Atmos Fer

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 15

Atmosfer

Atmosfer terisi partikel-partikel halus dari tiga kelompok bahan yakni gas (udara
kering dan uap air), cairan (butir-butir air atau awan) dan aerosol (bahan padatan, ex.
Debu). Bahan-bahan tersebut memiliki ukuran massa yang berbeda dan tersebar pada
berbagai ketinggian yang membentuk susunan yang mirip pengendapan di atmosfer. Partikel
yang ringan berada di atas yang berat sehingga semakin mendekati permukaan bumi
kerapatan partikel di atmosfer meningkat.
Proses pendinginan dan pemanasan permukaan bumi berubah menurut waktu dan tempat
sehingga keadaan keadaan atmosfer pun akan berubah secara demikian. Akibatnya, tekanan
dan kerapatan serta ketebalan lapisan atmosfer berbeda-beda antara siang dan malam, musim
dingin dan musim panas, di atas benua dan di atas lautan serta antara daerah lintang tinggi
dan lintang rendah.
Udara kering
Udara kering (gas tanpa air dan aerosol) mencakup 96% dari volume atmosfer, yang
terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok gas utama yang meliputi 99,99 % volume udara
kering dan sisanya 0,01 % berupa kelompok gas penyerta. Sebagian dari gas penyerta bersifat
permanen karena tidak mudah mengurai. Sebagian dari gas penyerta bersifat permanen
karena mudah bereaksi dengan gas lainnya.
Tabel 1. Komponen normal udara kering
Kelompok Nama Lambang Konsentrasi Berat
Gas Kimia molekul
A. Gas Utama Nitrogen N2 78,08 % 28,02
Oksigen O2 20,94 % 32,00
Argon Ar 0,93 % 39,88
Karbon dioksida CO2 0,03 % (bervariasi) 44,00
B. Gas Penyerta
1. Gas Permanen Neon Ne 18,00 ppm 20,18
Helium He 5,20 ppm 4,06
Krypton Kr 1,10 ppm -
Xenon Xe 0,086 ppm -
Hydrogen H2 0,52 ppm 2,02
Nitrous oksida N2O 0,25 ppm -
2. Gas tidak permanen (reaktif)
Karbon CO 0,1 ppm -
Monoksida
Methane CH4 1,4 ppm -
Hydro carbon HC 0,02 ppm -
Nitric Oksida NO (0,2 2,0) x 10 - -
3
ppm
Nitrogen dioksida NO2 (0,5 4,0) x 10- -
3
ppm
Amoniak NH3 (6,0 20) x 10 - -
3
ppm
Sulfur dioksida SO2 (0,03 1,2) x 10- -
3
ppm
Ozone O3 (0,0 05) ppm 48,00
Sumber : Straus & Meinwaring (1984)
Secara umum atau sebagian besar gas atmosfer hanya mengalami percampuran secara
mekanik dan sangat jarang yang mengalami reaksi kimia. Perincian susunan bahan atmosfer
dapat dilihat pada tabel 1 di atas.
Uap Air
Kandungan uap air di atmosfer mudah berubah menurut arah (horizontal & vertical)
maupun menurut waktu. Di daerah subtropika atau daerah temperate kandungannya
bervariasi dari 0 pada saat angin kering bertiup hingga 3 % dari volume atmosfer pada saat
angin laut bertiup pada musim panas (summer). Di atas wilayah tropika kandungan uap air di
atmosfer merupakan nilai tertinggi di dunia yakni sekitar 4 % dari volume atmosfer 3% dari
massa atmofer.
Tabel 2. Susunan 3 (tiga) macam gas utama pada berbagai kandungan uap air
Uap Nitrogen Oksigen Argon
air (N2) (O2) (Ar)
----------dalam % volume atmosfer----------
0 78,08 20,95 0,93
1 77,30 20,74 0,92
2 76,52 20,50 0,91
3 75,52 20,30 0,90
4 74,96 20,11 0,89
Adanya uap air akan mengubah komposisi atmosfer. Perubahan kandungan uap air
(kelembaban udara) mudah terjadi. Kelembaban tinggi dapat mengurangi presentase tiga
macam gas utama lainnya (tabel 2).
Tabel 2. Terlihat besarnya pengaruh kadar uap air terhadap perubahan kadar gas
utama. Disamping itu, perubahan kelembaban udara menimbulkan perubahan unsure-unsur
cuaca lainnya, seperti terbentuknya awan dan hujan.
Di atmosfer, uap air terdapat pada lapisan troposfer yang merupakan lapisan terbawah
atmosfer. Lapisan ini mencakup 8 km di kutub dan 16 km di ekuator, atau rata-rata 12
km. Jumlah uap air selalu berubah karena terjadinya penguapan dan kondensasi secara terus
menerus. Sumber uap air utama adalah lautan. Hasil kondensasi berupa awan merupakan
sumber berbagai peristiwa seperti hujan, hujan es, salju dan badai dengan berbagai macam
akibatnya.

