemudian akan ke atas menembus foramen processus transversus verterbrae cervical 6 bagian
atas. Setelah muncul dari processus transversus pada tulang atlas, kemudian melengkung balik ke
belakang lateral tulang atlas. Lalu akan ke arah medial, menembus duramater, dan masuk ke
canalis vertebrae. Arteri vertebral ini akan naik menuju tulang tengkorak dengan melewati
foramen magnum untuk memperdarahi otak.1
Truncus thyrocervical itu lebar dan pendek, berasal dari depan bagian pertama dari arteri
subclavia, di batas medial dari musculus scalenus anterior. Nantinya akan memberi cabang untuk
arteri thyroidea inferior, arteri cervical superficial, dan arteri suprascapularis.2
Arteri thyroidea inferior naik ke atas sepanjang tepi medial scalenus anterior menuju ke
cartilago cricoidea. Kemudian belok ke arah medial dan turun kea rah bawah untuk melewati
belakang carotid sheath. Arteri thyroidea inferior akan sampai di tepi posterior glandula thyroid
dan sangat dekat hubungannya dengan nervus laringeus reccurens.2
Arteri cervical superficial dan arteri suprascapularis berjalan ke arah lateral di seberang
scalenus anterior untuk masuk ke segitiga posterior pada leher.
Arteri thoracica interna berasal dari tepi bawah bagian pertama dari arteri subclavia.
Nantinya akan masuk ke thorax dengan turun ke balakang cartilago costae 1 di depan pleura.
Kemudian akan menyeberang diagonal bersama dengan nervus phrenicus, dari tepi lateral
menuju tepi medial.2
Truncus costocervicalis berasal dari belakang arteri subclavia bagian kedua dan terbagi
menjadi arteri intercostal superior dan arteri cervical profunda. Arteri intercostal superficial
akan ke atas untuk memperdarahi ateri posterior intercostal 1 dan ruang intercostal 2. Sedangkan
arteri cervical profunda akan lewat ke belakang untuk memperdarahi otot leher bagian belakang.
Gambar 1. Arteri Subclavia3

Arteri Carotis Communis

Arteri carotis communis berdasarkan arahnya dibedakan menjadi arteri carotis communis
dextra dan arteri carotis communis sinistra. Arteri carotis communis dextra berasal dari arteri
brachiocephalica di belakang articulatio sternoclavicular kanan. Arteri carotis communis sinistra
berasal dari arcus aorta pada mediastinum posterior. Arteri carotis communis akan berjalan ke
atas menuju leher dari articulatio sternoclavicular ke tepi atas cartilago thyroid, kemudian akan
terbagi menjadi 2 cabang (lihat gambar 2) yaitu arteri carotis external dan arteri carotis internal.3

Arteri carotis external merupakan salah satu cabang akhir dari arteri carotis communis.
Arteri carotis communis akan memperdarahi leher, kepala, dan kulit kepala. Arteri carotis
communis juga memperdarahi lidah, dan maxilla. Arteri ini dimulai dari tepi atas cartilago
thyroid dan berakhir di glandula parotis di belakang collum mandibula dan terbagi menjadi arteri
temporal superficial dan arteri maxillaris.3

Cabang dari arteri carotis external yaitu pada batas aspek posterior / lateral terdapat arteri
pharyngeus ascendens, arteri occipitalis, dan arteri thyroidea superior. Pada batas aspek anterior
terdapat arteri auricularis posterior, arteri thyroidea superior, arteri lingualis, arteri facialis, arteri
maxillaris interna dan arteri temporalis superficial.4
Arteri pharyngea ascendens merupakan cabang pertama atau kedua, berjalan di pharynx
sebelah dalam. Arteri pharyngea ascendens beranastomosis dengan arteri palatina descendens
(cabang dari arteri maxillaris), arteri palatina ascendens dan arteri tonsillaris (cabang dari arteri
facialis), dan arteri linguae dorsalis (cabang dari arteri lingualis). Nantinya arteri ini akan
memperdarahi otot-otot prevertrebralis, auris media dan meninges.4

Arteri occipitalis berasal dari aspek posterio arteri carotis externa. Letaknya superior
terhadap arteri facialis. Arteri ini berjalan di medial dan sejajar dengan musculus digastricus
venter posterior, juga berjalan dalam sulcus arteriae occipitalis os temporale. Arteri occipitalis
bersama dengan arteri carotis interna dan N. IX-XI akan memperdarahi kulit kepala.3

Arteri auricularis posterior merupakan cabang posterior kecil (cabang preterminal


akhir).nantinya akan naik ke posterior di antara meatus acusticus externus dan proc.mastoideus.
arteri ini memperdarahi otot-otot disekitarnya, kelenjar parotis, dan auricula/cavum timpani dan
kulit kepala.3

Arteri thyroidea superior merupakan cabang paling anterior. Arteri ini berjalan
anteroinferior di sebelah dalam m.infrahyoideus untuk mencapai kelenjar tiroid. Arteri ini
memperdarahi kelenjar tiroid, musculus infrahyoideus. Nantinya akan menjadi A.laryngeus
superior untuk meperdarahi larynx.3

Arteri lingualis berada di aspek anterior. Nantinya akan melengkung ke superoanterior


dan berjalan di sebelah dalam N.XII, m.stylohyoideus, m.digastricus venter posterior, dan
m.hypoglossus. arteri ini mempercabangkan arteri sublingualis dan arteri lingualis profunda.
Arteri ini akan memperdarahi lidah dan faring.3

Arteri facialis berada tepat di superior a.lingualis dan setinggi angulus mandibula. Arteri
ini nantinya akan menjadi arteri palatina ascendens, arteri submentalis dan arteri tonsillaris.Di
daerah wajah akan memperdarahi a.labialis inf & sup.Di lateral hidung akan memperdarahi
a.angularis. arteri ini akan memperdarahi wajah, palatum dan faring.4

