Anda di halaman 1dari 10

Gangguan pada Percabangan Arteri Subclavia dan Arteri Carotis Communis

Ribka Crisella Hutagalung 102020112

Kelompok D1

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat, 11510

ribka.102020112@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Tubuh manusia terdiri atas sistem vaskular yang berperan penting bagi tubuh. Terdapat
berbagai pembuluh darah pada tubuh manusia yang merupakan bagian dari sistem vaskular
tersebut, ada arteri, vena, yang memiliki fungsinya masing-masing. Arteri berperan sebagai
saluran transit dan reservoar tekanan sedangkan vena berperan sebagai reservoar darah dan
sebagai saluran menuju jantung. Salah satu pembuluh darah tersebut adalah a. subclavia dan
juga ada a. carotis communis, dimana arteri subclavia sendiri berasal dari truncus
brachiocephalica dan arcus aorta, sedangkan arteri carotis communis sendiri akan terbagi dua
cabang yaitu interna dan eksterna yang akan memperdarahi bagian ekstremitas atas. Vena
yang ada pada manusia dapat terhambat yang disebabkan oleh berbagai faktor pada aliran
balik vena itu sendiri. Ketika terjadi suatu peningkatan pada tekanan darah manusia, aka nada
refleks baroreseptor yang memberi sinyal informasinya.

Kata kunci : A. carotis communis, arteri, a. subclavia, baroreseptor, vena.

Abstract

The human body consists of a vascular system that plays an important role in the body. There
are various blood vessels in the human body that are part of the vascular system, there are
arteries, veins, which have their respective functions. Arteries act as transit channels and
pressure reservoirs while veins act as blood reservoirs and as conduits to the heart. One of
these blood vessels is a. subclavia and also there is a. the common carotid artery, where the
subclavian artery itself comes from the brachiocephalic trunk and aortic arch, while the
common carotid artery itself will be divided into two branches, namely internal and external
which will supply the upper extremities. Veins in humans can be obstructed due to various
factors in the venous return itself. When there is an increase in human blood pressure, there
will be a baroreceptor reflex that signals the information.

Keywords : A. common carotid, artery, a. subclavian, baroreceptors, veins.

Pendahuluan

Pada umumnya tubuh manusia memiliki berbagai sistem yang berperan dalam
bekerjanya organ dalam tubuh manusia tersebut. Salah satunya yaitu adalah sistem
kardiovaskular yaitu sistem yang mengatur kerjanya jantung dan juga pembuluh darah. Ada
banyak pembuluh darah yang ada dalam tubuh manusia yaitu arteri, vena, sistem limfoid juga
jadi salah satunya. Arteri dan vena tentu memiliki bentuk, dan juga fungsi yang berbeda pula.
Selain itu, sistem ini berjalan dengan baik ditunjang juga oleh jantung yang memiliki fungsi
memompa darah untuk menyediakan oksigen, nutrien, serta hormone ke seluruh tubuh dan
mengangkut sisa dari metabolisme seperti karbondioksida salah satunya.1,2,3

Dalam skenario ini akan dibahas sebuah kasus yang berkaitan dengan arteri subclavia
dan juga arteri carotis communis pada tubuh manusia. Arteri subclavia akan melengkung di
superolateral dan akan berubah menjadi a. axillaris. Sedangkan arteri carotis communis
sendiri berasal dari gabungan antara arteri carotis interna dan juga carotis eksterna, arteri ini
memperdarahi bagian ekstremitas atas. Umumnya pembuluh darah akan berjalan dengan
normal seperti pada umumnya, akan tetapi ada juga beberapa faktor yang dapat
mempengaruhinya, di sini akan lebih dibahas terkait faktor pada aliran balik vena tersebut.1

Kasus

Seorang laki-laki berusia 27 tahun diantar ke IGD RS dalam keadaan tidak sadar sejak 15
menit yang lalu akibat kecelakaan. Dari pemeriksaan didapatkan pasien mengalami trauma
pada articulatio sternoclavicula dan menciderai a.subclavia sehingga menyebabkan
perdarahan. Selain itu, juga didapatkan cidera pada cartilago thyroid hingga merusak
pembuluh darah di dekatnya yaitu a.carotis communis. Hal ini menyebabkan gangguan pada
percabangan dua pembuluh darah tersebut.