Aerosol
Berbagai partikel halus dari bahan padat di bumi sebagian terangkat ke atmosfer dan
membentuk aerosol. Bahan tersebut diantaranya adalah garam laut, debu, abu, asap dan
mikro organism (virus, bakteri, spora). Komposisi normal aerosol di atmosfer terdiri dari :
Debu : 20 % (terutama daerah kering)
Kristal garam : 40 % (pecahan ombak lautan)
Abu : 10 % (dari gunung berapi, pembakaran)
Asap : 5 % (dari cerobong pabrik, pembakaran)
Lain-lain : 25 % (mikro organisme)
Ketinggian jelajah aerosol dan periode keberadaanya di atmosfer tergantung pada
massanya, pemanasan dan pendinginan di permukaan bumi serta angin.
Struktur Lapisan Atmosfer
Sebagian besar bahan pengisi atmosfer adalah gas yang mudah mampat dan
mengembang. Medan gravitasi bumi cenderung menarik seluruh bahan atmosfer ke
permukaan bumi. Akibatnya, kerapatan partikel atmosfer meningkat dengan makin
berkurangnya ketinggian. Massa dan tekanannya pun meningkat semakin dekat dengan
permukaan bumi. Karena bagian terbesar bahan pengisi atmosfer berada di bagian bawah,
maka perubahan massa atmosfer terhadap ketinggian pada bagian bawah relative
cepat. Atmosfer setinggi 5,5 5,6 km telah mencakup 50% dari massa total dan pada
ketinggian 40 km telah tercakup 99,99%.
Batas bawah atmosfer relative mudah ditentukan berdasarkan ketinggian dari
permukaan laut. Sedangkan puncaknya sulit diketahui karena disamping besarnya
keragaman ukuran dan massa partikel, terdapat pula keragaman suhu permukaan bumi dan
kekuatan angin yang mempengaruhi pengangkutan bahan.
Pelapisan atmosfer juga dapat digambarkan dengan perubahan tekanan udara pada
berbagai ketinggian, dinyatakan dalam persen (%) terhadap tekanan udara normal di
permukaan bumi.
Tabel perubahan tekanan udara terhadap ketinggian dinyatakan dengan persentase
tekanan udara normal pada permukaan laut.
Ketinggian (km dpl) Tekanan udara (%)
0 100
5,6 50
16,2 10
31,2 1
48,1 0,10
65,1 0,01
79,2 0,001
100 0,00003
Sumber : Tarbuck dan Lulgens (1979)
Perubahan suhu udara di atmosfer secara vertical (menurut ketinggian) berbeda-beda
yang dapat dikelompokkan tiga hal. Perubahan suhu (dT) terhadap ketinggian (dz)
dinyatakan oleh dT/dz.
dT/dz > 0 suhu naik, dengan bertambahnya ketinggian. Hal ini disebut Inversi suhu
dT/dz = 0 suhu tetap walaupun ketinggian berubah. Hal ini disebut isoternal
dT/dz < 0 suhu udara turun dengan bertambahnya ketinggian disebut lapse rate.
Sedangkan berdasarkan sifat perubahan suhu menurut ketinggian dari bawah ke atas,
terdapat empat lapisan utama atmosfer sebagai berikut :
a. Troposfer dengan puncaknya tropopause
b. Stratofer dengan puncaknya stratopause
c. Mesosfer dengan puncaknya mesopause
d. Termosfer.
a. Troposfer
Beberapa ciri khas dari lapisan bawah atmosfer ini diantaranya adalah :
1. Terdapat pada ketinggian mulai dari permukaan laut hingga ketinggian 8 km di daerah
kutub dan 16 km di ekuator. Rata-rata ketinggian puncak troposfer seluruh dunia adalah 12
km
2. Satu-satunya lapisan atmosfer yang mengandung air (air, uap, maupun es) dan berlangsung
evaporasi dan kondensasi
3. Ruang terjadinya sirkulasi dan turbulensi seluruh bahan atmosfer sehingga menjadi satu-
satunya lapisan yang mengalami pembentukan dan perubahan cuaca seperti angin, awan,
prepitasi, badai, kilat dan Guntur
4. Kecepatan angin bertambah dengan naiknya ketinggian dan di troposfer ini pemindahan
energy berlangsung. Radiasi surya menyebabkan pemanasan permukaan bumi yang
selanjutnya panas tersebut diserap oleh air untuk berubah menjadi uap. Oleh proses
evaporasi, energy panas diangkat oleh uap ke lapisan atas yang lebih tinggi berupa panas
laten. Setelah terjadi pendinginan akhirnya berlangsung proses kondensasi, uap air berubah
menjadi titik-titik air pembentuk awan, sedangkan panas latennya dilepas memasuki atmosfer
dan menaikkan suhunya
5. Pada lapisan ini suhu udara turun dengan bertambahnya ketinggian (dT/dz < 0) atau pada
keadaan lapse rate. Rata-rata lapse rateseluruh dunia pada keadaan normal adalah -6,5 K
setiap kenaikan ketinggian 1 km
6. Pada atmosfer normal, suhu troposfer berubah dari 150 C pada permukaan laut menjadi
60 oC di puncak troposfer. Tekanan dan kerapatan udara di permukaan laut masing-masing
adalah 1013,2 mb dan 1,23 kg m-3.
Gejala lapse rate berhenti pada ketinggian 8 km di atas kutub dan sekitar 16 km di
atas ekuator. Ketinggian tersebut disebut tropopause, yakni lapisan ketinggian atmosfer
dengan dT/dz = 0. Pada lapisan ini turbulensi udara tidak terjadi.

