Anda di halaman 1dari 31

Sekapur Sirih

(Fauzi)
Pendahuluan
Daftar Isi

Sekapur Sirih (Fauzi)

Pendahuluan

Daftar Isi

Keutamaan Masjid

Keutamaan Para Pemakmur Masjid

Bentuk-bentuk memakmurkan Masjid

Dari Masjid kita Bangkit

Balasan Para Pecinta Masjid

Wasiat Bagi Para Muadzin dan Imam Masjid


Keutamaan Masjid
Oleh Syaikh Said Ali Wahf al-Qahthani1

1
Diangkat dari kitab beliau al-Masjid, Mafhmun, wa Fadhilu wa
Ahkmu wa huqqu wa Adbun fi Dhauil Kitab was Sunnah, hlm. 7
14
Masjid memiliki kedudukan dan keutamaan dalam Islam,
oleh karena itu Allh Azza wa Jalla menyebutkannya dalam
Kitab-Nya pada 18 tempat.[2]

Dan dikarenakan kedudukannya yang tinggi dan agung di sisi


Allh Azza wa Jalla , maka Allh Azza wa Jalla menyandarkan
kata masjid pada Diri-Nya dalam bentuk penyandaran yang
bermuatan pemuliaan dan penghormatan. Sesuatu yang
disandarkan (di-idhfah-kan) kepada Allh Azza wa Jalla ada
dua macam:

Sifat-sifat yang tidak bisa berdiri sendiri, seperti ilmu


(mengetahui), qudrah (berkuasa), kalm (berbicara),
sama (mendengar), bashar (melihat) dan lain
sebagainya. Ini adalah penyandaran sifat kepada Dzat
yang memiliki sifat tersebut. Maka ungkapan Ilmu
Allh, kalam-Nya, qudrah-Nya, Hayat-Nya, Wajah-
Nya, tangan-Nya, artinya semua sifat-sifat itu milik-
Nya. Tidak ada seorangpun makhluk-Nya yang
menyerupai-Nya dalam sifat-sifat tersebut. Dan sifat-
sifat ini sesuai dengan keagungan-Nya.
Penyandaran dzat-dzat yang terpisah dari-Nya.
Seperti rumah (bait; yaitu baitullh), unta (naqah;
nqatullh), hamba (abdullh), rasul, ruh. Ini semua
adalah idhfah (penyandaran) makhluk kepada
Khaliqnya, dan idhfah (penyandaran) seperti ini
menunjukkan adanya pengkhususan dan pemuliaan,
artinya sesuatu yang disandarkan tersebut
mempunyai keistimewaan yang tidak dimiliki oleh
yang lainnya.
Dan Allh menyandarkan (idhfah) kata masjid kepada Diri-
Nya sebagai penyandaran yang memuat makna pengagungan
dan keutamaan, seperti dalam firman Allh Azza wa Jalla :

Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang


menghalang-halangi menyebut nama Allh dalam masjid-
masjid-Nya. [Al-Baqarah/2:114]

Juga firman-Nya:

Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allh ialah orang-


orang yang beriman kepada Allh dan hari akhir. [At-
Taubah/9:18]

Dan firman-Nya:

Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allh,


maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di
dalamnya di samping (menyembah) Allh. [Al-Jinn/72:18]

Padahal semua belahan bumi dan semua yang ada di


dalamnya adalah milik Allh Azza wa Jalla , akan tetapi masjid
mempunyai keistimewaan dan kemuliaan. Karena masjid
mempunyai kekhususan sebagai tempat pelaksanaan banyak
ibadah, ketaatan, dan qurbah (ibadah mendekatkan diri
kepada Allh). Jadi, masjid itu milik Allh semata.
Sebagaimana juga ibadah yang Allh Azza wa Jalla bebankan
kepada para hamba-Nya, tidak boleh ditujukan kepada
selain-Nya.[3]

Dan di antara idhfah (penyandaran) ini juga adalah


Raslullh Shallallahu alaihi wa sallam menyandarkan
tempat ibadah tersebut kepada Allh dengan penyandaran
yang bermuatan makna pemuliaan. Beliau Shallallahu alaihi
wa sallam bersabda:

Dan tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu diantara


rumah-rumah Allh, mereka membaca Kitabullah dan
mempelajarinya, melainkan akan turun kepada mereka
ketenangan, rahmat akan meliputi mereka, para Malaikat
mengelilingi mereka, dan Allh memuji mereka di hadapan
makhluk yang ada di sisi-Nya.[4]

Dan di antara yang menunjukkan keutamaan dan kedudukan


masjid adalah firman Allh Azza wa Jalla :

Dan sekiranya Allh tiada menolak (keganasan) sebagian


manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah
dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah
ibadat orang Yahudi dan masjid- masjid, yang di dalamnya
banyak disebut nama Allh. [Al-Hajj/22:40]
Jihad disyariatkan untuk meninggikan kalimat Allh,
sedangkan masjid adalah tempat terbaik yang ditinggikan
kalimat tauhid di dalamnya dan merupakan tempat
ditunaikan kewajiban yang paling agung setelah dua
syahadat. Oleh karena itu membelanya merupakan
kewajiban kaum Muslimin.

Mengenai firman Allh Azza wa Jalla di atas, Imam Ibnu Jarir


rahimahullah berkata bahwa pendapat yang paling
mendekati kebenaran mengenai maknanya adalah; Allh
Yang Maha Tinggi telah memberitakan bahwa kalau
sekiranya bukan karena Allh Azza wa Jalla menolak
sebagian manusia dengan sebagian manusia lain, tentu apa-
apa yang disebutkan tadi telah dihancurkan. Diantara wujud
penolakan yang dilakukan Allh Azza wa Jalla adalah Allh
menghalau kaum musyrikin dari perbuatan jahat mereka
dengan kaum Muslimin. Termasuk juga Allh Subhanahu wa
Taala mencegah tindakan saling menzhalimi dengan
sebagian manusia, misalnya dengan seorang penguasa.
Dengan penguasa, Allh Azza wa Jalla mencegah rakyatnya
dari tindakan saling menzalimi di antara mereka. .[5]

Sedangkan Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, Artinya


seandainya Allh tidak menolak (gangguan) suatu kaum
dengan kaum lainnya dan tidak mencegah kejahatan manusia
terhadap sekelompok manusia lain dengan sebab-sebab yang
telah Allh Subhanahu wa Taala ciptakan dan takdirkan,
tentu bumi sudah rusak dan pasti orang yang kuat sudah
menghancurkan yang lemah.[6]
Imam Baghawi rahimahullah berkata, Makna ayat ini :
sekiranya bukan karena Allh menolak (kejahatan) sebagian
manusia dengan sebagian manusia lain melalui jihad dan
ditegakkannya hukum had, tentu tempat shalat pada zaman
setiap nabi telah dirobohkan, tentu kanisah (gereja) tempat
ibadat pada zaman nabi Musa telah dirobohkan, biara pada
zaman nabi Isa dan masjid-masjid pada zaman nabi
Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam .[7]

Barangsiapa membela masjid dan menolong agama Allh


Azza wa Jalla , maka Allh Subhanahu wa Taala pasti
menolongnya. Sebagaimana firman Allh Azza wa Jalla :

Sesungguhnya Allh pasti menolong orang yang menolong


(agama)-Nya. Sesungguhnya Allh benar-benar Maha Kuat
lagi Maha Perkasa. [Al-Hajj/22:40]

Kemudian Allh menjelaskan kriteria-kriteria orang-orang


yang menolong Allh Azza wa Jalla . Allh Subhanahu wa
Taala berfirman:

(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan


mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan shalat,
menunaikan zakat, menyuruh berbuat maruf dan mencegah
dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allh-lah kembali
segala urusan. [Al-Hajj/22:41]
Dikarenakan besarnya keutamaan masjid, maka Allh Azza
wa Jalla menggolongkan perbuatan menghalang-halangi dari
memakmurkan masjid termasuk perbuatan buruk yang paling
jelek dan kezhaliman yang paling zhalim. Allh Subhanahu wa
Taala berfirman:

Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang


menghalang-halangi menyebut nama Allh dalam masjid-
masjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? [Al-
Baqarah/2:114]

