Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Korupsi sudah menjadi trend dikalangan para pejabat di Indonesia, tidak hanya pejabat
yang bekerja dipusat bahkan pejabat yang bekerja di daerah dengan lingkup pedesaan pun tidak
lepas dari korupsi. Dari total 524 jumlah kepala daerah dan wakil kepala daerah di Indonesia,
tercatat sebanyak 318 orang kepala daerah dan wakil kepala daerah yang menjadi tersangka
kasus korupsi dan saat ini sedang meringkuk di Hotel Prodeo. Hal ini tentu sangat
memprihatinkan dimana seorang pemimpin yang seharusnya memberikan tauladan dengan
menjaga amanat yang diberikan oleh rakyat kepada mereka justru digunakan untuk memperkaya
diri sendiri dan golongan tertentu, mereka seakan tidak peduli lagi dengan nasib rakyatnya yang
dulu selalu di puja tetapi setelah mereka sukses menjadi pejabat daerah justru meninggalkan
rakyatnya.

Menjadi pejabat daerah memang memiliki banyak tantangan diantaranya Harta, Tahta,
Wanita, dan Toyota. Hal ini membuat para pejabat buta akan keadilan dan kesejahteraan
rakyat yang dipimpinnya, bayangkan saja mereka jauh lebih rela bahkan sampai rela
menggadaikan harga dirinya demi harta yang berlimpah agar mereka dipandang sebagai kaum
ningrat, selain itu mereka berambisi untuk mendapatkan tahta kekuasaan agar mereka dapat
melakukan hal yang mereka mau tanpa ada yang menghalangi, selain itu mereka mencari wanita
wanita cantik sebagai pendampingnya dalam menghabiskan harta dan menjalankan tahtanya
agar mereka bisa mendapat julukan orang hebat, mobil mewah berserakan disetiap pojok
rumah seakan mereka mau membuka showroom mobil. Ini semua merupakan godaan yang
dihadapi oleh para pejabat kita yang saat ini sedang duduk dikursi panas.

Setali tiga uang dengan korupsi, tindak pidana pencucian uang (TPPU) juga sering
dilakukan oleh para pejabat kita untuk menutupi tindakan korupsi yang mereka lakukan. Mereka
mencuri uang negara lalu hasilnya mereka bagikan kepada golongan golongan tertentu agar
tindakan pencurian yang mereka lakukan tidak mudah dilacak dan tidak menimbulkan
kecurigaan.
Dua tindakan ini memang tidak bisa dipisahkan, dimana ada jika seseorang melakukan
tindak pidana korupsi, maka hamper bisa dipastikan dia juga melakukan tindak pidana pencucian
uang, ataupun sebaliknya, meski demiki ada yang hanya terjetat kasus korupsi saja atau tindak
pidana pencucian uang saja.

Sebernya apa itu tindak pidana korupsi dan tindak pidana pencucian uang tersebut, lalu
bagaimana peraturan yang ada di Indonesia tentang tindakan tindakan tersebut, dan bagaimana
penanganan terhadap tersangka kasus tersebut, itulah yang akan dibahas dalam makalah ini.
2. Rumusan Masalah
a. Apa itu Korupsi dan Tindak Pidana Pencucian Uang ?
b. Apa undang undang yang mengatur tentang Korupsi dan Tindak Pidana Pencucian
Uang ?
c. Apa lembaga yang menangani perkara Korupsi dan Tindak Pidana Pencucian Uang ?
d. Apa dampak Korupsi dan Tindak Pidana Pencucian Uang pada kehidupan sehari
hari ?
e. Apa faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan tindak pidana Korupsi dan
Tindak Pidana Pencucian Uang ?
f. Bagaimana penanganan korupsi dan Tindak Pidana Pencucian Uang di Indonesia ?