b. Stratosfer
Beberapa ciri khas lapisan ini adalah sebagai berikut :
1. Lapisan ini merupakan lapisan kedua dari bawah setelah troposfer
2. Kisaran ketinggiannya antara 12 50 km di atas permukaan laut
3. Terdiri dari 3 wilayah yaitu :
Stratosfer bawah ketinggiannya 12 20 km daerah isotermis
Stratosfer tengah ketinggiannya 20 25 km daerah inverse suhu
Stratosfer atas ketinggiannya 30 50 km daerah inverse suhu yang kuat.
4. Lapisan ini tidak mengalami turbulensi maupun sirkulasi
5. Stratosfer merupakan lapisan atmosfer utama yang mengandung gas ozon.
Kadar ozon di atmosfer sangat kecil yakni hanya 6 x 10-7 volume total atmosfer tetapi
perantaranya sangat besar untuk melindungi bumi dari radiasi ultra violet yang
berlebihan. Radiasi ultra violet (uv) yang tinggi berbahaya bagi makhluk hidup, misalnya
dapat menyebabkan kanker kulit pada manusia. Gas ozon tersebar dalam wilayah ketinggian
12 50 km. Sifatnya labil, mudah terurai kembali secara mekanis melalui tumbukan dengan
partikel lainnya, maupun terurai melalui reaksi fotokimia oleh radiasi uv yang mempunyai
kerapatan fluks yang tinggi. Proses pembentukan dan pengurainya mencapai kesetimbangan
hingga membentuk lapisan ozon. Prosesnya sebagai berikut :
1. Penguraian molekul O2 menjadi O
Pada ketinggian 80 100 km karapatan molekul gas telah sangat rendah sehingga
radiasi uv masih sangat instensif. Oksigen (O2) menyerap radiasi berenergi tinggi pada
spectrum uv, dan akan mengalami penguraian menjadi 2 (dua) atom O.
O2 O + O
Sebagian atom O hasil penguraian turun ke lapisan yang lebih rendah hingga ketinggian 30
60 km, berada bersama-sama molekul O2 dan O3
2. Pembentukan ozon
Pada lapisan stratosfer berlangsung proses pembentukan dan penguraian ozon sebagai
berikut :
O2 + O + M O3 + M
M adalah factor kesetimbangan dan momentum. Sebagian O3 yang terbentuk
bertumbukan dengan atom O dan membentuk dua molekul O2 sebagai berikut :
O3 + O + M O2 + O2 + M
Sebagian O3 lainnya memperoleh radiasi uv secara berlebihan sehingga mengurai
kembali menjadi O3 O2 + O
3. Pengendapan ozon di atmosfer
Neraca pembentukan dan penguraian ozon di lapisan stratosfer hasilnya masih positif,
yakni O3 yang terbentuk masih jauh lebih banyak daripada yang terurai kembali. Gas O3 neto
yang terbentuk selanjutnya mengendap ke lapisan yang lebih rendah pada ketinggian antara
15 35 km. Garis kesetimbangan antara pembentukan dan penguraian ozon berada pada
ketinggian 40 km.
Konsentrasi gas O3 tertinggi berada antara ketinggian 20 30 km yang disebut lapisan
ozonosfer. Titik puncak konsentrasi gas tersebut adalah 0,2 ppm pada ketinggian 22,5
km. Molekul O3 ini sulit menembus lapisan yang lebih rendah tanpa mengalami penguraian,
karena kerapatan molekulnya terlalu tinggi. Demikian pula sulit untuk naik ke lapisan yang
lebih tinggi tanpa mengurai karena tingginya radiasi uv.
Pada kadar alamiah yang utuh (tidak terganggu) volume gas ozon di atmosfer akan
mantap dan lestari pada kadar optimumnya. Proses penguraian dan pembentukan serta kadar