Rumusan masalah
Pasien laki-laki berusia 27 tahun tidak sadarkan diri sejak 15 menit yg lalu dan
mengakibatkan trauma pada articulatio sternoclavicula dan a. subclavia disertai cidera pada
cartilago thyroid hingga merusak pembuluh darah didekatnya yaitu a. carotis communis.
Percabangan A. Subclavia dan A. Carotis Communis

1. Arteri Subclavia

A.subclavia terbagi menjadi 2 cabang, yaitu a. subclavia dextra dan a. subclavia


sinistra. A. subclavia dextra berasal dari truncus brachiocephalica sedangkan a. subclavia
sinistra berasal dari arcus aorta. Kedua sisi ini baik kanan maupun kiri tetap berasal dari
perjalanan yang sama yaitu mulai dari bagian posterior articulatio sternoclavicular. Arteri
subclavia ini akan melengkung di superolateral dan berjalan di posterior musculus scalenus
anterior kemudian arteri ini akan menyilang costa I dan namanya berubah menjadi a.axillaris.
A. subclavia terdiri atas 3 cabang yang di dasarkan pada letaknya dari musculus scalenus
anterior.1

a) Di sebelah medial otot terdapat a. vertebralis, a. thoracica interna, dan truncus


thyrocervicalis.
b) Di sebelah posterior otot terdapat truncus costocervicalis.
c) Di sebelah lateral otot terdapat a. dorsalis scapulae.
2. Arteri Carotis Communis

Arteri carotis communis merupakan salah satu pembuluh darah yang ada di leher.
Arteri carotis communis ini akan bercabang menjadi 2, yaitu menjadi arteri carotis externa
dan arteri carotis interna. Arteri carotis interna akan memperdarahi bagian otak, sedangkan
arteri carotis externa akan memperdarahi area wajah dan juga leher. Arteri carotis externa ini
akan terbagi menjadi beberapa cabang untuk memperdarahi area wajah dan leher.1,2

 a. pharyngea ascendens merupakan cabang pertama atau kedua yang berjalan di area
faring untuk memperdarahinya, dan juga memberi cabang pada otot-otot prevertebralis,
auris media, dan juga meninges.1
 a. occipitalis merupakan cabang yang berasal dari aspek posterior a.carotis externa,
berhadapan dengan a. facialis, berjalan medial dan sejajar dengan m. digastricus venter
posterior. Serta berjalan bersama a.carotis interna dan N.IX-XI.1
 a. auricularis posterior merupakan cabang kecil yang ada di posterior, naik ke posterior
diantara meatus acusticus externus dan proc.mastoideus. Cabang ini akan memberi darah
pada otot-otot di sekitarnya, kelenjar parotis, auricula / cavum timpani dan juga kulit
kepala.1
 a. thyroidea superior merupakan salah satu cabang yang paling anterior, berjalan
anteroinferior di sebelah dalam m. infrahyoideus untuk mencapai kelenjar tiroid. Cabang
ini akan memperdarahi kelenjar tiroid, dan m. infrahyoideus, selain itu saat memperdarahi
laring akan berubah nama menjadi a. laryngeus superior.1
 a. lingualis merupakan permukaan carotis externa yang masuk ke origo mandibularis di
atas nervus hypoglossus untuk otot lidah (diatas a. thyroidea superior), mempercabangkan
a. sublingualis dan a. lingualis profunda.1
 a. facialis merupakan arteri yang berjalan ke depan, disebelah kanan dan sebelah dalam
mandibula, arteri ini tertanam di bagian belakang glandula submandibularis. Kemudian
arteri ini melingkar di sekeliling batas bawah mandibula dan sampai ke wajah. Di sini
arteri facialis menempuh jalan berliku-liku di sisi mulut dan sisi lateral hidung sampai ke
angulus medialis mata di mana terjadi anastomosis dengan cabang-cabang arteri
oftalmica. Arteri ini memiliki cabang tonsilaris di leher, cabang labialis superior dan
inferior dan cabang nasalis. Terjadi berbagai percabangan antara arteri facialis di
sepanjang garis tengah dan dengan arteri lain di wajah.1
 a. maxillaris merupakan cabang terbesar dari a. carotis externa terletak pada bagian
belakang rahang atas dan keluar dari glandula parotisdorsal collum mandibulae.1
 a. temporalis superficial merupakan cabang terkecil yang memperdarahi 1/3 depan kulit
kepala dan 1/3 bagian wajah. Selain itu, arteri ini juga mempercabangi a. transversa
facialis melintas tepat diatas ductus parotis dan juga memperdarahinya.1

