Prevalensi Obesitas Pada Anak Usia 4-6 Tahun Dan Hubungannya Dengan Asupan Serta Pola Makan
Prevalensi Obesitas Pada Anak Usia 4-6 Tahun Dan Hubungannya Dengan Asupan Serta Pola Makan
Muhammad Artisto Adi Yussac, Arief Cahyadi, Andika Chandra Putri, Astrid Saraswaty Dewi,
Ayatullah Khomaini,* Saptawati Bardosono,** Eva Suarthana***
*Program Pendidikan Integrasi Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
**Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
***Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Abstrak: Obesitas pada anak merupakan masalah yang kompleks. Faktor-faktor yang dapat
menimbulkan obesitas antara lain asupan dan pola makan. Tujuan penelitian adalah mengetahui
hubungan antara pola makan dan asupan kalori, karbohidrat, protein dan lemak yang
dikonsumsi oleh subyek penelitian, dengan prevalensi obesitas. Penelitian juga bertujuan untuk
membandingkan dua metode pengukuran: Z-score berat badan/tinggi badan (BB/TB) dan
persentil indeks massa tubuh (IMT) dalam mengidentifikasi obesitas pada anak usia 4-6 tahun.
Sebanyak 71 orang subyek dari sebuah taman kanak-kanak di Jakarta Timur diambil dengan
metode consecutive sampling. Hasil yang didapat adalah 52,1% subyek penelitian adalah
perempuan; terbanyak berusia 4-5 tahun (52,1%). Sebagian besar ayah dan ibu subyek
penelitian berpendidikan tinggi. Pekerjaan ayah yang terbanyak adalah pegawai swasta (50,7%)
sedangkan ibu tidak bekerja (60,6%). Sebanyak 66,2% subyek berasal dari keluarga
berpendapatan perkapita menengah rendah. Tinggi dan berat badan rata-rata adalah 109,6
6,7 cm dan 20,9 4,6 kg. Didapatkan prevalensi obesitas 31% dengan klasifikasi IMT dan
21.1% dengan klasifikasi Z-score BB/TB. Rata-rata persentil IMT adalah 68.0 34.7 dan rata-
rata Z-score BB/TB adalah 0,7 1,4. Didapatkan hubungan yang bermakna antara asupan
kalori, karbohidrat, protein, lemak dan pola makan lemak dengan prevalensi obesitas menurut
klasifikasi IMT dan Z-score BB/TB. Metode IMT dan Z-score BB/TB memiliki nilai koefisien
(kappa) sebesar 0,747 yang berarti memiliki kesesuaian yang kuat sekali. Dengan demikian,
baik IMT maupun Z-score BB/TB dapat digunakan untuk menetapkan prevalensi obesitas
pada anak.
Kata kunci: asupan makanan, obesitas, persentil indeks massa tubuh, pola makan, Z-score BB/
TB
Abstract: Obesity in children is a complex problem. Factors related to obesity are food consump-
tion and food pattern. The aim of this research was to assess the relationship between food
consumption and food pattern (carbohydrate, protein, and fat consumed by subject) with the
prevalence of obesity. Furthermore, this research aimed to compare two measurements, i.e. Z-
zcore of body weight/ body height (BW/BH) and body mass index (BMI), in identifying obesity
among 4-6 years old children. There were 71 pupils which consecutively selected from a kinder-
garten in East Jakarta. Half of the subjects (52.1%) were female; aged between 4-5-year old
(52,1%). Most of their parents were well educated; 50.7% of the fathers were private employee,
whereas 60.6% of the mothers were unemployed/ housewives. Income percapita of their family
mostly were moderately low (66,2%). The mean body height and body weight were 109.6 6.7 cm
and 20.9 4.6 kg respectively. The prevalence of obesity was 31% with BMI method, and 21.1%
with Z-score BW/BH method. The mean BMI percentiles was 68.0 34.7, and the mean Z-score
BW/BH was 0.7 1.4. There were significant correlations between calories, carbohydrate, pro-
tein, and fat intake, as well as dietary fat pattern with the prevalence of obesity according to BMI
and Z-score of BW/BH methods. Both methods showed a coefficient value of 0.747, which
reflected a strong agreement between them. Therefore, BMI and Z-score BW/BH methods can be
used to screen the obesity in children.