cadangan gas ozon di atmosfer berfungsi sebagai pelindung bumi dari radiasi uv yang
berlebihan. Penggunaan bahan-bahan berpartikel halus dan ringan misalnya Chloro Fluoro
Carbon (CFC11,CFC12)serta NOx yang dapat mencapai lapisan ozonosfer dapat
mengakibatkan gangguan terhadap kesetimbangan neraca tersebut. Hal ini dapat
mengakibatkan konsentrasi O3 di atmosfer akan berkurang sehingga daya serap atmosfer
terhadap radiasi uv di permukaan bumi. Hal tersebut dapat menyebabkan malapetaka bagi
kehidupan makhluk hidup.
Betapa tipisnya ozon di atmosfer yang seandainya dapat dimampatkan maka tebal
tipisan ozonosfer hanya sekitar 2 3 mm. Walaupun demikian terjadinya proses
pembentukan dan penguraian O3 ternyata menyebabkan terjadinya proses sirkulasi udara
pada lapisan atmosfer tinggi. Demikian pula sebagian besar radiasiuv akan diintersepsi,
sehingga yang diteruskan ke lapisan bawah menjadi berkurang. Tanpa penyerapan oleh ozon
kekuatan radiasi surya yang mencapai permukaan bumi akan meningkat hingga 50 x
lipat. Penyerapan spectrum uv oleh ozon pada ketinggian 15 sampai 35 km menyebabkan
lapisan tersebut menjadi lebih hangat.
Kadar ozon di atmosfer berubah menurut waktu dan tempat. Perbedaan antara lintang
serta perubahan antar bulan dari kadar ozon di belahan bumi utara. Konsentrasi ozon tertinggi
terletak di daerah kutub utara dan pada musim dingin (winter) antara bulan Februari Maret,
yakni 450 x 10-3 cm atau lebih. Beberapa kesimpulan lainnya adalah :
1. Semakin menjauhi kutub utara, kadar ozon berkurang
2. Kadar ozon tertinggi di ekuator pada bulan Juni saat matahari berada di sekitar kedudukan
deklinasi maksimum utara (23,5 oLU). Konsentrasi ozon pada periode tersebut 240 x 10-3 cm
atau berkisar 53 % kadar ozon maksimum di kutub utara
3. Semakin mendekat musim dingin kadar ozon meningkat.
c. Mesosfer
Lapisan atsmosfer ketiga dari bawah memiliki beberapa ciri khas sebagai berikut :
1. Ketinggian 50 80 km
2. Perubahan suhu terhadap ketinggian (dT/dz) adalah lapse rate
3. Suhu udara sekitar -5o C pada dasar lapisan hingga 95 oC pada puncaknya
4. Tidak mengalami turbulensi/sirkulasi udara
5. Merupakan daerah penguraian O2 menjadi atom O
6. Batas atasnya adalah lapisan mesopause dengan perubahan suhu terhadap ketinggian mulai
bersipat isothermal.
d. Termosfer
Lapisan teratas atmosfer ini ditandai oleh beberapa ciri sebagai berikut :
1. Ketinggian lapisan mulai sekitar 80 km hingga batas yang sulit ditentukan karena sangat
jarangnya partikel gas yang mencapai lapisan. Sebagian ilmuwan menyatakan puncaknya
mencapai 100 km tetapi ada yang menyatakan 250 km
2. Lapisan ini terisi molekul dan atom N2, O2, N dan O
3. Sifat perubahan suhu terhadap ketinggian adalah inverse suhu
4. Kisaran suhu dari 95 oC pada 80 km hingga 50 oC pada ketinggian 100 km, dan -38 oC
pada ketinggian 110 km
5. Lapisan tempat berlangsungnya proses ionisasi gas N2 dan O2, sehingga lapisan termosfer
sering disebut lapisan ionosfer. Di atas ketinggian 100 km, pengaruh radiasi uv dan sinar X
makin kuat.

