TINJAUAN PUSTAKA
4. Faktor Resiko
Berdasarkan dapat atau tidaknya dimodifikasi secara garis besar
faktor resiko IMA terdiri dari dua kelompok :
a. Non-modifable
1) Usia
Usia berbanding lurus dengan resiko aterosklerosis. Semakin
tua usia seseorang maka resiko aterosklerosis semakin
meningkat. Penyakit IMA yang terjadi pada usia lanjut
mempunyai risiko tinggi kematian dan adverse events. Hal ini
sesuai dengan teori mengenai usia yang termasuk dalam faktor
risiko terkena penyakit jantung termasuk IMA adalah usia > 45
tahun untuk laki-laki dan > 55 tahun untuk perempuan.
2) Jenis Kelamin
Laki-laki memiliki risiko lebih besar terkena serangan
jantung dan kejadiannya lebih awal dari pada wanita.
Morbiditas penyakit ini pada laki-laki lebih besar daripada
wanita dan kondisi ini terjadi dan kondisi ini terjadi hampir 10
tahun lebih dini pada wanita.Studi lain menyebutkan wanita
mengalami kejadian infark miokard pertama kali 9 tahun lebih
lama daripada laki-laki. Perbedaan onset infark miokard
pertama ini diperkirakan dari berbagai faktor resiko tinggi yang
mulai muncul pada wanita dan laki-laki ketika berusia muda.
Wanita agaknya relatif kebal terhadap penyakit ini sampai
menopause, dan kemudian menjadi sama rentannya seperti
pria. Hal diduga karena adanya efek perlindungan esterogen.
3) Ras
Kulit putih beresiko terserang penyakit IMA dibandingkan
dengan seseorang berkulit hitam
4) Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga dan genetika mempunyai peranan bermakna
dalam proses terjadinya IMA.
b. Modifable
1) Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya
140mmHg dan atau tekanan diastolik sedikitnya 90mmHg.
Peningkatan tekanan darah sistemik meningkatkan resistensi
vaskuler terjadap pemompaan darah dan ventrikel kiri.
Akibatnya kerja jantung meningkat dan menyebabkan
hipertropi ventrikel kiri. Bila pasien telah memiliki
aterosklerosis maka penyediaan oksigen sedikit, sehingga
kondisi akan semakin berat.
2) Dislipidemia
Abnormalitas kadar lipid serum yang merupakan faktor resiko
adalah hiperlipidemia. Hiperlipidemia merupakan peningkatan
kadar kolesterol atau trigliserida serum di atas batas normal.
The National Cholesterol Education Program (NCEP)
menemukan kolesterol LDL sebagai faktor penyebab penyakit
jantung koroner termasuk IMA. The Coronary Primary
Prevention Trial (CPPT) memperlihatkan bahwa penurunan
kadar kolesterol juga menurunkan mortalitas akibat infark
miokard.
3) Merokok
Merokok meningkatkan resiko terkena penyakit jantung
koroner sebesar 50%. Orang yang tidak merokok dan tinggal
bersama perokok (perokok pasif) memiliki peningkatan risiko
sebesar 2030 % dibandingkan dengan orang yang tinggal
dengan bukan perokok. Di Inggris, sekitar 300.000 kematian
karena penyakit kardiovaskuler berhubungan dengan rokok.30
Penggunaan tembakau berhubungan dengan kejadian miokard
infark akut prematur di daerah Asia Selatan.
4) Obesitas
Overweight dan Obesitas meningkatkan resiko terkena penyakit
jantung koroner. Sekitar 25-49% penyakit jantung koroner di
negara berkembang berhubungan dengan peningkatan indeks
massa tubuh (IMT). Overweight didefinisikan sebagai IMT >
25-30 kg/m2 dan obesitas dengan IMT > 30 kg/m2. Obesitas
sentral atau obesitas abdominal adalah obesitas dengan
kelebihan lemak berada di abdomen. Biasanya keadaan ini juga
berhubungan dengan kelainan metabolik seperti peninggian
kadar trigliserida, penurunan HDL, peningkatan tekanan darah,
inflamasi sistemik, resistensi insulin dan diabetes melitus tipe
II.
5) Diabetes mellitus
Diabetes Melitus akan menyebabkan proses penebalan
membran basalis dari kapiler dan pembuluh darah arteri
koronaria, sehingga terjadi penyempitan aliran darah ke
jantung. Insiden serangan jantung meningkat 2 hingga 4 kali
lebih besar pada pasien yang dengan diabetes melitus. Orang
dengan diabetes cenderung lebih cepat mengalami degenerasi
dan disfungsi endotel.24 Diabetes mellitus berhubungan
dengan perubahan fisik sampai pathologi pada system
kardiovaskuler.