3. Tujuan
a. Sebagai media pembelajaran mahasiswa tentang Korupsi dan Tindak Pidana
Pencucian Uang.
b. Mengetahui Korupsi dan Tindak Pidana Pencucian Uang.
c. Mengetahui Undang Undang yang mengatur tentang Korupsi dan Tindak Pidana
Pencucian Uang.
d. Mengetahui lembaga yang menangani perkara Korupsi dan Tindak Pidana Pencucian
Uang.
e. Mengetahui dampak Korupsi dan Tindak Pidana Pencucian Uang pada kehidupan
sehari hari.
f. Mengetahui faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan tindak pidana
Korupsi dan Tindak Pidana Pencucian Uang.
g. Mengetahui penanganan korupsi dan Tindak Pidana Pencucian Uang di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Korupsi sudah sering terdengar di telinga masyarakat Republik Indonesia, bukan menjadi
hal yang tabu lagi bahwa korupsi dilakukan dari mulai golongan puncak sampai golongan dasar
yang memiliki jabatan tertentu di Republik ini. Setiap hari disemua media baik cetak dan/atau
elektronik sudah dapat dipastikan ada berita korupsi dengan tersangka baru dan kasus baru
bahkan di Indonesia ini bisa dikatakan tiada hari tanpa kasus korupsi. Hal ini merupakan hal
yang tragis yang menimpa Republik ini, betapa tidak, perilaku para pejabat ini membuktikan
bahwa rusaknya mental mereka dengan mencederai amanah yang diberikan oleh rakyat kepada
dirinya dengan mementingkan diri sendiri dan golongan golongan tertentu.
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan korupsi ? menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan, dsb.)
untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Sedangkan menurut Undang Undang No. 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang termasuk dalam tindak pidana korupsi
adalah setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena
jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Dari
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa korupsi adalah penyelewengan dana yang dilakukan
oleh seseorang dengan tujuan memperkaya diri sendiri dan/atau golongannya, hal ini tentu tidak
dibenarkan dalam konteks kehidupan bernegara, karena tindakan penyelewengan merupakan
tindakan yang sangat tidak terpuji dimana seseorang melakukan penghianatan atas kepercayaan
yang diberikan kepada orang tersebut.
Korupsi tidak lepas dari Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU), ini terjadi karena
tersangka korupsi ingin menyembunyikan hasil korupsinya agar tidak mudah dilacak oleh
lembaga penegak hukum di negaranya. Banyak orang terjebak pada kasus TPPU ini karena
mereka tergiur rayuan rayuan para koruptor dengan iming iming mobil mewah atau uang
berlimpah. Mereka menerima apa yang diberikan para koruptor seolah olah para koruptor ini
dewa penolong yang datang untuk menyelamatkan mereka ditengah desakan gengsi yang
semakin meningkat tanpa pernah menelusuri dan mencari tau dari mana uang dan barang yang
diberikan oleh para koruptor tersebut. Orang orang tersebut hanya menerima dan merasa
senang serta memuja-muja para koruptor karena belum pernah ada yang memberikan barang
semewah yang diberikan oleh para koruptor, tetapi secara tidak langsung sebenarnya para
koruptor itu sedang mencari teman untuk menemani mereka didalam penjara jika suatu saat nanti
kasus mereka terbongkar.
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) yang
banyak menjerat orang orang dekat para koruptor ?, menurut Undang Undang Republik
Indonesia No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang, dimana pencucian uang dibedakan menjadi tiga tindak pidana :
a. Tindak Pidana Pencucian Uang Aktif, , yaitu Setiap Orang yang menempatkan,
mentransfer, mengalihkan, membelanjakan, menbayarkan, menghibahkan, menitipkan,
membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan uang uang atau surat
berharga atau perbuatan lain atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut
diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul Harta Kekayaan. (Pasal 3
UU RI No. 8 Tahun 2010).