Key words: food consumption, food pattern, obesity, percentile of Body Mass Index, Z-score of
Body Weight/Body Height
di perkotaan terdapat 4,6% anak laki-laki dan 8% anak Data penelitian yang dikumpulkan meliputi data hasil
perempuan yang menderita obesitas. Sedangkan prevalensi pengukuran tinggi badan (TB) dan berat badan (BB) serta
obesitas pada tahun 1995 di 27 propinsi adalah 4,6%. Menurut pengisian kuesioner yang telah diuji coba sebelumnya melalui
penelitian Soedibyo et al pada tahun 1998 di DKI Jakarta wawancara terpimpin. Kuesioner meliputi data sosio-
prevalensi obesitas untuk anak usia 6-12 tahun adalah sekitar demografi;16,17 asupan nutrisi secara kualitatif dan kuantitatif,
4%, dan meningkat sesuai dengan bertambahnya usia.7 yaitu dengan metode food recall 1x24 jam; serta informasi
Penelitian lain menunjukkan bahwa obesitas telah deskriptif tentang pola makan sehari-hari yang diperoleh
menjadi masalah global. Peningkatan prevalensi obesitas melalui metode food frequency. Informasi asupan nutrisi
tidak saja terjadi di negara maju tetapi juga di negara ber- diperoleh dengan metode wawancara terstruktur dengan
kembang.1,8-10 Prevalensi obesitas pada anak usia 617 tahun responden, yaitu orangtua atau pengasuh subyek penelitian,
di AS dalam tiga dekade terakhir meningkat dari 7,610,8% dengan menggunakan alat peraga (food model).
menjadi 1314%. Prevalensi obesitas pada anak usia 618 Pengukuran BB dilakukan menggunakan timbangan BB
tahun di Rusia adalah 10%, di Cina adalah 3,4%, dan di Inggris SECA yang telah distandarisasi dengan ketelitian 0,1 Kg.
1017%, bergantung pada usia dan jenis kelamin.9 Prevalensi Sedangkan pengukuran TB dilakukan dengan menggunakan
obesitas pada anak-anak di Singapura meningkat dari 9% alat microtoise. Dari pengukuran tersebut, kemudian
menjadi 19%.11 dikembangkan antropometri turunan, yaitu status gizi
Obesitas mempunyai dampak terhadap tumbuh berdasarkan IMT dan BB/TB. Selanjutnya data antropometri
kembang anak terutama dalam aspek organik dan psiko- turunan tersebut diklasifikasi menjadi status gizi, yaitu dengan
sosial.1 Obesitas pada anak berisiko tinggi menjadi obesitas metode perhitungan Z-score BB/TB dan IMT diklasifikasi
pada masa dewasa dan berpotensi mengalami berbagai berdasarkan kurva CDC 2000 terhadap usia. Untuk meng-
penyebab kesakitan dan kematian, antara lain penyakit hitung prevalensi obesitas, subyek dikatakan obes bila Z-
kardiovaskular dan diabetes melitus.1,12,13 Obesitas pada anak score BB/TB > 2 SD, atau bila skor IMT-nya di atas persentil
juga dapat mengakibatkan kelainan metabolik, misalnya ke-95.14 Kemudian dilakukan penghitungan kesesuaian (mea-
atherogenesis, resistensi insulin, gangguan trombogenesis, sure of agreement) antara prevalensi obesitas berdasarkan
dan karsinogenesis.10 metode IMT dan BB/TB. Measure of agreement merupakan
Obesitas pada anak ditentukan antara lain berdasarkan parameter tingkat kecocokan/kesesuaian antara dua metode.
