Anda di halaman 1dari 10

1.

Profil Maladewa
Republik Maladewa merupakan sebuah negara kepulauan yang terletak di Samudera
Hindia.1 Nama Maladewa berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu ml yang berarti sebagai untaian
dan dvpa yang berarti pulau. Sesuai dengan namanya, Maladewa merupakan sebuah negara
yang terbentuk dari kumpulan gugus karang berjumlah 26 gugus karang. Gugus-gugus karang
tersebut terbentuk dari kumpulan pulau-pulau kecil, dimana Maladewa memiliki 1.190 pulau
kecil yang mayoritas terdiri dari terumbu karang dan hamparan pasir.2 Negara yang terkenal akan
keindahan alamnya ini memiliki jumlah populasi sekitar 393.595 juta jiwa. 3 Meskipun Maladewa
banyak terdiri dari pulau-pulau kecil, persebaran penduduk mereka masih terpusat di ibukota
Maladewa, Malee. Penduduk Maladewa, atau biasa disebut Dhivehin menggunakan bahasa
Dhivehi sebagai bahasa resmi mereka.4 Bahasa Dhivehi sendiri merupakan bahasa turunan dari
bahasa Sinhala. Selain itu, akibat banyaknya masyarakat internasional yang kerap berkunjung ke
Maladewa, menjadikan masyarakat Maladewa cukup lancar dalam berbahasa Inggris.
Masyarakat Maladewa menganut agama Islam sebagai agama mayoritas. Meskipun agama
Buddha kerap menjadi agama mayoritas di Maladewa, saat ini masyarakat Maladewa hanya
mengakui satu agama, Islam dan menganut paham Sunni.5
Maladewa merupakan sebuah Negara yang sangat terkenal akan keindahan alamnya. Hal
ini menjadikan sektor pariwisata menjadi fokus utama pemerintah Maladewa, dimana
pemerintah kerap membangun resor-resor yang terletak di tepi pantai agar mampu menarik minat
turis asing. Langkah tersebut terbukti berhasil, dimana sektor pariwisata menyumbang 30% dari
total Gross Domestic Product, dan menjadikan Maladewa menjadi salah satu destinasi liburan
1 Anonymous.Maldives.Dikutip melalui website http://www.sczmc.org/281/maldives/
pada 11 Mei 2015
2 Anonymous.Maldives
3 CIA.South Asia : Maldives.Dikutip melalui website
https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/mv.html pada 11
Mei 2015
4 CIA.South Asia : Maldives
5 CIA.South Asia : Maldives
1

favorit turis mancanegara.6 Hal ini menjadikan Maladewa menjadi satu-satunya Negara di
kawasan Asia Selatan yang berhasil dalam menjadikan sektor pariwisata sebagai dasar
perekonomian mereka.
Namun, meskipun Maladewa terkenal dengan keindahan alamnya, Negara ini memiliki
suatu masalah yang sangat penting yang mampu mengancam hal tersebut dan bahkan
mengancam eksistensi dari Negara Maladewa itu sendiri, dimana hal yang menjadi masalah
utama bagi Maladewa adalah masalah perubahan cuaca.
2. Latar Belakang Studi Kasus
Dimulai dengan melihat kondisi dari Negara-negara di Asia Selatan. Pada dasarnya,
negara negara di Asia Selatan mempunyai geografis dan budaya yang sangat beragam. Region ini
mempunyai negara dengan penduduk terbesar kedua di dunia yaitu India, Negara dengan
Kepulauan kecil yaitu Maladewa, sebuah negara pulau yaitu Srilanka, negara tak berpantai
Nepal, Bhutan, Dua negara yang mempunyai tenaga nuklir (India dan Pakistan) dan sebuah
negara yang terletak di sebuah delta sungai (Bangladesh). Asia Selatan juga mempunyai
keanekaragaman hayati dan rumah terbaik bagi hutan hujan tropis yang masuk dalam situs
warisan dunia7
Kondisi ekonomi sendiri di Asia Selatan menjadikan salah satu faktor perubahan
ligkungan yang terjadi mengingat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di negara-negara
Asia Selatan sangat merangkak. Keadaan tersebut berbanding terbalik dengan perdebatan iklim
yang terjadi dan konsekuensi terbesar yang diterima oleh negara-negara tersebut.
Dalam laporan Sumudu Apattu yang berjudul Climate Change in South Asia bahwa awal
awal melihat bagaimana daerah Himalaya yang harus mempersiapkan makan dan minum untuk
satu miliar lebih penduduk di asia Selatan, kemudia bagaimana negara- negara di teluk benggala
seperti Bangladesh, India dan Maladewa mempersiapkan dampak dari pemanasan global. Hal
6 CIA.South Asia : Maldives
7 Attapattu, Sumuddu. 2011. CLIMATE CHANGE IN SOUTH ASIA: TOWARDS AN
EQUITABLE LEGAL RESPONSE WITHIN A FRAMEWORK OF SUSTAINABLE
DEVELOPMENT AND HUMAN SECURITY . Roma : International Development Law
Organizations
2