Dan tidak diragukan lagi bahwa Allh Subhanahu wa Taala


telah menghapuskan semua syariat sebelum ini dengan
syariat Islam. Setelah penghapusan ini (naskh), tentu
memakmurkan gereja-gereja, biara dan semua tempat
peribadatan lainnya menjadi suatu yang terlarang (bagi kaum
Muslimin). Dan mereka berkewajiban menampakkan dan
meninggikan (kemuliaan) masjid serta menghidupkannya. Ini
berdasarkan firman Allh Azza wa Jalla :

Bertasbih kepada Allh di masjid-masjid yang telah


diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di
dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang [An-
Nr/24:36][8]

Mengenai keutamaan masjid yang lainnya yaitu disebutkan


dalam hadits yang shahih dari Abu Hurairah Radhiyallahu
anhu dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, Beliau
Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:



Tempat yang paling dicintai Allh adalah masjid-masjidnya;


dan tempat yang paling Allh benci adalah pasar-pasarnya.[9]

Imam Nawawi rahimahullah berkata,Tempat-tempat yang


paling Allh cintai dari sebuah negeri adalah masjid-
masjidnya karena masjid merupakan tempat-tempat
ketaatan, terbangun atas dasar takwa. Sementara tempat
yang paling Allh Azza wa Jalla benci dari suatu negeri adalah
pasar-pasarnya. Karena pasar (sering-red) menjadi tempat
perbuatan menipu, riba, sumpah-sumpah dusta, melanggar
janji, berpaling dari dzikrullh dan tindakan-tindakan lain
yang semakna.[10]

Imam Qurthubi rahimahullah berkata, Tempat yang paling


Allh cintai dari sebuah negeri adalah masjid-masjidnya
artinya rumah-rumah atau wilayah yang paling dicintai oleh
Allh Azza wa Jalla (adalah masjid-masjid-red). Karena
tempat-tempat itu terkhususkan untuk melakukan berbagai
ibadah, dzikir, tempat kaum Mukminin berkumpul, tempat
syiar-syiar agama Allh Azza wa Jalla terlihat jelas, dan
tempat yang dihadiri para Malaikat. Sebaliknya, pasar
menjadi tempat yang paling dibenci Allh Azza wa Jalla ,
karena pasar dijadikan khusus untuk mencari dunia, berbagai
ambisi para hamba dan berpaling dari dzikrullh. Juga karena
ia menjadi tempat sumpah-sumpah yang membawa dosa. Di
sanalah terjadi pergumulan setan; dan di sana pula ia
menancapkan panjinya.[11]
Semoga Allh Azza wa Jalla menjadikan kita termasuk orang-
orang yang gemar memperhatikan dan memakmurkan
masjid-masjid demi meraih ridha Allh Azza wa Jalla .

[2] Lihat al-Mujam al-Mufahras Li alfzhil Quranil Karm,


Muhammad Fuad Abdul Baqi, hlm. 345

[3] Lihat: Fushl wa Masil Tataallaqu bil Masjid karya al-


Allamah DR. Abdullah bin Abdirrahman al-Jibrin hlm. 5. Juga
al-Atsar At-Tarbawi Lil Masjid karya al-Allamah DR. Shalih Bin
Ghanim as-Sadlan hlm. 4; dan al-Masyr` wal Mamn` Fil
Masjid, karya Syaikh Muhammad bin Ali al-Arfaj, hlm. 6

[4] HR. Muslim, Kitab adz-Dzikr wad Du`, Bab fadhlul ijtim
ala tilwatil Quran, no. 2699

[5] Jmi`ul Bayn `an Tawli yil Quran, 18/647.

[6] Tafsrul Qurnil Azhm, hlm. 901

[7] Tafsir Al-Baghawi, 3/290

[8] Lihat Tafsir Ibni Katsr, hlm. 109

[9] HR. Muslim, Kitbul Masjid wa mawdhius Shalat, no.


671

[10] Syarh An-Nawawi Ala ShahU Muslim 5/177

[11] Al-Mufhim Lim Asykala min Talkhsh Shahh Muslim


2/294
Keutamaan Para
Pemakmur Masjid
Allah Taala berfirman:

{



.



}

Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah


orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian,
serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak
takut (kepada siapapun) selain Allah, maka merekalah yang
termasuk golongan orang-orang yang selalu mendapat
petunjuk (dari Allah Taala) (QS At-Taubah: 18).

