Anda di halaman 1dari 12

BUDAYA

A. Tanggung Jawab Umat Beragama dalam Budaya Giat Bekerja


1. Budaya Giat Bekerja bagi orang beragama

a. Pengertian budaya dan kebudayaan.

Kata budaya atau kebudayaan itu sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk
jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.

Menurut E.B. Taylor,kebudayaan merupakan suatu keseluruhan kompleks yang meliputi


pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat istiadat, serta kesanggupan dan
kebiasaan lainnya yang dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Kebudayaan disini mempunyai arti yang lebih luas dari semua hasil cipta, karsa, rasa, dan karya
manusia baik yang materil maupun nonmaterial, dengan hasil budaya manusia,maka terjadilah
pola kehidupan dan inilah yang menyebabkan hidup bersama dan dapat mempengaruhi cara
berfikir dan gerak social.

Disinilah agama berfungsi dan bermanfaat untuk membimbing manusia dalam mengembangkan
akal budayanya sehingga menghasilkan kebudayaan yang beradab atau peradaban yang islami.

b. Giat bekerja bagi orang beragama

Bekerja artinya berkarya yang mengeluarkan tenaga, cipta, rasa dan karsa, sehingga makin
besar kita menggunakan tenaga, cipta, rasa, dan karsa, maka makin besar nilai karya yang
dihasilkan.

Dan bila dilihat dari sudut bekerja, maka kehidupan manusia ini seakan-akan dipanggil untuk
bekerja, artinya siapa yang sengaja tidak bekerja tidak memenuhi panggilan Allah untuk hidup.
Panggilan dan perintah mencari rezeki dan kebutuhan hidup sangat diwajibkan ,karena kita hidup
dalam dunia ini,sehingga sampai ditunjukkan waktu pagi hari adalah waktu keberkahan dan
keberhasilan yang gemilang.

Hal ini juga bersamaan dengan yang difirmankan oleh Allah,

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan sholat di
hari jumat ,maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli,yang demikian itu
lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.(Qs. Al-Jumuah : 9)

Artinya: makaapabila sholat telah dilaksanakan , maka bertebarlah kamu dibumi,carilah


karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung. (Qs. Al-jumuah :10)
Artinya: Dan apabila mereka melihat perdagangan atau permainan ,mereka segera menuju
kepadanya dan mereka tinggalkan engkau Muhammad sedang berdiri berkhotbah. Katakanlah,
apa yang ada disisi Allah lebih baik dari pada permainan dan perdagangan , dan Allah pemberi
rizki yang terbaik. (Qs.Al-Jumuah:11)

Berdasarkan ayat tersebut,Orang muslim harus rajin dan giat bekerja untuk mencukupi
kebutuhan hidupnya,namun ketika mendengar panggilan sholat hendaknya meninggalkan
sejenak urusan duniadan bergegas untuk melaksanakan panggilan sholat tersebut,dengan cara
biasa dan wajar serta tidak berlari-lari,tetapi berjalan dengan tenang sampai ketempat ibadah.

2. Tanggung Jawab Umat Beragama dalam Budaya Giat Bekerja

Dalam ajaran islam, umatnya dilarang untuk hidup santai dan bermalas-malasan,sehingga
dalam bekerja maupun beribadah kepada Allah harus dilandasi ibadah dan ikhlas,sehingga akan
terjalin antara kepentingan dunia dan kepentingan akan akhirat,sebagaimana firman Allah,

Artinya: Dan carilah pahala negeri akhirat dengan apa yang telah di anugrahkan Allah
kepadamu,tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu didunia dan berbuat baiklaah kepada
orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu . . . (Qs.Al-Qasaa :77)

Berdasarkan ayat tersebut,Allah memerintahkan setiap mukmin untuk bertanggung jawab


dan menciptakan keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat. Adapun dalam mengerjakan
urusan dunia harus bekerja giat dan keras,sedangkan ketika saatnya menghadap Allahtidak boleh
ditunda-tunda,serta segera dikerjakan.

Umat islam dalam bekerja ini harus dibarengi dan sering berdoa serta memohon kepada
Allah SWT. Berdasarkan doa tersebut ,maka diharapkan umat islam dapat terhindar dan
dijauhkan dari sifat lemah,malas dan pengecut serta dijauhkan dari siksa kubur,ujian hidup,dan
ujian mati.

B. Tanggung Jawab dalam Berfikir Kritis, Bersikap dan Bertindak


sesuai Ajaran Agama
1. Pengertian berfikir kritis,bersikap dan bertindak sesuai ajaran agama.

a. Pengertian berfikir kritis

Islam memerintahkan umatnya untuk berfikir dan mencari ilmu agar mendapat kebahagiaan
dunia maupun akhirat. Ilmu yang terkandung dalam Al-Quran adalah ilmu yang berhubungan
dengan ilmu kemasyarakatan. Kita dianjurkan untuk berfikir kritis dan jernih dalam menghadapi
suatu masalah, karena apapun yang dihadapi manusia pasti ada solusinnya.
Sedangkan dalam rangka mempelajari dan mengajarkan Al-Quran serta alam raya dan isinya
dalam dunia pendidikan islam terkenal dengan sebutan Adabud Dunya dan Adabud Din,dengan
penjelasan sebagai berikut:

Pertama, Adabud Dunya merupakan tata cara dan aturan yang mengatur bagaimana orang
dapat memperoleh kebutuhan dunia dengan baik.