tersebut terjadi dikarenakan kenaikan suhu yang terus terjadi seiiring dengan ketidakramaham
terhada lingkungan di Asia Selatan8.
Selain kenaikan air laut yang akan bertambah sampai 1 meter pada akhir abad ini, Krisis
lingkungan yang terjadi di Asia Selatan akan berdampak pada kekurangan air, peningkatan
salinitas, banjir di kota-kota dataran rendah, kurangnya irigasi, cuaca ekstrim, hilangnya spesies
fauna flora, dan memungkinkan sebagai faktor penting penyebab konflik yang terjadi di
Kawasan Asia Selatan9. Resiko terbesar adalah kemampuan ekonomi yang rendah di Asia
Selatan membuat masyarakat miskin di kawasan tersebut tidak mampu beradaptasi dengan
keadaan yang terjadi.
Meskipun secara historis menjadi intensitas emitor yang rendah dalam hal penghasil gas
rumah kaca, keadaan tersebut lebih dikarenakan faktor geografis, sosial dan ekonomi. Hal ini
dapat dilihat dari kemiskinan dan kepadatan penduduk, degradasi sumber daya alam, variabilitas
iklim dan tingginya insiden yang terjadi dikarenakan bencana alam.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Maladewa merupakan sebuah Negara yang
terdiri dari pulau-pulau kecil, dimana mayoritas pulau tersebut terdiri dari terumbu karang dan
hamparan pasir semata. Karena Maladewa merupakan Negara yang terdiri dari pulau-pulau kecil,
kemungkinan Maladewa tenggelam akibat meningkatnya volume air laut sangat tinggi. Hal ini
menjadikan isu lingkungan, terutama isu seputar global warming dan climate change, menjadi
fokus utama pemerintah Maladewa. Maladewa sendiri berada dalam ranking ketiga terkait
Negara-negara yang terancam akan bahaya banjir.10 Mantan Presiden Maladewa, Mohamed
Nasheed ikut mengkampanyekan isu lingkungan melalui film documenter The Island
President, dimana ia mengatakan:
8 Attapattu, Sumuddu. 2011
9Attapattu, Sumuddu. 2011
10 Anonymous. A Sinking Feeling : Why is the President of the tiny Pacific Island
Nation of Nauru So Concerned About Climate Change.Dikutip melalui website
http://www.thefreelibrary.com/A+sinking+feeling
%3A+why+is+the+president+of+the+tiny+Pacific+island...-a0273079165. Diakses
11 Mei 2015.
3