Ayat yang mulia ini menunjukkan besarnya keutamaan


memakmurkan masjid yang didirikan karena Allah Taala,
dalam semua bentuk pemakmuran masjid, bahkan perbuatan
terpuji ini merupakan bukti benarnya iman dalam hati
seorang hamba.

Imam al-Qurthubi berkata: Firman Allah Taala ini


merupakan dalil yang menunjukkan bahwa mempersaksikan
orang-orang yang memakmurkan masjid dengan keimanan
adalah (persaksian yang) benar, karena Allah Taala
mengaitkan keimanan dengan perbuatan (terpuji) ini dan
mengabarkan tentanganya dengan menetapi perbuatan ini.
Salah seorang ulama Salaf berkata: Jika engkau melihat
seorang hamba (yang selalu) memakmurkan masjid maka
berbaiksangkalah kepadanya1.

Ada hadits dari Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam yang


menyebutkan hal ini, diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi
(5/12 dan 277), Ibnu Majah (no. 802), Ahmad (3/68 dan 76)
dan al-Hakim (1/322 dan 2/363) dari Abu Said al-Khudri
radhiallahuanhu bahwa Rasulullah Shallallahualaihi
Wasallam bersabda: Jika engkau melihat seorang hamba
yang selalu mengunjungi masjid maka persaksikanlah
keimanannya, kemudian Rasulullah Shallallahualaihi
Wasallam membaca ayat tersebut di atas.

Akan tetapi hadits ini lemah karena dalam sanadnya ada rawi
yang bernama Darraj bin Saman Abus samh al-Mishri, dia
meriwayatkan hadits ini dari Abul Haitsam Sulaiman bin Amr
al-Mishri, dan riwayatnya dari Abul Haitsam lemah,
sebagaimana penjelasan Imam Ibnu hajar al-Asqalani2.

Hadits ini dinyatakan lemah oleh Imam adz-Dzahabi dan


Syaikh al-Albani karena rawi di atas3.

Karena hadits ini lemah, maka tentu tidak bisa dijadikan


sebagai sandaran dan argumentasi yang menunjukkan
keutamaan di atas, tapi cukuplah firman Allah Taala di atas
dan hadits-hadits lain yang shahih dari Rasulullah
Shallallahualaihi Wasallam yang menunjukkan keutamaan
tersebut.

Misalnya, hadits riwayat Abu Hurairah radhiallahuanhu


bahwa Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda: Ada
tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allah dalam
naungan (Arsy)-Nya pada hari yang tidak ada naungan (sama
sekali) kecuali naungan-Nya (di antaranya): Seorang hamba
yang hatinya selalu terikat dengan masjid4.
Imam an-Nawawi berkata: Artinya: dia sangat mencintai
masjid dan selalu menetapinya untuk melaksanakan shalat
berjamaah5.

1 Kitab Tafsir al-Qurthubi (8/83).

2 Dalam kitab Taqriibut tahdziib (hlmn 201).

3 Lihat kitab Tamaamul minnah (hlmn 291-292).

4 HSR al-Bukhari (no. 1357) dan Muslim (no. 1031).

5 Lihat penjelasan Imam an-Nawawi dalam Syarah shahih


Muslim (7/121).
Bentuk-bentuk
memakmurkan Masjid
Secara umum, memakmurkan masjid terdiri dari dua bentuk.

Pertama, memakmurkan bangunan masjid. Misalnya, ikut


seseorang ikut berpartisipasi dalam kegiatan membangun
dan mendirikan masjid. Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda,

Barang siapa membangun masjid karena Allah, niscaya Allah


akan mendirikan rumah untuknya di surga. (HR. Muslim dari
Utsman bin Affan radhiallahu anhu)

Akan tetapi, perlu kita ketahui bersama, tidaklah termasuk


memakmurkan masjid bermegah-megahan dan berlomba-
lomba menghiasi masjid. Hal itu justru termasuk yang
dilarang. Allah subhanahu wa taala berfirman,

Dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah


tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (al-
Anam: 141)


Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu)


secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah
saudara-saudara setan. (al-Isra: 2627)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,



Tidaklah terjadi hari kiamat hingga manusia berlomba-
lomba memegahkan masjid-masjid. (HR. Abu Dawud dan an-
Nasai dari Anas bin Malik radhiallahu anhu dengan sanad
yang sahih)

Sahabat yang mulia, Ibnu Abbas radhiallahu anhuma,


berkata,

Sungguh, benar-benar kalian akan menghias-hiasi masjid


sebagaimana halnya Yahudi dan Nasrani menghias-hiasinya.

