Anda di halaman 1dari 5

Pasang Surut, Salah Satu Faktor Penentu Perencanaan Pelabuhan

Pasang Surut, Salah Satu Faktor Penentu Perencanaan Pelabuhan

Bagi negara kepulauan/maritim seperti Negara Indonesia, pelayaran mempunyai peranan


yang sangat penting yaitu dalam kehidupan sosial, ekonomi, pemerintahan,
pertahanan/keamanan, dan sebagainya. Bidang kegiatan pelayaran sendiri sangat luas,
diantaranya meliputi angkutan penumpang dan barang(transportasi), penjagaan pantai
hidrografi dan lain sebagainya.
Kapal sebagai sarana pelayaran mempunyai peranan yang penting dalam sistem angkutan
laut. Untuk mendukung sarana angkutan laut tersebut maka diperlukan prasarana yang
berupa pelabuhan. Pelabuhan adalah tempat pemberhentian (terminal) kapal setelah
melakukan pelayaran.
Di pelabuhan inilah kapal melakukan berbagai aktivitas seperti menaikkan/menurunkan
penumpang, bongkar muat barang, pengisian bahan bakar dan air tawar, mereparasi,
mengadakan perbekalan dan sebagainya. Mengingat pentingnya pelabuhan dalam sistem
angkutan laut, maka pelabuhan hendaklah dilengkapi dengan fasilitas yang memadahi
seperti pemecah gelombang, dermaga, penambat, peralatan bongkar muat, gudang,
halaman untuk menimbun barang, kantor pengelola, ruang tunggu bagi penumpang,
perlengkapan pengisian bahan bakar dan penyediaan air bersih, dan lain sebagainya.
Pelabuhan sendiri mempunyai pengertian daerah perairan terlindung terhadap gelombang
yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut. Jadi pelabuhan dibangun pada daerah
perairan yang tenang (atau sengaja dibuat tenang dengan bangunan pelabuhan, seperti
pemecah gelombang). Kondisi yang paling mendekati adalah di daerah teluk.
Dalam perencanaan pelabuhan ada beberapa faktor yang harus diperhatikan. Faktor faktor
ini berpengaruh pada bangunan-nagunan pelabuhan dan kapal-kapal yang berlabuh di
pelabuhan. Ada tiga faktor yang harus diperhitungkan, yaitu angin, pasang surut, dan
gelombang. Angin sangat penting karena angin menimbulkan arus dan gelombang, angin
juga menimbulkan tekanan pada kapal dan bangunan di pelabuhan. Pasang surut penting
dalam penentuan dimensi bangunan pelabuhan. Elevesi puncak bangunan didasarkan pada
muka air pasang, sedang kedalaman alur dan perairan pelabuhan dirancang berdasar muka
air surut.
Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut sebagai fungsi waktu akibat dari adanya tarik
menarik benda-benda langit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air laut di bumi.
Meski massa bulan jauh lebih kecil dari massa matahari, pengaruh gaya tarik bulan terhadap
bumi lebih besar daripada pengaruh gaya tarik matahari karena jaraknya terhadap bumi yang
jauh lebih dekat.
1. Kurva Pasang Surut
Menunjukkan hasil pencatatan muka air laut sebagai fungsi waktu.

Tinggi pasang surut adalah jarak vertikal antara air tertinggi (puncak air pasang) dan air
terendah (lembah air surut) yang berurutan. Periode pasang surut adalah waktu yang
diperlukan dari posisi muka air rerata ke posisi yang sama berikutnya (bisa 12 jam 25 menit
atau 24 jam 50 menit tergantung tipe pasang surut). Periode saat muka air naik
disebut pasang dan sebaliknya disebut surut. Variasi tersebut akan menimbulkan arus
pasang surut. Arus pasang terjadi pada saat muka air pasang dan sebaliknya. Pada saat
arus berbalik dari pasang menjadi surut terjadi slack/titik balik. Pada saat ini kecepatan
arus adalah nol.
Data pasang surut yang digunakan dalam perencanaan pelabuhan