b. Tindak pidana pencucian uang pasif yang dikenakan kepada setiap Orang yang menerima
atau menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan,
penukaran, atau menggunakan Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya
merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1). Hal
tersebut dianggap juga sama dengan melakukan pencucian uang. Namun, dikecualikan
bagi Pihak Pelapor yang melaksanakan kewajiban pelaporan sebagaimana diatur dalam
undang-undang ini. (Pasal 5 UU RI No. 8 Tahun 2010).
c. Dalam Pasal 4 UU RI No. 8/2010, dikenakan pula bagi mereka yang menikmati hasil
tindak pidana pencucian uang yang dikenakan kepada setiap Orang yang
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul, sumber lokasi, peruntukan, pengalihan
hak-hak, atau kepemilikan yang sebenarnya atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau
patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (1). Hal ini pun dianggap sama dengan melakukan pencucian uang.
Penjelasan diatas menerangkan tentang Tindak Pidana Pencucian Uang secara jelas
sehingga sulit bagi pelaku TPPU untuk menghindar dari incaran penegak hukum. Oleh karena itu
kita sebagai rakyat biasa patut memperhatikan asal usul dari harta yang diberikan oleh seseorang
kepada kita apakah harta tersebut hasil dari tindak pidana korupsi atau bukan, karena jika harta
tersebut berasal dari tindak pidana korupsi maka jika kita turut menikmati harta tersebut, kita
akan terkena Undang Undang tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.
Indonesia memiliki Undang Undang yang mengatur tentang tindak pidana Korupsi dan
TPPU, tindak pidana Korupsi diatur oleh undang undang :
a. Undang Undang Republik Indonesia No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi.
b. Undang Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
c. Undang Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas
Undang Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
d. Undang Undang Republik Indonesia No. 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi
Undang Undang diatas mengatur tentang tindak pidana Korupsi mulai dari pengertian,
kriteria, dan hukuman yang dijeratkan kepada para pelaku tindak pidana korupsi. Hal ini
dijadikan senjata untuk memperkuat negara dalam memberantas tindak pidana korupsi, dengan
demikian ruang gerak para koruptor semakin dipersempit.
Undang Undang yang mengatur Tindak Pidana Pencucian Uang berbeda dengan
Undang Undang yang mengatur tindak pidana Korupsi, TPPU memiliki Undang Undang
sendiri yang khusus mengatur tentang pengertian, kriteria, dan hukuman yang dijeratkan kepada
pelaku TPPU. Undang Undang yang mengatur TPPU adalah :
a. Undang Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 2010 tentang Tindak Pidana
Pencucian Uang.
Undang Undang diatas menjelaskan tentang pengertian, kriteria, hukuman yang dapat
dijeratkan kepada pelaku TPPU, dengan Undang Undang ini, maka lembaga yang menangani
kasus TPPU akan lebih mudah untuk menangkap pelaku tersebut sehingga kerugian negara dapat
dihentikan.
Indonesia memiliki lembaga independen yang bebas dari golongan manapun yang
bertugas untuk memberantas tindak pidana Korupsi dan TPPU. Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) adalah komisi di Indonesia yang dibentuk pada tahun 2003 untuk mengatasi,
menanggulangi, dan memberantas Korupsi di Indonesia. Komisi ini didirikan berdasarkan
kepada Undang Undang Republik Indonesia No. 30 tahun 2002 mengenai Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Lembaga ini yang membantu Indonesia dalam melawan
tindak pidana Korupsi, KPK memiliki tugas dan fungsi yang harus dijalankan antara lain :
Komisi Pemberantasan Korupsi mempunyai tugas :
a. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi,
b. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi,
c. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi.
d. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi, dan
e. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.

