Anda di halaman 1dari 7

I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Radikal bebas merupakan suatu molekul yang memiliki ikatan elektron
tunggal dan bersifat reaktif terhadap molekul lain. Molekul ini sangat berbahaya
bagi makhluk hidup apabila dibentuk secara berlebihan. Sumber radikal bebas
dapat dihasilkan dari proses metabolisme dan dari lingkungan. Molekul ini sangat
reaktif terhadap molekul lain seperti lemak, protein, karbohidrat dan molekul lain.
Reaksi pembentukan radikal bebas haruslah di kontrol dengan baik agar hasilnya
tidak berlebihan.
Radikal bebas jika berlebihan dapat merusak sel sehat bahkan dapat
membuat sel mati, sehingga dapat menurunkan kondisi tubuh makhluk hidup.
Pencegahan radikal bebas ini dapat melalui pemberian antioksidan agar ikatan
reaktif molekul ini tidak terjadi bahkan berkurang.
Untuk itu dalam makalah ini akan dijelaskan bagaimana reaksi dari
pembentukan radikal bebas dan dari mana sumbernya agar pembaca dapat lebih
memamhami mengenai apa itu radikal bebas dan dapat mengetahui cara
mencegahnya.

1.2 Identifikasi Masalah


1. Bagaimana pengertian dan sumber radikal bebas?
2. Bagaimana mekanisme pembentukan radikal bebas?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui pengertian dan sumber radikal bebas
2. Mengetahui mekanisme pembentukan radikal bebas
II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Radikal Bebas


Radikal bebas adalah atom atau molekul yang mempunyai elektron yang
tidak berpasangan pada orbital terluarnya dan dapat berdiri sendiri (Clarkson and
Thompson, 2000). Kebanyakan radikal bebas bereaksi secara cepat dengan atom
lain untuk mengisi orbital yang tidak berpasangan, sehingga radikal bebas
normalnya berdiri sendiri hanya dalam periode waktu yang singkat sebelum
menyatu dengan atom lain. Radikal bebas merupakan suatu atom atau gugus atom
yang memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan, bersifat sangat
reaktif dan mempunyai energi yang tinggi. Simbol dari suatu radikal bebas adalah
sebuah titik yang menggambarkan elektron yang tidak berpasangan (Fessenden,
1986). Senyawa radikal bebas sangat reaktif dan selalu berusaha mencari
pasangan elektron agar kondisinya stabil (Subeki,1998).
Kelompok radikal bebas antara lain superoxide anion (O2-), hydroxyl
radicals (OH), dan peroxyl radicals (RO2). Non radikal misalnya hydrogen
peroxide (H2O2), dan organic peroxides (ROOH). Senyawa oksigen reaktif ini
dihasilkan dalam proses metabolism oksidatif dalam tubuh misalnya pada proses
oksidasi makanan menjadi energi. Bentuk radikal bebas yang lain adalah
hydroperoxyl (HO2), alkoxyl (RO), carbonate (CO3-), carbon dioxide (CO2-),
atomic chlorine (Cl), dan nitrogen dioxide (NO2) (Halliwell and Whiteman,
2004).

2.2 Sumber Radikal Bebas


Radikal dapat terbentuk secara endogen dan eksogen. Radikal endogen
terbentuk dalam tubuh melalui proses metabolisme normal di dalam tubuh.
Contoh dari radikal endogen adalah radikal bebas yang terbentuk sebagai sisa
proses metabolisme (proses pembakaran), protein, karbohidrat, dan lemak yang
kita konsumsi.
Pembentukan radikal bebas secara endogen juga dapat dihasilkan dari
latihan fisik otot. Radikal bebas dapat terbentuk selama dan setelah latihan oleh
otot yang berkontraksi serta jaringan yang mengalami iskemik-reperfusi (Chevion
dkk., 2003). Pembentukan radikal bebas terutama dihasilkan oleh otot rangka
yang berkontraksi (Powers and Jackson, 2008).
Selama melakukan latihan fisik maksimal, konsumsi oksigen tubuh
meningkat dengan cepat. Penggunaan oksigen oleh otot selama latihan fisik
maksimal dapat meningkat sekitar 100200 kali dibandingkan saat istirahat
(Chevion dkk., 2003). Saat fosforilasi oksidatif di dalam mitokondria, oksigen
direduksi oleh sistem transport elektron mitokondria untuk membentuk adenosin
trifosfat (ATP) dan air. Selama proses fosforilasi oksidatif ini sekitar 2% molekul
oksigen dapat berikatan dengan elektron tunggal yang bocor dari karier elektron
pada rantai pernafasan, sehingga membentuk radikal superoksida (O2.). Radikal
superoksida yang terbentuk ini akan membentuk hidrogen peroksida (H2O2) dan
hidroksil reaktif (OH.) dengan cara berinteraksi dengan logam transisi reaktif
seperti tembaga dan besi (Singh, 1992).
Sementara radikal eksogen berasal dari bahan pencemar yang masuk
kedalam tubuh melalui pernafasan, pencernaan, dan penyerapan melalui kulit.
Contoh dari radikal eksogen adalah polusi udara, asap kendaraan, sinar UV, asap
rokok (Miller, 1996).
Radikal bebas, baik endogen maupun eksogen, dapat merupakan etiologi
berbagai macam penyakit degenerative seperti penyakit jantung arteri, stroke,
rheumatoid artritis, diabetes dan kanker (Haris & Shivanandappa, 2006). Radikal
bebas dan juga spesies oksigen reaktif lainnya dihasilkan secara terus-menerus
melalui proses fisiologis yang normal, terlebih lagi dalam keadaan patologis.
Tubuh memiliki sistem pertahanan internal terhadap radikal bebas yakni
antioksidan (Singh, 1992). Fungsi utama antioksidan adalah menunda oksidasi
molekul - molekul lain dengan menghambat reaksi rantai oksidasi radikal bebas
pada tahap inisiasi atau propagasi karenanya mampu mengurangi kerusakan
oksidatif tubuh manusia.
Radikal bebas dalam jumlah normal bermanfaat bagi kesehatan, misalnya:
memerangi peradangan, membunuh bakteri, dan mengendalikan tonus otot polos
pembuluh darah serta organ-organ dalam tubuh (Yuwono, 2009). Radikal bebas
dan senyawa oksigen reaktif yang diproduksi dalam jumlah yang normal, penting
untuk fungsi biologis, seperti sel darah putih yang menghasilkan H2O2 untuk
membunuh beberapa jenis bakteri dan jamur serta pengaturan pertumbuhan sel,
namun ia tidak menyerang sasaran spesifik, sehingga ia juga akan menyerang
asam lemak tidak jenuh ganda dari membrane sel, organel sel, atau DNA,
sehingga dapat menyebabkan kerusakan struktur dan fungsi sel.
Sementara dalam jumlah berlebih mengakibatkan stress oksidatif.
Keadaan tersebut dapat menyebabkan kerusakan oksidatif mulai dari tingkat sel,
jaringan, hingga ke organ tubuh yang mempercepat terjadinya proses penuaan dan
munculnya penyakit (Yuwono, 2009). Namun tubuh diperlengkapi oleh
seperangkat sistem pertahanan untuk menangkal serangan radikal bebas atau
oksidan sehingga dapat membatasi kerusakan yang diakibatkan oleh radikal
bebas. Sistem pertahanan antioksidan ini antara lain adalah enzim Superoxide
Dismutase (SOD) yang terdapat di mitokondria dan sitosol, Glutathione
Peroxidase (GPX), Glutathione reductase, dan catalase (Singh, 1992).