Arteri maxillaris interna merupakan cabang terbesar arteri carotis externa. Arteri ini
keluar dari glandula parotis atau dorsal collum mandibulae. Menurut perjalanannya dibagi
menjadi pars mandibularis, pars pterygoidea, dan pars pterygopalatina. Pars mandibularis
terdapat a.alveolaris inferior yang akan memperdarahi a.mylohyoid, ramus dentalis, dan
a.mentalis. Pars pterygoidea terdapat a.temporalis profundus pars posterior dan anterior,
a.masseterica, a.buccalis. Pars pterygopalatina terdapat a.alveolaris superior posterior
(memperdarahi gigi morale dan premorale) dan a.infraorbitalis yang memperdarahi a.alveolaris
superior anterior (memperdarahi gigi insisivus dan caninus), a.palatina descendens
(memperdarahi palatum durum dan mukosanya).4

Arteri temporalis superficial merupakan cabang terkecil. Memberi darah pada 1/3 depan
dari kulit kepala dan 1/3 depan bagian wajah. Cabang dari arteri ini adalah arteri transversa
facialis. Arteri transversa facialis melintasi tepat di atas ductus parotideus, memperdarahi
kelenjar parotis.5

Gambar 2. Arteri Carotis Communis5

Mikroskopis Pembuluh Darah

Sistem vascular darah terdiri atas lingkaran pembuluh yang aliran darahnya
dipertahankan oleh jantung yang memompa terus-menerus. System arteri membentuk jalinan
yang menuju kapiler yang merupakan tempat utama pertukaran gas dan metabolit antara jaringan
dan darah. System vena mengembalikan darah dari kapiler ke jantung. Sebaliknya, system
vascular limfe semata-mata adalah system drainase pasif untuk mengembalikan cairan
ekstravaskuler yang berlebihan, yaitu limfe, kedalam sistem vascular darah. System vascular
limfe tidak mempunyai mekanisme pompa intrinsik.5

Keseluruhan system sirkulasi memiliki struktur dasar umum:6

- Satu lapis terdiri atas selapis sel epitel sangat gepeng yang disebut endotel, ditunjang oleh
membrane basal jaringan kolagen halu; mereka membentuk tunika intima.
- Satu lapis muscular intermeiat, tunika media.
- Satu lapis jaringan penyokong luar disebut tunika adventisia.

Jaringan dinding pembuluh besar tidak dapat disokong oleh difusi nutrient dari lumennya
dan karenanya dipasok oleh arteri kecil yang disebut vaso vasorum yang berasal dari pembuluh
utama itu sendiri atau dari arteri berdekatan. Vasa vasorum membentuk jalinan kapiler di dalam
tunika adventisia yang dapat meluas sampai ke dalam tunika media.6

Pada arteri besar, tunika intima terdiri dari atas selapis sel endotel gepeng ditunjang oleh
selapis jaringan kolagen dengan banyak elastin berupa serat dan lembaran tidak utuh. Jaringan
penyokong subendotel menganung sebaran fibroblast dan sel lain dengan cirri struktur ultra
mirip sel otot polos, dikenal sebagai sel miointimal.Tunika media sangat tebal dan sangat elastis.
Dengan perbesaran kuat, tampak terdiri atas lembaran-lembaran elastin tidak utuh yang
kosentris dipisahkan oleh jaringan kolagen dan relative sedikit serat otot polos. Tunika
adventisia berkolagen mengandung vaso vasorum kecil, yang juga menembus sampai belahan
luar tunika media.6

Arteri sedang mempunyai struktur dasar yang sama dengan arteri elastis, namun jaringan
elastisnya hanya berupa lembaran elastis bertingkap, lamina elastika interna, memisahkan tunika
intima dari tunika media, dan lamina elastika eksterna yang kurang berbatas tegas pada
perbatasan tunika adventisia dan media. Tunika media terdiri atas selapis tebal otot polos yang
tersusun melingkar, terpulas kuning dalam mikrograf. Tunika adventisia lebar terutama terdiri
atas kolagen dengan banyak elastin, terpulas hitam dalam mikrograf.6

Arteriol dapat didefinisikan sebagai pembuluh system arteri dengan diameter lumen
kurang dari 0,3 mm, meskipun membedakan arteri muscular kecil dengan arteriol besar agak
dipaksakan. Tunika intima sangat tipis dan terdiri atas lapisan endotel, sedikit jaringan
penyokong kolagen dan lamina elastika interna tipis. Tunika media hampir seluruhnya terdiri
atas sel otot polos dalam 6 lapis kosentris. Tunika adventisia mungkin setebal tunika media dan
menyatu dengan jaringan kolagen sekitar. Tidak ada lamina elastika eksterna.6

Pada arterio kelcil, tunika media masing-masing terdiri atas 2 lapis sel otot polos. Yang tampak
dari tunika intima adalah inti dari sel endotel gepeng. Adventisia secara berangsur menyatu
dengan jaringan penyokong sekitar. Jaringan penyokong berekatan dengan sejumlah akson
simpatis pengandung vesikel dan sebuah sel penyokong schwann. Lapis aventisia berangsur
menyatu dengan jaringan kolagen longgar di sekitarnya.6

Kapiler terdiri dari selapis sel endotel gepeng yang melapisi lumen kapiler. Lapis
sitoplasma tipis itu sulit dilihat dengan mikroskop cahaya. Inti sel endotel gepeng menonjol ke
dalam lumen kapiler; pada sediaan potongan memanjang inti ini tampak memanjang sedangkan
melintang tampak berbentuk lebih bulat. Tidak terdapat lapis muscular dan adventisia. Sel-sel
gepeng yang disebut perisit memeluk sel endotel kapiler dan dapat berfungsi kontraktil.6

Pada kapiler jenis utuh, 4 sel endotel tampak melingkari lumen kapiler, membrane
plasmanya saling merapat dan diikat oleh sebaran taut kedap fasia okludens. Lembaran sitoplama
kecil disebut lipatan marginal melintasi taut antar sel pada permukaan lumen. Endotel kapiler
ditunjang oleh membrane basal tipis dan serabut kolagen berdekatan. Sebuah perisit ini ditunjang
oleh membrane basalnya seniri. Ala jaringan penyokong berdekatan tampak sebuah fibroblas dan
serabut kolagen berdiameter lebih besar yang terpotong melintang dan memanjang.6