Kedua, Adabud Din merupakan tata cara dan aturan yang mengatur bagaimana orang dapat
mendapatkan kebutuhan akhirat dengan baik,sesuai firman Allah SWT,

Artinya: Dan diantara mereka ada yang berdoa,Ya Tuhan kami,berilah kebaikan didunia dan
kebaikan di akhirat , dan lindungilah kami dari azab neraka. (Qs. Al-Baqarah : 201)

Dengan demikian,berpikir kritis adalah suatu usaha untuk mendapatkan apa yang di inginkan
dengan baik dan di ridloi oleh Allah,dengan ilmu pengetahuan yang memadai.

b. Pengertian bersikap dan bertindak sesuai ajaran agama.

Agama merupakan suatu untunan dan pedoman hidup yang didalamnya terdapat ajaran
beragam tentang pedoman dan tuntunan yang harus dilakanakan oleh setiap pemeluknya,
sehingga dapat diyakini adanya kekuasaan Allah dibumi yang menciptakan alam semesta dan
segalanya diperuntukkan untuk kebahagiaan manusia, untuk itu manusia dalam berfikir dan
bersikap serta bertindak harus sesuai dengan ketentuan agama.

Pada dasarnya manusia memiliki harkat,derajat dan martabat yang sama dihadapan
Allah,juga mempunyai hak dan kewajiban yang sama,namun dengan seiring terjadinya
penyelewengan dan perbuatan penindasan serta pemerasan manusian atas manusia lain,bangsa
atas bangsa lain,sedangkan pikiran manusia ,rasa dan karsa itu dapat mewujudkan suatu tujuan
yang baik yang diinginkannya. Untuk itulah manusia harus melakukan perbuatan terpuji dan baik
yang sesuai dengan ketentuan Allah,sebagaimana firman-Nya,

Artinya: Barangsiapa mengerjakan kebajikan , baik laki-laki maupun perempuan dalam


keadaan beriman,maka pasti akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik. . . (Qs.An-
Nahl:97)

Berdasarkan ayat tersebut ,Allah akan menjamin suatu kehidupan yang sempurna apabila
orang yang bertindak dan bersikap tersebut sesuai dengan ketentuan Allah,sehingga manusia
mampu menemukan sesuatu yang berguna bagi kahidupannya,sehingga dapat menumbuhkan
nilai-nilai hidup yang mendorong manusia untuk mencapai tujuan hidup yang baik yaitu
disamping sebagai hamba Allah yang paling banyak bersyukur juga sebagai khalifah di bumi
yang amanah.
Dengan demikian,bertindak yang sesuai ajaran agama adalah bagaimana agar manusia
melakukan perbuatan yang baik dan mendapat ridlo Allah dengan selalu berpegang teguh pada
kayakinan dan keimanan kepada-Nya,agar dibimbng menuju jalan yang lurus,yaitu jalan orang-
orang yang mendapat kenikmatan yang sempurna dari Allah SWT.

2. Tanggung jawab umat beragama dalam bersikap dan bertindak serta berfikir
sesuai ajaran agama.

Agama merupakan dasarsatu-satunya manusia dalam berfikir,bersikap dan bertindak agar


semua sesuai dengan ajarannya,karena itu harus dijadikan pegangan dan pandangan hidup.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara para alim ulama intelektual mempunyai peran,fungsi
dan tanggung jawab lain dalam menerjemahkan dan bersikap serta bertindak yang sesuai ajaran
agama,sebagai berikut:

Pertama, Ketahanan dibidang ideology yang berakar pada kepribadian bangsa yang
tercermin secara utuh dan sesuai dengan ajaran agama.

Kedua, Ketahanan dalam bidang politik,dalam rangka untuk membina stabilitas politik
yang merupakan tumpuan harapan bangsa,dan ini merupakan bagian ajaran agama dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.

Ketiga, Ketahanan dibidang ekonomi,yaitu usaha pembangunan ekonomi yang adil dan
merata. Yang paling dibutuhkan saat ini adalah perencanaan yang tepat dan cermat, misalnya
merumuskan pola praktis dalam pemanfaatan zakat,infaq,sedekah,hibah dan wakaf.

Keempat, Ketahanan dibidang social budaya yang memerlukan pengembangan rasa senasib
dan sepenanggungan serta harmoni social yang dapat dicapai dengan menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan sertamengakui eksistensi dn identitas pihak lain.

Kelima, Bidang pertahanan dan keamanan,peran serta ini diharapkan sebagai control
social yaitu amar maruf dan nahi munkar. Hal ini dapat dilakukan dengan usaha sebagai berikut:

Mempertebal dan memperkokoh iman seseorang,sehingga tidak mudah tergoyah oleh


pengaruh negative.

Meningkatkan tata kehidupan umat secara luas dan mengubah serta menyadarkan bahwa
agama mewajibkan untuk berusaha menjadikan hari esok lebih cerah dari pada hari ini.