Unsur-Unsur Cuaca dan Iklim


Cuaca adalah keadaan udara yang terjadi pada waktu dan daerah tertentu. Ilmu yang
mempelajari cuaca adalah meteorologi. Biasanya cuaca dapat berubah-ubah tiap waktu.
Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata pada daerah yang luas dalam waktu yang lama. Ilmu
yang mempelajari tentang iklim disebut klimatologi. Iklim mempunyai sifat tetap, meliputi
tempat yang luas, dan berlaku untuk waktu lama.
Iklim dan cuaca terbentuk dari unsur yang sama, diantaranya adalah penyinaran matahari,
suhu udara, kelembapan udara, tekanan udara, angin, awan, dan curah hujan.
1. Penyinaran Matahari
Penyinaran matahari dapat mengubah suhu dipermukaan bumi. Banyaknya jumlah panas
yang dapat diterima oleh permukaan bumi tergantung pada lamanya penyinaran, kemiringan
sudut datang sinar matahari ke bumi, keadaan awan, dan juga keadaan bumi itu sendiri.
2. Suhu Udara
Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara. Alat yang digunakan untuk
mengukur suhu udara disebut termometer. Ada tiga macam skala yang digunakan, yaitu
Celcius, Fahrenheit, dan Kelvin. Energi panas matahari tidak semuanya diserap akan tetapi
ada sebagian yang dipantulkan kembali ke atmosfer. Dipermukaan bumi perbedaan suhu dari
satu tempat dengan tempat lainnya dipengaruhi oleh ketinggian tempat dan letak lintang.
Penurunan semacam itu dinamakan Gradien Temperatur Vertikal atau Lapse Rate.
Berdasarkan letak astronomis suhu udara akn lebih tinggi didaerah sekitar ekuator. Garispada
peta yang menghubungkan tempat yang memiliki suhu udara sama disebut isoterm.
3. Kelembapan Udara
Kelembapan udara adalah kandungan uap air dalam udara. Alat yang digunakan untuk
mengukur kelembapan udra adalah higrometer. Kelembapan udara dibagi menjadi tiga
macam, yaitu:
Kelembapan Mutlak atau Absolut
Kelembapan mutlak adalah kandungan jumlah uap air dalam 1 meter kubik udara.
Kelembapan Nisbi
Kelembapan nisbi adalah perbandingan antara tekanan uap air yang dikandung udara dengan
jumlah maksimum uap air yang dapat dikandung udara pada tekanan dan temperatur tertentu
yang dinyatakan dalam persen.
Kelembapan Spesifik
Kelembapan spesifik adalah perbandingan jumlah uap air yang ada dalam 1 kg udara.
4. Tekanan Udara
Udara merupakan benda gas yang mempunyai massa, dan volume. Oleh karena itu udara
memiliki tekanan yang disebut tekanan udara. Besar kecilnya udara dapat diukur dengan
menggunakan alat yang disebut barometer. Besar tekanan udara dinyatakan denganmilibar
(mb). Ketinggian suatu temapat sangat mempengaruhi besarnya tekanan udara. Tekanan
udara disuatu tempat juga dapat berubah karena dipengaruhi oleh suhu udara. Pemanasan
radiasi matahadi menyebabkan pemuaian sehingga udara akan menjadi lebih ringan.

5. Angin
Udara yang bergerak dari daerah yang bertekanan udara tinggi ke tekanan udara yang rendah
disebut dengan angin. Angin mempunyai kecepatan yang bergantung pada beda tekanan
udara antara dua tempat. Semakin besar beda tekanannya, maka senakin besar kecepatannya.
Alat yang digunakan untuk mengukur necepatan angin adalah anemometer. Angin juga
memiliki arah, arah gerakan angin selain dipengaruhi oleh perbedaan tekanan, angin juga
dipengaruhi oleh gerakan rotasi bumi yang menghasilkan gya coriolis dan gaya gesekan
dengan permukaan bumi. Daerah Konvergasi Antar Tropik adalah suatu zona yang memilki
suhu tertinggi dibandingkan dengan daerah sekitarnya, dan daerah ini merupakan daerah
pertemuan dua angin pasat. Dibawah ini adalah beberapa jenis angin, yaitu:
Angin Siklon
Angin ini terjadi apabila daerah yang bertekanan rendah dikelilingi daerah yang bertekanan
tinggi. Sesuai dengan hukum Boys Ballot, angin dibelahan bumi utara berbelok ke sebelah
kanan dan angin yang berada disebelah selatan akan berbelok kiri.
Angin Anti Siklon
Angin ini terjadi jika daerah yang bertekanan maksimum dikelilingi daerah yang bertekanan
minimum. Dengan demikian angin siklon gerakannya berputar meninggalkan pusat.