dua metode pengukuran, yaitu Indeks Massa Tubuh (IMT) Tingkat kecocokan ini dinyatakan dalam sebuah koefisien,
dan Z-score berat badan/tinggi badan (Z score BB/TB). yaitu koefisien kappa (k). Nilai koefisien k tersebut kemudian
Obesitas ditetapkan bila Z score lebih dari 2.14 Sedangkan diinterpretasikan berdasarkan klasifikasi Everitt.18
berdasarkan rekomendasi, antara lain oleh WHO tahun 1997, Penilaian pola makan secara kualitatif dan deskriptif
The National Institutes for Health (NIH) tahun 1998, dan dilakukan dengan menggunakan tabel kuesioner frekuensi
The Expert Committee on Clinical Guidelines for Over- konsumsi bahan makanan dalam seminggu yang didapat dari
weight in Adolescent Preventive Service, batasan obesitas wawancara terpimpin dengan orangtua atau pengasuh. Setiap
adalah IMT di atas persentil 95.15 bahan makanan dikategorikan menjadi karbohidrat, lemak,
Dari hal-hal tersebut deteksi terhadap obesitas perlu protein, serat, dan kalori. Kemudian dari setiap kategori
dilakukan secara dini. Selama ini di Indonesia belum banyak ditetapkan standar deviasinya (SD). Klasifikasi pola konsumsi
publikasi tentang obesitas dan hubungannya dengan asupan kualitatif jarang, biasa, dan sering dilakukan berdasarkan
dan pola makan pada anak usia 5-6 tahun. Juga belum ada perbandingan antara jumlah konsumsi untuk tiap kategori
penelitian yang membandingkan metode pengukuran IMT dalam seminggu dengan standar deviasi ini (2 SD). Pola
dan rasio BB/TB dalam menentukan obesitas. Penelitian ini makan di bawah 2 SD dikatakan jarang, antara 2SD dan
bertujuan menjawab kedua perta-nyaan penelitian tersebut. +2SD dikatakan biasa, dan di atas +2SD dikatakan sering.
Penilaian pola makan secara kuantitatif dilakukan
Metode dengan food recall 1 x 24 jam yang juga didapat dari hasil
Penelitian ini dilakukan di sebuah taman kanak-kanak wawancara terpimpin. Dari metode food recall tersebut
di Jakarta timur pada rentang waktu antara tanggal 12 April didapatkan jumlah dan frekuensi konsumsi makanan yang
7 Mei 2004. Desain penelitian cross sectional dengan kemudian diterjemahkan sebagai asupan gizi subyek
populasi penelitian adalah anak yang berusia 4-6 tahun. penelitian. Sebagai patokan digunakan angka kecukupan gizi
Subyek dipilih dengan cara consecutive sampling. Kriteria (AKG) yang dianjurkan di Indonesia.19
eksklusi yang digunakan adalah: tidak masuk sekolah pada Data statistik diolah dan dianalisis dengan program
saat hari pemeriksaan, sedang menderita penyakit kronis komputer SPSS 11.0, sedangkan untuk data asupan gizi
yang telah terdiagnosis oleh dokter (TBC, diare kronis, dia- (asupan kalori, protein, karbohidrat, dan lemak) diolah dengan
betes melitus, penyakit hati kronis, penyakit ginjal kronis, menggunakan program Nutrisurvey. Perhitungan BB/TB dan
hipo/hipertiroidisme), atau sedang dalam program diet IMT diolah dengan menggunakan program Epi nut dari
khusus sebagai bagian dari terapi penyakit tertentu. Epi info.
Tabel 4 menunjukkan perbandingan asupan makanan Tabel 6 menunjukkan bahwa prevalensi obesitas ber-
pada subyek penelitian yang obes dan tidak obes. Dida- dasarkan metode IMT lebih besar dibandingkan dengan
patkan bahwa pada subyek yang mengalami obesitas metode pengukuran BB/TB (22 orang subyek dibandingkan
mendapat asupan makanan yang lebih tinggi secara dengan 15 orang subyek). Namun, nilai koefisien sebesar
bermakna. 0,747 menunjukkan kedua metode memiliki kesesuaian yang
kuat sekali.9,18
Tabel 5. Hubungan Antara Persentase Kecukupan Gizi de-
ngan Status Gizi
Pembahasan