If carbon emissions were to stop today, the planet would not see a difference for 60 to 70
years. If carbon emissions continue at the rate they are climbing today, my country will be
underwater in seven years.11
Dalam fokus negara Maladewa sendiri melihat berbahayanya kenaikan permukaan laut
yang mengancam kedaulatan negara tersebut. Karena pada dasarnya kenaikan permukaaan laut
yang terjadi dapat mendorong jutaan orang untuk bermigrasi dan negara kehilangan sebagian
kecil ataupun besar luas wilayahnya12. Memetakan awal permasalahan tentang kenaikan air laut,
kawasan Asia Aselatan pada dasarnya mengalami kerentanan tentang kekeringan dan banjir
periodic. Kekeringan periodik tersebut membuat negara seperti India, Bangladesh Pakistan
mengalami kekeringan dan Banjir Longsor terjadi di Nepal.
Dari Kawasan sendiri hal ini telah dimulai untuk dikaji dengan mendirikan beberapa
pusat penelitian lingkungan dari SAARC, khususnya dari fokus tentang Maladewa dan Kenaikan
Air laut. Hal dini difungsikan untuk memetakan masalah, berbagai informasi, kesigapan
penganganan bencana dan lain-lain.
Dari keadaan lingkungan yang cukup memprihatinkan di Kawasan Asia Selatan,
Maladewa salah satu negara yang terkena imbas cukup besar terahadap keadaan tersebut.
Menjadi-dataran rendah dan negara pulau kecil, Maladewa sangat rentan terhadap dampak
perubahan iklim dan terkait kenaikan permukaan laut.
Walaupun Maladewa kontribusi 0,001% emisi global GRK. 13 Hal itu tidak berarti apa apa
dan membuat maladewa menjadi salah satu negara yang paling rentan terhadap iklim mengubah
11 Catoe, Linda. Endangered Island Nations Call for Global Action on Climate
Change.Dikutip melalui website
http://www.guilfordian.com/worldnation/2012/04/06/endangered-island-nations-callfor-global-action-on-climate-change/ Dikses 11 Mei 2015.
12 Michel,Davis & Amit, Pandya . 2009.Troubled Waters : Climate Change,
Hydropolitics, and Transboundary Resources .Washington : The Henry L. Stimson
Center
13 Ministry of Home Affairs, Housing and Environment,Rep Of Maldives .FIRST
NATIONAL COMMUNICATION OF THE REPUBLIC OF MALDIVES TO THE UNITED
NATIONS FRAMEWORK CONVENTION ON CLIMATE CHANGE.
4

dan kenaikan permukaan air laut. Pengaturan pesisir Maladewa membuatnya rentan terhadap
bencana alam terkait dengan kenaikan permukaan laut,perubahan suhu, pola curah hujan.
Perubahan iklim akan juga berdampak pada pembangunan sosial dan ekonomi negara,
sepertisebagian besar kegiatan ekonomi sangat bergantung pada pesisir ekosistem. Juga, seluruh
penduduk dan infrastruktur Maladewa sangat dekat dengan permukaan laut.
Hal tersebut membuat Pemerintah Maladewa mengambil langkah tegas terhadap
regionalnya tentang bagaimana aksi kolektif untuk melawan permasalahan ini. Kenaikan air lau
yang muncul membuat kedaulatan negara terancam. Berikut beberapa kerentanan maladewa
terkait Climate Change yang terjadi14 : hilangnya tanah dan pantai erosi, Kerusakan Infrastruktur,
Kerusakan terumbu karang, Dampak terhadap perekonomian, Ketahanan pangan, sumber air, dan
Kesehatan manusia.
Bagi lingkungan regional, dampak dari kerusakan lingkungan akibat Global Warming
memang menjadi salah satu concern dari orgasisasi regional yaitu SAARC. Dimana dalam
website nya SAARC menyatakan bahwa salah satu agenda bagi SAARC yaitu menangggulangi
masalah lingkungan. Hal ini ditandai dengan telah terjalin beberapa kerjasama yang dilakukan
SAARC dibidang lingkungan sejak 1992.15 Misalnya contoh kerjasama nya adalah Dhaka
Declaration and SAARC Action Plan on Climate Change (2008) yang mana dalam
konverensinya memberikan beberapa program-program advokasi terkait kesadaran negara
anggota SAARC terkait dengan perubahan iklim yang telah terjadi dan dapat membahayakan
negara-negara anggota SAARC lain yang berada pada daerah kepulauan. Namun untuk mencari
kerjasama taupun tindakan yang dilakukan oleh SAARC terkait dengan negara Maladewa yang
terancam tenggelam akibat perubahan iklim masih belum ditemukan. Maladewa pada tahun 2014
pada 18th SAARC summit sempat menyingggung permasalahan lingkungan untuk diangkat
sebagai isu penting bagi Asia Selatan. Presiden Maladewa yakni Abdulla Yameen selaku chair
dalam summit tersebut mengajak seluruh anggota SAARC untuk membuat platform resmi untuk
menanggulangi perubahan iklim dengan membahas tentang pembuangan emisi gas rumah kaca
14 Ministry of Home Affairs, Housing and Environment,Rep Of Maldives
15 SAARC.Area of Cooperation : Environment.dikutip dari website http://saarcsec.org/areaofcooperation/cat-detail.php?cat_id=54 pada 11 Mei 2015 20.36
5