Pada kapiler berfenestra hanya memiliki tunika intima dari sel-sel endotel, dan dikelilingi
lamina basal lengkap. Fenestra itu ditutupi suatu membran atau diafragma yang lebih tipis dari
membran unit: dikatakan mereka merupakan daerah yang memungkinkan pertukaran. Tetapi,
pada glomerulus ginjal, fenestra itu tidak ditutupi membran. Kapilar berfenstra terdapat pada
kebanyakan kelenjar endokrin, vili intestinales, pleksus koroideus ventrikel otak, dan glomus
carotikum.7

Sinusoid adalah kapiler berdiameter lebar yang ditemukan dalam hati, limpa, limfonous,
sumsum tulang belakang dan beberapa kelenjar endokrin. Umumnya sinusoid memiliki garis
bentuk tidak teratur, yang sesuai dengan susunan sel dari jaringan tempatnya berbeda.7
Venula menyertai arteriol dan variasi diameter lumen antara 10 sampai 50m.
Dindingnya hanya terdiri atas tunika intima. Lapisan endotelnya utuh, seperti lamina basalnya.
Sel-sel jaringan ikat belum berdiferensiasi, yaitu perisit, terletak di dalam lamina basal: mereka
sangat bercabang-cabang dan cabangnya meninggalkan lamina basal dan berhubungan dengan
sel-sel endotel. Tidak ada tunika media dan adventisia pada venula.7

Vena yang mempunyai katup terdiri dari tonjolan tunika intima dinding vena yang berbentuk
setengah lingkaran; tonjolan ini terdiri atas jaringan fibro-elastis yang kedua belahnya dilapisi
endotel. Setiap katip biasanya terdiri atas 2 lembaran, dengan tepian bebasnya mengarahke arah
aliran darah. Katup hanya terdapat pada vena berdiameter lebih dari 2 mm, terutama yang
terdapat di tungkai.

Pada vena, tunika intima terdiri atas lapisan endotel plus; dalam vena yang tidak dipenuhi
darah, endotel ini mungkin melipat-lipat. Tunika media itu tipis bila dibandingkan dengan arteri
dan terdiri atas 2 atau lebih lapis serat otot polos yang tersusun melingkar. Tunika adventisia
adalah lapis paling tebal dari dinding pembuluh dan terdiri atas serat kolagen tebal tersusun
memanjang yang menyatu dengan jaringan kolagen.6

Vena besar juga memiliki ketiga tunika, tetapi tunika adventisianya adalah yang paling
berkembang di antara macam-macam pembuluh darah. Mereka dilapisi endotel utuh. Tunika
medianya mungkin tidak ada atau jumlahnya tidak banyak: susunannya sama seperti vena biasa.
Tunika adventisianya tebal dan terdiri atas otot polos longitudinal, seratpserat kolagen dan
elastin.7

Pada dinding ventrikel, tunika intima jantung disebut endokardium, dan sukar diamati
pada pembesaran ini. Tunika media jantung disebut miokardium fan paling tebal pada dinding
ventrikel. Miokardium terdiri atas otot jantung, yang strukturnya cock dengan kebutuhan
fungsional jantung.Tunika adventisia jantung, epikardium dikelilingi ruang potensial, rongga
perikardium, yang dibungkus oleh kantong fibrosa, yaitu perikardium. Perikardium parietal
melekat secara longgar pada struktur mediastinal sekitarnya. Lapis parietal dan viseral dari
perikardium saling bergeser dengan bebas sehingga gerak jantung secara relatif tidak terganggu.

Serat purkinje merupakan sel-sel penghantar lebih besar dari sel miokard, dan kadangkala
berinti 2. Sitoplasma pucat yang luas mengandung relatif sedikit miofibril, yang tersusun secara
tidak teratur tepat di bawah membran plasma sel. Sitoplasma kaya glikogen dan mitokondria
namun berbeda dengan sel otot jantung lain. Sel-sel purkinje dihubungkan oleh desmosom dan
taut rekah, bukan oleh diskus interkalaris seperti pada miokard biasa.6

Pada katup jantung, Derivat endokardium terdapat di pangkal aorta dan arteria
pulmonalis atau di antara atrium dan ventrikel. Katup terdiri atas jaringan ikat jarang sebagai
pusatnya yang diapit di antara jaringan ikat padat permukaan atas dan bawah katup. Permukaan
katup dilapisi endotel. Katup ini sebagian besar avaskular. Katup atrioventrikularis memiliki
korda tendinea sebagai tambahan, yang melekat pada belahan ventrikel. Bangunan ini terdiri atas
berkas-berkas kolagen dengan fibroblas di antaranya.7

Sistem Peredaran Darah

Sistem peredaran darah merupakan suatu sistem tertutup yang mengatur dan
mengendalikan darah di dalam tubuh. Dikatakan tertutup karena pada keadaan normal tidak ada
darah yang berada di luar wadah aliran darah. Wadah itu bisa berupa pembuluh nadi, pembuluh
balik, kapiler atau rongga (=sinus) di organ tertentu.8

Darah terus menerus mengaliri sistem sirkulasi ke dan dari jantung, melalui dua lengkung
vaskular (pembuluh darah) terpisah, dengan keduanya berasal dari dan berakhir di jantung.
Sirkulasi darah tersebut bisa dibedakan menjadi dua yaitu sirkulasi pulmonal (sirkulasi paru) dan
sirkulasi sistemik. Sirkulasi pulmonal terdiri dari lengkung tertutup pembuluh-pembuluh yang
mengangkut darah antara jantung dan paru. Sementara itu sirkulasi sistemik adalah sirkuit
pembuluh yang mengangkut darah antara jantung dan sistem tubuh lain.9