Struktur Mikrokoskopik Pembuluh Darah

Dinding pada pembuluh darah umumnya tersusun atas lapisan endotel, jaringan ikat,
dan juga otot polos, akan tetapi berbeda dengan kapiler darah yang hanya tersusun dari
selapis endotel. Pembuluh darah dibagi menjadi 3 lapisan utama dari dalam ke luar yaitu
tunika intima, tunika media dan tunika adventita. Antara tunika intima dan tunika media
terdapat pembatas yang disebut dengan lamina elastika interna (LEI), sedangkan pembatas
antara tunika media dan tunika adventitia disebut dengan lamina elastika eksterna (LEE).3,4

 Tunika intima
Merupakan lapisan paling dalam di pembuluh arah, terdiri dari selapis sel endotel dan
lapis subendotel tipis jaringan ikat longgar yang kadang mengandung serat otot polos.
Pada arteri tunika intima mencakup lapisan tipis yang disebut lamina elastika interna
(LEI) yang memisahkan tunika media dengan tunika intima. LEI terdiri atas serat
elastin dengan lubang-lubang yang memungkinkan difusi substansi dari darah ke
dalam pembuluh darah menjadi lebih baik.3
 Tunika media
Merupakan lapisan tengah pada pembuluh darah yang terdiri dari lapisan konsentris
otot polos yang tersusun berpilin. Diantara sel-sel otot polos terdapat serat dan
lamela elastin, serat retikulin, proteoglikan, dan glikopotein dalam jumlah bervariasi.
Pada arteri terdapat lamina elastika eksterna yang lebih tipis yang memisahkan
tunika media dengan tunika advetitia. Lamina elastika interna dan eksternya yang ada
di tunika media ini lebih terlihat jelas, karena sekelilingnya lebih banyak otot polos
daripada serat elastin.3
 Tunika advetitia
Merupakan lapisan paling luar pada pembuluh darah. Lapisan ini terdiri dari jaringan
ikat yang terutama tersusun atas jaringan kolagen tipe I dan serat elastin. Pada lapisan
ini biasanya ditemukan serat saraf, pembuluh limfe dan vasa vasorum.3
 Vasa vasorum
Pada pembuluh darah besar biasanya memiliki vasa vasorum (pembuluhnya
pembuluh darah), yang terdiri dari arteriol, venule dan kapiler darah. Vasa vasorum
terdapat pada tunika adventitia dan bagian luar tunika meida. Fungsi dari vasa
vasorum sendiri adalah untuk menyediakan metabolit pada sel-sel dalam tunika
pembuluh yang lebih besar karena dindingnya yang terlalu tebal untuk dilewati dan
sulit untuk mendapatkan makanan melalui difusi dari darah dalam lumen. Darah
dalam lumen sendiri dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan sel-sel di tunika
intima. Vasa vasorum ini banyak ditemukan pada pembuluh darah vena karena vena
membawa darah yang miskin oksigen atau darah yang sudah terdeoksigenasi.3

Arteri

Arteri memiliki 3 tipe, yaitu besar/elastik, medium/muskular, arteri kecil/arteriol. Arteri


memiliki 3 lapisan yaitu tunika intima, tunika media dan tunika adventitia.3,4

a) Arteri elastis
Pembuluh darah besar ini juga disebut conducting arteries karena peranan utamanya
untuk membawa darah ke arteri kecil. Fungsi dari arteri elastis ini adalah menyalurkan
darah, meredam tekanan yang disebabkan sistol jantung, menjaga agar aliran darah
berjalan mulus atau tidak terhentak-hentak. Ciri utama pada arteri elastis adalah tunika
media tebal dan lamina elastisnya berselang seling dengan lapisan serat otot polos. Pada
tunika media terdapat banyak serat otot polos pada subndotel yang membuat tunika
intima menjadi lebih tebal. sesuai dengan fungsinya yaitu membuat aliran darah merata,
pada pembuluh darah besar terdapat banyak lamina elastika eksterna.3,4
b) Arteri muskular