dimana hal ini juga akan diangkat saat pertemuan dengan beberapa kepala negara lain pada tahun
2015.16
3. Analisis Kasus
Pada dasarnya studi kasus yang kami bawa mencoba untuk mengambil isu-isu yang
kurang cukup familiar tetapi memegang peranan penting terhadap kelangsungan hidup negaranegara di kawasan Asia Selatan. Konflik lingkungan dan perubahan iklim menjadi hal utama
yang dihadapi oleh Maladewa disaat negara-negara Asia Selatan lainnya sedang bergelut dengan
permasalahan keamanan tradisional seperti isu nuklir, konflik identitas, dan perebutan sumber
daya alam. Maladewa sedang mengalami tantangan atas kenaikan air laut yang diprediksi bisa
mengancam kedaulatan negara. Hal ini tidak bisa dipungkiri diakibatkan juga oleh
ketidakramahan lingkungan yang terjadi di negara-negara Asia Selatan. Maladewa diharuskan
mengambil tindakan keras kepada negara-negara kawasannya untuk memasukkan isu perubahan
iklim sebagai topic utama.
Melalui Human Security dan Global Ecology, penulis mencoba untuk menganalisis kasus
diatas melalui pandangan keamanan non-tradisional.

Seperti kita ketahui bahwa dari hasil

laporan pembangunan tahunan PBB (UNDP 1994 (menghasilkan analisis yang berbeda dari
kondisi manusia dan penyebab ketidakamanan di banyak tempat yang diakibatkan oleh contoh
dari keamanan tradisional17. Karena dasarnya manusia dan keamanan memiliki dua aspek, yang
pertama keselamatan dari ancaman kronis seperti kelaparan, penyakit dan penindasan. Dan
kedua lebih kepada perlindungan dalam pola kehidupan sehari-hari.
Hal ini juga berarti dapat mengidentifikasi konteks dari lingkungan pada skala global
seperti penipisan ozon, penurunan keanekaragaman hayati, dan itu semua tidak hanya bergantung
pada negara, tetapi langsung dirasakan kepada manusia secara langsung. Hal ini dapat dikaji dari
16 Anonymous.Maldives Wants Common SAARC Platforms on Climate
Change.Dikutip melalui website http://zeenews.india.com/news/eco-news/maldiveswants-common-saarc-platform-on-climate-change_1505256.html pada 11 Mei 2015
20.42
17 Williams,Paul.2008. SECURITY STUDIES: A INTRODUCTION . New York : Routledge
hlm 271
6