Meningkatkan pembinaan akhlak,sehingga bersikap dan berperilaku baik dalam kehidupan


agama, bermasyarakat dan bernegara serta dapat mewujudkan budaya etos kerja dan ukhuwah
dalam rangka mewujudkan kerukunan umat beragama.
BERBENAH DIRI UNTUK PENGHAFAL AL-QURAN
Oleh
Dr. Anas Ahmad Kurzun
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Taala yang menjamin kemurnian Al-Qur`n telah memudahkan
umat ini untuk menghafal dan mempelajari kitab-Nya. Allah Subhanahu wa Taala memerintahkan
para hamba-Nya agar membaca ayat-ayat-Nya, merenungi artinya, dan mengamalkan serta
berpegang teguh dengan petunjuknya. Dia Subhanahu wa Taala telah menjadikan hati para hamba
yang shalih sebagai wadah untuk memelihara firman-Nya. Dada mereka seperti lembaran-lembaran
yang menjaga ayat-ayat-Nya.
Allah Subhanahu wa Taala berfirman:
Sebenarnya, Al-Qur`n itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi
ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zhalim [al-
Ankabt/29:49].
Dahulu, para sahabat Radhiyallahu anhum yang mulia dan Salafush-Shalih, mereka berlomba-
lomba menghafal Al-Qur`n, generasi demi generasi. Bersungguh-sungguh mendidik anak-anak
mereka dalam naungan Al-Qur`n, baik belajar maupun menghafal disertai dengan pemantapan
ilmu tajwid, dan juga mentadabburi yang tersirat dalam Al-Qur`n, (yaitu) berupa janji dan ancaman.
Berikut ini adalah nasihat yang disampaikan oleh Dr. Anas Ahmad Kurzun, diangkat dari risalah
beliau Warattilil Qurana Tartila yakni menyangkut metode, sebagai bekal dalam meraih kemampuan
untuk dapat menghafal Al-Qur`n secara baik.
Karena, sebagaimana disebutkan oleh Imam Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah : Bahwasanya
dahulu, para salaf mewasiatkan agar betul-betul memperbagus dan memperbaiki amalan (membaca
dan menghafal Al-Qur`n, Red.) Bukan hanya sekedar memperbanyak (membaca dan
menghafalnya, Red.) karena amalan yang sedikit disertai dengan memperbagus dan
memantapkannya, itu lebih utama daripada amalan yang banyak tanpa disertai dengan
pemantapan. Lihat Risalah Syarah Hadits Syadad bin Aus, karya Ibnu Rajab, hlm. 35.
Mudah-mudahan dengan kedatangan bulan Ramadhan yang penuh kemuliaan ini, dapat kita
manfaatkan untuk meningkatkan perhatian kita kepada Al-Qur`n, mempelajarinya, mentadabburi,
memperbaiki bacaan, dan menghafalnya. (Redaksi).
SATU : IKHLAS, KUCI ILMU DAN PEMAHAMAN
Jadikanlah niat dan tujuan menghafal untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Taala,
dan selalu ingat bahwasanya yang sedang Anda baca ialah Kalamullah. Berhati-hatilah Anda
dengan faktor yang menjadi pendorong dalam menghafal, untuk meraih kedudukan di tengah-
tengah manusia, ataukah ingin memperoleh sebagian dari keuntungan dunia, upah dan hadiah?
Allah Subhanahu wa Taala tidak menerima sedikitpun dari amalan melainkan apabila ikhlas karena-
Nya.
Allah Subhanahu wa Taala berfirman:
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dan (menjalankan) agama dengan lurus. [al-Bayyinah/98:5]
DUA : MENJAUHI MAKSIAT DAN DOSA
Hati yang penuh dengan kemaksiatan dan sibuk dengan dunia, tidak ada baginya tempat cahaya al-
Qurn. Maksiat merupakan penghalang dalam menghafal, mengulang dan mentadabburi Al-Qur`n.
Adapun godaan-godaan setan dapat memalingkan seseorang dari mengingat Allah. Sebagaimana
firman Allah Subhanahu wa Taala :
Setan telah mengusai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah. [al-Mujadilah/58:19].
Abdullh bin Al-Mubarak meriwayatkan dari adh-Dhahak bin Muzahim, bahwasanya dia
berkata;Tidak seorangpun yang mempelajari Al-Qur`n kemudian dia lupa, melainkan karena dosa
yang telah dikerjakannya. Karena Allah berfirman Subhanahu wa Taala :


( Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan
tanganmu sendiri) Qs asy-Syra/42 ayat 30- . Sungghuh, lupa terhadap Al-Qur`n merupakan
musibah yang paling besar.[1]
Ketahuilah, Imam asy-Syafii yang terkenal dengan kecepatannya menghafal, pada suatu hari ia
mengadu kepada gurunya, Waqi`, bahwa hafalan Al-Qur`nnya terbata-bata. Maka gurunya
memberikan terapi mujarab, agar ia meninggalkan maksiat dan mengosongkan hati dari segala hal
yang dapat memalingkannya dari Rabb.
Imam asy-Syafii berkata:





#

#

Saya mengadu kepada Waqi buruknya hafalanku,

maka dia menasihatiku agar meninggalkan maksiat.
Dan ia mengabarkan kepadaku bahwa ilmu adalah cahaya,
dan cahaya Allah Subhanahu wa Taala tidak diberikan kepada pelaku maksiat.
Imam Ibnu Munada berkata,Sesungguhnya menghafal memiliki beberapa sebab. Di antaranya,
yaitu menjauhkan diri dari hal-hal yang tercela. Hal itu dapat terwujud, apabila seseorang mencegah
diri (dari keburukan, Pent.), menghadap kepada Allah Subhanahu wa Taala dengan ridha,
memasang telinganya, dan pikirannya bersih dari ar-rin. [2]
Yang dimaksud dengan ar-r`in, ialah sesuatu yang menutupi hati dari keburukan maksiat,
sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Taala :
Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati
mereka. [al-Muthaffifin/83:14].
Barang siapa menjauhkan dirinya dari kemaksiatan, niscaya Allah Subhanahu wa Taala
membukakan hatinya untuk selalu mengingat-Nya, mencurahkan hidayah kepadanya dalam
memahami ayat-ayat-Nya, memudahkan baginya menghafal dan mempelajari Al-Qur`n,
sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Taala :
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan
kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang
berbuat baik. [al-Ankabt/29:69].
Imam Ibnu Katsir rahimahullah telah membawakan perkataan Ibnu Abi Hatim berkaitan dengan
makna ayat ini: Orang yang melaksanakan apa-apa yang ia ketahui, niscaya Allah Subhanahu wa
Taala akan memberinya petunjuk terhadap apa yang tidak ia ketahui.[3]
TIGA : MEMANFAATKAN MASA KANAK-KANAK DAN MASA MUDA
Saat masih kecil, hati lebih fokus karena sedikit kesibukannya. Dikisahkan dari al-Ahnaf bin Qais,
bahwasanya ia mendengar seseorang berkata:
,
:
.
Belajar pada waktu kecil, bagaikan mengukir di atas batu.
Maka al-Ahnaf berkata,Orang dewasa lebih banyak akalnya, tetapi lebih sibuk hatinya.
Seharusnya siapa pun yang telah berlalu masa mudanya supaya tidak menyia-nyiakan waktu untuk
menghafal. Jika ia konsentrasikan hatinya dari kesibukan dan kegundahan, niscaya ia akan
mendapatkan kemudahan dalam menghafal Al-Qur`n, yang tidak dia dapatkan pada selain Al-
Qur`n.
Allah berfirman Subhanahu wa Taala :
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur`n untuk pelajaran, maka adakah yang mau
mengambil pelajaran?. [al-Qomar/54:17].
Demikianlah di antara keistimewaan Al-Qur`n.
Perlu Anda ketahui, tatkala manusia telah mencapai usia tua, saraf penglihatannya akan melemah.
Kadangkala dia tidak mampu membaca Al-Qur`n yang ada di mushaf. Dengan demikian, yang
pernah dihafal dalam hatinya, akan dia dapatkan sebagai perbendaharaan yang besar. Dengannya
ia membaca dan bertahajjud. Tetapi jika sebelumnya ia tidak pernah menghafal Al-Qur`n
sedikitpun, maka alangkah besar penyesalannya.
EMPAT : MEMANFAATKAN WAKTU SEMANGAT DAN KETIKA LUANG
Tidak sepantasnya bagi Anda, wahai pembaca, menghafal pada saat jenuh, lelah, atau ketika
pikiran Anda sedang sibuk dalam urusan tertentu. Karena hal itu dapat mengganggu kosentrasi
menghafal. Tetapi pilihlah ketika semangat dan pikiran tenang. Alangkah bagus, jika waktu
menghafal (dilakukan) bada shalat Subuh. Saat itu merupakan sebaik-baik waktu bagi orang yang
tidur segera.
LIMA : MEMILIH TEMPAT YANG TENANG
Yaitu dengan menjauhi tempat-tempat ramai, bising. Sebab, hal itu akan mengganggu dan membuat
pikiran bercabang-cabang. Maka ketika Anda sedang berada di rumah bersama anak-anak, atau
(sedang) di kantor, di tempat bekerja, di tengah teman-teman, jangan mencoba-coba menghafal
sedangkan suara manusia di sekitar Anda. Atau di tengah jalan ketika sedang mengemudi, di
tempat dagangan ketika transaksi jual beli. Ingatlah firman Allah Subhanahu wa Taala :

Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya [al-
Ahzab/33:4].
Sebaik-baik tempat yang Anda pilih untuk menghafal ialah rumah-rumah Allah (masjid) agar
mendapatkan pahala berlipat ganda. Atau di tempat lain yang tenang, tidak membuat pendengaran
dan penglihatan Anda sibuk dengan yang ada di sekitar Anda.
ENAM : KEMAUAN DAN TEKAD YANG BENAR
Kemauan yang kuat lagi benar sangat memengaruhi dalam menguatkan hafalan, memudahkannya,
dan dalam berkosentrasi. Adapun seseorang yang menghafal karena permintaan orang tua atau
gurunya tanpa didorong oleh kemauannya sendiri, ia tidak akan mampu bertahan. Suatu saat pasti
akan tertimpa penyakit futur (sindrom).
Keinginan bisa terus bertambah dengan motivasi, menjelaskan pahala dan kedudukan para
penghafal Al-Qur`n, orang yang selalu bersama Al-Qur`n, dan membersihkan jiwa yang berlomba
dalam halaqah, di rumah atau di sekolah. Tekad yang benar akan menghancurkan godaan-godaan
setan, dan dapat menahan jiwa yang selalu memerintahkan keburukan.
Imam Ibnu Rajab al-Hanbali berkata:


,




Barang siapa memiliki tekad yang benar, setan pasti akan putus asa (mengganggunya). Kapan saja
seorang hamba itu ragu-ragu, setan akan mengganggu dan menundanya untuk melaksanakan
amalan, serta akan melemahkannya.[5]
TUJUH : MENGGUNAKAN PANCA INDRA
Kemampuan dan kesanggupan seseorang dalam menghafal berbeda-beda. Begitu juga kekuatan
hafalan seseorang dengan yang lainnya bertingkat-tingkat. Akan tetapi, memanfaatkan beberapa
panca indra dapat memudahkan urusan dan menguatkan hafalan dalam ingatan.
Bersungguh-sungguhlah, wahai Pembaca, gunakanlah indra penglihatan, pendengaran dan ucapan
dalam menghafal. Karena masing-masing indra tersebut memiliki metode tersendiri yang dapat
mengantarkan hafalan ke otak. Apabila metode yang digunakan itu banyak, maka hafalan menjadi
semakin kuat dan kokoh.
Adapun caranya, yaitu Anda mulai terlebih dahulu membacanya dengan suara keras, apa yang
hendak dihafalkan, sedangkan Anda melihat ke halaman yang sedang Anda baca. Dengan terus
melihat dan mengulanginya sampai halaman tersebut terekam dalam memori Anda. Sertakan
pendengaran Anda dalam mendengarkan bacaan, lalu merasa senang. Apalagi jika Anda membaca
dengan suara senandung yang disukai oleh jiwa.
Seseorang yang menghafal Al-Qur`n dengan melihat mushaf, sedangkan ia diam, atau dengan
cara mendengarkan kaset murottal tanpa melihat mushaf, atau merasa cukup ketika menghafal
hanya membaca dengan suara lirih, maka semua metode ini tidak mengantarnya mencapai tujuan
dengan mudah.
Perlu Anda ketahui, bahwasanya (dalam menghafal) manusia ada dua macam.
1. Orang yang lebih banyak menghafal dengan cara mendengar daripada menghafal dengan
melihat mushaf. Ingatannya ini disebut Samiyyah (pendengaran).
2. Orang yang lebih banyak menghafal dengan cara melihat. Apabila ia membaca satu penggal ayat
Al-Qur`n (akan) lebih bisa menghafal daripada (hanya dengan) mendengarkannya. Ingatannya ini
disebut Bashariyyah (penglihatan).
Apabila Anda termasuk di antara mereka, maka sebelum menghafal, perbanyaklah membaca ayat
dengan melihat mushaf dalam waktu yang lebih lama. Kemudian tutuplah mushaf dan tulis ayat-ayat
yang baru saja Anda hafal dengan tangan. Setelah itu cocokkan yang Anda tulis dengan mushaf,
agar Anda mengetahui mana yang salah, dan tempat-tempat hafalan yang lemah, sehingga Anda
dapat mengulangi (untuk) memantapkannya.
Jika Anda memperhatikan bahwa Anda selalu salah dalam satu kalimat tertentu atau lupa setiap kali
mengulangnya, maka tanamkan kalimat tersebut dalam memori Anda dengan membuat kalimat
serupa yang Anda ketahui. Dengan demikian, Anda akan mengingat kalimat tersebut dengan
kalimat yang Anda buat.
Imam Ibnu Munada telah menunjukkan kepada kita masalah ini dengan perkataannya: Seorang
guru hendaklah mempraktekkan metode ini kepada murid. Yaitu memerintahkannya agar mengingat
nama, atau sesuatu yang dia ketahui yang serupa dengan kalimat al-Qur`n yang ia selalu lupa,
sehingga akan menjadikannya ingat, insya Allah. [6]
Kemudian beliau berdalil dengan perkataan Ali Radhiyallahu anhu kepada Abu Musa Radhiyallahu
anhu : Sesungguhnya Rasulullah memerintahkan agar aku memohon petunjuk dan kebenaran
kepada Allah. Lalu aku mengingat kalimat( petunjuk) dengan ( petunjuk jalan), dan aku
mengingat ( membetulkan busur).[7]
( kebenaran) dengan
DELAPAN : MEMBATASI HANYA SATU CETAKAN MUSHAF
Bagi para penghafal, utamakan memilih cetakan mushaf, yang diawali pada tiap-tiap halamannya
permulaan ayat dan diakhiri dengan akhir ayat. Ini memiliki pengaruh sangat besar dalam