Angin Pasat
Angin ini betiup dari daerah subtropis ke daerah tropis. Hal ini terjadi karena daerah
subtropis merupakan pusat tekanan tinggi, sedangkan daerah tropis merupakanpusat tekanan
rendah.
Angin Muson
Proses terjadinya angin mo=uson di Indonesia sangat dipengaruhi oleh keberadaan dua
benua, yaitu Asia dan Australia serta dua samudera, yaitu Hindia dan Pasifik.
Angin Lokal
Yang termasuk kedalam angin lokal adalah angin laut, angin lembah, angin gunung, serta
angin fohn. Angin laut adalah angin yang berhembus dari lautan ke daratan. Angin darat
adalah angin yang berhenbus dari darat ke laut. Angin lembah adalah angin yang bergerak
dari lembah menuju puncak bukit atau gunung. Angin gunung adalah angin yang berhembus
dari gunung ke lembah. Sedangkan angin fohn merupakan angin lokal yang terjadi didaerah
yang terletak dibelakang pegunungan.
6. Awan
Awan merupakan kumpulan partikel air yang melayang-layang di udara, sedangkan yang
dekat dengan permukaan bumi disebut kabut. Inti kondensasi merupakan titik air yang
mengumpul pada sekeliling partikel-partikel kecil. Inti- inti tersebut biasanya terdiri atas
asap, benda mikroskopik yang bersifat menyerap, dan kristal garam. Jenis awan didasarkan
pada bentuk awan dan ketinggiannya didalam atmosfer. Awan yang bergumpal disebut
kumulus, awan yang berlapis disebut stratus, dan awan yang berserat disebut sirus.
Sedangkan awan tinggi yang tidak memberikan hujan dinamakan alto, dan awan rendah yang
memeberikan hujan dinamakan nimbus. Berdasarkan golongan utama awan dibagi menjadi
sepuluh, yaitu:
Stratus
Stratokumulus
Kumulus
Nimbostratus
Kumolonimbus
Altokumulus
Altostratus
Sirus
Sirokumulus
Sirostratus
7. Curah Hujan (Presipitasi)
Curah hujan adalah banyaknya air hujan atau kristal es yang jatuh ke permukaan bumi. Curah
hujan juga dapat diukur dengan menggunakan corong hujan atau biasa disebut ombrometer
dengan satuan inci atau milimeter. Ada empat jenis hujan berdasarkan proses terjadinya,
yaitu:
Hujan Konveksi
Hujan konveksi adalah hujan yang terjadi karena adanya pemanasan sinar matahari pada
suatu massa udara sehingga gerakan udra tersebut naik dan mengalami pengembunan. Hujan
konveksi disebut juga hujan zenithal.

Hujan Orografis
Hujan orografis adalah hujan yang terjadi karena gerakan udara yang menaiki lereng
pegunungan dan mangalami kondensasi. Udara yang telah mengalami kondensasi tersebut
membentuk awan yang menimbulkan hujan.
Hujan Frontal
Hujan ini terjadi karena tumbukan antara udara panasdan udara dingin. Udara panas naik dan
terjadi kondensasi sehingga menimbulkan hujan.
Hujan Konvergensi
Hujan konvergensi adalah hujan frontal pada daerah konvergensi antar tropik yang terjadi
karena pertemuan dua massa udara yang besar dan tebal.

UNSUR CUACA

Unsur-unsur Cuaca Secara Umum, antara lain :

1. Radiasi Matahari Energi


Radiasi matahari dinyatakan dalam satuan Watt per meter kuadrat (W/m2). Radiasi Matahari
merupakan pancaran energi dari proses fusi atau penggabungan inti atom hidrogen dalam
matahari menjadi atom hidrogen. Proses fusi ini menghasilkan energi yang berupa pancaran
gelombang panjang yang diteruskan ke atmosfer bumi hingga kepermukaan. Proses ini lah
yang menyebabkan energi panas matahari dapat dirasakan di atmosfer hingga permukaan
bumi. Radiasi matahari merupakan faktor yang paling utama yang berperan dalam proses
pembentukkan cuaca di atmosfer bumi karena dari radiasi mataharilah panas diperoleh
untuk menjadi penggerak siklus-siklus di atmosfer yang menyebabkan perubahan cuaca
dari waktu ke waktu. Dalam obervasi meteorologi synoptik (permukaan), radiasi matahari
diamati dengan alat Solarimeter.

