Isi Yg Wrna 3,5,6,15,16, CVR
Isi Yg Wrna 3,5,6,15,16, CVR
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan Penulisan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Volume Rongga Mata orbita orang dewasa 30ml, sedangkan bola mata
hanya mengisi 1/5 rongga orbita. Rongga Orbita berbentuk limas segi empat
dengan puncak ke arah dalam.
3
2.1.2.Kelopak Mata
1. Lapisan Kulit Kulit tertipis di bagian tubuh manusia, tidak ada lemak/
4
2.1.4. Bola Mata
Terdiri dari :
5
1. Iris (selaput pelangi) adalah lubang di tengah yang disebut pupil. Pupil
mengendalikan cahaya yang masuk dengan mengecil (miosis) akibat aktifitas
parasimpatis melalui N. III dan juga melebar (midriasis) oleh aktifitas saraf
simpatis.
3. Choroid disebelah dalam dibatasi Membran Bruch dan luar oleh sklera.
Sebelum membran Bruch, terdapat retina.
b. Lensa Mata
3.Aqueous Humor
6
4.Retina
Retina adalah lapisan terdalam dari ketiga dinding bolamata, yang berupa
membran tipis, bening dan mirip jala dengan nilai metabolisme O2 yang tinggi.
2. Sel Batang (Rod) berperan sebagai proses adaptasi terang dan gelap
(sensitif terhadap perbedaan derajat penyinaran dan intensitas penyinaran
yang kecil)
Gelombang cahaya dari benda yang diamati memasuki mata melalui lensa
mata dan kemudian jatuh ke retina kemudian disalurkan sampai mencapai otak
melalui saraf optik, sehingga mata secara terus menerus menyesuaikan untuk
melihat suatu benda. Iris bekeja sebagai diafragma, mengatur banyak sedikitnya
cahaya yang masuk ke dalam pupil. Pada keadaan gelap pupil membesar dan pada
suasana terang pupil akan mengecil. Mekanisme tersebut berjalan secara otomatis,
jadi di luar kesadaran kita. Pada saat yang sama ajakan saraf yang lainnya masuk
lebih jauh ke dalam otak dan mencapai korteks sehingga memasuki saraf
kesadaran. Sistem yang terdiri dari mata dan alur saraf yang mempunyai peranan
penting dalam melihat di sebut alat visual. Mata mengendalikan lebih dari 90 %
dari kegiatan sehari-hari. Dalam hampir semua jabatan visual ini memainkan
peranan yang menentukan. Organ visual ikut bertanggung jawab atas timbulnya
gejala kelelahan umum.
7
2.3.Fisiologi Humour Aquos
2.4.Glaukoma
2.4.1.Definisi
8
Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan,
yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma.Glaukoma
adalah suatu keadaan tekanan intraokuler atau tekanan dalam bola mata relatif
cukup besar untuk menyebabkan kerusakan papil saraf optik dan menyebabkan
kelainan lapang pandang.
Pada glaukoma akan terdapat melemahnya fungsi mata dengan terjadinya
cacat lapang pandang dan kerusakan anatomi berupa ekskavasi (penggaungan)
serta degenerasi papil saraf optik, yang dapat berakhir dengan kebutaan.
2.4.2. Epidemiologi
Di seluruh dunia, glaukoma dianggap sebagai penyebab kebutaan yang
tinggi. Sekitar 2% dari penduduk berusia lebih dari 40 tahun menderita glaukoma.
Glaukoma juga didapatkan pada usia 20 tahun, meskipun jarang. Pria lebih
banyak diserang daripada wanita.
2.4.3. Etiologi
Glaukoma terjadi akibat adanya ketidakseimbangan antara proses produksi
dan ekskresi/ aliran keluar aqueous humor. Pada sebagian kasus tidak terdapat
penyakit mata lain (glaukoma primer). Sedangkan pada kasus lainnya,
peningkatan tekanan intraokular, terjadi sebagai manifestasi penyakit mata lain
(glaukoma sekunder).
2.4.4.Faktor Resiko
Beberapa faktor resiko lainnya untuk terjadi glaukoma, antara lain:
- peredaran darah dan regulasinya, darah yang kurang akan menambah kerusakan.