Termasuk memakmurkan bangunan masjid ialah menjaga


kebersihannya. Ini juga salah satu bentuk memakmurkan
masjid. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Sesungguhnya masjid-masjid ini tidaklah layak ada di


dalamnya air seni dan kotoran. Masjid hanyalah untuk
berzikir kepada Allah, shalat, dan membaca al-Quran. (HR.
al-Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik radhiallahu anhu)

Bahkan, ketika mendapati bau yang tidak sedap dari sebagian


sahabat yang memakan bawang mentah, Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda,




Barang siapa memakan bawang putih atau bawang merah,
janganlah ia datang ke masjid kita. Sebab, para malaikat
terganggu dengan sesuatu yang mengganggu manusia. (HR.
al-Bukhari dan Muslim dari Jabir radhiallahu anhu)

Demikian pula ketika beliau mendapati air ludah atau dahak


di bagian kiblat masjid. Beliau shallallahu alaihi wa sallam
pun membersihkannya dengan menggosoknya dengan
tongkat beliau.

Nabi shallallahu alaihi wa sallam sangat menghargai sahabat


beliau yang sehari-hari membersihkan masjid. Suatu ketika
Nabi shallallahu alaihi wa sallam merasa kehilangan wanita
yang biasa menyapu masjid. Setelah diberitakan bahwa
ternyata wanita tersebut telah meninggal dunia, beliau minta
ditunjukkan letak kuburannya. Beliau shallallahu alaihi wa
sallam kemudian menyalatinya di atas kuburan wanita
tersebut.

Semoga Allah subhanahu wa taala memberi kemudahan bagi


kita untuk memakmurkan masjid-masjid-Nya.

Adapun bentuk kedua dalam hal memakmurkan masjid ialah


memakmurkannya secara maknawi, yaitu dengan
memanfaatkan masjid tersebut untuk beribadah kepada
Allah, seperti shalat berjamaah, membaca al-Quran, berzikir,
dan majelis ilmu.

Hal ini sebagaimana firman Allah subhanahu wa taala,







Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah
orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian,
serta tetap mendirikan salat, menunaikan zakat dan tidak
takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka
merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan
orang-orang yang mendapat petunjuk. (at-Taubah: 18)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Masjid hanyalah untuk berzikir kepada Allah, shalat, dan


membaca al-Quran. (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Anas
bin Malik radhiallahu anhu)

Inilah sesungguhnya tujuan utama didirikannya masjid yang


besar sekali keutamaannya di sisi Allah subhanahu wa taala.
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam telah
bersabda,

Tempat yang paling dicintai oleh Allah adalah masjid-


masjidnya, sedangkan yang paling dibenci oleh Allah dalah
pasar-pasarnya. (HR. Muslim no. 671 dari Abu Hurairah
radhiallahu anhu)

Beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah


(yaitu masjid) dalam rangka membaca al-Quran dan
mempelajarinya kecuali akan turun kepada mereka sakinah
(ketenangan), mendapatkan rahmat, dikelilingi oleh malaikat,
dan disebut-sebut oleh Allah (memuji mereka) di hadapan
makhluk yang di sisi-Nya. (HR. Abu Dawud no. 1455 dari Abu
Hurairah radhiallahu anhu)

Ya Allah, mudahkanlah kami dalam berzikir, bersyukur, dan


beribadah kepada-Mu dengan baik.
Dari Masjid kita Bangkit
Masjid memiliki peran yang sangat besar dalam
perkembangan dakwah Islam dan penyebaran syiar-syiar
agama Islam. Di sanalah tempat didirikan sholat jamaah dan
berbagai kegiatan kaum muslimin. Seluruh manusia yang
membawa perbaikan terhadap umat Islam ini, merupakan
produk jebolan pendidikan yang berawal mula dari masjid.