Kategori IMT Non Obesitas Obesitas p Data pada penelitian ini menunjukkan bahwa obesitas
(n=49) (n=22) value
ditemukan pada 31% subyek penelitian berdasarkan kriteria
% AKG % AKG
IMT dan 21% berdasarkan kriteria BB/TB (Tabel 1). Penelitian
Kalori (kkal) 73,6 95,4 0.003 prevalensi obesitas pada balita yang dilakukan oleh Satoto
(27,4-139,9) (55,0-133,7) et al pada tahun 1995 di 27 provinsi di Indonesia menunjukkan
Karbohidrat (g) 60,7 50,5 0.043
prevalensi yang jauh lebih rendah, yaitu 4,6%.14 Penelitian
(19,9-134,3) (30,1-101,7)
Protein (g) 139,4 109,4 0.619 serupa yang dilakukan oleh Yap et al pada tahun 1999
(41,0-234,9) (76,2-230,9) menunjukkan peningkatan prevalensi obesitas pada anak-
Lemak (g) 106,9 126,9 0.088 anak di Singapura dari 9% menjadi 19%. Banyak penelitian
(26,2-253,4) (50,2-192,0)
yang menunjukkan peningkatan prevalensi obesitas, baik di
Kategori Z-score Non Obesitas Obesitas p negara maju maupun berkembang, menim-bulkan dugaan
BB/TB (n=56) (n=15) value bahwa telah terjadi peningkatan prevalensi obesitas pada
% AKG % AKG balita di Indonesia secara keseluruhan sejak tahun 1995
sehingga pada penelitian ini didapatkan prevalensi obesitas
Kalori (kkal) 74,8 100,4 0.001
(27,4-139,9) (58,4-133,6) yang tinggi. Dengan sebaran sosial ekonomi keluarga yang
Karbohidrat (g) 59,6 57,4 0.481 homogen kurang mencerminkan gambaran prevalensi
(19,9-134,3) (34,2-101,7) obesitas untuk populasi secara umum. Untuk membuktikan
Protein (g) 135,9 132,6 0.535
hal ini tentunya diperlukan penelitian lebih lanjut yang
(41,0-234,9) (82,5-230,9)
Lemak (g) 103,7 127,1 0.693 bersifat lebih luas dan dengan jumlah sampel yang lebih
(26,2-253,4) (50,2-192,0) banyak lagi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ternyata bukan
hanya status ekonomi tinggi yang mendukung terjadinya
Tabel 5 menunjukkan rata-rata persentase AKG kalori
obesitas pada anak. Status ekonomi yang relatif rendah
dan lemak yang lebih tinggi pada kelompok yang mengalami
ternyata juga dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya
obesitas dibandingkan dengan yang tidak. Rerata persentase
obesitas.21 Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Commit-
AKG lemak pada kelompok obes jauh melebihi AKG yang
tee on Nutrition di Inggris menunjukkan bahwa anak-anak
dibutuhkan (20% dari jumlah kalori; tiap gram lemak
yang berasal dari keluarga yang status ekonominya lebih
memberikan energi sebesar 9 kkal, sedangkan protein dan
rendah mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan lebih
karbohidrat 4 kkal).19 Rerata persentase AKG karbohidrat
sedikit dan memiliki asupan kalori dan lemak total yang lebih
pada kedua kelompok lebih rendah dari AKG yang dibutuhkan
tinggi dibandingkan anak yang satus ekonominya lebih
(60-70% dari jumlah kalori); sebaliknya rerata persentase AKG
tinggi. Keluarga dengan pendapatan yang lebih rendah juga
protein melebihi yang dibutuhkan (sekitar 10-20% dari jumlah
dilaporkan lebih sering mendapatkan kesulitan dalam
kalori). Tabel 5 juga menunjukkan adanya hubungan yang
mengakses makanan sehat, terutama sayuran dan buah-
bermakna antara asupan kalori dengan prevalensi obesitas,
buahan.22
baik berdasarkan metode IMT maupun BB/TB.
Tingkat pendidikan orang tua yang cukup tinggi diduga
juga mempengaruhi prevalensi terjadinya obesitas. Dengan
Tabel 6. Agreement Prevalensi Obesitas Antara Metode IMT
dan Z-score BB/TB pendidikan yang lebih tinggi semestinya orang tua mem-
punyai sikap, pengetahuan, dan perilaku yang lebih baik dalam
Obesitas berdasarkan Total pola asuh maupun pola didik anaknya.