bagaimana politik internasional melihat isu-isu yang beredar mengenali Lingkungan global saat
ini.
Dimulai dari pandangan Realis, realis melihat secara tradisional bahwa perhatian
terhadap lingkungan masih pada tahap yang cukup kecil dan patut dipertanyakan karena pada
dasarnya realis lebih memilih untuk fokus pada kelangsungan hidup dibandingkan dengan
keberlanjutan hidup. Tetapi realis mencoba untuk merombak kembali kepada pemikiran soal
hubungan antara manusia dan alam . realis melihat bahwa pada dasarnya perilaku manusia
berhubungan dengan keserakahan, keegoisan18. Realis juga sepakat bahwa lingkungan dan
sumberdaya alam memainkan peranan penting dalam setiap ketegangan dala sistem
internasional.
Kemudian dari Perspektif Liberal melihat alam sebagai sumber daya alam yang
memenuhi kebutuhan manusia. Liberal juga menjadi kaum yang jarang mempertanyakan
kekuasaan manusia atas alam. Karena pada dasarnya isu lingkungan dan sumber daya alam
selalu dikomoditaskan dengan nilai-nilai ekonomi berupa investasi. Akhirnya terpecahlah dua
kubu dalam perspektif liberal. Yang pertama adalah bagaimana dengan istilah aposentrisme 19,
individualism manusia tercipta dan tidak menghindakan kebijakan lingkungan atau bisa disebut
apolitical ekologi. Sedangkan pada bagian kedua manusia dituntut untuk mampu menguasai
teknologi untuk dapat mengendalikan lingkungan yang ia gunakan sebagai timbal baliknya.
Pandangan kritis Dimulai dari pandangan ekofeminisme yang melihat bahwa nilai-nilai
yang dibawa oleh kekuasaan patriarki tidak difungsikan untuk merawat dan menjaga alam.
Tetapi hanya memanfaatkan dan memfungsikan sebagai nilai guna tanpa ada tanggung jawab
dari apa yang ia lakukan20. Sedangkan dari Green Perspective melihat bahwa alam merupakan
keseluruhan yang saling berhubungan dengan cakupan manusia dan non-manusia. Alam
mewujudkan prinsip harmoni.

18 Heywood, Andrew. Global Politics . Hampshire : Palgrave Macmillian. Hlm 393


19 Heywood, Andrew
20 Heywood, Andrew
7

Sebagai negara dunia ketiga, negara-negara di Asia Selatan tentu menjadikan


pembangunan sebagai fokus utama dari kehidupan ekonomi negaranya, hal ini lah yang patut
dilihat saat pembangunan tersebut tidak melihat dampak dari keseimbangan lingkungan. Ini
terlihat dari bagaimana pengembangan nuklir justru ditangani oleh negara-negara berkembang
seperti India dan Pakistan. Kemudian permasalahan pembangunan yang tidak setara dengan
kepadatan penduduk yang akhirnya mengorbankan isu lingkungan seperti yang terjadi di
Bangladesh. Ini dapat dilihat dari banyaknya negara Asia Selatan, Hanya Bhutan, Maldives dan
Nepal yang mempunyai konsen isu terhadap lingkungan
Pada dasarnya SAARC sebagai institusi regional Asia Selatan telah mencoba
memasukkan isu lingkungan sebagai bahan kajian dari negara-negara di Asia Selatan. Pada
SAARC Summit tahun 1987, telah menegaskan perlunya memperkuat dan mengintensifkan
kerjasama regional untuk melestarikan, melindungi dan mengelola ekosistem yang beragam dan
rapuh daerah termasuk kebutuhan untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh perubahan
iklim dan bencana alam. Tetapi hal ini juga tidak bisa dielakkan sebagai hal yang utopis
dikarenakan permasalahan internal negara yang dihadapi.
Pelestarian dan perlindungan lingkungan termasuk pengurangan dan manajemen risiko
bencana tetap menjadi prioritas tinggi pada agenda kerjasama dikejar oleh Negara Anggota
SAARC. Banyak arahan yang dikeluarkan oleh berturut-turut SAARC Summits dan pertemuan
Lingkungan Hidup Menteri SAARC menyediakan terus dorongan untuk memperkuat dan
mengintensifkan kerjasama regional di bidang lingkungan, perubahan iklim dan bencana alam.
Kemudia pada pertemuan SAARC ke 14 (New Delhi, April 3-4 2007) menyatakan
"keprihatinan yang mendalam" atas perubahan iklim global dan menyerukan mengejar
pembangunan tahan iklim di Asia Selatan21. Hal ini dikarenakan mengingat kerentanan, tidak
memadai sarana dan kapasitas yang terbatas terhadap permasalahan perubahan iklim yang pada
khususnya membahas tentang permasalahan tingginya air laut yang mengancam kedaulatan
maladewa.
Untuk memperkuat hal tersebut, dibutuhkan negara anggota untuk melakukan kegiatan
untuk mempromosikan program advokasi dan kesadaran massa pada perubahan iklim; kerjasama
21 Anonymous. Area of Cooperation : Environment
8