menanamkan bentuk halaman dalam memori (ingatan), dan mengembalikan konsentrasi terhadap
halaman tersebut ketika mengulang. Jika cetakan mushaf berbeda-beda, akan menimbulkan ingatan
halaman dalam otak berbeda-beda, dan akan membuyarkan hafalannya, serta tidak bisa
konsentrasi.
Begitu pula saya wasiatkan kepada saudaraku agar bersungguh-sungguh menggunakan mushaf
saku, atau mushaf yang terdiri dari beberapa bagian, sesuai dengan cetakan mushaf yang sedang
Anda hafal. Ini merupakan hal yang sangat baik. Setiap kali Anda mendapatkan waktu luang dan
semangat, dimana pun Anda berada, supaya segera memanfaatkan waktu tersebut untuk
menghafal hafalan baru, atau mengulang hafalan lama.
SEMBILAN : PENGUCAPAN YANG BETUL
Setelah Anda memilih waktu, tempat yang sesuai dan membatasi hanya satu cetakan mushaf yang
hendak Anda hafal, maka wajib bagi Anda membetulkan pengucapan dan mengoreksi kalimat-
kalimat Al-Qur`n kepada seorang guru yang mutqin (mampu) sebelum mulai menghafal. Atau
dengan cara mendengarkannya melalui kaset murattal seorang qari`. Hal ini supaya Anda terjaga
dari kekeliruan. Karena apabila kalimat yang telah Anda hafal itu salah, akan sulit bagi Anda
membetulkannya setelah terekam dalam memori.
Imam Ibnu Munada berkata,Ketahuilah, menghafal itu memiliki beberapa sebab. Di antaranya,
seseorang membaca kepada orang yang lebih banyak hafalannya, karena orang yang dibacakan
kepadanya lebih mengetahui kesalahan daripada orang yang membaca. [8]
Wahai saudaraku, bersungguh-sungguhlah menghadiri majlis-majlis tahfizhul-Qur`n, bertatap muka
dengan para hafizh dan guru-guru yang mutqin, agar Anda terhindar dari kesalahan dan dapat
menghafal dengan landasan yang kokoh.
Saya wasiatkan juga kepada saudaraku para pengajar Al-Qur`n, di masjid-masjid, di sekolah-
sekolah agar bersungguh-sungguh membetulkan bacaan para murid terhadap ayat-ayat yang
hendak mereka hafal, dan mengarahkan mereka supaya betul-betul mengoreksi kalimat-kalimat Al-
Qur`n yang sering terjadi padanya kesalahan. Begitu juga seorang guru meminta kepada para
muridnya agar selalu mengulang-ulang hafalan kepada sesama teman untuk menjaga mereka dari
kemungkinan terjadinya kesalahan.
SEPULUH : HAFALAN YANG SALING BERSAMBUNG
Jangan lupa, wahai saudaraku! Jadikanlah hafalan Anda saling berkaitan. Setiap kali Anda
menghafal satu ayat kemudian merasa telah lancar, maka ulangilah membaca ayat tersebut dengan
ayat sebelumnya. Kemudian lanjutkan menghafal ayat berikutnya sampai satu halaman dengan
menggunakan metode ini.
Disamping itu, apabila Anda telah menghafal satu halaman, maka harus membacanya kembali
sebelum meneruskan ke halaman berikutnya. Begitu pula apabila hafalan Anda sudah sempurna
satu surat, hendaklah menggunakan metode tadi, agar rangkaian ayat-ayat itu dapat teringat dalam
memori Anda. Sungguh, jika tidak menggunakan metode ini, membuat hafalan Anda tidak terikat.
Dan ketika menyetor hafalan, Anda akan membutuhkan seorang guru yag selalu mengingatkan
permulaan tiap-tiap ayat. Begitu juga akan membuat Anda mengalami kesulitan ketika muraja`ah
hafalan.
SEBELAS :MEMAHAMI MAKNA AYAT
Di antara yang dapat membantu Anda menggabungkan ayat dan mudah dalam menghafal, yaitu
terus-menerus meruju` kepada kitab-kitab tafsir yang ringkas, sehingga Anda memahami makna
karya Syaikh
ayat meskipun global. Atau paling tidak, Anda menggunakan kitab
Hasanain Muhammad Makhluf. Dengan mengetahui makna-makna kalimat, dapat membantu Anda
memahami makna ayat secara global.
DUA BELAS : HAFALAN YANG MANTAP
Sebagian pemuda membaca penggalan ayat, dua sampai tiga kali saja. Lalu menyangka bahwa ia