Dalam melaksanakan tugas koordinasi, Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang :


a. Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi,
b. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi,
c. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada
instansi yang terkait,
d. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi, dan
e. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi.

KPK diberikan keleluasaan untuk bergerak dalam memberantas korupsi yang ada di
Indonesia, dengan demikian diharapkan para calon koruptor akan takut dalam melaksanakan
aksinya dan membatalkan niatnya tersebut.

Dalam hal kasus TPPU, KPK tidak memiliki wewenang untuk menindak pelakunya, TPPU
diawasi oleh lembaga independen yang berbeda dengan KPK, lembaga itu adalah Pusat
Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Sebagaimana dimandatkan dalam
Undang Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 2010 adalah lembaga independen dibawah
Presiden Republik Indonesia yang mempunyai tugas mencegah dan memberantas Tindak Pidana
Pencucian Uang serta mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang,
b. Pengelolaan data dan informasi yang diperoleh PPATK,
c. Pengawasan terhadap kepatuhan Pihak Pelapor, dan
d. Analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi Transaksi Keuangan yang berindikasi
tindak pidana Pencucian Uang dan/atau tindak pidana lain sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1).

Lembaga PPATK akan mengawasi tindak pidana pencucian uang yang marak terjadi di
Indonesia, lembaga ini akan menjerat orang orang yang menyalurkan dan/atau menerima harta
yang tidak wajar dan tidak jelas sumbernya kemudian akan ditelusuri bekerjasama dengan KPK
apakah harta tersebut didapat dari hasil korupsi atau tidak.

Korupsi dan TPPU menimbulkan dampak negative yang luar biasa besar yang mampu untuk
menghancurkan suatu negara dalam tempo yang sesingkat singkatnya jika tindak pidana ini
tidak segera diberantas dan dicegah. Di bidang demokrasi, korupsi merupakan tantangan serius
terhadap pembangunan. Dalam dunia politik, korupsi mempersulit demokrasi dan tata
pemerintahan yang baik (good governance) dengan cara menghancurkan proses formal. Korupsi
di pemilihan umum dan di badan legislative mengurangi akuntabilitas dan perwakilan di
pembentukan kebijaksanaan, korupsi di system pengadilan menghentikan ketertiban hokum, dan
korupsi di pemerintahan public menghasilkan ketidakseimbangan dalam pelayanan masyarakat.
Secara umum, korupsi mengikis kemampuan institusi dari pemerintah, karena pengabaian
produser, penyedotan sumber daya, dan pejabat diangkat atau dinaikan jabatan bukan karena
prestasi. Pada saat yang bersamaan, korupsi mempersulit legitimasi pemerintahan dan nilai
demokrasi seperti kepercayaan dan toleransi. Sedangkan dibidang ekonomi korupsi juga
mempersulit pembangunan ekonomi dengan membuat distorsi dan ketidakefisienan yang tinggi.
Dalam sector private, korupsi meningkatkan ongkos niaga karena kerugian dari pembayaran
illegal, ongkos manajemen dalam negosiasi dengan pejabat korup, dan risiko pembatalan
perjanjian karena penyelidikan. Walaupun ada yang menyatakan bahwa korupsi mengurangi
ongkos niaga dengan mempermudah birokrasi, konsumen yang baru muncul berkesimpulan
bahwa ketersediaan sogokan menyebabkan pejabat untuk membuat aturan aturan baru dan
hambatan baru. Dimana korupsi menyebabkan inflasi ongkos niaga, korupsi juga mengacaukan
lapangan perniagaan. Perusahaan yang memiliki koneksi dilindungi dari persaingan dan
sebagai hasilnya mempertahankan perusahaan perusahaan yang tidak efisien.

Dampak negative tersebut tentu sangat tidak diharapkan oleh masyarakat karena sangat
merugikan dan hanya akan membawa kehancuran yang luar biasa. Tidak ada manfaat yang dapat
kita ambil dari tindakan Korupsi dan TPPU.