Z-score BB/TB Rata-rata persentase asupan lemak sebesar 28% (10-
Non obes O b e s
48%) dan protein sebesar 14% (9-25%) pada subyek penelitian
Obesitas berdasarkan Non obes 49 0 49 ini lebih tinggi dibandingkan dengan persentase yang
IMT Obes 7 15 22 dianjurkan oleh Widya Karya Pangan 1983 (lemak 20% dan
protein 8%). Dalam sebuah penelitian mengenai komposisi
Total 56 15 71
diet pada anak usia prasekolah di Amerika Serikat, juga
Nilai koefisien = 0,747 didapatkan peningkatan rata-rata persentase zat gizi terhadap
kalori total yaitu lemak 30,5% dan protein 12,1%.23 Hal ini Kesimpulan
berhubungan dengan berubahnya pola konsumsi masya- Didapatkan prevalensi obesitas sebesar 31% pada
rakat terutama di kota-kota besar, yaitu dari makanan tinggi subyek penelitian berdasarkan kriteria IMT dan sebesar 21%
karbohidrat menjadi tinggi lemak dan protein. Salah satu hal berdasarkan kriteria BB/TB. Hal ini menunjukkan peningkatan
yang sangat berpengaruh terhadap terjadinya hal ini ialah yang nyata bila dibandingkan dengan penelitian-penelitian
peningkatan jumlah tayangan komersial yang mempro- yang pernah dilakukan sebelumnya. Hal ini didukung dengan
mosikan makanan yang banyak mengandung lemak dan pro- meningkatnya jumlah asupan lemak yang lebih tinggi bila
tein pada anak.24 dibandingkan dengan asupan karbohidrat. Diduga bahwa
Sumber lemak yang paling sering dikonsumsi oleh peningkatan asupan ini dipengaruhi oleh berubahnya pola
subyek ialah minyak goreng, yaitu sebesar 32,21% dari konsumsi masyarakat terutama di kota-kota besar, yaitu dari
keseluruhan sumber lemak. Hal ini dapat terjadi karena makanan tinggi karbohidrat menjadi tinggi lemak dan pro-
sebagian besar makanan yang biasa dikonsumsi oleh subyek tein.
penelitian dimasak dengan cara digoreng. Penyebab obesitas adalah multifaktorial, dengan demi-
Penggunaan metode food recall dan food frequency kian faktor asupan makanan hanya merupakan salah satu
dalam penelitian ini juga mempunyai kelemahan karena dari sekian banyak faktor. Asupan makanan yang berpe-
pengisian kuesionernya membutuhkan ingatan yang baik dari ngaruh tersebut terutama yang mengandung kalori dan lemak
responden atas asupan makan subyek penelitian sejak sehari tinggi.
sebelum wawancara, dan pola makan subyek sejak seminggu Penelitian ini juga menunjukkan bahwa metode IMT
sebelum wawancara. Dengan demikian kemungkinan mempunyai kesesuaian yang cukup baik bila dibandingkan
terjadinya bias informasi tidak dapat dihindari. dengan metode BB/TB yang telah banyak digunakan sebagai
Perlu diingat bahwa penyebab obesitas ialah multi- salah satu metode untuk menentukan obesitas pada anak.
faktorial, faktor asupan makanan hanya merupakan salah satu Dengan demikian, adanya penelitian ini semakin memperkuat
dari sekian banyak faktor. Asupan makanan yang ber- bukti bahwa metode IMT juga dapat digunakan untuk
pengaruh tersebut terutama yang mengandung kalori dan menentukan prevalensi obesitas pada anak.
lemak tinggi. Obesitas pada anak tidak hanya dipengaruhi
oleh asupan makanan saja, namun merupakan interaksi antara Ucapan Terima Kasih
faktor genetik, biologi, psikologi, sosiokultural, dan ling- Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih
kungan.22 Dengan demikian, pada subyek penelitian yang kepada Prof. Dra. Corrie Wawolumaja, SKM, MSc, PhD, atas
mengalami obesitas, faktor asupan dan pola makan bukan saran dan bantuannya dalam pelaksanaan penelitian ini.
merupakan faktor yang berperan tunggal, namun berinteraksi
dengan faktor lainnya. Daftar Pustaka
Uji korelasi kemaknaan antara asupan makan dengan 1. Sjarif DR. Obesitas pada anak dan permasalahannya. In: Hot
IMT dan BB/TB hanya memberikan hubungan bermakna Topics in Pediatrics II. Jakarta: 2002.p.219-32.
dengan kekuatan lemah pada pola makan lemak, dan untuk 2. Vanitallie TE. Predicting obesity in children. Nutrition Reviews
1998;56:154-5.
yang lainnya tidak bermakna. Hal ini dapat dijelaskan oleh 3. Lichtenstein AH, Kennedy E, Barrier P. Dietary fat consump-
efek termogenesis lemak yang lebih rendah dibandingkan tion and health. Nutrition Reviews 1998;56:23-8.
dengan efek termogenesis protein dan karbohidrat. Kebiasaan 4. Gallaher MM, Hauck FR, YangOshida M, Serdula MK. Obesity
mengkonsumsi lemak dalam jangka panjang, yang among Mescalero preschool children: Association with maternal
obesity and birth weight. Am J Dis Child 1991;145:1262-5.
digambarkan oleh pola makan lemak biasa dan sering, 5. Maffeis C, Schutz Y, Grezzani A, Provera S, Plancentini G, Tato
mengakibatkan jumlah lemak yang tertimbun di dalam jaringan I. Meal-induced thermogenesis and obesity: Is a fat meal a risk
lebih banyak dibandingkan dengan lemak yang dipecah. Hal factor for fat gain in children?. J Clin Endocrinol Metab 2001;
ini mengakibatkan terjadinya obesitas.5 86(1):214-9.