- tekanan darah rendah atau tinggi.
- fenomena autoimun.
- degenerasi primer sel ganglion.
- usia di atas 45 tahun.
- keluarga mempunyai riwayat glaukoma.
- miopia berbakat untuk terjadi glaukoma sudut terbuka.
- hipermetropia berbakat untuk terjadi glaukoma sudut tertutup atau sempit.
9
- pasca bedah dengan hifema atau infeksi.
2.4.5.Patofisiologi
Mekanisme utama penurunan pengelihatan pada glaukoma adalah
apoptosis sel ganglion retina yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan
lapisan inti dalam retina serta berkurangnya akson nervus opticus. Diskus opticus
menjadi atrofi, disertai pembesaran cawan optik.
Patofisiologi peningkatan tekanan intraokuler baik disebabkan oleh
mekanisme sudut terbuka maupun yang tertutup akan dibahas sesuai dengan
entitas penyakitnya. Efek peningkatan tekanan intraokuler di pengaruhi oleh
perjalanan waktu dan besar peningkatan tekanan intraokular. Pada glaukoma
sudut tertutup akut, tekanan intraokular mencapai 60-80 mmHg, menimbulkan
kerusakan iskemik akut pada iris yang disertai edema kornea dan kerusakan
nervus opticus. Pada glaukoma sudut terbuka primer, TIO biasanya tidak
meningkat lebih dari 30 mmHg dan kerusakan sel ganglion terjadi setelah waktu
lama, sering setelah beberapa tahun. Pada glaukoma tekanan normal, sel-sel
ganglion retina mungkin rentan mengalami kerusakan akibat TIO dalam kisaran
normal, atau mekanisme kerusakannya yang utama iskemia caput nervi optici.
2.4.6.Klasifikasi Glaukoma
a.Glaukoma Sudut Terbuka
Glaukoma yang sering ditemukan adalah glaukoma sudut terbuka.
Glaukoma sudut terbuka terjadi karena pembendungan terhadap aliran keluar
aqueous humor, sehingga menyebabkan penimbunan. Hal ini dapat memicu
proses degenerasi trabecular meshwork, termasuk pengendapan materi ekstrasel
di dalam anyaman dan di bawah lapisan endotel kanalis Schlemm.
Mekanisme kerusakan neuron pada glaukoma sudut terbuka dan
hubungannya dengan tingginya tekanan intraokular masih belum begitu jelas.
Teori utama memperkirakan bahwa adanya perubahan-perubahan elemen
penunjang struktural akibat tingginya tekanan intraokular di saraf optikus, setinggi
dengan lamina kribrosa atau pembuluh darah di ujung saraf optikus. Teori lainnya
memperkirakan terjadi iskemia pada mikrovaskular diskus optikus. Kelainan
10
kromosom 1q-GLC1A (mengekspresikan myocilin) juga menjadi faktor
predisposisi.
c.Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder merupakan glaukoma yang timbul akibat adanya
penyakit mata yang mendahuluinya. Beberapa jenis glaukoma sekunder antara
lain glaukoma pigmentasi, pseudoeksfoliasi, dislokasi lensa, intumesensi lensa,
fakolitik, uveitis, melanoma traktus uvealis, neovaskular, steroid, trauma dan
peningkatan tekanan episklera.
d. Glaukoma Tekanan-Normal
11
Beberapa pasien dapat mengalami glaukoma tanpa mengalami
peningkatan tekanan intraokuli, atau tetap dibawah 21 mmHg. Patogenesis yang
mungkin adalah kepekaan yang abnormal terhadap tekanan intraokular karena
kelainan vaskular atau mekanis di kaput nervus optikus, atau bisa juga murni
karena penyakit vaskular. Glaukoma jenis ini sering terjadi di Jepang. Secara
genetik, keluarga yang memiliki glaukoma tekanan-normal memiliki kelainan
pada gen optineurin kromosom 10. Sering pula dijumpai adanya perdarahan
diskus, yang menandakan progresivitas penurunan lapangan pandang.
e. Glaukoma Kongenital
Glaukoma kongenital atau infantil dapat tidak disertai kelainan mata lain
(primer) dan dapat bergabung dengan suatu sindrom, pasca trauma, pasca operasi
dan radang. Glaukoma kongenital primer disebabkan oleh gagal atau
pembentukan tidak normal dari anyaman trabekulum.