Korupsi dan TPPU tentu tidak muncul begitu saja, ada faktor yang mendorong seseorang
untuk melakukan hal tersebut, faktor desakan gengsi menjadi faktor utama yang mendorong
seseorang untuk melakukan tindakan tersebut. Selain masalah gengsi yang terus meningkat
faktor lain yang turut mendorong terjadinya tindak pidana tersebut adalah konsentrasi kekuasaan
di pengambil keputusan yang tidak bertanggung jawab langsung kepada rakyat seperti yang
sering terlihat di rezim rezim yang bukan demokratik, kurangnya transparansi di pengambilan
keputusan pemerintah, kampanye kampanye politik yang mahal dengan pengeluaran lebih
besar dari pendanaan politik yang normal, proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah
besar, lingkungan tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan teman lama, lemahnya
ketertiban hokum, lemahnya profesi hokum, kurangnya kebebasan berpendapat atau kebebasan
media massa, dan gaji pegawai pemerintah yang sangat kecil. Dari faktor faktor tersebut dapat
disimpulkan bahwa kurangnya Iman dan Taqwa seseorang kepada Tuhan menyebabkan
seseorang memanfaatkan segala macam kondisi untuk melakukan tindakan Korupsi dan TPPU
serta mencari seribu satu macam cara dan alasan untuk mengutupi tindak pidana yang mereka
lakukan.

Di Indonesia Korupsi dan TPPU merupakan hal yang lumrah bahkan sudah menjadi tradisi
turun menurun sejak zaman dulu, banyak koruptor di Indonesia yang masih bebas berkeliaran
meski sudah ditetapkan sebagai tersangka. Bahkan para pelaku koruptor bagaikan artis yang
dikejar kejar infotaiment dan bergaya dengan menggunakan pakaian seragam tahanan sambil
mengacungkan jempol didepan gedung KPK. Entah apa yang ada dipikiran mereka karena tanpa
malu dan tanpa merasa bersalah mereka seakan menganggap dirinya bagaikan dewa yang
selalu ingin dihormati tanpa harus mereka menghormati orang lain. Tindakan pemberantasan
korupsi di Indonesia masih sangatlah lemah, meskipun hukuman untuk para koruptor maksimal
20 tahun penjara dan denda 1 milyar rupiah, tetapi hukuman tersebut tidak pernah dijalankan
secara maksimal, tidak ada koruptor yang diberi hukuman secara maksimal bahkan hukuman
hukuman yang diberikan kepada koruptor dinilai sangat ringan. Jika dibandingkan dengan
hukuman untuk seorang pencuri, hukuman bagi koruptor tidak sebanding dengan hukuman
seorang pencuri padahal secara umum korupsi dan pencuri memiliki kesamaan yaitu mengambil
sesuatu yang bukan menjadi haknya. Di Indonesia pelaku korupsi hampir dari semua kalangan
dari semua golongan, dari mulai kepala desa dengan nilai yang tidak seberapa sampai ke anggota
legislative yang nilai dari dana yang dikorupsi sangat fantastis, bahkan yang terbaru adalah
kementrian agama yang seharusnya sadar akan perintah agama dan etika sosial justru harus
terkotori oleh kasus korupsi yang menimpa mentrinya. Baru baru ini terpidana kasus korupsi
dan TPPU Anas Urbaningrum menjalani siding perdananya di pengadilan tipikor Jakarta, dalam
persidangan Anas meminta agar pihak lapas mengganti kasur tahanan dengan kasur yang lebih
empuk, sungguh tidak tau malu terpidana korupsi di Indonesia, bukanya mengakui kelasahannya
malah meminta fasilitas fasilitas yang tidak masuk akal. Ini membuktikan bahwa terpinda
korupsi memang benar benar sudah tidak tau malu bahkan mereka selalu merasa benar dan
mengatakan bahwa jaksa dari KPK ngelantur. Korupsi membuat tingkat intelektual seseorang
menurun drastis, mereka tidak bisa melihat kebenaran dan kenyataan atas perbuatan yang mereka
lakukan, mereka cenderung menolak untuk menerima hal tersebut sebagai bentuk dari pembelaan
diri yang sia sia karena meski demikian, mereka tetap akan dihadiahi menginap di Hotel
Prodeo.