Arteri sedang atau muskular mempunyai lebih banyak serat otot. Arteri sedang sering
disebut dengan arteri pendistribusi, arteri ini mendistribusikan darah ke organ – organ
dan membantu mengatur tekanan darah melalui kontraksi atau relaksasi otot polos di
tunika media. Arteri sedang berlumen bulat atau lonjong dengan dinding yang tebal.
Tunika intima terdiri atas selapis endotel dengan jaringan ikat tipis dibawahnya. Pada
tunika media ditemukan banyak otot polos yang tersusun melingkar selain itu dalam
tunika media juga sudah ditemukan kapiler darah yang mendarahi tunika media yang
disebut dengan vasa vasorum. Serat otot polos, lamina elastika eksternal dan internal juga
dapat terlihat jelas pada sajian arteri sedang dengan pewarnaan orcein. 3,4

c) Arteriol

Arteriol atau pembuluh darah yang paling kecil umumnya berdiameter kurang dari
0,5 mm dan memiliki lumen yang relatif sempit. Arteriol hanya memiliki satu atau dua
lapis otot polos yang memungkinkan berlangsungnya pertukaran antara darah dan cairan
jaringan. Fungsi dari arteri kecil adalah untuk mendistribusikan darah ke jaringan organ
organ dalam dan mengontrol aliran darah ke dalam kapiler. Lapisan sub endotel pada
arteriol sangat tipis, tidak ada lamina elastika, dan media terdiri atas sel otot polos yang
melingkar. Pada arteriol tunika adventitianya sangat tipis dan hampir tidak kelihatan. 3,4
Vena

Darah di dalam sistem vena atau pembuluh darah balik membawa darah sisa
metabolisme kembali ke jantung dari vaskulatur mikro. Vena digolongkan menjadi 3
golongan, yaitu vena kecil (venule), vena sedang dan vena besar. 3,4

a) Vena besar

Vena besar seperti vena cava memiliki lapisan intima yang berkembang baik,
tetapi lapisan medianya tipis dengan otot polos diselingi jaringan ikat. Tunika
adventitia pada vena besar lebih tebal daripada tunika medianya. Baik lapisan media
atau adventitia mengandung serat elastin dan sebuah lamina elastika interna seperti
pada arteri tapi biasanya tida terlihat jelas. Ciri penting pada vena besar dan vena
sedang adalah adanya katup satu arah yang terdiri atas lipatan ganda tunika intima
tipis yang menjulur ke dalam. Katup ini bersifat satu arah yang menghalangi darah
agar tidak berjalan kembali dan terus mengalir ke jantung. 3,4

b) Vena sedang / kecil

Vena sedang atau kecil memiliki diameter kira-kira 10 mm atau kurang.


Tunika intimanya tipis, tunika media memiliki berkas – berkas kecil otot polos yang
berbaur dengan jalinan serat retikular dan serat elastin yang halus, serta lapisan
adventitia yang tebal. 3,4

c) Venule

Venule memiliki diameter 15-20 µm, dindingnya mirip dengan dinding


kapiler darah yaitu selapis endotel. Fungsi dari venule adalah untuk pertukaran gas
dan zat antara jaringan. 3,4

Baroreseptor

Baroreseptor (sensor tekan) merupakan sensor yang merasakan tekanan darah dan
menyampaikannya ke otak, sehingga tekanan darah yang normal tetap dapat dipertahankan.
Baroreseptor terdapat pada sinus karotid dan juga pada lengkung arcus aorta. Tekanan arteri
rata-rata secara terus menerus dipantau oleh baroreseptor di dalam sistem sirkulasi. Ketika
terdeteksi adanya penyimpangan dari normal, berbagai respons refleks teraktifkan untuk
mengembalikan tekanan arteri rerata ke nilai normalnya. Penyesuaian jangka pendek (dalam
hitungan detik) dilakukan dengan mengubah curah jantung dan resistensi perifer total, yang
diperantarai oleh pengaruh sisrem sarafotonom pada jantung, vena, dan arteriol. Kontrol
jangka panjang dicapai melalui penyesuaian volume darah dengan cara memulihkan
keseimbangan garam dan air melalui mekanisme-mekanisme yang mengatur pengeluaran
urin dan rasa haus. Besar-kecilnya volume darah total, sebaliknya, berdampak besar pada
curah jantung dan tekanan arteri rerata.6