Glaukoma ini biasanya berjalan sporadik. Terdapat 10% dengan pola
herediter dan diduga bersifat autosomal resesif. Prognosis buruk bila gejala telah
terlihat sejak lahir. Biasanya glaukoma kongenital ini mengenai anak laki-laki.
Gejala mulai dilihat oleh ibu pasien dengan tanda-tanda :
- bola mata membesar
- edema atau kornea keruh akibat endotel kornea shock
- bayi tidak tahan sinar matahari
- mata berair
- silau
- menjauhi sinar dengan menyembunyikan mata dengan bantal. Pengobatan
atau pembedahan sangat perlu segera dilakukan.
f. Glaukoma Juvenile
Glaukoma juvenile biasanya bersifat herediter yang terdapat pada lengan
pendek kromosom 1. Terlihat sebagai glaukoma sudut terbuka pada usia antara 10
35 tahun. Biasanya 35% menderita miopia tinggi. Pada glaukoma kongenital
kelompok umur ini, tekanan intraokular meningkat pada anak-anak atau lebih
besar dan sudah menunjukkan tanda-tanda glaukoma lanjut pada usia sebelum 40
12
tahun. Walaupun anomali kongenital telah ada sejak lahir, tetapi tekanan
intraokular lebih lambat meningkat. Mengapa demikian, belum dapat dijelaskan.
Sepertinya organ-organ yang berfungsi mengeluarkan cairan akuos berkembang
lebih sempurna.
Salah satu bentuk glaukoma jevenile adalah glaukoma infantil yang
berkembang terlambat atau late developing infantil glaucoma. Gambaran
klinisnya menyerupai glaukoma primer sudut terbuka dan terdapat sedikit
pembesaran kornea.
a. Peningkatan TIO
Normal TIO berkisar 10-21 mmHg (rata-rata 16 mmHg). Tingginya TIO
menyebabkan kerusakan saraf optik tergantung beberapa faktor, meliputi
tingginya TIO dan apakah glaukoma dalam tahap awal atau lanjut. Secara umum,
TIO dalam rentang 20-30 mmHg biasanya menyebabkan kerusakan dalam
tahunan. TIO yang tinggi 40-50 mmHg dapat menyebabkan kehilangan
penglihatan yang cepat dan mencetuskan oklusi pembuluh darah retina.
b. Halo sekitar cahaya dan kornea yang keruh
Kornea akan tetap jernih dengan terus berlangsungnya pergantian cairan
oleh sel-sel endotel. Jika tekanan meningkat dengan cepat (glaukoma akut sudut
tertutup), kornea menjadi penuh air, menimbulkan halo di sekitar cahaya.
c. Nyeri. Nyeri bukan karakteristik dari glaukoma primer sudut terbuka.
d. Penyempitan lapang pandang
Tekanan yang tinggi pada serabut saraf dan iskemia kronis pada saraf
optik menimbulkan kerusakan dari serabut saraf retina yang biasanya
menghasilkan kehilangan lapang pandang (skotoma). Pada glaukoma stadium
13
akhir kehilangan lapang penglihatan terjadi sangat berat (tunnel vision), meski
visus pasien masih 6/6.
e. Perubahan pada diskus optik.
Kenaikan TIO berakibat kerusakan optik berupa penggaungan dan
degenerasi papil saraf optik.
f. Oklusi vena.
g. Pembesaran mata
Pada dewasa pembesaran yang signifikan tidak begitu tampak. Pada anak-
anak dapat terjadi pembesaran dari mata (buftalmus).
14
tonometer atau tonometri untuk mengetahui tekanan bola mata seseorang.
Tonometer yang ditaruh pada permukaan mata atau kornea akan menekan bola
mata ke dalam. Tekanan ke dalam ini akan mendapatkan perlawanan tekanan dari
dalam bola mata melalui kornea.