2. Suhu Udara
Suhu udara adalah nilai derajat ke-panas-an dari udara pada suatu batasan ruang atau
wilayah. Satuan suhu udara umumnya dinyatakan dalam derajat Celcius atau Kelvin dalam SI
(Satuan Internasional). Suhu udara terjadi karena adanya aliran energi kalor dari radiasi
matahari melalui gelombang panjang ke molekul-molekul udara di atmosfer dan molekul
benda lainnya di permukaan bumi. Secara fisis kemampuan tiap molekul dalam menyerap
dan menyimpan radiasi matahari berbeda-beda sehingga suhu molekul terbut berbeda pula.

Pemanasan udara dapat terjadi melalui dua proses pemanasan, yaitu pemanasan langsung dan
pemanasan tidak langsung.

a. Pemanasan secara langsung

Pemanasan secara langsung dapat terjadi melalui beberapa proses sebagai berikut:

1) Proses absorbsi adalah penyerapan unsur-unsur radiasi matahari, misalnya sinar gama,
sinar-X, dan ultra-violet. Unsur unsur yang menyerap radiasi matahari tersebut adalah
oksigen, nitrogen, ozon, hidrogen, dan debu.

2) Proses refleksi adalah pemanasan matahari terhadap udara tetapi dipantulkan kembali ke
angkasa oleh butir-butir air (H2O), awan, dan partikel-partikel lain di atmosfer.

3) Proses difusi Sinar matahari mengalami difusi berupa sinar gelombang pendek biru dan
lembayung berhamburan ke segala arah. Proses ini menyebabkan langit berwarna biru.

b. Pemanasan tidak langsung Pemanasan tidak langsung dapat terjadi dengan cara-cara
berikut:

1) Konduksi adalah pemberian panas oleh matahari pada lapisan udara bagian bawah
kemudian lapisan udara tersebut memberikan panas pada lapisan udara di atasnya.

2) Konveksi adalah pemberian panas oleh gerak udara vertikal ke atas.

3) Adveksi adalah pemberian panas oleh gerak udara yang horizontal (mendatar).

4) Turbulensi adalah pemberian panas oleh gerak udara yang tidak teratur dan berputar-putar
ke atas tetapi ada sebagian panas yang dipantulkan kembali ke atmosfer.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar berikut.


Gambar. Pengaruh atmosfer terhadap energi panas matahari. (Konsep Dasar Indraja dan
Pengolahan Citra, Bakosurtanal, 1995)

3. Tekanan
Tekanan secara fisis didefinisikan sebagai gaya per satuan luas (F/A). Tekanan udara adalah
gaya yang bekerja pada molekul-molekul udara per satuan luasan kolom. Tekanan udara
terjadi karena molekul-molekul udara pada suatu kolom mengalami gaya berat akibat adanya
gaya tarik bumi. Sedangkan, perubahan tekanan udara terjadi karena adanya perbedaan suhu
pada suatu kolom udara yang menyebabkan perbedaan pemuaian udara sehingga tekanan
udaranya pun berbeda.

Satuan ukuran tekanan udara adalah milibar (mb) atau hector-pascal (HPa).

1 mb = 1 Hpa = 3/4 mmHg (tekanan air raksa) atau 1.013 mb = 76 cm Hg = 1 atmosfer

Tekanan udara berbeda pada setiap tempat tergantung pada intensitas atau lama penyinaran
matahari, ketinggian, dan letak lintang suatu tempat. Semakin tinggi elevasi suatu tempat
semakin rendah tekanan udara di tempat itu. Hal ini terjadi karena massa udara terpusat pada
daerah yang memiliki elevasi yang rendah akibat gaya gravitasi sehingga pada daerah yang
memiliki elevasi yang lebih tinggi, massa udara dalam satuan kolomnya lebih ringan daripada
di daerah yang elevasinya rendah. Dengan demikian tekanan udara akan lebih rendah pada
daerah yang memiliki elevasi lebih tinggi.
Pada daerah lintang tinggi, tekanan udara di daerah itu sangat dipengaruhi oleh suhu udara
akibat peredaran semu matahari terhadap garis lintang bumi. Misal, pada bulan Desember di
belahan bumi bagian selatan didominasi oleh daerah bertekanan lebih rendah daripada di
belahan bumi utara karena pergerakan semu matahari pada bulan desember berada di sekitar
daerah 230LS dan begitu juga sebaliknya.
Untuk standar tekanan udara didasarkan pada tekanan permukaan laut (mean sea level
pressure) yaitu sebesar 1013,25 mb. Tekanan udara dalam observasi meteorologi, diukur
dengan alat barometer aneroid maupun barometer air raksa. Perubahan tekanan udara dari
waktu ke waktu sangat berpengaruh terhadap perubahan kondisi cuaca karena akan
menimbulkan gangguan-gangguan cuaca mulai dari skala lokal sampai skala global.
Informasi tekanan udara juga sangat penting dalam kegiatan penerbangan.