Darah yang kembali ke sirkulasi sistemik, masuk ke atrium kanan melalui dua vena besar
(vena cava superior dan inferior), salah satu mengembalikan darah dari level diatas jantung dan
yang lain dari level dibawah jantung. Darah yang masuk ke atrium kanan telah kembali dari
jaringan tubuh, dimana O2 ditambahkan ke dalamnya. Darah yang teroksigenasi ini mengalirkan
dari atrium kanan ke dalam ventrikel kanan yang memompanya keluar artei pulmonalis, yang
segera membentuk dua cabang, satu berjalan ke masing-masing dari kedua paru. Karena itu, sisi
kanan jantung menerima darah dari sirkulasi sistemik dan memompanya ke dalam sirkulasi
paru.10
Di dalam paru, tetes darah tersebut kehilangan CO2 extra dan menyerap passokan segar
O2 sebelum dikembalikan ke atrium kiri melalui vena pulmonalis yang datang dari kedua paru.
Darah kaya O2 yang kembali ke atrium kiri ini selanjutnya mengalirkan ke dalam ventrikel kiri,
rongga pemompa yang mendorong darah ke seluruh sistem tubuh kecuali paru, jadi kiri jantung
menerima darah dari sirkulasi sistemik. Satu arteri besar yang membawa darah menjauhi
ventrikel kiri adalah aorta. Aorta bercabang-cabang menjadi arteri-artei besar yang mendarahi
berbagai organ tubuh.10

Berbeda dari sirkulasi paru, dimana semua darah mengalirkan ke paru, sirukulasi sistemik
dapat dipandang sebagai suatu rangkaian jalur sejajar. Sebagian darah yang dipompa oleh
ventrikel kiri mengalir ke otot, sebagian ke ginjal, sebagian ke otak, dan sebagainya. Karena itu,
keluaran ventrikel kiri terdistribusi sedemikian sehingga setiap bagian tubuh menerima darah
segar, darah arteri yang sama tidak mengalir dari organ ke organ.10

Karena itu, tetes darah yang kita telusuri mengalir hanya ke satu organ sistemik. Sel-sel
jaringan didalam organ tersebut menyerap O2 dari darah untuk menghasikan energi dalam
prosesnya sel jaringan membentuk CO2 sebagai produk ssa yang ditabahkan ke dalam darah.
Tetesan darah yang sekarang hilang kandungan O2 nya sebagiam dan mengalami peningkatan
kandugan CO2 kembali ke sisi kanan jantung, yang kembali memompanya ke paru. Satu sirkuit
selesai.10

Fungsi Pembuluh Darah : Arteri, Vena, Arteriol, Kapiler

Arteri terspesialisasi khusus untuk berfungsi sebagai tempat jalur cepat untuk darah dari
jantung menuju ke organ. Hal itu karena radius yang dimiliki arteri berukuran besar, dan pada
arteri tahanan untuk aliran darah kecil. Selain itu, arteri bertindak sebagai reservoir tekanan
untuk memberikan tenaga pendorong untuk darah ketika jantung sedang relaksasi.11

Vena terdiri dari dinding yang lebih tebal dari arteri. Vena berfungsi sebagai tempat jalur
darah dari organ menuju jantung, selain itu juga berfungsi sebagai reservoir darah.

Arteriol merupakan pembuluh utama yang memberikan hambatan di dalam sistem


vaskularisasi karena jari-jari arteriol cukup kecil untuk memberikan hambatan yang besar untuk
mengalirkan darah. Walaupun kapiler mempunyai jari-jari yang lebih kecil dari arteriol, tetapi
hambatan yang dapat dilakukan kapiler tidak bisa seperti arteriol. Radius arteriol dapat diubah-
ubah bergantung pada kebutuhan organ dan digunakan untuk mengatur tekanan darah.11

Kapiler mempunyai dinting endotel yang sangat tipis. Hal itu dikarenakan kapiler
berfungsi sebagai tempat terjadinya pertukaran materi antara sel jaringan dengan darah. Kapiler
juga menentukan distribusi cairan extraseluler antara plasma dengan cairan insterstisial.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aliran Balik Vena