6) Aktivitas fisik
Olah raga secara teratur sangat bermanfaat untuk menurunkan
faktor risiko terjadinya IMA seperti kenaikan HDL-kolesterol
dan sensitivitas insulin serta menurunkan berat badan dan kadar
LDL-kolesterol. Pada latihan fisik akan terjadi dua perubahan
pada sistem kardiovaskuler, yaitu peningkatan curah jantung
dan redistribusi aliran darah dari organ yang kurangaktif ke
organ yang aktif.
7) Stress
Faktor psikososial seperti peningkatan stres kerja, rendahnya
dukungan sosial, personalitas yang tidak simpatik, ansietas dan
depresi secara konsisten meningkatkan resiko terkena
aterosklerosis. Stres merangsang sistem kardiovaskuler dengan
dilepasnya catecholamine yang meningkatkan kecepatan
denyut jantung dan pada akhirnya dapat 15 menimbulkan
vasokonstriksi pembuluh darah koronaria.16Beberapa
ilmuwanmempercayai bahwa stress menghasilkan suatu
percepatan dari prosesatherosklerosis pada arteri koroner.
8) gaya hidup (life style).
Resiko terkena infark miokard meningkat pada pasien yang
mengkonsumsi diet yang rendah serat, kurang vitamin C dan E,
dan bahan-bahan polisitemikal. Mengkonsumsi alkohol satu
atau dua sloki kecil per hari ternyata sedikit mengurangi resiko
terjadinya infark miokard. Namun tidak semua literatur
mendukung konsep ini, apabila mengkonsumsi alkohol
berlebihan, yaitu lebih dari dua sloki kecil per hari, pasien
memiliki peningkatan resiko terkena penyakit.
5. Patofisiologi
Kebutuhan oksigen yang melebihi kapasitas suplai oksigen oleh
pembuluh darah yang terserang menyebabkan iskemik miokardium.
Iskemik yang bersifat sementara akan menyebabkan perubahan reversible
pada tingkat sel dan jaringan akibatnya menekan fungsi miokardium.
Iskemik yang berlangsung 3045 menit menyebabkan kerusakan pada sel
yang irreversible dan kematian otot atau nekrosis. Sehingga otot jantung
yang mengalami infark tidak dapat memenuhi fungsi kontraksi.
Berkurangnya fungsi kontraksi mengubah hemodinamik, respon
hemodinamik dapat berubahubah sesuai ukuran segmen yang
mengalami infark. Dengan begitu kompensasi berkurangnya fungsi
ventrikel kiri dapat mengurangi curah jantung dengan mengurangi
volume sekuncup, pengurangan pengosongan sistolik ini memperbesar
volume ventrikel akibatnya tekanan jantung kiri meningkat. Tekanan
akhir diastolik ventrikel kiri meningkat akibatnya peningkatan kebutuhan
oksigen tanpa diimbangi dengan suplay oksigen akan memperluas lokasi
infark.
k. Embolisme
l. Tromboflebitis
c. Gejala angina
Fase ini dimulai segera setelah fase II, saat kondisi pasien sudah
stabil dan
- Duduk di kursi
- Berjalan perlahan 1-2 menit 2x sehari
5 - Mandi sendiri
- Berjalan biasa 10 menit 2x sehari
6 - Mandi sendiri
C. Kesiapan
a. Pengertian
Menurut Slameto kesiapan adalah kondisi seorang individu siap dalam
memberikan respon dalam situasi tertentu . seseorang dikatakan siap jika
memiliki setidaknya 3 kondisi berikut:
1) Kondisi fisik, mental dan emosional
2) Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan
3) Keterampilan dan pengetahuan
b. Faktor yang mempengaruhi kesiapan
Kesiapan merupakan sikap psikologis yang dimiliki seorang individu
sebelum melakukan sesuatu. Kesiapan dapat dipengaruhi dua faktor yaitu
diri sendiri dan faktor luar.
1) Faktor Internal
Faktor yang berasal dari diri sendiri, terdiri dari dua bagian yaitu
jasmani dan rohani (psikologi) dimana kedua hal tersebut dapat
membuat seseorang terampil. Faktor jasmani terdiri dari kondisi
fisik dan panca indra, sedangkan faktor rohani terdiri dari minat,
kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif. Aspek
rohani biasanya dipengaruhi oleh:
a)) Kematangan
Suatu kondisi yang dapat menimbulkan tingkah laku sebagai
akibat pertumbuhan dan perkembangan
b)) Kecerdasan
Daya pikit yang merupakan salah satu aspek penentu
keberhasilan seseorang dalam melakukan sesuatu.
c)) Minat
Sebagai seorang pasien harus menyadari dan mengetahui minat
yang ada dalam dirinya
d)) Motivasi
Dorongan yang mrmpengaruhi setiap usaha seseorang dalam
mencapai tujuan.
e)) Kesehatan
Tubuh yang sehat merupakan syarat seseorang untuk
melakukan tugasnya dengan baik
2) Faktor Eksternal
Merupakan faktor yang datang dari luar diantaranya lingkungan
dala,. Lingkungan luar, dan sistem.