Setiap perubahan pada tekanan arreri rerata memicu suatu refleks baroreseptor
otomatis yang mempengaruhi jantung dan pembuluh darah untuk menyesuaikan curah
jantung dan resistensi perifer total dalam upaya untuk memulihkan tekanan darah ke normal.
Seperti semua refleks, refleks baroreseptor mencakup reseptor, jalur aferen, pusat integrasi,
jalur eleren, dan organ efektor. Reseptor terpenting yang terlibat dalam regulasi terus
menerus tekanan darah, sinus karotis dan baroreseptor arkus aorta, adalah mekanoreseptor
yang peka terhadap perubahan pada tekanan arteri rerata dan tekanan nadi. Responsivitas
reseptor-resepror ini terhadap fluktuasi tekanan nadi meningkatkan sensitivitas mereka
sebagai sensor tekanan, karena perubahan kecil tekanan sistol atau diastol dapat mengubah
tekanan nadi tanpa mengubah tekanan rerata. Baroreseptor secara terus-menerus memberi
informasi tentang tekanan arteri rerata; dengan kata lain, sensor ini selalu menghasilkan
potensial aksi sebagai respons terhadap tekanan di dalam arteri. Ketika tekanan arteri (baik
tekanan rerata atau nadi) meningkat, potensial baroreseptor ini meningkat sehingga kecepatan
lepas muatan di neuron-neuron aferen terkait meningkat. Sebaliknya, penurunan tekanan
arteri rerata memperlambat kecepatan lepas muatan yang dibentuk di neuron aferen oleh
baroreseptor. Pusat integrasi yang menerima impuls aferen tentang keadaan tekanan arteri
rerata adalah pusat kontrol kardiovaskular, yang terletak di medula di dalam batang otak.
Jalur eferennya adalah sistem saraf otonom. Pusat kontrol kardiovaskular mengubah
perbandingan antara aktivitas simpatis dan parasimpatis ke organ-organ efektor (jantung dan
pembuluh darah).6

Faktor-faktor yang aliran balik vena


Ada beberapa faktor yang menjadi suatu pengaruh dari aliran balik vena, yaitu ada
efek aktivitas dari otot rangka, vena besar bagian dari ekstremitas banyak terletak di antara
otot-otot rangka, saat otot-otot rangka ini berkontraksi vena akan tertekan. Penekanan pada
vena eksternal ini akan menurunkan kapasitas vena, sehingga cairan vena akan terperas ke
dalam jantung, yang disebut juga dengan pompa otot rangka. Efek yang kedua adalah efek
simoatis dari aliran balik vena, dimana otot polos dari vena banyak dipersarafi serat simpatis,
stimulasi saraf ini akan menimbulkan vasokontriksi vena serta meningkatkan tekanan vena
yang kemudian akan meningkatkan gradien tekanan yang mendorong lebih banyak darah dari
vena ke atrium. Selain itu, vasokontrikso ini juga akan meningkatkan aliran balik vena
dengan mengurangi kapasitas dari vena. Kemudian yang ketiga adalah efek aktivitas
pernapasan di aliran balik vena, ini dikenal sebagai pompa respirasi dimana ini terjadi karena
aktivitas pernapasan, tekanan di dalam rongga dada akan menjadi rata-rata 5 mmHg di bawah
tekanan atmosfer. Hal ini yang menyebabkan timbul perbedaan tekanan yang akan memeras
darah dari vena-vena bagian bawah menuju vena bagian dada dan meningkatkan aliran balik
vena. Faktor yang keempat adalah efek penghisapan jantung pada aliran balik vena. Jadi,
selama ventrikel berkontraksi, katup AV akan tertarik ke bawah mengakibatkan atrium
semakin mengembang dan menurunkan tekanannya sehingga gradien tekanan vena ke atrium
akan meningkat dan juga aliran balik vena akan meningkat. Selanjutnya yang terakhir adalah
efek katup vena pada aliran balik vena, katup vena yang besar dan satu arah ini
memungkinkan darah bergerak ke depan dan juga mencegah darah kembali ke jaringan.
Katup ini juga melawan efek gravitasi dengan membantu mengecilkan aliran balik darah.5