Vena memiliki jari-jari besar sehingga resistensinya terhadap aliran darah rendah. Selain
itu karena luas potongan melintang total sistem vena secara bertahap berkurang seiring dengan
menyatunya vena-vena kecil menjadi pembuluh darah yang semakin besar tapi semakin sedikit,
aliran darah menjadi lebih cepat ketika mendekati jantung. Selain berfungsi sebagai saluran
beresistensi rendah untuk mengembalikan darah dari jaringan ke jantung, vena sistemik juga
berfungsi sebagai reservoir darah. Karena kapasitas penyimpannya, vena sering disebut
pembuluh darah penyimpan. Vena memiliki dinding yang jauh lebih tipis dan lebih sedikit otot
polos dibandingkan dengan arteri. Juga, berbeda dari arteri, vena memiliki elastisitas yang
rendah karena jaringan ikat vena lebih banyak mengandung serat kolagen daripada elastin. Otot
polos vena tidak banyak memiliki tonus miogenik. Karena sifat-sifat tersebut, vena sangat mudah
teregang dan tidak banyak memperlihatkan recoil elastik.12
Kapasitas vena merupakan volume darah yang dapat ditampung oleh vena yang
bergangtung kepada daya regang (distensibilitas) dinding vena (seberapa banyak pembuluh darah
ini dapat diregangkan untuk menampung darah) dan pengaruh tekanan eksternal yang memeras
vena. Istilah aliran balik vena merujuk kepada volume darah yang masuk ke masing-masing
atrium per menit dari vena. Terdapat faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran balik vena
yaitu vasokontriksi vena yang dipicu oleh saraf simpatis, aktivitas otot rangka, efek katup vena,
aktivitas pernafasan, dan efek penghisapan oleh jantung. Sebagian dari faktor sekunder ini
mempengaruhi aliran balik vena dengan mempengaruhi gradien tekanan antara vena dan jantung.
Stimulasi simpatis menyebabkan vasokontriksi vena, yang secara moderat meningkatkan
tekanan vena yang akan meningkatkan gradien tekanan untuk mendorong lebih banyak darah
yang tersimpan di vena ke dalam atrium kanan sehingga aliran balik vena meningkat dengan
mengurangi kapasitas vena. Dengan berkurangnya kapasitas vena, maka lebih sedikit darah yang
mengalir dari kapiler tetap berada divena, karena berlanjut mengalir ke jantung yang
menyebabkan peningkatan curah jantung karena bertambahnya volume diastolik akhir. Perlu
diketahui perbedaan akibat dari vasokontriksi di arteriol dan vena. Vasokontriksi arteriol segera
mengurangi aliran melalui pembuluh ini karena meningkatnya resistensi (darah yang masuk dan
mengalir melalui arteriol yang menyempit menjadi lebih sedikit), sementara vasokontriksi vena
segera meningkatkan aliran melalui pembuluh ini karena berkurangnya kapasitas vena
(penyempitan vena memeras keluar lebih banyak darah yang sudah ada divena, meningkatkan
aliran darah melalui pembuluh ini).1
Efek aktivitas otot rangka pada aliran balik vena. Banyak vena besar di ekstremitas
terletak di antara otot-otot rangka sehingga kontraksi otot menekan vena. Kompresi vena
eksternal ini mengurangi kapasitas vena dan meningkatkan tekanan vena, sehingga memeras
cairan di vena agar mengalir ke jantung. Efek pompa ini yang dikenal sebagai pompa otot
rangka, adalah salah satu cara pengembalian darah tambahan dari vena ke jantung selama
berolah raga. Meningkatnya aktivitas otot mendorong lebih banyak darah keluar vena dan masuk
ke jantung. Meningkatnya aktivitas simpatis dan vasokontriksi vena yang ditimbulkannya pada
saat berolah raga, semakin meningkatkan aliran balik vena. Pompa otot rangka juga melawan
efek gravitasi pada sistem vena.
Melawan efek gravitasi pada sistem vena. Ketika seseorang berbaring, gaya gravitasi
berlaku seragam sehingga tidak perlu dipertimbangkan. Namun ketika berdiri, efek gravitasi
tidaklah seragam. Selain tekanan biasa akibat kontraksi jantung, pembuluh-pembuluh yang
berada dibawah jantung mengalami tekanan dari berat kolom darah yang terbentang dari jantung
ke ketinggian pembuluh yang bersangkutan. Terdapat dua konsekuensi penting peningkatan
tekanan ini. Pertama, vena-vena yang dapat teregang akan melebar akibat meningkatnya tekanan
hidrostatik sehingga kapasitasnya bertambah. Meskipun mendapat efek gravitasi yang sama
namun arteri tidak terlalu mudah teregang dan tidak mengembang seperti vena. Banyak darah
yang masuk dari kapiler cenderung berkumpul di vena-vena tungkai bawah yang mengembang
dan tidak kembali ke jantung. Karena aliran balik vena berkurang maka curah jantung menurun
dan volume sirkulasi efektif menciut. Kedua, peningkatan mencolok tekanan darah kapiler yang
terjadi karena efek gravitasi menyebabkan banyak cairan keluar dari anyaman kapiler di
ekstremitas bawah, menimbulkan edema lokal (yaitu kaki dan pergelangan kaki membengkak).
Dalam keadaan normal terdapat dua mekanisme kompensasi yang melawan efek gravitasi ini.
Pertama, penurunan tekanan arteri rerata yang terjadi ketika seseorang berpindah dari posisi
berbaring menjadi tegak memicu vasokonstriksi vena melalui saraf simpatis yang mendorong
maju sebagian dari darah yang menumpuk. Kedua, pompa otot rangka menginterupsi kolom
darah dengan mengosongkan secara total segmen-segmen tertentu vena sehingga bagian tertentu
dari suatu vena tidak mengalami beban dari seluruh kolom vena dari jantung ke bagian vena
tersebut.
Secara vasokontriksi vena tidak dapat mengompensasi secara lengkap efek gravitasi
tanpa aktivitas otot rangka. Karenanya, ketika seseorang berdiri diam untuk waktu lama maka
aliran darah ke otak berkurang karena berkurangnya volume sirkulasi efektif, meskipun terjadi
refleks untuk mempertahankan tekanan arteri rerata. Berkurangnya aliran darah ke otak dapat
menyebabkan pingsan, yang mengembalikan orang tersebut ke posisi horizontal, sehingga
menghilangkan efek gravitasi pada sistem vaskular dan memulihkan sirkulasi efektif.
Efek katup vena pada aliran balik vena. Vasokontriksi vena dan kompresi vena eksternal
mendorong darah menuju jantung. Darah hanya dapat terdorong maju karena vena-vena besar
dilengkapi oleh katup-katup satu arah yang berjarak 2 sampai 4 cm satu sama lain; katup ini
memungkinkan darah mengalir maju menuju jantung tapi menghambatnya menglir balik ke
jaringan. Katup-katup vena ini juga berperan melawan efek gravitasi pada posisi tegak dengan
membantu meminimalkan aliran balik darah yang cenderung terjadi ketika seseorag berdiri dan
secara temporer menunjang bagian-bagian dari kolom darah ketika otot rangka melemas.
Efek aktivitas pernafasan pada aliran balik vena. Akibat aktivitas bernapas, tekanan di
dalam rongga dada rata-rata 5 mm Hg lebih rendah daripada tekanan atmosfer. Dalam
mengembalikan darah ke jantung dari bagian-bagian bawah tubuh, sistem vena berjalan melewati
rongga dada, tempat pembuluh ini mendapat tekanan subatmosfer tersebut. Karena sistem vena
di tungkai dan abdomen mendapat tekanan atmosfer normal maka terbentuk gradien tekanan
eksternal antara vena-vena bawah (pada tekanan atmosfer) dan vena-vena dada (5 mm Hg lebih
rendah daripada tekanan atmosfer). Perbedaan tekanan ini memeras darah dari vena-vena bawah
ke vena-vena dada, meningkatkan aliran balik vena. Mekanisme fasilitasi aliran balik vena ini
disebut pompa respirasi, karena terjadi akibat aktivitas bernapas. Peningkatan aktivitas bernapas
serta efek pompa otot rangka dan vasokontriksi vena meningkatkan aliran balik vena sewaktu
olahraga.
Efek penghisapan jantung pada aliran balik vena. Tingkat pengisian jantung tidak semata-
mata bergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi vena. Jantung juga berperan dalam
proses pengisian dirinya. Selama kontraksi ventrikel, katup AV tertarik ke bawah, memperbesar
rongga atrium. Akibatnya tekanan atrium secara transien turun di bawah 0 mm Hg sehingga
gradien tekanan vena terhadap atrium meningkat dan aliran balik vena bertambah. Selain itu,
ekspansi cepat rongga ventrikel selama relaksasi ventrikel menciptakan tekanan negatif sesaat di
ventrikel sehingga darah tersedot dari atrium dan vena; jadi, tekanan negatif di ventrikel
meningkatkan gradien tekanan vena terhadap atrium dan terhadap ventrikel sehingga aliran baik
vena semakin meningkat. Karena itu, jantung berfungsi sebagai pompa hisap untuk
mempermudah pengisian jantung.12