4. Angin
Angin secara umum diartikan sebagai pergerakkan massa udara karena terjadinya perbedaan
tekanan udara pada tempat yang berbeda. Pada pengamatan Meteorologi, angin diamati
dalam unsur kecepatannya dan arah datangnya angin. Satuan kecepatan angin yang umum
digunakan dalam observasi meteorologi adalah knots (Northicalmiles) dan satuan arah angin
dinyatakan dalam derajat.

Angin yang diamati dalam meteorologi adalah angin pada permukaan dan angin-angin pada
tiap lapisan udara vertikal. Angin permukaan diamati dari ketinggian kurang lebih 10 meter
dari permukaan tanah dengan asumsi tidak ada obstacles (benda penghalang) yang berjarak
lebih dari dua kali ketinggian benda tersebut. Sedangkan angin pada lapisan udara vertikal
(angin udara atas) diukur dengan metode pilot balon dan saat ini juga sudah banyak
digunakan radio sounding (RASON) secara otomatis.

Angin, ditinjau dari segi skala meteorologi dapat dibagi menjadi :

1. Angin skala lokal. contohnya angin darat, angin laut, angin fohn, angin lembah, angin
gunung.

2. Angin skala regional. contohnya angin monsoonal

3. Angin skala global. contohnhya angin Passat.

5. Penguapan
Penguapan atau evaporasi adalah peristiwa berubahnya air menjadi uap air. Penguapan
dipengaruhi oleh penyinaran matahari, suhu, tekanan dan keadaan angin. Pada observasi
meteorlogi synoptik penguapan diukur dengan evaporimeter dalam satuan millimeter.

6. Kelembaban Udara Relatif (RH)


Kelembaban udara relatif adalah keadaan yang menunjukkan jumlah uap air yang terkandung
dalam udara jenuh pada tekanan uap jenuh.

dimana :

adalah kelembaban relatif campuran


adalah tekanan parsial uap air dalam campuran
adalah tekanan uap jenuh air pada temperatur tersebut dalam campuran.
Kelembaban udara dalam observasi meteorologi diukur dengan menggunakan psychrometer
atau bisa juga digunakan higrometer.

7. Keadaan awan
Awan terbentuk karena proses penguapan di permukaan bumi. Namun, awan tidak selalu
terbentuk di setiap daerah yang terjadi penguapan yang besar. Hal ini karena adanya
pengaruh angin dan arus subsidensi di daerah itu.

Awan menurut tinggi dasarnnya dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Awan tinggi

Awan yang termasuk kategori ini yaitu awan Cirrus, awan Cirrocumulus, awan Cirrustratus.

2. Awan menengah

Awan yang termasuk kategori ini yaitu awan Altostratus, awan Altocumulus, dan awan
Nimbustratus.

3. Awan rendah

Awan yang termasuk dalam kategori ini yaitu awan Cumulus, awan Stratus, awan
Stratocumulus, dan awan Cumulonimbus.
Awan menurut bentuknya dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Awan Cumuloformis
Awan yang memiliki bentuk bergumpal-gumpal ssehingga memungkinkan awan ini memiliki
ketinggian dasar yang rendah dan tinggi puncak yang menjulang tinggi.

Gambar awan Cumulus

Gambar awan Cumulonimbus

2. Awan stratoformis

Awan yang berbentuk lembaran atau lapisan yang merata dan cenderung homogen. Awan ini
tidak memiliki tinggi puncak awan karena lapisan atas awan ini sulit diketahui ketinggiannya
akibat terturup lapisan dibawahnya.

Dalam awan-awan konvektif seperti awan cumulonimbus terjadi proses dinamika awan yang
berupa arus updraft dab downdraft yang sering kali membahayakan kegiatan penerbangan,
oleh karena itulah pengamatan tentang adanya awan jenis ini sangat diperlukan.
Kandungan pada awan didominasi uap air dalam keadaan yang jenuh (RH>95%) kecuali
pada awan-awan tinggi dan puncak awan cumulonimbus (berlandasan) yang didominasi oleh
kristal-kristal es.

Gambar awan stratus

Anda mungkin juga menyukai