Korupsi dan TPPU di Indonesia diakui memang sulit untuk dihilangkan karena minimnya
kesadaran dari setiap individu dan faktor pendorong yang tumbuh subur di Republik ini. Ketika
seseorang melakukan politik transaksional maka sudah bisa dipastikan tujuan dari orang tersebut
terjun didunia politik bukan untuk mengabdi kepada negara tetapi untuk mengisi perut mereka,
dan itu akan terus menerus dilakukan bahkan sikap seperti ini akan diturunkan pada generasi
penerusnya. Informasi yang diberikan oleh KPK bahwa sampai dengan 31 maret 2014 saja
dihitung sejak awal tahun 2014, KPK menangani 19 penyelidikan, 12 penyidikan, 13 penuntutan,
3 inkracht, dan 13 eksekusi. Dalam kurun waktu 3 bulan saja banyak sekali kasus yang ditangani
oleh KPK dan ini belum termasuk kasus yang belum terungkap dan masih bersarang disarang
para pejabat sana.

Sebagai seorang yang sadar hukum dan kaum Intelektual dengan pendidikan yang tinggi,
selayaknya kita turut ikut serta dalam mencegah dan memberantas korupsi demi kelancaran
kehidupan bangsa ini, dimulai dari hal kecil dari dalam diri sendiri dengan membiasakan diri
untuk jujur dan tidak mengambil hak orang lain, menjalankan kewajiban dan menjaga amanah
yang diberikan orang lain kepada kita, dimulai dari hal hal kecil seperti ini diharapkan kita bisa
ikut serta dalam mencegah dan memberantas korupsi yang ada di republik ini.
BAB III

KESIMPULAN

Korupsi menjadi hal yang sangat luar biasa karena penyebab hancurnya suatu negara,
Republik ini sudah sangat dalam keadaan prihatin karena korupsi tumbuh begitu cepat bagaikan
jamur dimusim hujan sehingga harus segera diberantas sebelum benar benar merusak
Indonesia.

Indonesia sudah memiliki lembaga independen yang bertugas untuk memberantas


korupsi yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan yang bertugas memberantas TPPU
adalah Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Tetapi meskipun demikian
kita sebagai masyarakat harus tetap ikut serta dalam memberantas korupsi demi terciptanya
lingkungan yang kondusif dan aman.

Penanganan korupsi di Indonesia masih sangat lemah karena lemahnya penegakan hukum
dan kurangnya ketegasan dari pemilik kebijakan untuk memberantas korupsi, hal ini disebabkan
karena yang terjerat kasus korupsi adalah rekan rekan mereka dan secara tidak langsung
mereka juga menikmati hasil korupsi rekannya, sehingga jika kebijakan diperketat maka itu akan
menjadi senjata yang mereka buat untuk membunuh dirinya sendiri.
REFERENSI

Axel Dreher, Christos Kotsogiannis, Steve McCorriston (2004), Corruption Around the World:
Evidence from a Structural Model. http://econwpa.wustl.edu:8089/eps/pe/papers/
0406/0406004.pdf, diakses pada tanggal 31 Mei 2014.

FDI. (15 Februari 2014). 318 Kepala Daerah Terjerat Korupsi Dorong Tata Ulang Pilkada
Baru. http://www.jpnn.com/read/2014/02/15/216728/318-Kepala-Daerah-Terjerat-Korupsi-.
diakses pada tanggal 31 Mei 2014

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. http://kbbi.web.id/korupsi. diakses pada tanggal 31 Mei
2014

Undang Undang Republik Indonesia No. 30 Tahun 2002 tentan Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi

Undang Undang Republik Indonesia No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.

Undang Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 2010 tentang Tindak Pidana Pencucian
Uang.

Website KPK. http://acch.kpk.go.id/statistik-penanganan-tindak-pidana-korupsi-berdasarkan-


tahun diakses pada tanggal 31 Mei 2014.

Website KPK. http://www.kpk.go.id/id/tentang-kpk/undang-undang-pendukung. diakses pada


tanggal 31 Mei 2014.

Anda mungkin juga menyukai