Komponen darah
Meskipun secara makroskopis berbentuk cair, sebenarnya darah terdiri dari bagian yang
cair dan padat. Apabila diperiksa di bawah mikroskop, tampak banyak benda bundar kecil di
dalamnya, yang dikenal sebagai korpuskulus darah atau sel darah. Sel-sel darah merupakan
bagian yang padat, sedangkan cairan tempat sel-sel ini berada merupakan bagian cair yang
disebut plasma. Sel-sel darah membentuk 45% seluruh volume darah dan plasma membentuk
55% seluruh volume darah.13
Plasma atau bagian cair darah adalah cairan jernih berwarna kekuningan. Komponen
plasma : Air membentuk sekitar 90% volume plasma. Air dalam plasma berfungsi menyuplai air
segar untuk mencuci sel-sel tubuh dan memperbaharui air yang terdapat di dalam sel-sel tersebut.
60% berat badan kita adalah air dan pada pria dengan berat badan 70 kg, hal itu berarti sekitar 46
lliter. Dari 46 liter tersebut, sekitar 29 liter terdapat di dalam sel (cairan intrasel) dan 17 liter
terdapat di luar sel (cairan ekstrasel). Cairan ekstrasel terbagi atas cairan di dalam pembuluh
darah (3 liter) dan cairan pencuci sel yang disebut cairan interstisial (14 liter). Garam mineral
mencakup garam-garam klorida, fosfat, dan karbonat dari natrium, kalium, dan kalsium.
Keseimbangan akurat berbagai garam ini diperlukan untuk fungsi normal jaringan tubuh, dan
terdapat sekitar 0,9% zat anorganik.garam-garam didalam plasma diperlukan untuk membentuk
protoplasma dan berfungsi sebagai zat buffer (dapar) yang akan menetralisir asam atau basa di
dalam tubuh dan mempertahankan pH normal darah.13
Protein plasma terdiri atas albumin, globulin, fibrinogen, protombin, dan heparin. Protein
plasma membuat konsistensi darah lengket, yang disebut viskositas, yang diperlukan untuk
mencegah cairan berlebihan menembus dinding kapiler masuk ke dalam jaringan. Kelebihan
cairan di dalam jaringan dikenal sebagai edema. Viskositas darah juga berperan
mempertahankankan tekanan darah. Albumin dibentuk di hati, sedangkan globulin dihasilkan
oleh sejenis sel darah putih yang disebut limfosit. Fibrinogen dan protombin diproduksi di dalam
hati dan keduanya diperlukan untuk mekanisme pembekuan darah. Plasma tanpa fibrinogen
disebut serum. Serum bisa ditemukan sebagai cairan kuning yang keluar dari luka setelah bekuan
darah terbentuk. Heparin juga dihasilkan oleh hati dan berfungsi mencegah pembekuan di dalam
pembuluh darah. Zat-zat nutrisi dalam bentuk yang paling sederhana adalah glukosa, asam
amino, asam lemak serta gliserol, diabsorpsi dari saluran cerna ke dalam darah. Mereka
merupakan hasil akhir metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Gas terlarut seperti oksigen,
karbondioksida, dan nitrogen.13
Kemudian terdapat juga sisa produk jaringan : urea, asam urat, dan kreatinin merupakan
produk sisa metabolisme protein. Mereka diproduksi di dalam hati dan dibawa oleh darah untuk
kemudian diekskresi oleh ginjal. Serta enzim yang merupakan zat kimia yang dihasilkan tubuh,
yang akan menyebabkan perubahan kimiawi pada zat-zat lain tanpa terlibat langsung dalam
reaksi perubahan tersebut.13
Eritrosit merupakan diskus bikonkaf (lihat gambar 3), bentuknya bulat dengan lekukan
pada sentralnya dan berdiameter 7,65 m. Eritrosit terbungkus dalam membrane sel dengan
permeabilitas tinggi. Membrane ini elastic dan fleksibel, sehingga memungkinkan eritrosit
menembus kapilar (pembuluh darah terkecil). Setiap eritrosit mengandung sekitar 300 juta
molekul hemoglobin, sejenis pigmen pernapasan yang mengikat oksigen. Volume hemoglobin
mencapai sepertiga volume sel.13