Keutamaan Masjid

Masjid merupakan sebaik-baik tempat di muka bumi ini. Di


sanalah tempat peribadatan seorang hamba kepada Allah,
memurnikan ibadahnya hanya untuk Allah semata. Dari
sanalah titik pangkal penyebaran tauhid. Allah telah
memuliakan masjid-masjid-Nya dengan tauhid. Allah taala
berfirman (yang artinya), Dan sesungguhnya masjid-masjid
itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu
menyembah seseorangpun di dalamnya di samping
(menyembah) Allah. (QS. Al Jin: 18)

Tidak ada tempat yang lebih baik dari pada masjid Allah di
muka bumi. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Tempat yang paling dicintai oleh Allah dalam suatu negeri
adalah masjid-masjidnya dan tempat yang paling Allah benci
adalah pasar-pasarnya. (HR. Muslim)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam suatu ketika pernah


ditanya, Tempat apakah yang paling baik, dan tempat
apakah yang paling buruk? Beliau shallallahu alaihi wa
sallam mengatakan, Aku tidak mengetahuinya, dan Aku
bertanya kepada Jibril tentang pertanyaan tadi, dia pun tidak
mengetahuinya. Dan Aku bertanya kepada Mikail dan diapun
menjawab: Sebaik-baik tempat adalah masjid dan seburuk-
buruk tempat adalah pasar. (Shohih Ibnu Hibban)

Masjid adalah pasar akhirat, tempat bertransaksinya seorang


hamba dengan Allah. Di mana Allah telah menawarkan
balasan surga dan berbagai kenikmatan di dalamnya bagi
mereka yang sukses dalam transaksinya dengan Allah.

Ibnu Abbas radhiyallahu anhu mengatakan,Masjid adalah


rumah Allah di muka bumi, yang akan menyinari para
penduduk langit, sebagaimana bintang-bintang di langit yang
menyinari penduduk bumi

Orang yang membangun masjid, ikhlas karena mengharap


ganjaran dari Allah taala akan mendapatkan ganjaran yang
luar biasa. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Barang siapa yang membangun suatu masjid, ikhlas karena
mengharap wajah Allah taala, maka Allah taala akan
membangunkan rumah yang semisal di dalam surga.
(Muttafaqunalaihi)

Masjid dan Dakwah Islam

Dahulu ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam hendak


berjihad, berperang melawan orang-orang kafir, sebelum
beliau menyerang suatu negeri, beliau mencari apakah ada
kumandang suara adzan dari negeri tersebut atau tidak.
Apabila beliau mendegar adzan maka beliau tidak jadi
menyerang, namun bila tidak mendengar maka beliau akan
menyerang negeri tersebut. (Muttafaqun alaihi)
Hal ini menunjukkan bahwa syiar-syiar agama yang nampak
dari masjid-masjid kaum muslimin merupakan pembeda
manakah negeri kaum muslimin dan manakah negeri orang-
orang kafir. Adanya masjid dan makmurnya masjid tersebut
dengan berbagai syiar agama Islam, semisal adzan, sholat
jamaah dan syiar lainnya, merupakan ciri bahwa negeri
tersebut begeri kaum muslimin. (Lihat Imaratul Masajid,
Abdul Aziz Abdullah Al Humaidi, soft copy hal. 4)
Balasan Para Pecinta Masjid
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda,
bahwa kelak di hari kiamat ada tujuh golongan manusia yang
akan mendapatkan pertolongan dari Allah taala. Salah
seorang di antaranya adalah para pecinta masjid. Ada tujuh
golongan manusia yang akan mendapatkan naungan dari
Allah, tatkala tidak ada naungan selain naungan-Nya
Seseorang yang hatinya senantiasa terkait dengan masjid
(Muttafaqun alaihi).

Ibnu Hajar rahimahullahu menjelaskan makna hadits


tersebut, Hadits ini menunjukkan bahwa orang tersebut
hatinya senantiasa terkait dengan masjid meskipun jasadnya
terpisah darinya. Hadits tersebut juga menunjukkan bahwa
keterkaitan hati seseorang dengan masjid, disebabkan saking
cintanya dirinya dengan masjid Allah taala. (Lihat Fathul
Bari)
Daftar Pustaka

majalah As-Sunnah Edisi 07/Tahun XIX/1437H/2016M

https://muslim.or.id/27267-gemar-memakmurkan-masjid-
sifat-orang-beriman.html

http://asysyariah.com/memakmurkan-masjid/

https://muslim.or.id/5481-dari-masjid-kita-bangkit.html

Anda mungkin juga menyukai