2. Pembangkitan pasang surut


Gaya pembangkit pasut ditimbulkan oleh gaya tarik antara bumi, bulan, dan
matahari. Rotasi bumi tidak menimbulkan pasang surut.
3. Tipe Pasang Surut

Bentuk pasang surut diberbagai daerah tidak sama. Ada 4 tipe pasang surut, antara lain :
1. Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide)
Dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi yang
hampir sama terjadi secara berurutan teratur. Periode pasut rata-rata 12 jam 25
menit. Terjadi di Selat Malaka sampai laut Andaman.
2. Pasang surut harian tunggal ( diurnal tide )
Dalam satu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan Periode pasut
rata-rata 24 jam 50 menit. Terjadi di perairan Selat Karimata.
3. Pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide prevailing
semidiurnal)
Dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut, tetapi tinggi dan
periodenya berbeda. Terjadi di perairan Indonesia Timur.
4. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevailing
diurnal)
Dalam satu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut, tapi kadang terjadi dua kali
pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan periodenya sangat berbeda. Terjadi di
Kalimantan dan pantai utara Jawa Barat.

4. Pasang Surut Purnama dan Perbani


Dengan adanya gaya tarik menarik bulan dan matahari , lapisan air di bumi yang atadinya
berbentuk bola berubah menjadi elips.
Pasang purnama terjadi ketika bulan purnama atau bulan mati, yaitu kondisi dimana posisi
bumi, bulan, dan matahari terletak sejajar. Kondisi seperti ini terjadi sekitar tanggal 1 dan
15 menurut kalender kamariah (tahun yang didasarkan peredaran bulan). Tinggi pasang
surut lebih besar disbanding hari-hari lainnya.
Sedangkan pasang perbani(pasang kecil/neap tide) terjadi bilamana bulan dan matahari
membentuk sudut siku-siku terhadap bumi, terjadi sekitar tanggal 7 dan 21.gaya tarik
bulan terhadap bumi saling mengurangi sehingga pasang surut yang terjadi lebih kecil
disbanding hari-hari yang lain. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar.

5. Elevasi Muka Air


Mengingat perubahan elevasi muka air laut setiap saat, maka diperlukan suatu elevasi
yang ditetapkan berdasarkan data pasut sebagai pedoman dalam perencanaan suatu
pelabuhan. Beberapa definisi elevasi tersebut adalah sebagai berikut:
Muka air tinggi/high water level (HWL) : muka air tertinggi saat air pasang dalam satu
siklus pasut.
Muka Air Rendah/low water level (LWL) : kedudukan air terendah saat air surut
Muka air tinggi rerata/mean high water level (MHWL) : rerata dari muka air tinggi
selama periode 19 tahun. Digunakan untuk menentukan elevasi puncak pemecah
gelombang, dermaga, panjang rantai penampung penambat.
Muka air rendah rerata/ mean low water level (MLWL) : rerata dari muka air rendah
selama periode 19 tahun
Muka air laut rerata/ mean sea level ( MSL) : muka air rerata antara muka air tinggi
rerata dan muka air rendah rerata. Elevasi ini digunakan sebagai referensi untuk elevasi di
daratan.
Muka air tinggi tertinggi/highest high water level (HHWL) : air tertinggi saat pasang
surut purnama atau bulan mati.
Air rendah terendah /lowest low water level (LLWL) : air terendah saat pasang surut
purnama atau bulan mati. Digunakan untuk menentukan kedalaman alur pelayaran dan
kolam pelabuhan.
Higher high water level : air tertinggi dari dua air tinggi dalam satu hari, seperti dalam
pasang surut tipe campuran.
Lower low water level : air terendah dari dua air rendah dalam satu hari.

Anda mungkin juga menyukai