dalam pengembangan kapasitas termasuk pengembangan proyek yang insentif untuk


menghilangkan gas rumah kaca oleh wastafel, dan pertukaran informasi praktik terbaik, berbagi
hasil penelitian dan pengembangan untuk mengurangi dampak perubahan iklim dan melakukan
langkah-langkah

adaptasi,

dan

untuk

meningkatkan

kerjasama

selatan-selatan

pada

pengembangan dan transfer teknologi22 sesuai norma-norma SAARC didirikan; dan untuk
memulai dan melaksanakan program dan langkah-langkah sesuai praktek SAARC untuk adaptasi
untuk menangani serangan perubahan iklim untuk melindungi kehidupan dan penghidupan
masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Attapattu, Sumuddu. 2011. CLIMATE CHANGE IN SOUTH ASIA: TOWARDS AN EQUITABLE


LEGAL RESPONSE WITHIN A FRAMEWORK OF SUSTAINABLE DEVELOPMENT AND
HUMAN SECURITY . Roma : International Development Law Organizations
Heywood, Andrew. Global Politics . Hampshire : Palgrave Macmillian. Hlm 393
22 Heywood, Andrew
9

Michel,Davis & Amit, Pandya . 2009.Troubled Waters : Climate Change, Hydropolitics, and
Transboundary Resources .Washington : The Henry L. Stimson Center

Ministry of Home Affairs, Housing and Environment,Rep Of Maldives .FIRST NATIONAL


COMMUNICATION OF THE REPUBLIC OF MALDIVES TO THE UNITED NATIONS
FRAMEWORK CONVENTION ON CLIMATE CHANGE.
Williams,Paul.2008. SECURITY STUDIES: A INTRODUCTION . New York : Routledge hlm
271
Anonymous. A Sinking Feeling : Why is the President of the tiny Pacific Island Nation of Nauru
So Concerned About Climate Change.Dikutip melalui website
http://www.thefreelibrary.com/A+sinking+feeling
%3A+why+is+the+president+of+the+tiny+Pacific+island...-a0273079165. Diakses 11 Mei 2015.
Anonymous.Maldives.Dikutip melalui website http://www.sczmc.org/281/maldives/ pada 11 Mei
2015
Anonymous.Maldives Wants Common SAARC Platforms on Climate Change.Dikutip melalui
website http://zeenews.india.com/news/eco-news/maldives-wants-common-saarc-platform-onclimate-change_1505256.html pada 11 Mei 2015 20.42
Catoe, Linda. Endangered Island Nations Call for Global Action on Climate Change.Dikutip
melalui website http://www.guilfordian.com/worldnation/2012/04/06/endangered-islandnations-call-for-global-action-on-climate-change/ Dikses 11 Mei 2015.
CIA.South Asia : Maldives.Dikutip melalui website https://www.cia.gov/library/publications/the-worldfactbook/geos/mv.html pada 11 Mei 2015

SAARC.Area of Cooperation : Environment.dikutip dari website http://saarcsec.org/areaofcooperation/cat-detail.php?cat_id=54 pada 11 Mei 2015 20.36

10

Anda mungkin juga menyukai