Gambar 3. Sel-sel Darah Dalam Tubuh14


Leukosit atau sel darah putih
Jumlah normal sel darah putih adalah 7.000 sampai 9.000 per mm3 yang berfungsi untuk
melindungi tubuh terhadap invasi benda asing, termasuk bakteri dan virus. Sebagian besar
aktivitas leukosit berlangsung dalam jaringan dan bukan dalam aliran darah. Leukosit memiliki
sifat diapedesis, yaitu kemampuan untuk menembus pori-pori membrane kapilar dan masuk ke
dalam jaringan. Leukosit bergerak sendiri dengan gerakan amuboid (gerakan seperti gerakan
amuba). Pelepasan zat kimia oleh jaringan yang rusak menyebabkan leukosit bergerak mendekati
(kemotaksis positif) atau menjauhi (kemotaksis negative) sumber zat. Semua leukosit adalah
fagisitik, tetapi kemampuan ini lebih berkembang pada neutrofil dan monosit. Ada lima jenis
leukosit dalam sirkulasi darah, yang dibedakan berdasarkan ukuran, bentuk nucleus, dan ada
tidaknya granula sitoplasma. Sel yang memiliki granula sitoplasma disebut granulosit, sel tanpa
granula disebut agranulosit. Granulosit terbagi berdasarkan warna granula sitoplasmanya
menjadi :13
1. Neutrofil mencapai 60% dari jumlah sel darah putih. Neutrofil memiliki granula kecil
berwarna merah muda dalam sitoplasmanya. Nukleusnya memiliki tiga sampai lima
lobus yang terhubungkan dengan benang kromatin tipis. Diameternya mencapai 9 m
sampai 12m. Neutrofil sangat fagositik dan sangat aktif. Sel-sel ini sampai
dijaringan terinfeksi untuk menyerang dan menghancurkan bakteri, virus, atau agens
penyebab cedera lainnya.
2. Eusinofil mencapai 1 sampai 3% jumlah sel darah putih. Eusinofiil memiliki granula
sitoplasma yang kasar dan besar, dengan pewarnaan oranye kemerahan. Sel ini
memiliki nucleus berlobus 2, dan berdiameter 12 m sampai 15 m. eusinofil adalah
fagositik lemah. Jumlahnya akan meningkat saat terjadi alergi atau penyakit parasit,
tetapi akan berkurang selama stress berkepanjangan. Sel ini berfungsi dalam
detoksikasi histamine yang diproduksi sel mast dan jaringan yang cedera saat
inflamasi berlangsung.
3. Basofil mencapai kurang dari 1% jumlah leukosit. Basofil memiliki sejumlah granula
sitoplasma besar yang bentuknya tidak beraturan dan akan berwarnakeunguan sampai
hitam serta memperlihatkan nucleus berbentuk S. diameternya sekitar 12 m sampai
15 m. Basofil menyerupai fungsi sel mast.
Terdapat juga Agranulosit yang merupakan leukosit tanpa granula sitoplasma. Terdiri
dari 2 jenis yaitu :13
1. Limfosit mencapai 30%jumlah total leukosit dalam darah. Sebagian besar limfosit
dalam tubuh ditemukan di jaringan limfatik. Limfosit mengandung nucleus bulat
berwarna biru gelap yang dikelilingi lapisan tipis sitoplasma. Ukurannya bervariasi,
ukuran terkecil 5 m sampai 8 m, ukuran terbesar 15 m. limfosit berasal dari sel-
sel batang sumsum tulang merah, tetapi melanjutkan diferensiasi dan proliferasiya
dalam organ lain. Sel ini berfungsi dalam reaksi imunologis.
2. Monosit mencapai 3sampai 8% jumlah total leukosit. Monosit adalah sel darah
terbesar, diameternya rata-rata berukuran 12 m sampai 18 m. nukleusnya besar,
berbentuk seperti telur atau seperti ginjal, yang dikelilingi sitoplasma berwarna biru
keabuan pucat. Monosit sangat fagositik dan sangat aktif. Sel ini siap bermigrasi
melalui pembuluh darah. Jika monosit telah meninggalkan aliran darah, maka sel ini
menjadi histiosit jaringan (makrofag tetap).

Keping darah atau Trombosit


Berjumlah 250.000 sampai 400.000 per mm3. Bagian ini merupakan fragmen sel tanpa
nucleus yang berasal dari megakariosit raksasa multinukleus dalam sumsum tulang. Ukuran
trombosit mencapai setengah ukuran sel darah merah. Sitoplasmanya terbungkus suatu
membrane plasma dan mengandung berbagai jenis granula yang berhubungan dengan proses
koagulasi darah. Trombosit berfungsi dalam hemostasis (penghentian pendarahan) dan perbaikan
pembuluh darah yang robek.13

Pembentukan Sel Darah Merah

Pembentukan sel darah pada umumnya diawali dari stem cell pluripotent yang terdapat
pada sumsum tulang belakang. Selanjutnya stem cell ini akan berdiferensiasi bisa menjadi
myleoid yang nantinya akan menjadi megakariosit (membentuk keping darah), granulosit
prekursor (membentuk basofil, neutrofil, dan eosinofil), eritrosit prekursor (membentuk sel darah
merah), dan monosit prekursor (membentuk monosit). Selain menjadi myleoid juga dapat
menjadi lymphoid yang nantinya akan membentuk limfosit T dan B.9

Sel darah merah dibentuk di sumsum tulang belakang yang diawali oleh stem cell yang
selanjutnya menjadi myleoid lalu eritroblast. Eritroblast masih memiliki inti dan organel yang
selanjutnya berkembang menjadi retikulosit yang hanya memiliki organel. Nantinya organel pun
akan hilang menjadi eritrosit. Pembentukan sel darah merah dikontrol oleh ginjal dengan
eritropoeitin yang distimulus oleh kurangnya oksigen dalam darah.9

Eritrosit terdiri dari hemoglobin yang mengandung heme dan globin. Eritrosit ini setelah
berumur sekitar 120 hari akan dihancurkan oleh makrofag di hati atau limpa. Eritrosit akan
menjadi heme dan globin. Globin adalah protein yang akan diubah menjadi asam amino dan
selanjutnya dipakai kembali oleh tubuh. Sedangkan heme adalah zat yang beracun sehingga
harus didaur ulang. Heme ini dapat dipecah menjadi ion ferro (Fe2+)yang akan diikat oleh
transferrin di plasma dan dibawa ke hati untuk disimpan dalam bentuk Ferritin. Ferritin ini dapat
dipakai kembali untuk pembentukan eritrosit di sumsum tulang karena dapat diubah menjadi
heme kembali. Selain menjadi ion ferro, heme juga diubah menjadi biliverdin yang kemudian
menjadi bilirubin. Bilirubin ini akan dibawa ke hati melalui protein albumin. Setelah masuk ke
hati bilirubin ini akan ditangkap oleh protein Y dan ligandin. Di hati bilirubin yang tidak
terkonyugasi akan diubah menjadi bilirubin yang terkonyugasi dengan asam glukoronat. Dari
bilirubin yang tidak larut air, non polar menjadi bilirubin yang polar dan larut air.15