15
Kelainan papil saraf optik
Kelainan serabut retina, serat yang pucat atau atrofi akan berwarria hijau
Gonioskopi adalah suatu cara untuk melihat langsung keadaan patologik sudut
bilik mata, juga untuk melihat hal-hal yang terdapat pada sudut bilik mata seperti
benda asing. Dengan gonioskopi dapat ditentukan klasifikasi glaukoma penderita
apakah glaukoma sudut terbuka atau glaukoma sudut tertutup, dan malahan dapat
menerangkan penyebab suatu glaukoma sekunder. Pada gonioskopi dipergunakan
goniolens dengan suatu sistem prisma dan penyinaran yang dapat menunjukkan
keadaan sudut bilik mata. Dapat dinilai besar atan terbukanya sudut:
Derajat 0, bila tidak terlihat struktur sudut dan terdapat kontak, kornea dengan
iris, disebut sudut tertutup. Derajat 1, bila tidak terlihat 1/2 bagian trabekulum
sebelah belakang, dan garis Schwalbe terlihat disebut sudut sangat sempit. Sudut
sangat sempit sangat mungkin menjadi sudut tertutup. Derajat 2, bila sebagian
kanal Schlemm terlihat disebut sudut sempit sedang kelainan ini mempunyai
kemampuan untuk tertutup. Derajat 3, bila bagian belakang kanal Schlemm masih
terlihat termasuk skleral spur, disebut sudut terbuka. Pada keadaan ini tidak akan
terjadi sudut tertutup. Derajat 4. bila badan siliar terlihat, disebut sudut terbuka.
16
d. Pemeriksaan Lapangan Pandang
2.4.9. Penatalaksanaan
a. Pengobatan medikamentosa
17
Inhibitor karbonat anhidrase sistemik-asetazolamid adalah yang paling
banyak digunakan, tetapi terdapat alternatif yaitu diklorfenamid dan metazolamid-
digunakan untuk glaukoma kronik apabila terapi topikal tidak memberi hasil
memuaskan dan pada glaukoma akut dimana tekanan intraokular yang sangat
tinggi perlu segera dikontrol. Obat-obat ini mampu menekan pembentukan humor
akueus sebesar 40-60%. Asetazolamid dapat diberikan per oral dalam dosis 125-
250 mg sampai tiga kali sehari atau sebagai Diamox Sequels 500 mg sekali atau
dua kali, atau dapat diberikan secara intravena (500 mg). Inhibitor karbonat
anhidrase menimbulkan efek samping sistemik yang membatasi penggunaan obat-
obat ini untuk terapi jangka panjang.
18
Epinefrin dan dipivefrin jangan digunakan untuk mata dengan sudut kamera
anterior sempit.
Gliserin (gliserol) oral, 1 mL/kg berat dalam larutan 50% dingin dicampur
sari lemon adalah obat yang paling sering digunakan, tetapi pemakaian pada
penderita diabetes harus berhati-hati. Pilihan lain adalah isosorbin oral dan urea
atau manitol intravena.
19
Trabekuloplasti laser
20
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Glaukoma adalah suatu keadaan tekanan intraokuler atau tekanan dalam bola
mata relatif cukup besar untuk menyebabkan kerusakan papil saraf optik dan
menyebabkan kelainan lapang pandang. Glaukoma terjadi akibat adanya
ketidakseimbangan antara proses produksi dan ekskresi/ aliran keluar aqueous
humor. Sekitar 2% dari penduduk berusia lebih dari 40 tahun menderita
glaukoma. Glaukoma juga didapatkan pada usia di bawah 40 tahun, meskipun
jarang. Glaukoma pada usia muda ini terdiri dari glaukoma kongenital dan
glaukoma juvenile, dimana glaukoma juvenile merupakan glaukoma pada usia di
bawah 40 tahun dengan gambaran glaukoma sudut terbuka. Sehingga untuk
penatalaksanaan dan terapinya sama saja seperti glaukoma sudut terbuka pada
umumnya.
21
DAFTAR PUSTAKA
22