6. Nelson WE, Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM. Early school
Kesesuaian antara kedua metode pengukuran IMT dan years. Textbook of pediatrics. Tokyo: WB Saunders Co; 1996.
Z-score BB/TB terlihat dari data tabel agreement antara kedua 7. Soedibyo S, Firmansyah A, Djer MM. Prevalence and influencing
metode pengukuran tersebut (Tabel 6). Penggunaan metode factors of obesity in elementary school pupils. Pediatric Indone-
IMT sebagai metode pengukuran obesitas pada anak di atas sia 1998;38:193-204.
8. Fiorentino RF. The burden of obesity in Asia: Challenges in as-
2 tahun telah direkomendasikan oleh The World Health sessment, prevention and management. Asia Pacific J Clin Nutr
Organization (WHO) sejak tahun 1997, The National Insti- 2002;11:676-80.
tutes for Health (NIH) pada tahun 1998, dan The Expert 9. Youafa W, Joanna WQ. Standard definition of child overweight
Committee on Clinical Guidelines for Overweight in Ado- and obesity worldwide. Brit Med J 2000; 321:1158.
10. Hanley AJG. Overweight among children and adolescent in a
lescent Preventive Service.15 Kesesuaian antara kedua Native Canadian Community: Prevalence and associated factors.
metode pengukuran IMT dan Z-score BB/TB membuktikan Am J Clin Nutr 2000;71:693-700.
bahwa kedua metode tersebut dapat digunakan untuk 11. Yap MA, Tan WL. Factors associated with obesity in primary-
menentukan obesitas pada anak. school children in Singapore. Asia Pacific J Clin Nutr 2002;3:65-
8.
12. Soetjiningsih. Obesitas pada Anak. In: Tumbuh Kembang Anak. 19. Persatuan Ahli Gizi Indonesia dan RSCM. Penuntun Diet Anak.
Jakarta: EGC; 1998. p.183-90. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2003.p.2-5.
13. Figueroa-Colon R, Franklin FA, Lee JY, Aldridge R, Alexander L. 20. Maldiyono B, Moeslichan Mz, Budiman I, Purwanti SH. Perkiraan
Prevalence of obesity with increased blood pressure in elemen- besar sampel. In: Sastroasmoro S, Ismael S, editors. Dasar-dasar
tary school age-children. South Med J 1997;90(8):806-13. Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: CV Sagung Seto;
14. National Centers for Health Statistics. Clinical Growth Charts. 2001.p.198.
Central for Disease Control and Prevention, U.S. Department of 21. Wang Y. Cross-national comparison of childhood obesity: The
Health and Human Service. 20 November 2002 diunduh tanggal epidemic and the relationship between obesity and socioeco-
21 Mar 2004. Available from: www. CDC.gov. nomic status. Int J Epidemiol 2001;30:1129-36.
15. Barlow S, Dietz W. Obesity evaluation and treatment: Expert 22. Committee on Nutrition. Prevention of pediatric overweight
committee recommendations. Pediatrics 1998;102(3):111. and obesity. Pediatrics 2003;112:424-30.
16. World Bank. Country Classification. World Bank, 2002 [cited 23. Atkin L, Davies P. Diet composition and body composition in
2004 Feb 22]. Available from: http://www.worldbank.org preschool children. Am J Clin Nutr; 2000;72:15-21
17. Departemen Pendidikan Nasional. Undang-Undang Sistem 24. Gortmaker SL, Dietz WH, Sobol AM, Wehler CA. Increasing
Pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. pediatric obesity in the United States. Am J Dis Child 1987;141:
1998 diunduh tanggal 22 Feb 2004. Available from: http:// 535-40.
www.depdiknas. gov.org.
18. Anthony D. Understanding advanced statistics. London: Churchill
Livingstone; 1999. EV