Setelah terkonyugasi bilirubin akan disekresikan melalui saluran empedu ke usus halus
melalui suatu sistem transport di membran plasma kanalikulus empedu yaitu MRP-2 (multidrug
resistance-like protein 2) atau multispesific organic ion transporter (MOAT). Di usus halus
bilirubin akan diubah menjadi urobilinogen oleh bakteri usus dengan beta-glukoronidase.
Urobilinogen akan dibawa ke ginjal untuk dibuang melalui urin (urobilin) dan akan dibawa ke
usus besar untuk dibuang melalui feses (sterkobililin). Sterkobilin inilah yang memberi warna
khas pada feses.9
Mekanisme Pembekuan Darah

Pembekuan darah disebut juga hemostasis yaitu merupakan proses berhentinya


pendarahan. Proses ini bermanfaat terutama pendarahan pada mikrosirkulasi (kapiler, arteriol,
dan venula). Pada pendarahan pembuluh dasar besar perlu bantuan penekanan pada daerah
pendarahan. Hemostasis meliputi 3 langkah yaitu spasme vaskular, pembentukan sumbat
trombosit, dan pembekuan darah.9,15
a. Spasme vaskular
Putus/robeknya pembuluh darah menyebabkan darah melakukan vasokontriksi.
Mekanisme belom jelas, mungkin karena sinyal parakrin yang dihasilkan oleh endotel
pembuluh darah yang putus/robek. Vasokontriksi tersebut menyebabkan aliran darah
melambat dan mengurangi jumlah darah yang hilang akibat pendarahan. 9,15

b. Pembentukan sumbat trombosit


Pada keaadan normal trombosit inaktif tidak terpapar kolagen. Pada saat terjadi luka
maka trombosit tersebut dapat terpapar kolagen sehingga menjadi aktif. Trombosit
yang aktif akan melepaskan ADP dan trombosan A2. Kedua senyawa ini berguna
untuk mengaktifkan trombosit lain yang lewat di sekitarnya sehingga trombosit-
trombosit tersebut akan saling berikatan satu sama lain membentuk sumbat trombosit.
Di lain sisi ADP juga akan membuat endotel menghasilkan prostacyclin dan NO
(nitrit oksida) agar trombosit hanya berikatan pada bagian yang rusak, tidak pada
bagian yang lain. Fungsi sumbat trombosit ini adalah untuk membentuk sumbat yang
semakin lama semakin kuat, vasokontriksi pembuluh darah melalui vasokonstriktor
yang kuat (tromboksan A2) dan memperkuat koagulasi darah. 9,15

c. Koagulasi darah
Merupakan proses perubahan bentuk darah dari cair menjadi padat. Berfungsi untuk
menguatkan sumbat trombosit yang telah terbentuk, sehingga nantinya aliran darah
terhenti pada daerah pendarahan (merupakan mekanisme hemostatis terkuat).
Langkah kuncinya adalah perubahan fibrinogen menjadi fibrin yang dikatalisis oleh
trombin. Trombin memiliki fungsi yang sangat besar dalam pembekuan darah.
Setelah darah membeku dan perdarahan sudah dihentikan, darah harus kembali
mencair. Pengenceran bekuan darah ini diperankan oleh faktor XII (Hagemen Factor)
yang mengaktivasi plasmin sebagai agen yang menghancurkan bekuan darah. Proses
pengenceran ini berlangsung lebih lama dari proses pembekuan darah. 9,15

Kesimpulan

Peredaran manusia dibagi menjadi dua yaitu sirkulasi sitemik dan pulmonal. Sirkulasi
sistemik dimulai dari ventrikel kiri yang menuju ke aorta-aorta besar salah satunya adalah arcus
aorta. Arcus aorta akan memberikan cabang arteri carotis communis sinistra dan arteri subclavia
sinistra yang sangat penting di dalam tubuh manusia. Perdarahan pada percabangan kedua arteri
tersebut dapat berakibat fatal.
Daftar Pustaka

1. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT Gramedia;2009.h.128-9.


2. Snell RS. Clinical anatomy. 7th ed. USA: Lipincott Williams & Wilkins;2004.p.755.
3. Putz R, Pabst R. Sobotta: atlas of human anatomy. 14th ed. Germany: Urban &
Fischer;2006.p.152.
4. Snell RS. Clinical anatomy. 7th ed. USA: Lipincott Williams & Wilkins;2004.p.736.
5. Putz R, Pabst R. Sobotta: atlas of human anatomy. 14th ed. Germany: Urban &
Fischer;2006.p.19.
6. Burkitt HG, Young B, Heath JW. Buku ajar dan atlas wheather histology fungsional.
Jakarta: EGC; 1995.p.140-51.
7. Craigmyle MBL. Atlas berwarna histology. Jakarta: EGC; 1990.p.45-52.
8. Wibowo DS. Anatomi tubuh manusia. Jakarta: Grasindo;2008.h.52.
9. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2012.
10. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2006. h. 101-12.
11. Sherwood L. Introduction to human physiology. 8th ed. USA: Brooks/Cole;2013.p.366-89.
12. Sherwood L. Introduction to human physiology. 8th ed. USA: Brooks/Cole;2013.p.389-393.
13. Sacher, Ronald A. Tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium. Edisi ke-11. Jakarta:
EGC; 2004
14. http://masihtertulis.blogspot.com/2011/03/soal-no-17-un-2011-transportasi.html, diunduh
pada tanggal 15 Juni 2014.
15. Murray RK. Biokimia Harper. Edisi ke-27. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2009.h.288-303.

Anda mungkin juga menyukai