telah hafal. Lantas pindah ke penggalan ayat berikutnya karena ingin tergesa-gesa disebabkan
waktunya sempit, atau karena persaingan di antara temannya, atau disebabkan desakan seorang
guru kepadanya. Perbuatan ini, sama sekali tidak benar dan tidak bermanfaat. Sedikit tetapi terus-
menerus itu lebih baik, daripada banyak tetapi tidak berkesinambungan. Hafalan yang tergesa-gesa
mengakibatkan cepat lupa.
Fakta ini tersebar di kalangan para penghafal. Penyebabnya, kadangkala seseorang merasa puas
dan tertipu terhadap dirinya ketika hanya mencukupkan membaca penggalan ayat beberapa kali
saja. Apabila ia merasa penggalan ayat tadi sudah masuk dalam ingatannya, maka ia beralih ke
ayat berikutnya. Dia menyangka, semacam ini sudah cukup baginya.
Faktor yang mendukung fakta ini, karena sebagian pengampu hafalan mengabaikan persoalan ini
ketika penyetoran hafalan. Padahal semestinya, seorang penghafal tidak boleh berhenti menghafal
dan mengulang dengan anggapan bahwa ia telah hafal ayat-ayat tersebut. Bahkan ia harus
memantapkan hafalannya secara terus-menerus mengulang ayat-ayat yang dihafalnya. Karena
setiap kali mengulang kembali, akan lebih memperbagus hafalannya, dan meringankan bebannya
ketika muraja`ah.
TIGA BELAS : TERUS MENERUS MEMBACA
Tetaplah terus membaca Al-Qur`n setiap kali Anda mendapatkan kesempatan. Karena banyak
membaca, dapat memudahkan menghafal dan membuat hafalan menjadi bagus. Banyak membaca
termasuk metode paling utama dalam muraja`ah.
Cobalah Anda perhatikan, sebagian surat dan ayat yang sering Anda baca dan dengar, maka ketika
menghafalnya, Anda tidak perlu bersusah payah. Sehingga apabila seseorang telah sampai
hafalannya pada ayat-ayat tersebut, maka dengan mudah ia akan menghafalnya. Contohnya surat
al-Wqi`h, al-Mulk, akhir surat al-Furqn, apalagi juz amma dan beberapa ayat terakhir dari surat
al-Baqarah.
(Dengan sering membaca), dapat dibedakan antara seorang murid (yang satu) dengan murid
lainnya. Barang siapa yang memiliki kebiasaan setiap harinya selalu membaca dan memiliki target
tertentu yang ia baca, maka menghafal baginya (menjadi) mudah dan ringan. Hal ini dapat
dibuktikan dalam banyak keadaan. Ayat mana saja yang ingin dihafal, hampir-hampir sebelumnya
seperti sudah dihafal. Akan tetapi yang sedikit membaca dan tidak membuat target tertentu setiap
harinya untuk dibaca, ia akan mendapatkan kesulitan yang besar ketika menghafal.
Perlu diketahui, wahai saudaraku! Membaca Al-Qur`n termasuk ibadah paling utama dan
mendekatkan diri kepada Allah. Setiap huruf yang Anda baca mendapatkan satu kebaikan, dan
kebaikan akan dilipatgandakan menjadi sepuluh kebaikan. Sama halnya dengan banyak membaca
surat-surat yang telah dihafal, ia dapat menambah kemantapan hafalan dan tertanamnya dalam
memori. Khususnya pada waktu shalat, maka bersungguh-sungguhlah Anda melakukan muraja`ah
yang telah dihafal dengan membacanya ketika shalat. Ingatlah, qiyamul-lail (bangun malam) dan
ketika shalat tahajjud beberapa rakaat, Anda membaca ayat-ayat yang Anda hafal merupakan pintu
paling agung di antara pintu-pintu ketaatan, dan membuat orang lain yang sulit menghafal menjadi
iri terhadap apa yang Anda hafal.
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam telah membimbing kita kepada metode ini, yang merupakan
kebiasaan orang-orang shalih, supaya hafalan Al-Qur`n kita menjadi kuat melekat, dan selamat
dari penyakit lupa.
Dari Sahabat Abdullh bin Umar Radhiyallahu anhu bahwasanya Nabi Shallallahu alaihi wa sallam
bersabda:

,




( 227)
Dan apabila shahibil-Qur`n (penghafal Al-Qur`n) menghidupkan malamnya, lalu membaca Al-
Qur`n pada malam dan sianganya, niscaya ia akan ingat. Dan apabila dia tidak bangun, maka
niscaya dia akan lupa. [HR Muslim]
EMPAT BELAS : MENGHAFAL SENDIRI SEDIKIT MANFAATNYA
Karena kebiasaan manusia itu menunda-nunda amalan. Setiap kali terlintas dalam pikirannya
bahwa ia harus segera menghafal, datang kepadanya kesibukan-kesibukan dan jiwa yang
mendorongnya untuk menunda amalan. Akibatnya membuat tekadnya cepat melemah. Adapun
menghafal bersama seorang teman atau lebih, mereka akan membuat langkah-langkah tertentu.
Masing-masing saling menguatkan antara yang satu dengan lainnya, sehingga menumbuhkan
saling berlomba di antara mereka, serta memberi teguran kepada yang meremehkan. Inilah metode
yang dapat mengantarkan kepada tujuan, Insya Allah.
Cobalah perhatikan, betapa banyak pemuda telah menghafal sekian juz di halaqah tahfizhul-Qurn
di masjid, kemudian mereka disibukkan dari menghadiri halaqah ini. Mereka menyangka akan
(mampu) menyempurnakan hafalan sendirian saja, dan tidak membutuhkan halaqah lagi. Tiba-tiba
keinginan itu menjadi lemah lalu )ia pun) berhenti menghafal. Yang lebih parah lagi, orang yang
seperti mereka kadang-kadang disibukkan oleh berbagai urusan dan pekerjaan. Kemudian mereka
tidak mengulang hafalan yang telah dihafalnya. Hari pun berlalu, sedangkan semua hafalan mereka
telah lupa. Mereka telah menyia-nyiakan semua yang telah mereka peroleh.
Menghafal sendiri bisa membuka peluang pada diri seseorang terjerumus ke dalam kesalahan saat
ia mengucapkan sebagian kalimat. Tanpa ia sadari, kesalahan itu terkadang terus berlanjut dalam
jangka waktu yang lama. Tatkala ia menperdengarkan hafalannya kepada orang lain atau kepada
seorang ustadz di halaqah, maka kesalahannya akan nampak.
Oleh karena itu, wahai saudaraku! Pilihlah menghafal bersama mereka apa yang mudah bagi Anda
untuk menghafalnya dari Kitabullh, mengulang hafalan Anda bersama mereka. Ini merupakan
sebaik-baik perkumpulan orang-orang yang saling mencintai karena Allah Subhanahu wa Taala.
LIMA BELAS : TELITI TERHADAP AYAT-AYAT MUTASYABIHAT
Sangat penting untuk memperhatikan ayat-ayat mutasyabih (serupa) di sebagian lafazh-lafazhnya,
dan membandingkan ayat-ayat mutasyabih itu di tempat-tempat (lainnya). Ketika Anda
menghafalnya, alangkah baik jika ayat-ayat mutasyabih itu disalin di buku yang khusus. Supaya
letak ayat-ayat mutasyabih itu dapat Anda ingat ketika mengulangi membacanya.
Dapat dilihat pada sebagian penghafal yang tidak memperhatikan letak ayat-ayat mutasyabih yang
satu dengan lainnya. Sehingga mereka terjatuh dalam kesalahan ketika menyetor hafalan,
disebabkan tidak memperhatikan letak ayat-ayat mutasyabih itu. Dalam hal ini, suatu ayat tertentu
membuat mereka menjadi ragu dikarenakan menyerupai dengan ayat pada surat lain. Ketika
membaca ayat-ayat tersebut, ternyata berpindah ke surat berikutnya tanpa mereka sadari. Bisa jadi
ketika menyetor hafalan, kadangkala berpindah ke ayat mutasyabih yang ketiga atau keempat
apabila ayat mutasyabih itu ada di beberapa tempat. Oleh karena itu, metode yang paling baik agar
hafalan menjadi mantap, yaitu memusatkan perhatian terhadap ayat-ayat yang sama antara satu
dengan lainnya. Curahkan kesungguhan dan fokuskan diri Anda dalam mencermatinya.
Para ulama telah menyusun berbagai kitab dalam masalah ini. Di antara kitab yang paling bagus.
ialah kitab karya Imam Abi al-Hasan bin al-Munada wafat pada tahun 366 H, dan
kitab





karya seorang qari` handal, Muhammad bin Hamzah al-Karmani, seorang

ulama abad kelima Hijriyah. Sebagian ulama juga menyusun Mandzumah Syiriyyah (susunan bait-
bait syair) dalam masalah ini, untuk memudahkan para penuntut ilmu menghafalnya. Di antaranya,
kitab karya Syaikh Muhammad at-Tisyiti, (ia) termasuk ulama abad kesebelas Hijriyah.

Imam Ibnu Munada dalam menjelaskan pentingnya mengetahui letak (tempat-tempat) ayat-ayat Al-
Qur`n yang mutasyabih, (beliau) berkata: Mengetahui tempat-tempat ayat-ayat mutasyabih,
sesungguhnya dapat membantu menambah kekuatan hafalan seseorang, dan melatih orang yang
masih menghafal. Sebagian ahli qiraat telah membukukan hal ini, lalu menyebutnya dengan al-
mutasyabih, penolak dari buruknya hafalan.[9]
Oleh karena itu, bersungguh-sungguhlah, wahai saudaraku dengan wasiat dan bimbingan ini.
Segeralah menghafal Kitabullh, merenungi ayat-ayatnya, dan berpegang teguh dengan
petunjuknya, sebab Kitabullh merupakan cahaya yang nyata dan jalan yang lurus.
Allah Subhanahu wa Taala berfirman.
Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak
dari isi Al Kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya
telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah
menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu
pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang
dengan seidzin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. [al-Midah/5:15-16].
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 06-07/Tahun XI/1428H/2007M. Penerbit Yayasan Lajnah
Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-
7574821]
_______
Footnote
[1]. Fadha`ilul-Qur`n, karya Ibnu Katsir, hlm. 147.
[2]. Mutasyabihul- Qur`nul-Azhim, karya Imam Ibnu Munada, hlm. 25.
[3]. Tafsir Ibnu Katsir (3/432).
[4]. Adabud-Dunya wad-Dn, karya Mawardi, hlm. 57.
[5]. Risalah Syarah Hadits Syadad bin Aus, karya Imam Ibnu Rajab, hlm. 37.
[6]. Mutasyabihul- Qur`nul-Azhim, karya Ibnu Munada, hlm. 56, secara ringkas.
[7]. Mutasyabihul- Qur`nul-Azhim, hlm. 55, dan hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dalam kitab
shahhnya, no. 2725.
[8]. Mutasyabihul- Qur`nul-Azhim, hlm. 25.
[9]. Mutasyabihul-Qur`nul-Azhim, hlm. 59, secara ringkas.

Anda mungkin juga menyukai