2.3 Mekanisme Pembentukan Radikal Bebas


Mekanisme reaksi radikal bebas dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Inisiasi
Tahap iniiasi adalah pembentukan awal dari radikal-radikal bebas (Fessenden,
1986).

2. Propagasi
Pembentukan radikal bebas akan mengakibatkan terbentuknya radikal baru
dengan suatu reaksi yang disebut reaksi rantai (Fessenden, 1986).
Secara teoritis, proses ini akan berlangsung terus menerus karena sebuah Cl
akan mengalami reaksi yang menyebabkan terbentuknya sebuah Cl yang lain
(Fessenden, 1986).
3. Terminasi
Reaksi rantai yang terjadi akan berhenti pada tahap terminasi yaitu ketika
radikal bebas bergabung dengan radikal bebas yang lain sehingga tidak
membentuk radikal bebas yang baru (Fessenden, 1986)
III
KESIMPULAN

1. Radikal bebas adalah atom atau molekul yang mempunyai elektron yang
tidak berpasangan pada orbital terluarnya dan dapat berdiri sendiri. Radikal
bebas berasal dari dua sumber ada yang eksogen yaitu radikal bebas yang
dihasilkan oleh aktivitas luar oleh lingkungan seperti asap rokok, polusi
udara. Adapula radikal bebas yang dihasilkan dari proses endogen yaitu hasil
sampingan dari proses metabolisme.
2. Mekanisme pembentukan radikal bebas terdapat tiga tahap yaitu inisiasi,
propagasi dan terminasi.
DAFTAR PUSTAKA

Chevion S, Moran DS, Heled Y, Shani Y, Regrev G, Abbou B, Berensthein E,


Stadtman ER, Epstein Y. 2003. Plasma antioxidant status and cell
injury after severe physical exercise, Proc.Nati.Acad.Sci.USA,vol 100,
Issue9, 5119-5123.
Clarkson, P. M., Thompson, H. S. 2000. Antioxidants: What Role Do They Play In
Physical Activity And Health.J. ClinNutr. Biochem, 72.

Fessenden, R .J danFessenden, J. S , 1986. Kimia Organik. Edisi Ketiga. Jilid2.


Erlangga. Jakarta.

Halliwell, B. danWhiteman, M. 2004. Measuring Reactive Species and Oxidative


Damage in Vivo and in Cell Culture: How Should You do it and What
do The Results Mean. J Pharmacol, 142.

Haris, R. and Shivanandappa, T. 2006. Antioxidant Activity and


Hepatoprotective Potential of PhyllanthusNiruri. J. Food Chem., 95.

Miller, N.D. 1996.Antioxidant Flavonoid Structural Usage Alternative Medical


Review I(2), 103-111.

Powers SK Jakcson MJ. 2008. Exercise-induced oxidative stress : Cellular


mechanism and impact on muscle force production. Physiol Rev
88:1243-1276.
Singh, V. S. 1992. A Current Perspective on Nutrition and Exercise. J Nutr, 122,
760-65.
Subeki. 1998. Pengaruh Cara Pemasakan Terhadap Kendungan Antioksidan
Beberapa Macam Sayuran Serta Daya Serap dan Retensinya Pada Tikus
Percobaan. Tesis. Program Pascasarjana, IPB. Bogor.

Yuwono A. 2009. Antioxidant and Healty Desease.


http://Farmatology.Org/Specialtmedic/Intermist, Diakses pada 13 Oktober
2017.

Anda mungkin juga menyukai