Mekanisme Pembekuan Darah


Mekanisme pembekuan darah atau biasa disebut juga dengan homeostatis adalah
suatu proses penghentian perdarahan pada pembuluh darah yang cedera untuk mencegah
hilangnya darah. Salah satu mekanismenya adalah dengan terjadinya proses pembekuan
darah. Pembekuan darah sendiri terjadi dengan melibatkan berbagai komponen di dalam
darah. Pembekuan darah ini timbul bila setelah terjadi konstriksi pembuluh darah dan
pembentukan sumbat trombosit tidak berhasil menghentikan perdarahan yang terjadi.4,7
Proses homeostasis terjadi 3 reaksi yaitu reaksi vascular berupa vasokontriksi
pembuluh darah, reaksi selular yaitu pembentukan sumbat trombosit, dan reaksi biokimiawi
yaitu pembentukan fibrin. Faktor-faktor yang memegang peranan dalam proses homeostatis
adalah pembuluh darah, trombosit, dan faktor pembekuan darah tersebut. Selain itu faktor
lain yang juga mempengaruhi homeostatis adalah faktor ekstra vascular yaitu jaringan ikat di
sekitar pembuluh darah dan keadaan otot.7
Mekanisme pembekuan darah terbagi melalui 2 jalur utama, yaitu jalur intrinsik dan
jalur ekstrinsik. Proses ini membutuhkan faktor–faktor pembekuan darah, yang sampai saat
ini telah dikenal sebanyak 15 faktor. Di antara kedua jalur tesebut jalur yang dipakai bersama,
disebut sebagai jalur umum / jalur bersama, dan satu terdapat satu jalur lain yaitu jalur
eksogen. Secara fisiologis, proses pembekuan darah ini akan dikendalikan oleh sistem
fibrinolitik dan anti koagulasi. Kedua sistem tersebut bertugas merusak hasil bekuan darah
yang tidak diharapkan oleh tubuh. Jadi hemosatasis merupakan kerja sama di antara dua
mekanisme tersebut.7

Kesimpulan

Jadi, kesimpulan dari pembahasan skenario atau kasus di atas adalah ditemukan cidera
pada pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya gangguan pada tubuh manusia, dan
juga hal ini diperkuat dengan keadaan pasien yang tidak sadarkan diri tersebut. Selain itu ini
juga menyebabkan tekanan darah manusia tidak dalam keadaan normal. Dengan adanya
refleks dari baroreseptor tekanan darah pasien dapat normal kembali dengan dikirimnya
sinyal sehingga tubuh melakukan usaha tersebut.

Daftar Pustaka

1. Cahyadi I, Dina F, Terencia A, Pangputri FD, Herlim FS. Kitab dewa. Anatomi-
thorax, abdomen, & pelvis. Jakarta: EGC; 2020.
2. Schünke M, Schulte E, Schumacher U. Atlas anatomi promotheus: anatomi umum
dan sistem gerak. 3rd ed. Sugiharto L, Suyono Y, Ong H, editor. Jakarta: EGC; 2015.

3. Eroschenko VP. Atlas histologi difior dengan korelasi fungsional. Jakarta: EGC;
2016.
4. Mescher AL. Histologi dasar Junqueira. Edisi ke-12. Jakarta: EGC; 2012.
5. Guyton AC, Hall JE. Textbook of medical physiology. Philadelphia: Elsevier
Sanders; 2014.
6. Sherwood L. Fisiologi manusia: Dari sel ke sistem. Ed, 9. Jakarta: EGC; 2020

7. Prihadi, Harsono. Pengaruh waktu aktifitas fisik ringan terhadap beda rerata waktu
pembekuan dalam sistem koagulasi. PhD Thesis. Faculty of Medicine. 2017 [diakses:
15 Juni 2021]; Dapat diakses http://eprints.undip.ac.id/22399/

Anda mungkin juga menyukai